Nabi Muhammad telah menjelaskan
dengan cukup kepada kita tentang masalah ini (kembalinya ruh ke jasad saat
ditanya di dalam kubur). Dengan begitu kita tidak butuh lagi penjelasan tentang
masalah ini dari pendapat orang-orang.
Secara tegas Nabi telah
menjelaskan tentang kembalinya ruh ke jasad ketika ditanya di dalam kubur.
Al-Bara' bin Azib berkata, "Kami sedang mengurus jenazah di Baqi'
al-Gharqad. Lalu Nabi mendatangi kami. Beliau duduk dan kami pun
duduk di sekeliling beliau. Di atas kepala kami hinggap seekor burung Beliau
menghadap ke arah jenazah itu seraya bersabda: 'Aku berlindung kepada Allah
dari azab kubur.' Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau
bersabda: 'Sesungguhnya, seorang hamba (mukmin) jika akan menuju ke akhirat dan
meninggalkan dunia, para malaikat turun kepadanya dan rona mereka seperti sinar
matahari. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Kemudian malaikat
pencabut nyawa itu datang dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata: 'Wahai
jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!'
Maka ruh itu keluar bagaikan
aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, setiap
malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak
membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, gegas mereka ambil dan
diletakkan di kafan. Dari jenazah, tercium semerbak aroma misik (kesturi)
terwangi yang ada di bumi.
Lalu para malaikat membawa ruh
itu naik. Mereka melewati sekumpulan malaikat.
Sekumpulan malaikat itu berkata:
'Betapa harumnya ruh ini.'
Para malaikat yang membawa ruh
itu berkata: 'Ini adalah fulan bin fulan.' Mereka menyebutnya dengan nama yang
paling baik seperti biasa manusia menyebut namanya di dunia hingga mereka tiba di
langit dunia. Mereka meminta agar langit itu dibuka. Maka langit itu dibukakan
baginya. Ia diantarkan dari satu langit ke langit berikutnya hingga tiba di
langit tempat bersemayam Allah.
Allah berfirman: 'Tulislah kitab
hamba-Ku di Illiyyin dan kembalikan ia ke dunia. Sesungguhnya, Aku menciptakan
mereka dari tanah, di dalam tanan pula Aku akan mengem balikan mereka, dan
dari tanah pula Aku akan mengeluarkan mereka.'
Maka ruh dikembalikan ke
jasadnya. Lalu dua malaikat datang dan mendudukkan jenazahnya. Dua malaikat itu
bertanya: 'Siapakah Rabbmu?'
Ia menjawab: 'Rabbku Allah.'
Malaikat itu bertanya: 'Apa agamamu?'
Ia menjawab: 'Agamaku Islam.'
Malaikat itu kembali bertanya: 'Siapakah orang yang diutus di
tengah kalian?'
Ia menjawab: 'Beliau adalah Rasulullah.'
Malaikat itu bertanya: 'Apa yang engkau ketahui tentang benda
ini?'
Ia menjawab: 'Aku membaca Kitabullah maka aku beriman kepadanya
dan aku membenarkannya.'
Kemudian ada penyeru yang menyeru
dari arah langit: 'Hamba-Ku benar maka hamparkanlah surga baginya dan bukakan
salah satu pintu surga untuknya.'
Maka hamba itu didatangkan dengan
aroma ruhnya yang harum semerbak, makamnya dilapangkan sejauh mata memandang.
Dan ia didatangi seorang laki-laki berwajah menawan, pakaiannya indah dan
baunya harum. Laki-laki itu berkata: 'Bergembiralah karena sesuatu yang
membuatmu gembira. Ini adalah hari yang dijanjikan kepadamu.'
Hamba itu bertanya: 'Siapakah
engkau, sungguh wajahmu membawa kebaikan.' 'Aku adalah amal saleh yang engkau
lakukan,' jawab laki-laki itu.
Hamba itu berkata: 'Ya Rabb,
datangkanlah hari Kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.'
Adapun hamba yang kafir, saat ia
meninggalkan dunia dan menuju ke akhirat, para malaikat turun dari langit
dengan wajah yang menghitam sambil membawa tenun yang kasar. Mereka duduk
sejauh mata memandang. Lalu malaikat pencabut nyawa datang dan duduk di dekat
kepalanya seraya berkata: 'Hai jiwa yang kotor, keluarlah pada kemurkaan Allah
dan kemarahan-Nya.'
Ruhnya berpencar-pencar di
jasadnya lalu malaikat maut mencabut ruhnya sebagaimana mencabut besi berduri
dari kain wol yang basah. Jika malaikat pencabut nyawa sudah mengambil ruhnya,
para malaikat lain tidak membiarkan ruh itu ada di tangan malaikat pencabut
nyawa sekejap mata pun hingga mereka meletakkannya di atas kain yang
mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai yang ada di muka bumi.
Kemudian mereka membawanya naik.
Mereka melewati sekumpulan malaikat hingga para malaikat itu pun bertanya: 'Ruh
siapakah yang berbau busuk ini?'
Para malaikat yang membawa ruh
menjawab: 'Ia adalah fulan bin fulan,' dengan sebutan nama yang paling buruk
sebagaimana namanya dipanggil di dunia. Mereka tiba di langit dunia. Namun,
langit itu tidak dibukakan ketika diminta untuk dibukakan baginya.' Kemudian
Rasulullah membaca ayat: 'Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka
dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.'
(QS. Al-A'raf: 40)
Rasulullah melanjutkan: 'Allah
berfirman: 'Tulislah kitabnya di dalam penjara di bumi yang bawah.' Kemudian
ruhnya dilemparkan dengan sekali lemparan.' Lalu beliau membaca ayat: 'Siapa
yang mempersekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh dari langit lalu disambar
oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.' (QS. Al-Hajj: 31)
Rasulullah kembali melanjutkan: 'Setelah itu, ruhnya dikembalikan ke jasadnya.
Dua malaikat mendatanginya seraya berkata: 'Siapkah Rabbmu?'
Ia menjawab: 'Hah, hah? Aku tidak
tahu.'
Malaikat itu bertanya: 'Siapakah
orang yang diutus di tengah kalian?' Ia menjawab: 'Hah, hah? Aku tidak tahu.'
Lantas ada penyeru yang menyeru
dari langit: 'Hamba-Ku ini telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya
dan bukakanlah pintu baginya yang menuju ke neraka.'
Maka didatangkan kepadanya hawa
panas dan racun neraka, makamnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas.
Lalu ia didatangi laki-laki berwajah menyeramkan, buruk pakainnya, dan
mengeluarkan aroma yang busuk seraya berkata: 'Terimalah kabar yang
menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.'
Hamba itu bertanya: 'Siapakah
engkau, sungguh wajahmu sangat buruk.' Orang yang datang menjawab: 'Aku adalah
amal perbuatan burukmu.'
Hamba itu berkata: 'Ya Rabb,
janganlah Engkau datangkan hari Kiamat'." Hadis ini diriwayatkan Imam
Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i, lbnu Majah, Abu Awanah al-Isfira'ainu di dalam
sahihnya.
Semua Ahlussunnah wal Jama'ah dan
semua golongan sependapat dengan apa yang terkandung di dalam hadis ini. Abu
Muhammad bin Hazm berkata di dalam kitab Al-Milal wa an-Nihal, "Orang yang
berpendapat bahwa jenazah kembali hidup di dalam kubur pada hari Kiamat adalah
pendapat yang salah. Ayat-ayat yang kami sebutkan menolak pendapat seperti itu,
seperti firman Allah SWT :'Mereka menjawab: 'Ya Tuhan kami, Engkau telah
mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula).' (QS.
Al-Mu'min: 11)
'Bagaimana kamu ingkar kepada
Allah, padahal kamu (tadinya) mati lalu Dia menghidupkan kamu kemudian Dia
mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.' (QS. Al-Baqarah: 28)
Sekiranya jenazah dihidupkan di
dalam kubur, berarti Allah menghidupkan kita tiga kali dan mematikan kita tiga
kalinya pula. Yang demikian itu batil dan bertentangan dengan al-Qur'an.
Kecuali orang-orang yang dihidupkan Allah sebagai bukti kekuasaan bagi seorang
nabi, seperti halnya orang-orang yang keluar dari rumahnya yang jumlahnya
mencapai ribuan karena mereka takut mati. Maka Allah berfirman kepada mereka:
'Matilah!' Kemudian Allah menghidupkan mereka
kembali. Begitu juga orang yang
melewati suatu negeri yang bangunannya telah roboh menutupi atap-atapnya.
Begitu pula siapa pun yang dikhususkan nash atau seperti yang difirmankan
Allah: 'Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa
(seseorang) yang beum mati ketika ia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu
yang ditentukan.' (QS. Az-Zumar: 42)
Dari ayat ini diketahui bahwa ruh
semua orang yang sudah meninggal tidak dikembalikan lagi ke jasadnya kecuali hingga
batas waktu yang telah ditentukan, yaitu pada hari Kiamat. Rasulullah SAW juga
telah mengabarkan bahwa beliau melihat ruh-ruh pada malam Isra' Mi'raj. Yang
berada di sebelah kanan Adam adalah ruh-ruh orang bahagia, sedangkan yang di
sebelah kiri Adam adalah orang-orang yang menderita.
Beliau juga mengabarkan sewaktu
perang Badar ketika berbicara kepada orang-orang yang sudah meninggal. Meskipun
sudah meninggal, mereka bisa mendengarkan perkataan beliau sebelum mereka
menghadapi apa yang terjadi di alam kubur. Beliau tidak mengingkari perkataan
sahabat bahwa mereka itu sudah menjadi bangkai.
Beliau mengabarkan bahwa
orang-orang yang sudah meninggal itu bisa mendengar perkataan beliau. Tidak
dapat diragukan lagi ruh hanya bisa diajak berbicara dan mendengar saja. Adapun
jasad tidak memiliki rasa. Tentang firman Allah: 'Dan kamu sekali-kali tidak
sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar,' maksudnya
penafian pendengaran dari orang-orang yang ada di dalam kubur ini adalah jasad.
Orang muslim tidak ragu bahwa pendengaran yang dinafikan Allah ini tidak sama
dengan pendengaran yang ditetapkan Rasulullah."
lbnu Hazm juga berkata bahwa
tidak ada riwayat yang sahih dari Rasulullah bahwa ruh orang yang sudah
meninggal dikembalikan lagi ke jasadnya ketika menghadapi pertanyaan. Sekiranya
ada hadis yang sahih tentu kami akan mengatakan seperti itu. Adanya tambahan
bahwa ruh dikembalikan ke jasad di alam kubur merupakan riwayat yang menyendiri
dan al-Minhal bin Amr tidak kuat, Syu'bah dan lain-lainnya meninggalkan
dirinya.
Al-Mughirah bin Muqsim
adh-dhabbi, salah seorang imam berkata, ''Al-Minhal bin Amr tidak kuat untuk
dijadikan saksi dalam Islam atas apa yang ia nukil. Semua pengabaran yang
terkuat berbeda dengan tambahan ini.
lbnu Hazm berkata, "Inilah
yang kami katakan dan inilah yang benar menurut riwayat dari para
sahabat."
Kemudian ia menyebutkan dari
jalur lbnu Uyainah, dari Manshur bin Shafiyah, dari ibunya Shafiyah bin
Syaibah, ia berkata, "lbnu Umar masuk masjid dan melihat jasad lbnu Zubair
yang dibaringkan di sana sebelum dimakamkan. Ada yang berkata kepadanya: 'Ini
Asma' binti Abu Bakar ash-Shddiq.'
lbnu Umar mnghampiri Asma' dan
mengucapkan belasungkawa kepadanya. Lalu lbnu Umar berkata: 'Jasad ini tidak
ada artinya apa-apa. Sesungguhnya, ruh itu ada di sisi Allah.'
