Sains Islam
(Yaitu) orang-orang yang meng ingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan fangit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka." (QS Ali 'Im ran [3]: 191)
Sains adalah pengetahuan yang
sistematis. Sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi
dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang
diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Sains bertumpu pada
objektivitas yang dapat diuji ulang dan merupakan kontribusi semua ilmuwan di
muka Bumi tanpa pandang bangsa dan agama. Setiap orang dapat berkontribusi dan
mendapatkan penghargaan tertinggi dalam sains, hadiah Nobel. Sebut saja L.D.
Landau (1962) dari Rusia yang negerinya notabene komunis-ateis, Chen-Ning Yang
dan Tsung-Dao Lee (1957) dari Cina yang komunis-Kong Hu Cu, Hideki Yukawa
(1949) dari Jepang yang Buddhis-Zen, C.V. Raman (1930) dari India yang Hindu,
Abdus Salam (1979) dari Pakistan yang Muslim, dan Enrico Fermi (1938) dari
Italia.
Disinggung pada bab terdahulu,
perkembangan sains dalam sebuah kalangan masyarakat juga dibarengi dengan
tumbuhnya ber bagai krisis, baik lingkungan maupun sosial. Kemajuan sains dan
tek nologi Jepang tidak diragukan lagi. Hampir semua produk teknologi yang
beredar di pasaran Indonesia bermerek Jepang. Toyota, Honda, Yamaha, Suzuki,
Daihatsu adalah tulisan yang menempel di kendaraan kendaraan yang berseliweran
di jalanan. Toshiba, Sony, Fujitsu adalah notebook yang mengisi ruang kerja
kantor dan rumah. Kanebo ter simpan di ruang rias wanita, Ajinomoto tersedia
di dapur, dan sabun Shinzu'i berada di kamar mandi. Jika pada 1945 Nagasaki dan
Hiro shima dihujani born atom oleh Amerika, pada 2011 PLTN Fukushima diguncang
gempa dan dihajar tsunami. Akan tetapi, kecanggihan ilmu wan dan insinyur
Jepang mampu mengatasi dua kasus nuklir tersebut dengan sigap.
Secara formal, kepercayaan yang
dianut masyarakat Jepang adalah Shinto dan Buddhisme Zen, tetapi mereka tetap
dapat menjadi negara maju dengan penguasaan penuh atas sains dan teknologi.
Tidak dapat dimungkiri, Jepang pun menjadi salah satu kiblat sains-teknologi,
selain ekonomi. Di lain pihak, harus diakui bahwa masyarakat Jepang juga
menerapkan pola hidup seks bebas. Pada salah satu edisi, Hiragana Times (2000)
melaporkan hasil angket yang menyatakan bahwa 90,6 persen wanita Jepang yang
akan menikah sudah tidak perawan lagi. Para ma hasiswa Eropa yang pertama kali
masuk Jepang pun terperangah de ngan kenyataan tersebut. Menurut mereka,
seperti disebutkan dalam Hiragana Times, Jepang lebih Barat daripada Barat dan
mereka menjuluki Jepang sebagai sex's paradise.
Kehidupan seks bebas di Jepang telah
sampai pada taraf yang memprihatinkan. Kenyataan ini cukup menyentak para
orangtua, khu susnya para ibu. Pada 1999, Komunitas Muslim Saijou-Hiroshima
me nyelenggarakan seminar tentang Islam bagi masyarakat Jepang. Sam butan
warga cukup antusias, kebanyakan yang hadir adalah ibu-ibu. Kecemasan akan
anak-anak mereka yang terperangkap dalam pola hidup bebas adalah motivasi
terbesar yang mendorong mereka hadir pada pertemuan tersebut. Mereka ingin
kembali pada nilai-nilai agama yang dapat mencegah kehidupan bebas tersebut.
Sayangnya, mereka tidak tahu seluk-beluk suatu agama.
Pergaulan bebas bukan satu-satunya
persoalan di Jepang. Mes kipun secara formal masyarakat beragama Shinto,
ketika ditanya mengenai agama yang mereka anut, anak muda Jepang kebingungan
menjawabnya. "Nani kana?"1 Bahkan mereka heran melihat orang asing
yang taat beragama.
