Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat
Pengertian filsafat dari segi bahasa kata filsafat yang
diucapkan dalam bahasa Arab "falsafah" adalah berasal bahasa Yunani
yaitu "philosophia" yang berarti cinta kepada pengetahuan, yang
terdiri dari dua kata yaitu "philos"
yang berarti cinta (loving) dan sophia yang berarti pengetahuan
(wisdom). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut "philosophos",
dalam bahasa Arab disebut "filosof" dan bahasa Indonesia disebut
"filusuf".
Istilah filsafat bagi kalangan sarjana lebih dikaitkan
dengan peradaban Yunani, hal ini dikarenakan awal mula kemunculan filsafat dari
mitos orang-orang Yunani. Dari sinilah, Muhammad Sodiq dalam kata pengantar
penerjemahan buku "The Tree Of Philosophy" menyebutkan istilah
filsafat dengan kata lain adalah mitos. Namun sebagian kalangan sejarawan
filsut menyebutkan bahwa awal mula kemunculan filsafat sejak terciptanya
manusia pertama yaitu nabi Adam, alasan yang digunakan oleh golongan ini adalah
orang yang berpikir, maka dia sudah termasuk orang yang berfilsafat. Ada juga
pendapat lain yang mengatakan bahwa awal mula adanya filsafat terjadi setelah
adanya Evolusionis atau yang lebih dikenal dengan teori evolusi yang
dikemukakan oleh Charles Darwin.
Dari pendapat-pendapat diatas, sangat jelas terjadi
silang pendapat dikalangan sejarawan filsuf. Dalam maka yang berjudul
"Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat", penulis hanya membahas secara
ringkas pendapat manakah yang lebih popular yang dikemukakan oleh para
sejarawan.
Selain itu, dalam makalah ini, juga dibahas secara singkat mengenai ruang lingkup yang dikaji dalam filsafat. Sebagaimana dalam referensi buku-buku filsafat, disebutkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi kajian filsafat, yaitu: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
A.
Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dari
segi bahasa kata filsafat yang diucapkan dalam bahasa Arab "falsafah"
adalah berasal bahasa Yunani yaitu "philosophia" yang berarti cinta
kepada pengetahuan, yang terdiri dari dua kata yaitu "philos" yang berarti cinta (loving) dan sophia yang
berarti pengetahuan (wisdom). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
"philosophos", dalam bahasa Arab disebut "filosof" dan
bahasa Indonesia disebut "filusuf". Pencinta pengetahuan adalah orang
yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan kata
lain, orang yang selalu mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.[1]
Adapun pengertian filsafat dari segi istilah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta atapun mengenai kebenaran dan arti "adanya" sesuatu.[2]
B.
Pengertian Ilmu
Dalam kamus Bahasa Indonesi kata ilmu berarti pengetahuan atau
kepandaian, baik yang termasuk jenis kebathilan, maupun yang berkenaan dengan
alam dan sebagainya.[3]
Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Popular mengartikan ilmu adalah "ilmu
pengetahuan".[4]
Ilmu dalam kajian filsafat,
sebagaimana yang dikatakan oleh Jujun bahwa ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan
secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu
social, di mana keduanya mempunyai cirri-ciri keilmuan yang sama.
Pada bab yang kedua ini
terdapat pembahasan Sejarah Kemunculan Filsafat dan Perkembangannya,
yang meliputi, sejarah asal mula pengunaan filsafat, sejarah kemunculan
filsafat dan ilmu, faktor-faktor kemunculan filsafat ilmu, sejarah
perkembangan filsafat ilmu, klasifikasi filsafat dari segi geografis dan
agama, tokoh-tokoh filsafat ilmu.
Ada lima pertanyaan mengenai pembahasan sejarah kemunculan filsafat dan perkembangannya, yaitu pertama: Istilah atau penamaan filsafat itu sendiri, yang kedua: Kapan filsafat itu muncul, yang ketiga: Dimana filsafat itu muncul, yang keempat: Siapakah tokoh pencetus pertama kali dalam filsafat, yang kelima: Siapakah tokoh-tokoh filsafat yang terkenal dalam memberikan sumbangan pemikiran filsafat.
A.