Thu lbnu Zubiar (Asma') berkata: 'Apa yang bisa menghalangiku kelaupun aku sudah menyerahkan kepada Yahya bin Zakaria kepada seorang pelacur bani Israil'?"
Menurut pendapat kami, yang
dikatakan Abu Muhammad bin Hazm ini ada yang benar dan ada yang batil. Tentang
perkataannya: "Orang yang berpendapat bahwa jenazah hidup kembali di dalam
kubumya pada hari Kiamat adalah pendapat yang salah." Ini merupakan
perkataan yang belum rind. Jika yang dimaksudkan adalah kehidupan yang ditetapkan
di dunia, yang merupakan kehidupan ruh dan jasad, membutuhkan makanan, minuman,
dan pakaian, tentu saja ini adalah salah. Seperti juga yang dikatakannya:
"Perasaan dan akal itu bisa mendustakannya sebagaimana ia juga didustakan
oleh nash."
Namun, jika yang dimaksudkan
adalah kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan didunia ini, ruh
dikembalikan kepadanya tidak seperti pengembalian yang berlaku di dunia untuk
ditanyai di alam kubur, itu adalah benar dan penafiannnya adalah salah. Hal ini
telah ditunjukkan oleh nash yang sahih dan jelas maknanya, yaitu sabda Nabi :
"Lalu ruhnya dikembalikan ke jasadnya," jawaban tentang pendhaifan
hadis ini akan kami sampaikan di bagian selanjutnya, in syaa Allah.
Tentang dalil yang digunakan lbnu
Hazm, berupa firmanAllah: "Mereka menjawab, wahai Rabb kami, Engkau telah
mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali pula," tidak
menafikan pengembalian ruh ke jasad sebagaimana seorang korban dari kalangan
Bani Israil kemudian dihidupkan kembali oleh Allah setelah korban itu dibunuh
kemudian dimatikan kembali, yang penghidupan itu tidak dimaksudkan untuk
mendapatkan pertanyaan kubur. Pasalnya, ia dihidupkan hanya sesaat saja, dengan
mengatakan, "Fulan yang membunuhku". Setelah itu, ia pun menjadi
mayat kembali. Jadi, perkataannya, "Kemudian ruhnya dikembalikan ke
jasadnya," tidak menunjukkan kepada kehidupan yang tetap, tetapi hanya
menunjukkan pengembalian ruh ke jasad dan kaitan ruh kepadanya tetap dalam
kaitan ruh dengan jasad meskipun telah rusak.
Rahasia dalam masalah ini adalah
bahwa ruh dan jasad mempunyai lima macam kaitan, yang bisa mengubah hukum:
1. Keterkaitan ruh dengan jasad di rahim ibu selagi masih berupa
janin.
2. Keterkaitan ruh dengan jasad setelah janin itu keluar ke muka
bumi.
3. Keterkaitan ruh dengan jasad di saat tidur, yaitu di satu sisi
memiliki keterkaitan dan di sisi lain dalam keadaan terpisah.
4 Keterkaitan ruh dan jasad
di alam barzakh. Meskipun ruh itu berpisah dengan jasad dan terlepas darinya,
bukan merupakan perpisahan secara menyeluruh sehingga sama sekali tidak
memperhatikan jasad. Kami sudah menjawab hal ini dalam menjelaskan hadis dan
atsar yang menunjukkan bahwa ruh itu dikembalikan kepadanya saat menjawab salam
orang muslim yang masih hidup.
5. Keterkaitan ruh
dengan jasad pada hari semua manusia dalam kubur dibangkitkan dan ini merupakan
jenis keterkaitan ruh dengan jasad yang paling sempurna sehingga tidak ada lagi
artinya semua keterkaitan yang ada sebelumnya karena ini merupakan keterkaitan
yang tidak menerima kematian, tidur, dan kerusakan bagi jasad.
Tentang firman Allah SWT:
"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa
(seseorang) yang belum mati ketika ia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu
yang ditentukan. 11 (QS. Az-Zumar: 42)
Menahan jiwa yang telah
ditetapkan kematiannya di sini tidak menafikan dikembalikannya ruh kepada jasad
pada saat kapan pun, yang tidak mengharuskan kehidupan seperti kehidupan di
dunia. Jika ruh orang yang tidur tetap di jasadnya, berarti ia hidup dan
kehidupannya tidak seperti orang yang sedang berjaga. Pasalnya, tidur itu
seperti saudara kandung kematian. Begitu juga jenazah, jika ruhnya dikembalikan
ke jasadnya, ia mempunyai keadaan pertengahan antara hidup dan mati.
Perhatikanlah hal ini baik-baik tentu akan menghilangkan sekian banyak
permasalahan rumit.
Tentang pengabaran Nabi yang
melihat para nabi pada malam Isra' Mi'raj maka sebagian ahli hadis mengatakan
bahwa yang mereka lihat itu adalah ruh dan sesuatu yang menyerupai mereka.
Beliau bersabda, "Mereka hidup di sisi Rabb mereka." Beliau melihat
Ibrahim menyandarkan punggung di Baitul Ma'mur, beliau melihat Musa shalat di
atas makamnya. Beliau juga menyampaikan gambaran diri mereka. Beliau melihat
Musa sebagai seorang laki-laki yang kekar dan tinggi besar. Beliau melihat Isa
selalu menekurkan wajahnya ke tanah, seakan-akan ia dikeluarkan dari tanah.
Beliau melihat Ibrahim yang serupa dengan diri beliau.
Pendapat ini ditentang yang lain
seraya berkata, "Apa yang dilihat beliau adalah ruh mereka tanpa jasad
mereka karena bisa dipastikan jasad mereka ada di bumi. Yang dibangkitkan pada
hari Kiamat adalah jasad dan sebelum itu tidak ada kebangkitan jasad. Jika ada
kebangkitan sebelum itu, berarti bumi sudah terbelah sebelum hari Kiamat dan
merasakan kematian karena tiupan sangkakala. Berarti kematian pada tiupan
sangkakala ini merupakan kematian yang ketiga kalinya sehingga bisa dipastikan
bahwa ini adalah batil. Sekiranya jasad telah dibangkitkan dari kubur, berarti
Allah bukan mengembalikan mereka ke dalam kubur itu, tetapi berada di surga.
Padahal, ada riwayat sahih dari Nabi SAW bahwa Allah mengharamkan surga bagi
para nabi sehingga Rasulullah masuk ke sana. Jadi, beliau adalah orang yang
pertama kali membuka pintu surga, berarti beliau adalah orang yang pertama kali
buminya dibelah dan tidak ada yang bumi ini dibelah bagi orang lain sebelum
beliau.
Sebagaimana juga diketahui, jasad
Rasulullah tetap berada di bumi dalam keadaan segar dan utuh. Para sahabat
pernah bertanya kepada beliau, "Bagaimana mungkin shalawat kami tampakkan
kepada engkau sementara jasad engkau telah hancur?" Beliau menjawab,
"Sesungguhnya, Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi."
Sekiranya jasad beliau tidak ada
dalam Hang lahatnya maka beliau tidak bisa menjawab shalawat. Ada pula riwayat
sahih yang menerangkan bahwa Allah menugaskan kepada malaikat di dalam makam
beliau yang bertugas menyampaikan salam kepada beliau dari umatnya. Adapula
riwayat yang sahih menerangkan bahwa beliau pemah pergi bersama Abu Bakar dan
Umar lalu beliau bersabda,
"Beginilah keadaan kita saat
dibangkitkan."
Di samping semua itu dapat
dipastikan bahwa ruh beliau yang berada di Ar Afiq al-A’la di tingkat surga
yang paling tinggi bersama ruh para nabi yang lain. Ada pula riwayat sahih dari
beliau bahwa pada malam Isra' Mi'raj beliau melihat Musa berdiri di atas
makamnya sedang mendirikan shalat, yang beliau lihat di langit keenam atau ke
tujuh. Jadi, ruh ada di sana dan berhubungan dengan jasad yang ada di dalam
makam, ditampakkan saling dikaitkan, sehingga bisa menjawab salam kepada orang
yang mengucapkan salam kepada beliau, sedangkan ruh beliau berada di Ar-Afiq
al-A’la.
Tidak ada penafian di antara dua
hal ini. Pasalnya, keadaan ruh tidak sama dengan keadaan jasad. Boleh jadi,
kita mendapatkan dua jiwa yang serupa, saling berdekatan dan beriringan,
meskipun keduanya ada di ujung barat dan timur. Sementara itu, ada dua jiwa
yang saling membenci dan menjauh meskipun jasad mereka saling berdekatan dan
bersentuhan.
Ruh yang turun, naik, dan
berdekatan dan berjauhan, bukan termasuk jenis dari bagian jasad. Ruh itu naik
ke atas langit kemudian turun ke bumi, antara ditahan dan dikembalikan lagi ke
jasad yang membujur di dalam liang lahat, memakan waktu yang sangat singkat,
tidak seperti gambaran jasad yang baik kemudian turun lagi.
Begitu pula saat ruh itu naik dan
kembali lagi ke jasad pada saat tidur dan terjaga. Sebagian orang
mengumpamakannya seperti matahari dan sinamya. Matahari itu di langit dan
sinamya ada di bumi.
Syekh kami berkata, ini merupakan
perumpamaan yang tepat. Pasalnya, materi matahari tidak turun dari langit dan
sinar yang menimpa bumi bukan merupakan matahari dan bukan pula sifatnya,
tetapi sinar itu merupakan tabiat yang muncul dari matahari dan panas yang
dihasilkannya. Sementara itu, ruh bisa naik dan bisa turun.
Adapun tentang pertanyaan para
sahabat kepada Nabi sehubungan dengan orang-orang yang terbunuh dalam Perang
Badar: "Bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah
menjadi bangkai?" Lalu pengabaran beliau bahwa mereka itu dapat mendengar
perkataan beliau. Hal itu tidak menafikan pengembalian ruh ke jasad mereka pada
waktu itu sehingga mereka bisa mendengar perkataan beliau pada waktu itu
meskipun jasad mereka telah menjadi bangkai. Dalam pembahasan ini ditujukan
kepada ruh yang terkait dengan jasad yang sudah membusuk dan rusak.
Tentang firman Allah:"Dan
kami sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang ada di dalam kubur bisa
mendengar, maka kalimat ayat ini menunjukkan bahwa orang kafir yang hatinya
mati tidak bisa diperdengarkan apa pun yang bermanfaat baginya. Hal ini
sebagaimana orang di dalam kubur tidak bisa diperdengarkan sesuatu yang bisa
diambil manfaatnya.
Allah tidak memaksudkan bahwa
orang-orang yang ada di dalam kubur tidak bisa mendengar apa pun sama sekali.
Bagimana mungkin hal ini terjadi, sedangkan Rasulullah sudah mengabarkan bahwa
mereka bisa mendengar suara sandal orang-orang yang mengiringi jenazahnya. Juga
mengabarkan bahwa orang orang yang terbunuh dalam Perang Badar bisa mendengar
perkataan beliau. Biliau juga mensyariatkan salam ketika memasuki arena
pemakaman dengan redaksi yang seakan-akan ditujukan kepada orang yang berwujud
dan dapat mendengar. Beliau juga megabarkan bahwa siapa yang mengucapkan salam
kepada saudaranya Muslim yang sudah meninggal di makamnya maka saudaranya
tersebut dapat menjawab salamnya.