Fenomena longgarnya norma pergaulan
antarlawan jenis juga terjadi hampir di seluruh kota besar, tak terkecuali
negara mayoritas berpenduduk Muslim. Makin maju suatu negeri, identik dengan
makin longgarnya norma agama dan makin mewabahnya pergaulan dan seks bebas.
Agama melemah dan bagai tak berdaya berhadapan dengan modernisme yang ditopang
oleh sains dan teknologi. Masihkah sains dipandang netral dan tidak membangun
kultur hedonis, juga free sex, di seluruh masyarakat dengan berbagai latar
belakang agama?
Prinsip Kreasi
Sains merupakan produk olah pikir
manus1a, sebagaimana halnya produk-produk lain, seperti patung, lukisan, musik,
pakaian, dan mobil. Desain toilet di tempat umum, seperti stasiun kereta api,
terminal bus, pelabuhan laut, dan bandara udara, juga merupakan produk manusia.
Indonesia, meskipun mayoritas
penduduknya Muslim bahkan terbesar di dunia, tetapi kompleks perumahan mewahnya
banyak dihiasi patung patung bidadari kecil. lni artinya, sang pengusaha real
estate, kontraktor, arsitek, desainer, atau seniman kreator patung ini pasti
mempunyai pema haman dan mungkin juga kepercayaan akan bidadari-bidadari penyelamat
manusia dari berbagai rasa keputusasaan dan penderitaan. Rasa dan rasio mereka
terekspresi di dalam rancangan dan karya patung tersebut. Singkat kata, tata
nilai sang perancang terekspresi dalam karya dan produknya.
Saat ini banyak orang di berbagai negeri
mengenakan celana jeans, mengacu pada mode mutakhir. Mereka mengenakannya untuk
mendapatkan pengakuan bahwa mereka tak ketinggalan zaman, up to date, dan
trendi. Maklum, produk ini berasal dari pusat kemajuan masa kini, Amerika.
Dengan demikian, produk ini pun membawa tata nilai.
1 "Apa, ya?"
Orang-orang Amerika. Adakah yang salah dengan
orang Amerika terkait dengan celana ini sehing ga kita perlu menggugatnya?
Dalam perspektif Muslim, ada tiga
catatan yang perlu disampaikan atas produk celana jeans, khususnya yang
bermodel ketat. Pertama, celana ketat tersebut, meski menutupi anggota badan, tetapi
memperlihatkan lekukan tubuh dengan jelas-suatu hal yang dilarang oleh Islam,
teruta ma bagi muslimah. Kedua, celana ketat akan menyulitkan pemakainya bila
akan buang air kecil.
Karena sulit, kemungkinan sang
pemakai celana terpaksa buang air kecil sambil berdiri. Padahal, hal tersebut
tidak dianjurkan dalam etika Islam. Bila buang air kecil dengan berdiri tetap
dilakukan, sementara celana sangat ketat sehingga tidak dapat dilipat atau
disingsingkan ke atas, hampir dapat dipastikan celana tersebut akan terkena
cipratan air seni. Akibatnya, celana menjadi najis dan tidak dapat digunakan
untuk shalat, atau kalau dipaksakan untuk shalat, shalatnya akan batal alias
sia-sia. Ketiga, anak muda sekarang banyak yang mengenakan baju atau kaus yang
relatif pendek. Akibatnya, ketika ruku' atau sujud, baju atau kaus tersebut
terangkat naik sehingga bagian di bawah pusar dan celana dalamnya kelihatan.
Lagi-lagi shalatnya menjadi sia-sia atau batal.
Sang desainer celana ketat ini
menganut nilai-nilai yang mewakili masyarakatnya yang tidak mempunyai kewajiban
shalat dengan pra syarat kesucian diri. Sang perancang busana ini tidak
mengenal ajaran yang melarang perempuan mengenakan pakaian yang dapat memper
lihatkan lekuk tubuh pemakainya. Bahkan sebaliknya, diperkenankan mengeksploitasi
tubuh untuk menarik perhatian, khususnya lawan jenis, sesuai dengan teori
libido seksual mereka.