Sejarah Asal Mula
Pengunaan Istilah Filsafat
Sejarah asal mula dalam
pengunaan istilah filsafat dikalangan para filsuf, penulis belum menemukan data
atau riteratur yang menjelaskan asal mula pengunaan istilah filsafat secara
pasti. Tetapi bila merujuk dalam sebuah hasil karya tulisan Bertran Russell
yang menulis buku dengan judul "History Of Western Plilosophy" dan buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan judul "Sejarah Fisafat Barat".
Dalam buku tersebut Bertran Russell menjelaskan panjang lebar tentang "Zaman Pra-Sokrates", yang dalam penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa istilah filsafat dikenal dengan adanya kelahiran beradaban Yunani kuno, hal ini karena tampil seorang filosof Yunani dari daerah Mileta dan dia seorang yang pertama kali digelari filosof yaitu Thales.[5]
B.
Sejarah Kemunculan
Filsafat dan Ilmu
Dikalangan para sarjana yang
menekuni dalam bidang filsafat, mereka silang pendapat sejak kapan pemikiran
filsafat itu muncul. Dikalangan sebagian sarjana mengatakan bahwa muculnya
filsafat sejak kelahiran beradaban Yunani yang disponsori oleh Thales, pendapat
tersebut dikemukakan oleh Bertran Russell sebagaimana terdapat dalam penjelasan
sebelumnya, hal yang senada juga dikemukakan oleh Jerome R. Ravert.[6]
Ada juga pendapat lain yang
dikemukan oleh kaum Kreasionisme yang berpendapat bahwa kemuculan filsafat
sejak manusia pertama yaitu Nabi Adam dan Hawa yang turun ke bumi pada 60.000
tahun yang lalu atau abad 600 SM. Alat yang dibekalkan kepada Adam dan Hawa
berupa akal sehingga dapat berpikir, menjalani kehidupan, melaksanakan amanat Tuhan,
memilihara kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, bersamaan dengan adanya
manusia, maka pemikiran filsafat telah ada.[7]
Sedangkan pendapat lain
menyebutkan bahwa kemunculan filsafat sejak Charles Darwin menperkenalkan
teorinya yang dikenal dengan "Teori Evolusi". dalam teorinya, dia
mengatakan bahwa kira-kira tahun 600.000 SM, terbentuk makhluk hidup yang
disebut manusia sebagai evolusi yang panjang dan miliaran tahun sebelumnya.[8]
Dari pendapat-pendapat
diatas, penulis lebih memilih pendapat pertama yaitu bahwa kemunculan filsafat
berawal dari beradaban Yunani yang dikenalkan oleh seoarng filsuf ternama dan
terkemuka yaitu Thales.
Adapun sejarah kemunculan
ilmu pengetahuan, Menurut Jerome R. Ravert menjelaskan bahwa kemunculan science
Eropa bermula dengan adanya para filsuf
dari negara Yunani yang mendiami pantai dan pulau-pulau Mediterranian Timur,
diakhir tahun abad ke-6 dan ke-5 SM.[9]
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kemunculan ilmu bersamaan dengan kemunculan filsafat. Pada zaman Yunani kuno filsafat maupun ilmu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Yunani.[10]
C.
Faktor-Faktor Kemunculan
Filsafat Ilmu
Menurut Jan Hendrik Rapar
ada empat hal yang memicu lahirnya filsafat, yaitu ketakjuban, ketidakpuasan,
hasrat bertanya dan keraguan. Penjelsan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
1. Ketakjuban
Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa menurut para filsuf
seperti Aristoteles bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah
kekaguman, keheranan atau ketakjuban.[11]
2. Ketidakpuasan
Manusia tidak merasa puas dengan fenomena-fenomena
alam, sehingga membuat manusia terus-menerus dalam mencari penjelasan dan
keterangan yang lebih pasti dan menyakinkan terhadap peristiwa-peristiwa alam
3.
Hasrat Bertanya
Ketakjuban manusia atas keberadaan alam semesta ini,
sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuat manusia selalu
bertanya-tanya yang tak kunjung habisnya hal ini karena ketidakpuasan manusia.
4. Keraguan
Manusia selalu mengajukan pertanyaan dengan maksud
untuk memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang ditanyakan itu.
Pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan keterangan yang pasti dan jelas, hal
ini karena berangkat dari keraguan atau ketidakpastian dan kebinggunan.[12]
D.