Ayat ini serupa dengan ayat
berikut:
"Sungguh engkau tidak dapat
menjadikan orang yang mati dapat mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang
yang tuli dapat mendengar seruan jika mereka telah berpaling ke belakang."
(QS. An-Naml: 80)
Ada yang berpendapat bahwa di
sini ada penafian mendengar bagi orang yang tuli seteleh penafian mendengar
bagi orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa maksudnya mereka
berdua tidak bisa mendengar, dan hati mereka mati yang membuatnya tidak dapat
mendengar, yang disejajarkan dengan berbicara kepada orang yang mati atau tuli.
Pendapat ini memang benar, tetapi
tidak menafikan pendengaran ruh setelah mati, seperti pendengaran yang
dikaitkan dengan jasad. Jadi, yang demikian itu bukan termasuk memperdengarkan
yang dinafikan.
Hakekat makna ayat ini adalah
kamu (Muhammad) tidak dapat membuat orang yang tidak dikehendaki Allah untuk
mendengar dapat mendengar sebab kamu hanyalah seorang pemberi peringatan.
Dengan kata lain, Allah hanya memberimu kesanggupan menyampaikan peringatan
yang dibebankan kepadamu dan tidak harus membuat orang yang tidak dikehendaki
Allah untuk mendengar agar mau mendengar.
Tentang perkataan lbnu Hazm,
hadis ini tidak sahih karena al-Minhal bin Amr meriwayatkannya seorang diri dan
tidak kuat, ini termasuk penelitian yang sepintas lalu saja.
Tidak dapat diragukan lagi, hadis
ini sahih, yang diriwayatkan al-Bara' bin Azib, di antaranya adalah Adi bin
Tsabit, Muhammad bin Uqbah, dan Mujahid.
Al-hafizh abu Abdullah bin Mandah
berkata dalam kitabnya Ar-Ruh wa an-Nafs, "Muhammad bin Ya'qub bin Yusuf
telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq ash-shafar telah
menceritakan kepada kami bahwa Isa bin Musayyib telah memberitahukan kepada
kami, dari Adi bin tsabit, dari al-Barra', ia berkata: 'Kami keluar bersama
Rasulullah untuk menghadiri jenazah salah seorang dari kalangan Anshar. Kami
tiba di makam yang saat itu jenazahnya belum dimasukkan ke dalam liang lahat.
Beliau duduk dan kami pun ikut duduk. Seakan-akan di atas pundak kami ada
bongkahan tanah dan kami seakan-akan di atas kepala kami bertengger seekor
burung.
Beliau diam sejenak lalu
mengangkat kepala dan bersabda: 'Sesungguhnya, jika seorang mukmin menuju
akhirat meninggal dunia dan malaikat pencabut nyawa menghampirinya, para
malaikat datang pula kepadanya sambil membawa kain kafan dari surga dan keranda
dari surga pula. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malaikat
pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya kemudian berkata: 'Keluarlah wahai jiwa
yang tenang. Keluarlah kepada rahmat Allah dan keridhaan-Nya.'
Lantas jiwanya keluar seraya
mengucurkan setetes air. Jika jiwanya sudah keluar, semua malaikat yang ada di
antara langit dan bumi berdoa baginya. Kemudian jiwanya dibawa ke langit dan
langit dibukakan baginya. Para malaikat mengiringinya hingga langit ke dua,
ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh hingga tiba di Arsy. Setelah di
sana, bukunya di tulis di Illiyyin. Rabb berfirman: 'Kembalikan hamba-Ku ke
tempatnya berbaring karena Aku sudah berjanji kepada mereka bahwaAku
menciptakan mereka dari tanah, di sanaAku mengembalikannya, dan dari sana Aku
mengeluarkannya pada kali yang kedua.'
Kemudian jiwanya dikembalikan ke
tempatnya berbaring. Malaikat Munkar dan Nakir pun datang sambil menaburkan
tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Keduanya
mendudukkan jenazah dan bertanya: 'Siapakah Rabb-mu?'
Ia menjawab: 'Rabbku adalah
Allah.'
Kedua malaikat itu berkata:
'Engkau benar.' Kemudian ia ditanya lagi: 'Siapa Nabimu?'
Ia menjawab: 'Nabiku Muhammad,
rasul Allah.' Kedua malaikat itu berkata: 'Engkau benar.'
Kemudian makamnya dilapangkan
sejauh mata memandang. Lalu ia didatangi seorang laki-laki yang wajahnya
menawan, baunya harum dan pakaiannya indah, ia berkata kepadanya: 'Allah telah
memberikan pahala kebaikan padamu. Demi Allah, aku tidak tahu ternyata engkau
benar-benar bersegera dalam ketaatan kepadaAllah dan dan enggan untuk
mendurhakai-Nya.'
Ia berkata: 'Dan engkau,
semogaAllah memberikan pahala kebaikan kepadamu, siapakah engkau?'
Lelaki itu menjawab: 'Aku adalah
amal saleh yang engkau kerjakan.'
Pintu surga dibukakan di
hadapannya sehingga ia bisa melihat tempat duduknya dan tempat tinggalnya yang
ada di sana hingga tiba hari Kiamat .
Adapun jika orang kafir meninggal
dunia dan menuju akhirat serta didatangi maut, para malaikat turun kepadanya
dari langit sambil membawa kafan dari neraka dan keranda dari neraka pula.
Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malaikat pencabut nyawa
datang lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang
kotor, keluarlah kepada kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.'
Ruh orang itu pun berpencar ke
seluruh jasadnya karena tidak ingin keluar, juga karena apa yang dilihatnya.
Kemudian malaikat pencabut nyawa memaksanya keluar sebagaimana besi berduri
yang dipaksa dicabut dari kain wol yang basah. Setelah ruhnya keluar, semua
malaikat yang ada di antara langit dan bumi melaknatnya. Ketika jiwanya dibawa
naik ke atas, langit ditutup baginya. Allah berfirman: 'Kembalikan hamba-Ku ke
tempatnya berbaring karena Aku sudah berjanji kepada mereka bahwa Aku
menciptakan mereka dari tanah, ke sana Aku mengembalikan dan dari sana Aku
mengeluarkannya pada kali yang lain.'
Maka ruhnya dikembalikan lagi ke
tempatnya berbaring. Malaikat Munkar dan Nakir pun datang sambil menaburkan
tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Suaranya seperti
halilintar yang menggelegar dan pandangannya seperti kilat yang menyambar. Dua
malaikat itu mendudukkan jenazah seraya berkata: 'Siapakah Tuhanmu?' Ia
menjawab: 'Aku tidak tahu.'Ada yang berseru dari arah samping kubur: 'Engkau
memang tidak tahu.'
Malaikat Munkar dan Nakir pun
memukulinya dengan tongkat dari besi. Meskipun timur dan barat menyatu, pukulan
ini tidak akan berkurang dan makamnya menyempit hingga tulang-tulang rusuknya
tercecer.
Kemudian ia didatangi seorang
laki-laki berwajah buruk menyeramkan, buruk pakaiannya, dan busuk baunya,
seraya berkata: 'Allah memberikan pahala keburukan kepadamu. Demi Allah, aku
tidak tahu, ternyata engkau benar-benar terlambat taat kepada Allah dan cepat
mendurhakai-Nya.'
Ia bertanya: 'Siapakah engkau?'
Lelaki itu menjawab: 'Aku adalah
amal buruk yang telah engkau lakukan.'
Kemudian pintu neraka dibukakan
di hadapannya dan ia melihat tempat duduknya di dalam neraka hingga tiba hari
Kiamat'."
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Mahmud bin Ghailan dari Abu Nadhr. Dalam hadis ini disebutkan bahwa
ruh dikembalikan ke kubur lalu Malaikat Munkar dan Nakir mendudukkan jenazah
dan berbicara kepadanya.
lbnu Mandah menyebutkan dari
jalur riwayat Muhammad bin Salamah, dari Khashif al-Jazri, dari Mujahid, dari
al-Barra' bin Azib, ia berkata, "Kami mengiring jenazah seorang laki-laki
dari kalangan Anshar. Rasulullah juga ada bersama kami hingga tiba di pemakaman
dan jenazahnya belum dimakamkan.
Setelah jenazahnya diletakkan,
beliau duduk lalu bersabda: 'Sesungguhnya, jika orang mukmin meninggal dunia,
malaikat pencabut nyawa mendatanginya dalam rupa yang menawan dan bau yang
harum. Malaikat pencabut nyawa duduk didekatnya untuk mencabut ruhnya. Lalu ada
dua malaikat yang datang sambil membawa keranda dan juga kafan dari surga. Dua
malaikat ini sudah terlihat dari kejauhan, malaikat pencabut nyawa mengeluarkan
ruh dari jasadnya dengan cepat dan lancar. Jika ruhnya sudah dipegang malaikat
pencabut nyawa, dua malaikat itu segera mengambilnya, diletakkan di atas
usungan dari surga, dan dikafani dengan kafan dari surga. Kemudian membawanya
naik ke surga. Pintu-pintu langit dibukakan baginya dan para malaikat
bergembira melihat kedatangannya. Mereka bertanya: 'Milik siapakan ruh yang
harum ini, yang menyebabkan pintu-pintu langit dibukakan baginya?'
Namanya disebut dengan penyebutan
yang paling baik sebagaimana namanya disebut ketika di dunia. Ada yang
menjawab: 'Ini adalah ruh fulan.'
Jika ruh itu naik ke langit, para
malaikat yang lebih dekat ke langit itu mengiringinya hingga ruh itu diletakkan
di hadapan Allah, di Arsy. Amalnya dikeluarkan dari Illiyyin. Lalu Allah
berfirman: 'Kembalikan ruh hamba-Ku ke bumi karena Aku sudah berjanji bahwa Aku
akan mengembalikannya ke tanah.' Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat
al-Qur'an: 'Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami
akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu
yang lain.' (QS. Thaha: 55)
Jika seorang mukmin diletakkan
didalam liang lahat, didekat kakinya dibukakan pintu menuju ke surga lalu
dikatakan kepadanya: 'Lihatlah balasan yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'
Di dekat kepalanya dibukakan satu pintu menuju ke neraka dan dikatakan
kepadanya: 'Lihatlah siksa yang dijauhkan Allah darimu.' Setelah itu dikatakan
kepadanya: 'Sekarang, tidurlah dengan tenang!' Tidak ada sesuatu yang lebih ia
sukai selain dari datangnya hari Kiamat'."
Rasulullah SAW bersabda,
"Jika seorang mukmin diletakkan di liang lahat, tanah berkata kepadanya:
'Engkau benar-benar orang yang aku cintai. Sebelumnya, engkau orang yang berada
di atas punggungku, bagaimana jika engkau sekarang berada di dalam perutku agar
aku dapat memperlihatkan apa yang akan aku perbuat terhadap dirimu?' Kuburnya
dilapangkan sejauh mata memandang."
Rasulullah SAW juga bersabda,
"Jika orang kafir diletakkan dalam kuburnya, Malaikat Munkar dan Nakir
mendatanginya, mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: 'Siapakan Tuhanmu?'
Ia menjawab: 'Aku tidak tahu.'
Maka keduanya berkata: 'Engkau
memang tidak tahu.' Lalu keduanya memukul orang kafir itu dengan sekali pukulan
hingga menjadi abu. Kemudian dikembalikan lagi dan didudukkan. Lalu ditanya:
'Siapakah orang ini?'
Ia justru bertanya: 'Orang yang
mana?' Dua malaikat itu berkata: 'Muhammad .,
Ia berkata: 'Kata orang-orang ia
adalah utusan Allah.'