Orang Barat tidak peduli dengan hal
tersebut. Mereka bisa buang air kecil di semua tempat dengan duduk atau berdiri
serta menghadap ke mana saja. Mereka tidak bermasalah apakah celana mereka
terkena cipratan air seninya atau tidak. Mereka tidak perlu menyingsingkan ce
lana. ltulah nilai mereka.
Celana ketat sangat menyulitkan
Muslim dan muslimah. Suatu ke tika, pemakai celana ketat akan berpikir bahwa
Islam tidak praktis, tidak cocok dengan mode dan cita rasa kehidupan modern.
Ujung-ujungnya, mereka akan beranggapan bahwa Islam adalah agama yang out
ofdate. Mereka pun menjalankan Islam sekadarnya, seperti menjalankan shalat
tanpa peduli syarat sah dan batalnya, sebelum akhirnya meninggalkan sama sekali
dan sekadar menjadi Muslim minimalis, Muslim KTP.
Musik membawa nilai-nilai yang dianut
sang musisi. Perhatikan de ngan saksama simbol api dan tengkorak yang dipakai
band Metallica. Banyak gambar dapat dipilih Metallica, tetapi mengapa mereka
memilih gambar tersebut? Apa artinya? Siapa orang-orang dalam kelompok musik
ini? Bagaimana gaya hidup mereka? Siapa penggemar dan fans Metallica?
Garnbar tengkorak terbakar ini
merefleksikan jiwa yang marah dan memberontak. Kepala yang panas terbakar dan
berteriak. Sedangkan tengkorak biasa dikaitkan dengan orang mati dan setan.
Orang-orang yang melantunkan lagu-lagu Metallica seolah sedang menuju kematian
kesadaran, marah, atau mungkin kerasukan setan. Karena itu, mereka merasa bisa
bertindak apa saja sesuka hati. Bebas sebebas-bebasnya, bebas tanpa batas.
Musik Metallica mewakili jiwa-jiwa
yang resah. Keresahan ini di ungkapkan melalui musik keras yang menghentak.
Ekspresi selanjutnya adalah menenggak minuman keras sampai mabuk dan lupa akan
beban hidup. Perilaku ini mencerminkan kondisi jiwa dan nilai-nilai personel
Metallica dan penggemarnya.
Sekarang perhatikan "karya seni"
yang lain, majalah Playboy yang bersimbol kelinci berdasi kupu-kupu. Berbeda
dari simbolnya yang lucu, Playboy berisi gambar-gambar wanita dengan pose
seronok. Apa yang ada di kepala dan hati orang-orang yang menggagas, membiayai,
dan menerbitkan majalah ini? Apa yang ada di pikiran dan jiwa wanita wanita
yang bersedia dipotret ini?
Kemudian, perhatikan per ubahan yang terjadi pada pem baca majalah ini. Perhatikan orang-orang yang menyimpan Playboy dan sejenisnya. Siapa pun mereka, baik sopir angkot, pramuniaga, tukang becak, kuli bangunan,
PLAYBOY
Buruh pabrik, karyawan, manajer,
direktur, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pendeta, ustad, kiai, maupun anggota
dewan akan mulai berpikir, berucap, dan bertindak mesum.
Playboy adalah produk sekaligus pembawa
pesan masyarakat penganut hidup bebas. Playboy, pelan tapi pasti, akan
menggiring pada kehidupan mesum, membangun pola hidup bagai binatang, mengumbar
aurat dan berpelukan di depan umum tanpa rasa malu.
Dan demikian (pula) di antara ma
nusia, makhluk bergerak yang ber nyawa dan hewan-hewan ternak ada yang
bermacam-macam war nanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha perkasa, Maha Pengampun. (QS Fathir [35]: 28)
ltulah nilai yang dibawa dan
dipropagandakan Playboy. Orang yang mengonsumsi Playboy, siapa pun orangnya,
akan menjadi pelamun dan lemah ingatan. Tentu hal ini tidak berlaku bagi mereka
yang takut kepada
Allah dan meyakini datangnya Hari
Pembalasan.