Maka dua malaikat itu memukulnya
dengan sekali pukulan hingga menjadi abu."
Ini adalah hadis masyhur yang
kesahihannya dijamin olah para penghafal hadis. Kami juga tidak melihat seorang
pun dari para imam hadis yang menyangsikan isinya, bahkan mereka meriwayatkan hadis ini di dalam
kitab-kitab mereka, menerimanya, dan menjadikannya sebagai dasar tentang siksa
dan kenikmatan di dalam kubur, pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, pencabutan
ruh, naiknya ruh ke hadapan Allah kemudian dikembalikan lagi ke kubur.
Perkataan Abu Muhammad bin Hazm
bahwa hadis ini hanya diriwayatkan Zadan, hanya sekadar dugaan darinya.
Pasalnya, hadis ini juga diriwayatkan dari al-Bara' yang berbeda dengan Zadan.
Sementara itu, Adi bin Tsabit, Mujahid bin Zubair, Muhammad bin Uqbah, dan
lain-lainnya juga meriwayatkan darinya. Muslim juga meriwayatkan di dalam
Shabb.-nya. Yahya bin Main berkata, "Ia adalah tsiqat (tepercaya)."
Ketika Humaid bin Hilal ditanya tentang dirinya, ia menjawab, "Ia adalah
tsiqat." Menurut Ibnu Adi, hadis-hadis tidak bermasalah jika diriwayatkan
dari orang yang tsiqat.
Tentang perkataan Abu Muhammad
bin Hazm bahwa Minhal bin Amr menyendiri dalam tambahan ini, yaitu
perkataannya: "Ruhnya dikembalikan ke jasadnya," lalu ia mendhaifkan
Minhal. Jadi, sebenarnya ia adalah orang yang tepercaya dan lurus. Menurut Ibnu
Mu'in, Minhal adalah orang yang tepercaya, begitu juga menurut al-Ajli al-Kufi.
Kesangsian yang paling besar tentang dirinya bahwa ia pernah mendengar suara
nyanyian dalam rumahnya. Yang demikian ini tidak mengharuskan penyangsian
terhadap riwayat dan hadisnya. Oleh karena itu, tuduhan dhaif yang dilayangkan
oleh Ibnu Hazm ini tidak berarti apa-apa. Tidak ada sebab yang mengharuskannya
didhaifkan selain dari penyendiriannya karena kalimat: "Ruhnya
dikembalikan ke jasadnya".
Sementara itu, kami telah
menjelaskan bahwa ia tidak menyendiri dalam hal ini karena yang lain juga
meriwayatkannya. Bahkan, ada juga riwayat-riwayat lain yang serupa dengan
riwayat ini dan semuanya sahih tidak perlu untuk diragukan.
Ada juga yang beralasan bahwa
Zadan tidak pemah mendengamya dari Barra' bin Azib. Alasan ini tidak bisa
diterima karena Awanah al-Isfira'aini meriwayatkan di dalam Shab-nya dengan
isnad dari Abu Amr Zadan al-Kindi, ia berkata, "Aku pernah mendengar dari
Bara' bin Azib. Menurut Abu Abdullah bin Mandah, isnadnya bersambung dan
masyhur yang diriwayatkan jamaah dari Barra'."
Anggaplah kami mengabaikan hadis
Barra' maka hadis-hadis sahih lainnya menjelaskan masalah ini dengan gamblang,
seperti hadis Ibnu Abu Dzi'b, dari Muhammad bin Amr bin Atha', dari Said bin
Yassar, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya jenazah
itu didatangi malaikat. Jika ia orang saleh, malaikat berkata, "Keluarlah,
wahai jiwa yang baik yang sebelumnya ada di jasad yang baik pula. Keluarlah
dalam keadaan terpuji dan terimalah kabar gembira berupa rahmat, raihan, dan
Rabb yang tidak murka!"
Beliau bersabda, "Malaikat
itu berkata demikian hingga ruh orang-orang yang saleh itu keluar kemudian ia
membawanya ke langit dan meminta agar langit dibukakan baginya."
Ada yang bertanya, "Siapa
itu?"
Para malaikat menjawab,
"Fulan." Dalam riwayat lain disebutkan: "Fulan bin Fulan."
Para malaikat lain berkata,
"Selamat datang kepada jiwa yang baik, yang sebelumnya berada di dalam
jasad yang baik pula. Masuklah dalam keadaan terpuji dan terimalah kabar
gembira berupa rahmat, raihan, dan Rabb yang tidak murka." Yang demikian
ini terus dikatakan hingga ia tiba di langit tempat bersemayamnya Allah.
Jika ia orang yang buruk, malaikat
berkata, "Keluarlah wahai jiwa yang kotor, yang sebelumnya ada di jasad
yang kotor pula. Keluarlah dalam keadaan hina dan terimalah kabar berupa air
yang sangat panas dan air yang sangat dingin serta siksa yang bentuknya saling
berpasangan." Mereka terus mengatakan itu hingga ruhnya keluar.
Kemudian malaikat membawa ruhnya
naik ke langit dan meminta agar langit dibukakan baginya. Ada yang bertanya,
"Siapa ini?"
Para malaikat menjawab,
"Fulan."
"Tidak ada ucapan selamat
bagi jiwa kotor yang sebelumnya ada dalam jasad yang kotor pula. Kembalilah
dalam keadaan hina karena pintu-pintu langit tdak akan dibukakan bagimu."
Maka ruh yang keluar itu dilepaskan antara langit dan bumi lalu diletakkan di
dalam kubur.
Orang saleh duduk di dalam Hang
lahatnya tidak takut dan tidak pula gelisah. Ketika ditanyakan, "Apa yang
engkau katakan tentang Islam dan orang itu?" Maka ia menjawab,
"Beliau adalah Muhammad, rasul Allah yang datang kepada kami dengan
membawa bukti-bukti keterangan dari sisiAllah lalu kami beriman kepadanya dan
kami membenarkannya."
Menurut al-Hafizh Abu Nu'aim, ini
adalah hadis yang sudah disepakati kebenarannya oleh para penukil hadis,
termasuk Imam al-Bukhari dan Muslim bin al-Hajjaj, terhadap riwayat lbnu Abu
Dzi'b, Muhammad bin Amr bin Atha' dan Said bin Yassar, dan mereka semua
berdasarkan syarah al-Bukhari dan Muslim.
Para imam terdahulu juga
meriwayatkannya dari lbnu Dzi'b, seperti lbnu Abi Fudaik dan Abdurahman bin
Ibrahim. Jadi, yang meriwayatkannya dari Abu Dzi'b tidak hanya satu orang.
Abu Abdullah bin Mandah berhujah
tentang kembalinya ruh ke jasad dengan berkata bahwa Muhammad bin Husain telah
menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abdurrahman ash-Shaigh al-Balkhi, dari
adh-Dhahhak bin Muzahim, dari lbnu Abbas, ia berkata, "Suatu hari ketika
Rasulullah sedang duduk, beliau membaca ayat: '(Alangkah ngerinya) sekiranya
engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan
sakratulmaut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata):
'Keluarkanlah nyawamu'.' (QS. Al-An'am: 93) Lalu beliau bersabda: 'Demi diri
Muhammad yang ada di tangan-Nya, tidak ada jiwa yang meninggalkan dunia hingga
ia melihat tempat duduknya di surga atau di neraka.'
Kemudian beliau bersabda lagi:
'Pada waktu itu ada dua baris malaikat yang berjajar rapi di antara dua sisi
yang sempit, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Ia melihat para malaikat
itu dan tidak ada yang terlihat selain mereka. Sekiranya kalian bisa melihat
mereka bahwa kalian sedang menunggu kalian dan mereka memegang kain kafan dan
keranda. Jika ia seoang Muslim, mereka menyampaikan kabar gembira berupa surga
dan mereka berkata: 'Keluarlah wahai jiwa yang baik kepada keridhaan Allah dan
surga Nya. Allah telah menyiapkan kemuliaan bagimu, yang lebih baik dari dunia
dan seisinya.' Mereka senantiasa menyampaikan kabar gembira itu dan
memuliakannya. Mereka lebih lemah lembut dan lebih mengasihi daripada kasih
saying seorang ibu kepada anaknya. Kemudian mereka mencabut nyawanya dari
bawah. Setiap kuku dan sendi-sendi, satu persatu menjadi mati, dan ia pun
menjadi lemah. Sementara itu, kalian melihatnya keras hingga mencapai
janggutnya.'
Beliau bersabda lagi, "Ruh
itu lebih tidak suka keluar dari jasad daripada janin yang hendak keluar dari
rahim. Setiap malaikat berebut siapakah di antara mereka yang memegangnya. Yang
menangani pencabutan ruh ini adalah
malaikat pencabut nyawa."
Kemudian beliau SAW membaca ayat,
"Katakanlah: 'Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan
mematikan kamu kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan'." (QS.
As-Sajdah: 11)
Malaikat pencabut nyawa
meletakkannya di atas kain kafan putih kemudian merengkuhnya, lebih dekat
daripada rengkuhan ibu yang baru melahirkan bayinya. Kemudian dari ruh itu
berembus aroma yang sangat harum melebihi harumnya minyak kesturi sehingga para
malaikat itu pun menghirup baunya dan mereka merasa senang karenanya. Mereka
berkata, "Selamat datang kepada ruh yang baik dan bau yang harum. Ya Allah
berikanlah shalawat kepada ruh dan jasad yang darinya ruh itu keluar."
Lalu mereka membawanya naik.
Allah mempunyai ciptaan di udara dan tidak ada yang mengetahui jumlahnya,
kecuali Allah semata. Dari ruh itu, mereka mencium bau yang sangat harum
melebihi bau minyak kesturi. Mereka bershalawat kepadanya dan senang kepadanya.
Pintu-pintu langit dibukakan dan setiap malaikat di langit bershalawat
kepadanya, setiap kali ruh itu melewati mereka hingga akhirnya ia tiba di
hadapan Allah.
Kemudian Allah berfirman,
"Selamat datang kepada jiwa yang baik dan kepada jasad yang ruh itu keluar
darinya." Jika Allah berfirman kepada sesuatu selamat datang, artinya
segala sesuatu juga melakukan hal yang sama dan segala kesulitan pun tiada.
Allah berfirman, "Masukkan
jiwa yang baik ini ke dalam surga dan perlihatkanlah kepadanya tempat duduknya
di sana, dan tunjukkan pula kemuliaan dan kenikmatan yang telah Aku persiapkan
baginya kemudian pergilah bersamanya ke bumi. Sesungguhnya, Aku sudah
menetapkan bahwa Aku menciptakan mereka dari tanah dan ke tanah Aku
mengembalikannya, dan dari tanah pula Aku mengeluarkannya pada kali yang
lain."
Rasulullah SAW bersabda,
"Demi yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, ruh itu benar-benar tidak suka
keluar dari surga, sama seperti ia keluar dari jasad. Ruh itu bertanya: 'Ke
mana kalian membawaku? Apakah ke jasad yang dulu aku ada di dalamnya?' Para
malaikat menjawab: 'Kami diperintakan untuk melaksanakan ini maka begitulah
yang harus terjadi'."
Hadis ini menunjukkan bahwa ruh
dikembalikan di antara jasad dan kafan. Ini merupakan pengembalian yang tidak
terkait seperti kaitannya dengan jasad saat di dunia. Ini merupakan bentuk lain
dan tidak sama dengan keadaan seseorang ketika tidur dan bukan seperti
keterkaitan ruh dengan jasad di ternpat yang sudah ditentukan, melainkan
merupakan pengembalian yang bersifat khusus untuk menghadapi pertanyaan
Malaikat Munkar dan Nakir.
Syekhul Islam berkata,
"Hadis-hadis sahih dan mutawatir ini menunjukkan tentang dikembalikannya
ruh ke jasad pada saat hendak mendapatkan pertanyaan. Pertanyaan ini ditujukan
kepada jasad tanpa ruh dikatakan segolongan orang. Namun, jumhur ulama
mengingkari hal ini meskipun ada yang menerimanya."
Ada pula yang berkata,
"Pertanyaan ini ditujukan kepada ruh tanpa jasad." Ini merupakan
pendapat lbnu Murrah dan lbnu Hazm. Namun, dua pendapat ini salah. Hadis-hadis
sahih menolak pendapat ini. Apabila pertanyaan ini hanya ditujukan kepada ruh,
alam kubur tidak memiliki kekhususan terhadap ruh. Hal ini dapat diperjelas
dari jawaban atas pertanyaan berikut, sehubungan dengan pertanyaan yang
disampaikan seseorang, "Apakah siksa kubur itu ditimpakan kepada ruh
ataukah kepada jasad? Atau siksa itu hanya ditujukan kepada jiwa tanpa jasad
atau kepada jasad tanpa ruh? Apakah jasad bersekutu dengan ruh dalam merasakan
kenikmatan atau siksa ataukah keduanya tidak saling bersekutu?"
Syekhul Islam mendapatkan
berbagai pertanyaan ini dan kami akan menyebutkan jawabannya. Ia berkata,
"Siksaan dan kenikmatan ditimpakan kepada jiwa dan jasad. Inilah yang
disepakati oleh Ahlussunnah wal Jama'ah. Jiwa merasakan kenikmatan dan siksaan
secara sendirian, terpisah dari jasad. Jiwa dan jasad dapat merasakan
kenikmatan dan siksaan sehingga kenikmatan dan siksaan ditimpakan kepada
keduanya dalam keadaan seperti ini secara bersama-sama sebagaimana jiwa yang
bisa merasakannya sendirian."
Lalu, apakah siksaan atau
kenikmatan dirasakan jasad sendirian tanpa ruh? Ada dua pendapat yang masyhur
tentang masalah ini di kalangan ahli hadis dan teolog, dan selain dua pendapat
ini masih ada pendapat yang lain, yang semuanya lemah dan bukan termasuk
pendapat orang-orang yang mengerti hadis dan as Sunnah.
Ada pendapat yang mengatakan
bahwa kenikmatan dan siksaan hanya dirasakan oleh ruh, sedangkan jasad tidak
bisa merasakan kenikmatan dan siksaan. Ini merupakan pendapat para filosof yang
mengingkari hari kebangkitan jasad. Mereka dianggap sama dengan orang-orang
kafir menurut ijma' kaum Muslimin.
Pendapat serupa juga dikatakan
oleh para teolog, golongan Mu'tazilah, dan lainnya, mereka mengakui kebangkitan
jasad, tetapi mereka berkata bahwa yang demikian itu tidak terjadi di alam
barzakh dan hanya terjadi pada kebangkitan makhluk dari kubur. Mereka
mengingkari siksa kubur yang ditimpakan kepada jasad di alam barzakh saja.
Mereka juga berkata bahwa hanya ruh yang merasakan kenikmatan dan siksaan di barzakh.
Pada hari Kiamat, ruh dan jasad mendapat siksaan secara bersamaan.
Pendapat ini dikatakan segolongan
orang-orang muslim dari kalangan teolog dan juga yang lainnya, dan ini
merupakan pilihan pendapat lbnu Murrah dan lbnu Hazm. Ini tidak termasuk tiga
pendapat yang lemah, tetapi merupakan tambahan pendapat yang mengatakan tentang
siksa kubur dan penetapannya pada hari Kiamat, yang juga menetapkan kebangkitan
jasad dan ruh. Namun, keterkaitan dengan siksa kubur, mereka mempunyai tiga
pendapat: Siksa kubur ditimpakan pada ruh saja.
1. Siksa kubur ditimpakan pada ruh dan jasad lewat perantaranya.
2. Siksa kubur ditimpakan pada jasad saja.
Pendapat yang kedua ditambah
dengan pendapat yang menetapkan siksa kubur dan menjadikan ruh sebagai
kehidupan. Pendapat lemah adalah yang mengingkari siksa terhadap jasad secara
mutlak dan yang mengingkari siksa ruh secara mutlak. Jika tiga pendapat ini
dianggap lemah, pendapat kedua yang lemah adalah pendapat yang mengatakan bahwa
ruh saja tidak bisa merasakan kenikmatan dan siksaan, tetapi ruh hanyalah
kehidupan.
Pendapat itu juga dikatakan para
teolog dari kalangan Mu'tazilah, Asy'ariyah, Qadhi Abu Bakar, dan yang lainnya.
Ini pendapat batil yang ditentang rekan rekannya, seperti Abul Ma'ali
al-Juwaini dan lainnya. Bahkan, telah ditetapkan dalam al-Qur'an, as-Sunnah,
dan ijma' umat bahwa ruh itu kekal setelah bepisah dari jasad, dan ia merasakan
kenikmatan serta siksaan.
Para filosof juga menetapkan
begitu meskipun mereka mengingkari kebangkitan jasad. Jadi, mereka menetapkan
kembalinya jasad, tetapi mengingkari kembalinya ruh, kenikmatan, dan siksaan
tanpa jasad.
Dua pendapat ini salah dan sesat.
Pendapat para filosof sangat jauh dari pendapat orang-orang muslim meskipun
mereka menyatakan diri sebagai orang yang berpegang kepada Islam, bahkan ada
yang menganggap para filosof itu sebagai ahli ma'rifat, tasawuf, dan teologi.
Pendapat ketiga yang lemah dan
cacat adalah yang mengatakan bahwa di alam barzakh tidak ada kenikmatan dan
siksa hingga tiba hari Kiamat Kubra. Pendapat ini dikatakan oleh sebagian kaum
Mu'tazilah dan orang-orang yang mengingkari adanya siksa dan nikmat kubur
dengan alasan bahwa ruh tidak kekal setelah terpisah dengan jasad. Sementara
itu, jasad saja tidak bisa merasakan kenikmatan dan siksaan. Semua golongan ini
sesat dalam masalah barzakh, tetapi mereka masih lebih baik daripada para
filosof karena mereka masih mengakui adanya Kiamat Kubra.
Jika sudah mengetahui semua
pendapat yang batil ini, kita harus mengetahui pendapat golongan salaf dari
umat ini dan para imamnya bahwa jika seseorang sudah meninggal dunia dan
menjadi jenazah, ia akan berada dalam kenikmatan atau siksaan. Hal ini dialami
ruh dan jasadnya. Ruh tetap kekal setelah berpisah dari jasad lalu mendapat
kenikmatan atau siksaan. Jasad bersama ruh merasakan kenikmatan atau siksaan.
Kemudian pada hari Kiamat Kubra
semua ruh dikembalikan ke jasadnya dan mereka bangkit dari alam kubur untuk
menghadap Rabbul Alamin. Kebangkitan jasad merupakan kesepakatan dari kalangan
orang-orang muslim, begitu pula orang Yahudi dan Nasrani.
Kami menetapkan apa yang kami
sebutkan ini. Adapun berbagai hadis yang menyebutkan siksa kubur dan pertanyaan
Munkar dan Nakir cukup banyak jumlahnya sehingga ini merupakan hadis mutawatir
dari Rasulullah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari lbnu
Abbas bahwa Nabi melewati dua makam. Beliau bersabda, "Sesungguhnya, dua
orang yang dimakamkan ini benar-benar disiksa. Keduanya tidak disiksa karena
melakukan dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah buang air
kecil dan yang satunya lagi disiksa karena suka menyebarkan fitnah dan mengadu
domba.
Kemudian beliau meminta pelepah
daun kurma yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian seraya
bersabda, "Mudah-mudahan pelepah daun ini bisa meringankan siksanya selama
belum kering.
Di dalam ShabSh. Muslim
disebutkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, "Ketika Rasulullah SAW berada
di sebuah kebun milik Bani Najjar, yang saat itu beliau berada di atas
bighalnya, dan kami bersama beliau, tiba-tiba bighal beliau menghindari tempat
itu dan hampir menjatuhkan beliau. Ternyata di tempat itu ada enam, lima, atau
empat makam. Beliau bertanya: 'Apakah ada yang tahu, siapakah yang dimakamkan
di sini?'
Seorang laki-laki menjawab: 'Ya,
aku tahu.' Beliau bertanya lagi: 'Kapan mereka meninggal?'
Laki-laki itu menjawab: 'Mereka
meninggal dalam kemusyrikan.'
Maka beliau SAW pun bersabda:
'Sesungguhnya, orang-orang itu disiksa dalam kuburnya. Sekiranya kalian tidak
akan dimakamkan, aku akan berdoa kepada Allah agar Allah memperdengarkan kepada
kalian siksa kubur seperti yang aku dengar saat ini.'
Kemudian beliau memandang kami
dan bersabda: 'Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur.'
Maka kami berkata: 'Kami
berlindung kepada Allah dari siksa kubur.' Beliau SAW bersabda lagi:
'Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur.' Maka kami berkata: 'Kami
berlindung kepada Allah dari siksa kubur.'
Beliau SAW bersabda lagi:
'Berlindunglah kalian kepadaAllah dari cobaan yang tampak maupun yang tidak
tampak.'
Maka kami berkata: 'Kami
berlindung kepada Allah dari cobaan yang tampak maupun yang tidak tampak.'
Beliau SAW bersabda lagi: 'Berlindunglah kalian kepada Allah dari
fitnah Dajjal'.
Dalam Shah.fh. Muslim dan seluruh
kitab Sunan disebutkan, dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, "Jika
salah seorang dari kalian selesai membaca tasyahhud akhir, hendaklah ia
berlindung kepada Allah dari empat perkara: dari siksa Neraka Jahannam, dari
siksa kubur, dari cobaan hidup dan mati, dari fitnah Dajjal.
Dalam Shah.th. Muslim dan lainnya
disebutkan dari lbnu Abbas bahwa Nabi SAW mengajarkan doa berikut ini
sebagaimana beliau mengajarkan surah dari al-Qur 'an:
''Allahumma inni a'udzubika min
'adzabi jahannama, wa min 'adzabi al-Qabri, wa min fitnati al-mahya wa
al-mamat, wa min syarri fitnati al-masih ad-dajjal.
(Ya Allah, sesunggguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, aku berlindung kepada-Mu dari siksa
kubur, aku berlindung kepada-Mu dari cobaan hidup dan mati, dan aku berlindung
kepada-Mu dari cobaan al-Masih ad-Dajjal)."
Di dalam Ash-Shabb.ain disebutkan
dari Abu Ayyub, ia berkata, "Nabi if, keluar dan pada saat itu matahari
sudah tenggelam lalu beliau mendengar suara. Maka beliau bersabda: 'Orang-orang
Yahudi sedang disiksa di dalam kuburnya'."
Di dalam Ash-Shab_ib_ain
disebutkan dari Aisyah., ia berkata, ''Ada seorang tua renta dari kalangan
Yahudi Madinah yang masuk ke tempatku. Ia berkata: 'Orang-orang yang ada di
dalam kubur akan disiksa dalam kubumya.'
Aku mendustakan wanita itu dan
sama sekali tidak memercayai omongannya. Kemudian wanita tua itu keluar. Tidak
lama kemudian, Rasulullah if, masuk ke tempatku dan aku katakan kepadanya:
'Wahai Rasulullah, ada seorang wanita tua dari kalangan Yahudi Madinah yang
masuk ke tempatku lalu ia mengatakan bahwa orang-orang yang ada di kubur akan
disiksa dalam kubumya.'