Sekarang bayangkan, suatu hari kita
tersesat di daerah yang asing, lalu kita mendatangi rumah seseorang untuk
bertanya. Di ruang tamu kita lihat sebuah hiasan dinding berupa kaligrafi.
Kita pun mantap mengucapkan,
"Assalamu'alaikum;' karena yakin pemilik rumah bukan penganut Nasrani atau
Hindu. Hiasan dinding ini memberi tahu bahwa pemilik rumah adalah Muslim. Benda
atau hiasan apa pun yang berada di rumah kita mencerminkan nilai yang kita
anut. Hal yang sama juga kita lakukan jika ketemu dan ingin menyapa seseorang
yang tidak kita kenal, tetapi orang tersebut mengenakan baju koko. Sebabnya,
sang pemakai dapat dipastikan seorang Muslim dan kemungkinan bukan Muslim awam.
Atau kita pasti kaget dan bertanya tanya jika seorang teman yang biasanya
kasar bak preman, baik tutur kata, perilaku, maupun penampilannya, tiba-tiba
mengenakan baju koko.
Apa yang baru terjadi dan dialami
sang teman? Peristiwa hebat apa yang membuatnya berubah drastis? Pertanyaan ini
dipicu oleh persepsi kita bahwa orang yang mengenakan baju muslim adalah para
ustad, santri, dan orang-orang yang akan menghadiri majelis taklim. Pemakai
baju koko adalah mereka yang tutur bahasanya lem but dan halus serta
berperilaku santun. Baju koko membawa tata nilai.
Di Indonesia, ada penyanyi yang
khususnya di kalangan Muslim, Rhoma lrama dan Sonetanya. Perha tikan
penampilan Rhoma lrama yang dijuluki Si Raja Dangdut ini saat tampil di
panggung. Dia dan personel Soneta sering mengenakan baju serbaputih yang
melambangkan kesucian atau baju berlengan panjang dengan selendang yang
dikalungkan seperti serban yang umum digu nakan oleh Muslim Timur Tengah.
Rhoma lrama dan Soneta memang mengidentifikasikan diri sebagai Sound of Moslem.
Seragam ketika di atas panggung dan lagu-lagu yang dinyanyikan mewakili
identitasnya sebagai Muslim. Musik membawa tata nilai.
Kelompok tarekat Islam, misal, kelompok
sufi juga terbiasa menari dengan pakaiannya yang khas, longgar dan menutupi
tubuh, bukan pakaian ketat, terbuka, dan sobek sana-sini. Gerak tari mereka pun
bukan gerakan erotis, tetapi gerak ritmis yang menggambarkan pendakian menuju
Tuhan. Tarian ini dikenal sebagai tarian menuju Tuhan. Tarian yang
merefleksikan nilai.
Contoh demi contoh di depan
memperlihatkan kesamaan berlakunya "Prinsip Kreasi". Setiap kreasi
membawa nilai-nilai penciptanya, setiap produk membawa ideologi produsennya.
Sains juga produk manusia. la membawa
pandangan dunia tertentu penciptanya. Dibandingkan dengan benda-benda yang
disebutkan sebe lumnya, sains lebih abstrak. Kita hanya mengenal satu sains,
yaitu sains Barat atau sains modern yang tumbuh di Eropa sejak abad
pertengahan. Sains ini diajarkan sejak SD sampai perguruan tinggi. Karena tidak
ada bandingannya, sains yang ada saat ini seolah-olah menjadi satu-satunya
kebenaran yang sah tentang deskripsi alam semesta.
Materialisme ilmiah yang merupakan
kelanjutan sekaligus penyem purnaan materialisme Yunani kuno, atomisme
Democritus, menyatakan bahwa realitas hanya terdiri dari materi yang tidak
tercipta dan tidak dapat dimusnahkan, itulah fondasi sains modern. Reduksi
realitas ke dalam materi belaka telah memberikan kemajuan luar biasa. Namun,
pada saatyang sama juga memunculkan pandangan hidup yang menolak realitas
selain materi, seperti alam gaib, sebagaimana diajarkan oleh agama-agama
langit, termasuk Islam.
0 Comment