Maka beliau if, bersabda: 'Wanita
itu benar. memang mereka disiksa di dalam kubur dengan suatu siksaan sehingga
semua binatang dapat mendengarnya'."
Sebagian ulama berkata,
"Karena itulah, ada orang yang pergi membawa hewan temak mereka ke makam
orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang munafik jika hewan mereka sakit perut
seperti yang dilakukan oleh golongan Ismailiyyah, Qaramithah, Nushairiyah dari
Bani Ubaid, dan lainnya yang ada di Mesir dan Syam. Para pemilik kuda juga
biasa membawa kudanya ke makam orang-orang Yahudi dan Nasrani sambil berkata
bahwa jika kuda itu mendengar siksa kubur maka ia akan meringkik, merasakan
panas, dan sakit perutnya bisa sembuh."
Abu Haq al-Asybauli berkata,
''Aku diberitahu seorang ahli fikih, Abul Hakam bin Barkham, yang termasuk
seorang ulama dan juga aktif dalam beramal bahwa orang-orang sedang memakamkan
jenazah di kampung mereka, di bagian ujung kabilah Aibailiyah. Setelah
pemakaman selesai, mereka duduk-duduk di bagian pinggir sambil
berbincang-bincang. Tiba-tiba seekor hewan ternak yang sedang digembala tidak
jauh dari tempat itu mendekati makam itu, seakan-akan ia sedang mendengarkan
sesuatu. Tidak lama kemudian, ia lari menjauh. Namun, hewan itu mendekat lagi ke
makam itu dan mendengarkan. Tidak lama kemudian ia lari lagi. Hal ini dilakukan
hingga beberapa kali.
Abul Hakam berkata: 'Lalu aku
teringat dengan siksa kubur dan sabda Nabi
, bahwa mereka disiksa dengan
suatu siksaan yang dapat didengar oleh hewan'."
Apa yang didengarkan ini berasal
dari suara orang-orang yang disiksa. Hanad bin As-Sari berkata dalam kitab
Az-Zuhud, "Waki' telah menceritakan kepada kami, dari Syaqiq, dari
Aisyah., ia berkata: 'Ada seorang wanita Yahudi yang sudah tua renta masuk ke
tempatku lalu ia berkata tentang siksa kubur. Namun, aku mendustakannya. Lalu
Nabi if, masuk ke tempatku dan aku ceritakan apa yang telah dikatakan wanita
Yahudi itu. Maka beliau bersabda: 'Demi yang diriku ada di tangan-Nya, mereka
memang disiksa di dalam kubur hingga hewan-hewan mendengar suara mereka'."
Kami katakan bahwa hadis tentang
pertanyaan di dalam kubur juga banyak, seperti yang disebutkan di dalam
Ash-Shabh.ain dan as-Sunnah dari al-Bara' bin Azib bahwa Rasulullah bersabda, "Jika seorang muslim ditanya
di dalam kuburnya, ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak disembah selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah."
Hal ini telah difirmankan Allah
SWT:
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh (dalam
kehidupan) di dunia dan di akhirat." (QS. Ibrahim: 27)
Dalam sebuah lafaz disebutkan
bahwa ayat ini turun berkenaan dengan siksa kubur ketika ditanyakan kepada
jenazah: "Siapa Rabbmu?" Ia menjawab, "Allah Rabbku dan Muhammad
adalah nabiku." Hadis ini diriwayatkan oleh para penyusun Sunan dan
al-masanid secara panjang lebar seperti yang telah disebutkan pada bagian
terdahulu. Hadis ini menegaskan dikembalikannya ruh ke jasad meskipun tulang
belulangnya sudah tercecer. Hal ini menunjukkan bahwa siksa itu ditimpakan
kepada ruh dan jasad secara bersamaan.
Yang serupa dengan hadis al-Bara'
tentang ruh, pertanyaan dalam kubur, kenikmatan, dan siksaan ini adalah hadis
Abu Hurairah yang disebutkan dalam al-Musnad dan Shah.ill. Abu Hatim, bahwa
Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya, jika jenazah sudah diletakkan dalam
liang lahat, ia mendengar suara sandal orang-orang yang meninggalkan makamnya.
Jika ia orang mukmin, shalatnya berada di dekat kepalanya, puasanya di sebelah
kanannya, zakatnya di sebelah kirinya sementara berbagai kebaikan seperti
sedekah, silaturahmi, amar makruf, dan kebajikan di dekat kakinya. Ia didatangi
dari bagian kepalanya. Maka shalat berkata: 'Dari arahku tidak ada tempat
masuk.' Ia didatangi dari sebelah kanannya maka puasa berkata: 'Dari arahku
tidak ada tempat masuk.' Ia didatangi dari bagian kakinya maka berbagai
kebaikan seperti sedekah, silaturahmi, dan kebajikan berkata: 'Dari arahku
tidak ada tempat masuk.'
Lantas dikatakan kepadanya:
'Duduklah!' Maka, ia pun duduk. Ia diserupakan dengan matahari yang akan
terbenam. Lalu ditanyakan kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang
yang ada di tengah kalian dan apa yang engkau persaksikan atas dirinya?'
Ia menjawab: 'Beri aku kesempatan
untuk shalat.'
Para malaikat bertanya: 'Engkau
mau shalat?' Jawablah terlebih dahulu apa yang kami tanyakan kepadamu. Apa yang
engkau katakan tentang orang yang ada di tengah kalian dan apa yang engkau
persaksikan atas dirinya?'
Ia menjawab: 'Beliau adalah
Muhammad. Aku bersaksi bahwa ia adalah rasul Allah yang datang membawa
kebenaran dari sisi Allah.'
Dikatakan kepadanya: 'Atas hal
itulah engkau hidup, atas hal itu pula engkau mati, dan atas hal itu pula
engkau dibangkitkan, in syaa Allah.'
Kemudian dibukakan jalan menuju
surga untuknya lalu dikatakan kepadanya: 'Inilah tempat dudukmu dan apa yang
dipersiapkan Allah bagimu di sana.' Ia semakin bertambah senang dan gembira.
Lalu makamnya diluaskan selebar tujuh puluh hasta dan disinari. Jasadnya
dikembalikan seperti keadaannya semula dan ruhnya dibuat harum dan ia berada di
dalam tubuh seekor burung yang bergantung di sebatang pohon surga. Yang
demikian itulah firman Allah: 'Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat'.' (QS.
Ibrahim: 27)
Kemudian beliau menyebutkan
tentang orang kafir yang sejenis itu hingga beliau bersabda: 'Kemudian ia
disempitkan di alam kuburnya hingga tulang belulangnya berceceran. Itulah
kehidupan sempit yang difirmankan Allah: 'Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku maka sungguh ia akan menjalani kehidupan yang sempit dan Kami
akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta'." (QS. Thaha:
124)
Di dalam Ash-Shabhain disebutkan
dari hadis Qatadah, dari Anas bahwa Nabi
bersabda, "Jika jenazah
sudah diletakkan dalam liang lahat dan para pengiringnya meninggalkannya, ia
benar-benar bisa mendengar suara sandal mereka. Lalu dua malaikat datang dan
mendudukkannya. Dua malaikat itu bertanya: 'Apa yang engkau katakan tentang
orang ini, yakni Muhammad?'
Jika ia orang mukmin, ia akan
menjawab: 'Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan rasul-Nya.'
Malaikat berkata: 'Lihatlah
tempat dudukmu dari api neraka, yang telah digantikan Allah dengan tempat duduk
dari surga'.' Rasulullah bersabda:
'Maka ia dapat melihat dua tempat duduk itu'."
Qatadah berkata, "Beliau
juga menyebutkan bahwa makamnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta yang
dipenuhi warna hijau hingga hari dibangkitkan." Kembali ke hadis Anas,
beliau SAW bersabda, ''Adapun orang kafir atau munafik,
kedua malaikat bertanya
kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini?'
Ia menjawab: 'Aku tidak tahu, aku
mengatakan seperti apa yang dikatakan orang orang.'
Kedua malaikat berkata:
'Memangnya engkau tidak tahu dan tidak pernah dibacakan kepadamu?'
Kemudian ia dipukul dengan alat
pemukul dari besi di antara dua telinganya sehingga ia berteriak keras hingga
dapat didengar siapa pun yang ada di atas makamnya'."
Di dalam shah.th. Abu Hatim
disebutkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian atau seorang manusia telah
dimakamkan, dua malaikat yang berwarna hitam dan abu-abu mendatanginya, yang
satu disebut Munkar dan satunya lagi Nakir. Dua malaikat itu bertanya
kepadanya: 'Apa yang engkau katakan tentang orang ini, yakni Muhammad'?"
Maka orang itu mengatakan apa
yang biasa dikatakannya. Jika ia orang mukmin, ia menjawab, "Beliau adalah
hamba Allah dan rasul-Nya. Aku beraksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah."
Dua malaikat berkata, "Sesungguhnya, kami sudah tahu bahwa engkau akan
berkata seperti itu."
Maka makamnya dilapangkan seluas
tujuh puluh hasta kali yang di dalamnya disinari dan dikatakan kepadanya,
"Sekarang, tidurlah!"
Ia berkata, "Kembalikanlah
aku kepada keluarga dan hartaku agar aku dapat mengabarkan mereka."
Malaikat berkata, "Tidurlah
seperti tidurnya pengantin baru yang tidak dibangunkan, kecuali oleh keluarga
yang dicintainya hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu."
Sebaliknya, jika ia orang
munafik, ia menjawab, ''Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan
sesuatu, dan aku pun ikut mengatakannya."
Dua malaikat berkata, "Kami sudah tahu bahwa engkau akan berkata seperti itu."
Kemudian dikatakan kepada tanah,
"Jepitlah orang ini!" Maka tanah itu pun menjepitnya hingga tulang
rusuknya berceceran dan ia senantiasa disiksa hingga Allah membangkitkannya
dari tempat tidurnya itu.
Hal ini secara jelas menunjukkan
bahwa jasad jenazah disiksa dan merasakan siksaan.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi
bersabda, "Jika orang mukmin meninggal dunia, para malaikat mendatanginya
sambil membawa kain kafan dan sutra warna putih. Mereka berkata: 'Keluarlah
wahai jiwa yang baik, yang ridha dan diridhai, kepada karunia Raihan dan Rabb yang
tidak murka.'
Maka ruh itu keluar dengan aroma
semerbak harum seperti minyak kesturi sehingga sebagian menghirupnya atas
sebagian yang lain. Malaikat membawanya dan tiba di pintu langit. Para malaikat
yang ada di sana berkata, "Alangkah harumnya ruh yang kalian bawa dari
bumi ini." Mereka juga mempertemukannya dengan ruh orang-orang mukmin
lainnya sehingga mereka lebih gembira seperti orang yang mendapatkan kembali
barangnya yang hilang.
Mereka saling bertanya kabar,
"Apa kabar fulan? Ia menjawab, "Biarkan ia bersenang-senang karena ia
tenggelam dalam keduniaan."
Jika orang kafir meninggal dunia,
para malaikat mendatanginya sambil membawa sisir. Mereka berkata,
"Keluarlah wahai ruh buruk yang dimurkai." Maka ruh itu benar-benar
keluar dengan bau busuk seperti bangkai hingga mereka tiba di pintu bumi.
Para malaikat yang ada di sana
berkata, "Alangkah busuknya bau ruh ini." Hingga mereka membawanya
kepada ruh orang-orang kafir lainnya. (Hadis ini diriwayatkan an-Nasa'i,
al-Bazzar, dan Muslim secara singkat)
Abu Hatim men-takhrij di dalam
Shabb.-nya, Rasulullah bersabda, "Jika orang mukmin meninggal dunia, para
malaikat rahmat mendatanginya. Jika ruhnya sudah dicabut, ruh itu diletakkan di
dalam kain sutra berwarna putih lalu dibawa ke pintu langit. Para malaikat yang
ada di sana berkata: 'Kami tidak pernah mendapatkan bau yang seharum ini.'
Lalu ditanyakan kepadanya: 'Apa
yang dilakukan Ju.Zan? Apa yang dilakukan fu.lanah?' Ada yang menjawab:
'Biarkan ia beristirahat,karena dulu ia dalam kesedihan dunia.'
Adapun jika orang kafir meninggal
dunia dan ruhnya dicabut, ruh itu dibawa ke bumi dan para malaikat penjaga bumi
berkata: 'Kami tidak pernah mencium bau yang lebih busuk dari ini.' Lalu ia
dibawa hingga ke bumi yang paling rendah."
An-Nasa'i meriwayatkan di dalam
Sunan-nya, dari hadis Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, "Inilah
ruh, yang karenanyaArsy bergerak dan pintu-pintu langit dibukakan, dan ada
70.000 malaikat yang memberi kesaksian kepadanya. Dia direngkuh lalu dilepaskan
lagi."
Diriwayatkan dari hadis Aisyah,
ia berkata, Rasululah SAW bersabda, "Kubur mempunyai ujian, yang sekiranya
ada orang yang selamat dari ujiannya, tentulah Sa'd bin Mu'ad yang selamat
darinya."
Hannad bin as-Sari berkata,
"Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami, dari Nau, ia
berkata: 'Aku mendengar bahwa jenazah Sa'ad bin Muadz dihadiri 70.000 malaikat,
yang tidak hanya turun ke bumi. Aku mendengar bahwa Rasululah SAW bersabda:
'Sahabat kalian ini telah direngkuh para malaikat'."
Ali bin Malbad berkata,
"Kami diberitahu Ubaidillah, dari Zaid bin Syaibah, dari Jabir, dari
Nafi', ia berkata: 'Kami menemui Shafiyah binti Ubaid, istri Abdullah bin Umar,
yang tampaknya seperti sedang gundah. Kami bertanya: 'Apa yang sedang terjadi
dengan dirimu?'
Ia menjawab: 'Aku baru saja
menemui sebagian dari istri Rasulullah yang berkata kepadaku: 'Aku diberitahu
bahwa beliau bersabda: 'Sekiranya diperlihatkan kepadamu bahwa ada seseorang
diselamatkan dari siksa kubur, ia-lah Sa'ad bin Mu'adz. Ia direngkuh di sana
oleh para malaikat'."
Kami diberitahu Marwan bin
Muawiyah, dariAla' bin Musayyib, dari Mu'awiyah al-Absi, dari Zadan bin Amir,
ia berkata, bahwa setelah Nabi SAW menguburkan jenazah putri beliau, beliau
duduk di sisi makamnya. Wajah beliau yang sebelumnya muram berubah menjadi
ceria. Para sahabat bertanya, "Tadi kami melihat wajah engkau muram,
tetapi sekarang tampak senang." Beliau menjawab, "Aku ingat putriku,
kelemahannya, dan siksa kubur. Lalu aku berdoa kepada Allah maka ia dibebaskan
dari siksa kubur. Demi Allah, ia direngkuh para malaikat yang bisa didengar
dari dua sisi."
Kami diberitahu Syuaib, dari Ibnu
Umar, dari Ibrahim al-Ghanwi, dari seorang laki-laki, ia berkata, "Aku
berada di dekat Aisyah. Tidak lama kemudian lewat jenazah anak yang masih
kecil. Aisyah menangis melihat hal itu. Maka aku bertanya: 'Apa yang membuat
engkau menangis, wahai Ummul Mukminin?' Ia menjawab: 'Aku menangis karena anak
kecil itu, disebabkan rasa sayang kepadanya, yang di dalam kuburnya ia akan
direngkuh para malaikat'."
Begitulah yang ditunjukkan hadis-hadis sahih dan yang disepakati ulama Ahlussunnah wal Jama'ah. Al-Mawarzi berkata bahwa Abu Abdullah berkata, "Siksa kubur merupakan kebenaran yang tidak bisa diingkari, kecuali orang yang sesat dan suka menyesatkan." Hanbal berkata, "Aku bertanya kepada Abu Abdullah tentang siksa kubur ini maka ia menjawab: 'Ini adalah hadis-hadis sahih yang kami percaya. Selagi ada isnad yang baik dari Nabi maka kami menerimanya. Jika kami tidak menerima apa yang disampaikan Nabi dan kami menolaknya, berarti kami menolak perintah Allah. Allah SWTberfirman:
'Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia
dan di akhirat'." (QS. Ibrahim: 27)
Ahmad bin Qasim berkata bahwa ia
bertanya kepada Abu Abdullah, Wahai Abu Abdullah, apakah engkau menetapkan
Munkar dan Nakir serta berbagai riwayat tentang siksa kubur?
Ia menjawab, Mahasuci Allah, benar, kami menetapkan yang demikian
itu dan itulah pendapat kami.
Ahmad bertanya lagi, Apakah
engkau menyebutkan secara langsung Munkar dan Nakir atau cukup menyebutnya dua
malaikat saja?"
Ia menjawab, Munkar dan Nakir.
Ahmad bertanya, Banyak orang
berkata bahwa tidak ada satu hadis pun yang menyebutkan Munkar dan Nakir."
Ia menjawab, namun, memang yang
dimaksudkan dua malaikat itu adalah Munkar dan Nakir."
Inilah di antara perbincangan
ahli bid'ah dan sesat, seperti yang dikatakan Abul Hudzail dan al-Muraisi,
Siapa yang keluar dari sifat iman maka ia akan disiksa di antara dua embusan
sangkakala (pada hari Kiamat) dan pertanyaan kubur hanya terjadi pada saat
itu."
Al-Jaba'i dan anaknya, al-Balkhi, menetapkan adanya siksa kubur,
tetapi mereka menafikannya dari orang-orang mukmin dan menetapkannya hanya bagi
orang orang ateis, kafir, dan fasik.
Banyak dari golongan Mu'tazilah
yang berkata, Tidak boleh menyebut malaikat Allah dengan sebutan Munkar dan
Nakir. Sebab sebutan munkar diperuntukkan bagi orang yang gagap jika bertanya
dan nakir merupakan teguran keras terhadap orang yang ditanya."
Ash-Shalihi berkata, Siksa kubur
ditimpakan kepada orang mukmin tanpa mengembalikan ruh ke jasad. Jenazah bisa
merasakan sakit dan bisa mengetahui tanpa ruh." Perkataan yang sama juga
disampaikan oleh golongan al-Karamiyah.
Sebagian dari golongan Mu'tazilah
berkata, Sesungguhnya,Allah menyiksa orang yang meninggal di dalam kubumya dan
menimpakan penderitaan, tetapi mereka tidak merasakan pada saat itu. Jika
mereka sudah dikumpulkan, barulah merasakan penderitaan itu. Keadaan orang
meninggal yang disiksa seperti keadaan orang yang mabuk atau pingsan. Ia tidak
merasa sakit jika dipukul. Ia baru merasakannya ketika sudah sadar."
Ada juga orang-orang yang
mengingkari sama sekali adanya siksa kubur, seperti Dhirar bin Amr dan Yahya
bin Kamil. Yang pasti, ini merupakan pendapat orang-orang yang menyimpang dan
sesat.
Yang perlu diketahui bahwa siksa
kubur sama dengan siksa barzakh. Setiap orang yang meninggal berhak mendapat
siksa yang memang menjadi bagian yang harus diterimanya, entah jenazahnya
dikubur entah tidak dikubur. Apakah jenazahnya dimakan binatang buas, dibakar
hingga menjadi abu, beterbangan di angkasa, disalib, atau tenggelam di dalam
lautan maka siksa kubur itu tetap sampai pada ruh dan jasadnya.
Dalam Shabfll al-Bukhari
disebutkan dari Samurah bin Jundab, ia berkata bahwa saat Nabi SAW mengerjakan
shalat maka beliau hadapkan wajahnya ke arah kami lalu terkadang bertanya,
"Siapakah yang semalam bermimpi?"
Samurah berkata, "Apabila
ada seorang yang bermimpi, ia menceritakannya lalu beliau bersabda: 'Ma syaa
Allah.'
Suatu hari beliau bertanya kepada
kami: 'Adakah salah seorang dari kalian yang bermimpi?'
Kami menjawab: 'Tidak ada.'
Beliau bersabda: 'Semalam aku
bermimpi bahwa ada dua orang laki-laki yang menemuiku lalu memegang tanganku
dan menghelaku ke tanah suci. Di sana ada seorang laki-laki yang sedang duduk
dan satu orang lagi berdiri sambil memegang sebatang besi yand ia masukkan ke
salah satu ujung mulut orang yang duduk itu hingga tembus ke tengkuknya lalu ia
memasukkannya pula dari ujung mulut satunya lagi hingga tembus ke tengkuknya
sehingga mulutnya menjadi lebar begini. Hal ini dilakukan berkali-kali. Aku
bertanya: 'Ada apa ini?'
Namun, dua orang yang menuntunku
berkata: 'Ayo pergi lagi.'" Maka kami pun pergi hingga kami menemui
seorang laki-laki telentang di atas punggungnya. Kemudian ada orang lain yang
berdiri di dekat kepalanya sambil membawa sebongkah tanah atau batu yang keras
lalu ditimpukkan ke kepala orang tersebut. Batu itu menggelinding setelah
ditimpukkan. Orang yang berdiri mengambilnya kembali dan ketika kembali, kepala
orang yang ditimpuk kembali utuh seperti semula lalu ia menimpuknya lagi.
Begitulah yang terjadi secara terus menerus. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'
Dua orang yang menuntunku
berkata: 'Ayo pergi lagi.' Kami pun pergi lagi hingga menemui lubang seperti
lubang tungku api, yang bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar, dan di
bagian bawah lubang itu dinyalakan api. Di dalam lubang itu ada laki-laki dan
perempuan yang telanjang. Api di bagian bawah menyala dan ketika semakin panas,
mereka naik ke atas hingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali
lagi ke tempat semula. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'
Dua orang yang menuntunku
berkata: 'Ayo pergi lagi.' Maka kami pergi hingga kami tiba di sebuah sungai
yang dialiri darah. Di sana ada seorang laki-laki yang berdiri di pinggir
sungai dan di hadapannya banyak bebatuan sementara di tengah sungai ada
laki-laki lain. Ketika orang itu hendak keluar dari sungai, laki-laki yang
berdiri di pinggir sungai melemparinya hingga orang yang dilempari kembali ke
tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar dari sungai, orang yang berada
di pinggir sungai melemparinya hingga ia kembali ke tempatnya semula. Begitulah
yang terus terjadi. Aku bertanya: 'Ada apa ini?'
Dua orang yang menuntunku
berkata: 'Ayo pergi lagi.' Maka kami pun pergi hingga kami tiba di sebuah taman
yang berwarna hijau, yang di sana ada sebatang pohon besar. Di dekat pangkal
pohon itu ada laki-laki tua dan dua anak kecil. Di dekat pohon itu juga ada
laki-laki yang di hadapannya ada api yang dinyalakan. Kedua orang penuntunku
naik ke atas pohon itu dan memasukkan aku ke sebuah tempat yang keindahannya
belum pernah kulihat. Di sana ada beberapa orang tua dan anak-anak muda.
Kemudian kami masuk lagi hingga kami memasuki suatu tempat yang lebih bagus dan
lebih indah dari tempat yang pertama.
Aku berkata: 'Malam ini, kalian
telah membawaku berputar-putar. Maka beritahukanlah kepadaku tentang hal-hal
yang aku lihat.'
Maka keduanya berkata: 'Baiklah,
orang yang mulutnya ditusuk hingga tembus ke tengkuknya dan robek adalah
seorang pendusta. Ia selalu membuat kedustaan dan kedustaannya itu
disebarluaskan hingga mencapai ufuk. Itulah sebabnya ia disiksa seperti itu
hingga Kiamat tiba. Orang yang engkau lihat kepalanya ditimpuk batu adalah
orang yang diajari al-Qur'an oleh Allah, tetapi pada malam harinya ia tidur
melalaikannya dan pada siang harinya juga tidak mengamalkannya. Karenanya ia
disiksa seperti itu hingga hari Kiamat tiba. Adapun orang yang engkau lihat
berada di dalam tungku api adalah para pezina. Orang yang engkau lihat di
sungai adalah orang yang memakan riba. Orang tua yang engkau lihat berada di
dekat pangkal pohon adalah Ibrahim dan anak-anak di sekelilingnya adalah umat
manusia. Orang yang menyalakan api adalah malaikat penjaga neraka. Tempat
pertama adalah tempat orang-orang mukmin secara umum. Adapun tempat ini adalah
tempat tinggalnya para syuhada. Aku sendiri adalah Jibril dan itu Mikail.
Tengadahkanlah kepalamu!'
Aku pun menengadahkan kepala dan
di sana aku lihat seperti istana gumpalan awan.
Keduanya berkata: 'Itulah tempat
tinggalmu.'
Aku berkata: 'Biarkan aku masuk
ke tempat tinggalku.'
Kedua berkata: 'Tempat itu tetap
menjadi milikmu sampai usia manusia menjadi sempurna. Jika sudah sempurna,
engkau akan mendatangi tempat tinggalmu'."
Ini merupakan nash tentang siksa barzakh.
Pasalnya, mimpi Nabi sama dengan wahyu yang diturunkan kepada beliau.
Ath-Thahawi menyebutkan dari lbnu
Mas'ud, dari Nabi, beliau bersabda, "Seorang hamba dari hamba-hamba Allah
diperintahkan untuk disiksa di dalam kuburnya dengan seratus deraan. Ia terus
menerus memohon kepada Allah dan berdoa kepada-Nya hingga deraan itu hanya
sekali saja. Kuburnya dipenuhi dengan api. Ketika ia terbebas dari siksaannya
dan sadar, ia bertanya: 'Mengapa kalian menjatuhkan hukuman dera kepadaku?'
Para malaikat menjawab: 'Karena engkau shalat tanpa bersuci dulu, engkau
mengabaikan orang yang dizalimi, dan engkau tidak menolongnya'."
Al-Baihaqi menyebutkan hadis
ar-Rabi bin Anas, dari Abu Aliyah dari Abu Hurairah, dari Rasulullah sehubungan
dengan ayat Isra': "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.
Al-Isra': 1)
Ia berkata, "Beliau diberi
kuda dan beliau naik di atas punggungnya. Beliau terus berlalu bersama Jibril
hingga tiba di segolongan orang yang bercocok tanam dan pada hari itu pula ia
memetik buahnya. Selagi buahnya dipetik, buah langsung tumbuh kembali. Beliau
bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'
Jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi
tujuh ratus bagi mereka. Barang apa saja yang kalian nafkahkan maka Allah akan
menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.'
Kemudian beliau melewati
segolongan orang yang memecahkan kepalanya dengan batu. Setelah kepalanya
pecah, ia kembali seperti sedia kala. Hal itu terus menerus ia lakukan hingga
tidak ada sela waktunya. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'
Jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mendirikan shalat.'
Kemudian beliau melewati
orang-orang yang salah satu tangannya memegang daging matang yang diambil dari
kuali dan tangan satunya lagi memagangi daging busuk. Mereka memakan daging
yang busuk dan tidak memakan daging yang matang dari kuali. Beliau bertanya:
'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'
Jibril menjawab: 'Orang itu
memiliki istri yang halal dan cantik, tetapi ia menemui wanita yang kotor lalu
wanita itu bermalam bersamanya hingga pagi hari. Kemudian ia mendatangi
kayu-kayu yang menggeletak di jalan. Ia tidak melewati sepotong kayu, melainkan
kayu itu menghantamnya. Allah berfirman: 'Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap
jalan dengan menakut-nakuti'.'
Kemudian beliau melewati seorang
laki-laki yang mengumpulkan seikat kayu besar dan ia tidak sanggup memikulnya,
tetapi ia justru terus menambahnya. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah
orang itu?'
Jibril menjawab: 'Ia adalah
seseorang dari umatmu yang diberi amanah yang tidak bisa dilaksanakannya,
tetapi ia meminta ditambah dengan amanah yang lain.'
Kemudian beliau melewati
segolongan orang yang memotong bibirnya dengan gunting besi. Setelah bibirnya
terpotong, bibimya itu kembali seperti sediakala dan terus berulang seperti
itu. Beliau bertanya: 'Wahai jibril, siapakah mereka itu?'
Jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang yang gemar menyebarkan fitnah.'Kemudian beliau melewati kerikil
yang mengeluarkan sinar yang besar. Lalu sinar itu masuk lagi ke dalam batu,
tetapi tidak bisa. Beliau bertanya: 'Apakah itu, wahai jibril.'
Jibril menjawab: 'Seseorang
mengeluarkan suatu perkataan lalu ia menyesali.
Ia menarik menarik kembali
perkataannya, tetapi tidak bisa'."
Al-Bailiaqi juga menyebutkan
dalam had.is Isra' dari riwayatAbu Said al-Khudri, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, "Lalu aku naik bersama jibril. jibril meminta agar pintu langit
dibukakan. Ternyata, di sana ada Adam dalam rupa saat Allah menciptakannya. Ruh
keturunannya yang mukmin diperlihatkan kepadanya. Maka Adam berkata: 'Ruh yang
baik dan jiwa yang baik pula. Letakkan ia di Illiyyin.' Kemudian ruh-ruh
keturunannya yang jahat diperlihatkan kepadanya. Maka Adam berkata: 'Ruh yang
buruk dan jiwa yang buruk pula. Letakkan ia di Neraka Sijjin.'
Kemudian aku berlalu sebentar
saja, di sana ada sebuah meja makan yang di atasnya ada daging dalam keadaan
teriris-iris, tidak ada seorang pun di sana. Di dekat meja itu ada meja lain
yang di atasnya ada daging yang bau dan busuk, yang dikelilingi beberapa orang
dan mereka memakannya. Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'
jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang yang meninggalkan yang halal dan mengambil yang haram.'
Kemudian aku berlalu sebentar
saja, di sana ada orang-orang yang perut mereka sebesar rumah. Setiap kali
salah seorang dari mereka bangkit, ia jatuh tersungkur seraya berkata: 'Ya
Allah, janganlah Engkau bangkitkan hari Kiamat.' Mereka berada di atas jalan
para pengikut Firaun. Lalu datang orang-orang lain lewat jalan itu dan
menginjak-injak mereka sehingga mereka menjerit-jerit.
Aku bertanya: 'Siapakah mereka
itu, wahai jibril?'
jibril menjawab: 'Mereka adalah oarng-orang pemakan riba, yang
tidak dapat berdiri, kecuali seperti berdirinya orang kerasukan setan karena
tekanan penyakit gila.'
Kemudian aku berlalu sebentar
saja, di sana ada orang yang bibirnya seperti bibir unta. Mulut mereka terbuka
lalu menyuapkan bara api ke dalam mulut dan bara api keluar dari dubur mereka.
Aku bisa mendengar jeritan suara mereka. Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu,
wahai jibril?'
jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang yang mengambil harta anak yatim secara zalim.'
Kemudian aku berlalu sebentar saja,
di sana aku melihat segolongan orang yang memotong daging di bagian lambung
lalu mengunyahnya. Ada yang berkata: 'Masing masing seperti halnya engkau
mengambil dari daging saudaranya.'Aku bertanya: 'Siapakah mereka itu, wahai jibril?'
jibril menjawab: 'Mereka adalah
orang-orang dari umatmu yang suka menyebarkan fitnah'."
Di dalam Sunan Abu Dawud
disebutkan dari hadis Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,
"Ketika di-mi'raj-kan, aku melewati sekelompok orang yang memiliki kuku
dari tembaga lalu mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku bertanya:
'Wahai jibril, siapakah mereka itu?' jibril menjawab: 'Mereka adalah orang
orang yang memakan daging manusia dan melanggar kehormatan mereka'."
Abu Dawud ath-Thayalisi berkata
di dalam Sunan-nya, "Kami diberitahu Syu'bah, dari al-A'masi, dari
Mujahid, dari lbnu Abbas bahwa Rasulullah melewati pemakaman lalu beliau
bersabda, "Dua orang di dalam pemakaman ini disiksa bukan karena melakukan
dosa besar. Salah seorang di antaranya suka memakan daging manusia dan satunya
lagi orang yang suka mengadu domba." Kemudian beliau meminta selembar
pelepah daun dan membelahnya menjadi dua bagian dan masing-masing diletakkan di
atas makam itu seraya bersabda, "Semoga hal ini bisa meringankan siksa
kuburnya selama pelepah ini belum kering."
Orang-orang berbeda pendapat
tentang hal ini, apakah orang yang ada dalam kubur itu orang mukmin atau kafir.
Ada yang berpendapat bahwa mereka berdua adalah orang kafir. Sabda beliau,
"Disiksa bukan karena dosa besar." dikaitkan dengan kufur dan syirik.
Mereka berkata, "Ini menunjukkan bahwa siksa tidak pemah dihentikan dari
keduanya dan itu hanya sekadar meringankan. Hal ini hanya berlaku selama
pelepah masih basah. Di samping itu, sekiranya keduanya orang mukmin, tentu beliau
akan memintakan syafaat dan berdoa bagi keduanya.
Di sebagian riwayat hadis juga
disebutkan bahwa keduanya adalah kafir. Penyiksaan ini merupakan tambahan atas
kekufuran dan kesalahan-kesalahannya. Ini merupakan dalil bahwa orang kafir
disiksa karena kekufuran dan dosa-dosanya. Ini merupakan pendapat yang dipilih
oleh Abul Hakan bin Barkhan.
Ada yang berpendapat bahwa
keduanya adalah mukmin karena beliau menafikan siksaan karena selain dua sebab
yang disebutkan itu. Hal itu didasarkan pada sabda beliau, "Disiksa bukan
karena dosa besar." Kufur dan syirik merupakan dosa besar dan tidak mesti
Rasulullah memintakan syafaat bagi setiap orang muslim yang disiksa di dalam
kubumya karena suatu kejahatan.
Beliau
mengabarkan orang yang memakai mantel dan terbunuh di dalam jihad bahwa mantel
itu menjadi api di dalam kuburnya sementara ia adalah seorang muslim dan orang
yang ikut jihad. Lafal ini tidak bisa ditetapkan bahwa keduanya adalah orang
kafir. Kalaupun pendapat ini benar, itu merupakan pendapat sebagian riwayat.
Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Abu Abdullah al-Qurthubi. Jika ruh
para malaikat berbeda-beda antara sebagian dengan sebagian yang lain sementara
mereka tidak memiliki jasad, begitu pula jin, ruh manusia lebih layak lagi
memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain.
0 Comment