Sejarah Perkembangan
Filsafat Ilmu
Para ilmuwan dari kalangan
sarjana yang menekuni filsafat telah mengklasifikasi perkembangan sejarah
filsafat. Ada lima periode dalam perkembangan sejarah filsafat ilmu, yaitu:
1. Periode
Zaman Yunani Kuno
Periode pada zaman Yunani kuno terjadi pada tahun 600 SM
hingga tahun 200 M, yang diperkirakan bahwa filsafat Yunani ini merupakan
perkembangan dari mitologi dan sastra, serita rakyat, drama-drama yang hidup
subur di kalangan masyarakat.
Prof Dr.
Sutardjo A. Wiramihardja mengutip penjelasan Bertens bahwa pada zaman Yunani
kuno terdapat tiga periode masa sejarah filsafat yang pertama pada masa awal
filsafat kuno dengan para pelopor yang terkemuka yaitu Thales, Anaximandros dan
Anaximenes. Yang kedua, pada masa keemasan Yunani kuno dengan ditandai
kelahiran para filsuf terkenal, diantaranya Perikles, Sokrates, Plato dan
muridnya Plato yaitu Aristoteles. Dan yang ketiga yaitu masa Helenitas dan
Romawi yang ditandai dengan para pencetusnya seperti Pyrrho, Cicero, Philo dan
Photinos.[13]
- Periode Zaman
Pertengahan
Periode pada zaman Yunani
kuno terjadi pada tahun 200 M hingga tahun 1500 M, zaman ini dianggap sebagai
zaman yang dimana filsafat begitu erat, bahkan berada dibawa naungan agama.
Pada periode pertengahan ini terdapat empat periode terhadap perkembangan filsafat,
yaitu:
a.
Zaman Patristik
Pada zaman Patristik
ditandai dengan adanya kebudayaan kafir, hal ini karena ada dua pemikiran yang
saling tolak belakang yaitu, pemikiran berdasarkan kepercayaan agama Nasrani
dan pemikiran yang dilandasi dengan filsafat Yunani Kuno. Menurut pandangan
agama Nasrani bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud dalam Yesus,
seharusnya tidak ada lagi pemikiran filosofi. Dengan demikian, pemikiran
filsafat tidak diakui.[14]
Tokoh-tokoh yang tampil di zaman Patristik seperti Yutinus Martyr, Clemen dan Origenes.[15]
b.
Zaman Awal Skolastik
Diawal periode Skolastik
ditandai dengan terjadinya migrasi penudukm yaitu perpindahan bangsa Hun dari
Asia ke Eropa, sehingga bangsa Jerman berpindah melintasi perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik
mengalami kemerosotan. Dengan adanya
setuasi yang demikian ini tidak banyak
pemikiran filsafa yang dikemukakan pada masa ini.
Tetapi pada masa ini terdapat tokoh-tokoh yang melopori filsafat seperti Boethius (480-524), Kaisar Karel Agung, Johanes Scotus, Eriungena (810-877), Anselmus (1033-1109) dan Abelardus.[16]
c.
Zaman Keemasan Skolastik
Dizaman keemasan Skolastik ditandai dengan kemajuan filsafat yaitu studi penggabungan filsafat dengan teologi. Tokoh-tokoh intelektual filsafat pada di zaman, seperti Bonaventura, Albertus Agung, Thomas Aquinas.[17]
d.
Masa Akhir Abad Pertengahan.
Pada Abad XIV terjadi sikap kritis atas berbagai usaha pemikiran yang menyintesiskan pemikiran silsafat dan teologi yang semaking menyimang dari pendapat Aristoteles. Dua tokoh yang tampil dalam mempersiapkan ilmu penegetahuan dan alam modern, ialah Johannes Buridanus (1298-1358) di Paris dan Thomas Bradwarline(1300-1249) di Oxford.
- Periode Zaman
Pencerahan
Pada tahun 1600 sampai 1800
ini disebut sebagai zaman pencerahan terhadap perkembangan filsafat, yang oleh
Jerome R. Ravertz diebut sebagai zaman dari manifesto hingga kritik. Pada zaman
ini terjadi perdebatan dalam filsafat ilmu yang hampir tak dapat dipisah dari
perdebatan ilmu itu sendiri. Selain itu juga terjadi berdebatan antara filsafat
dan teologi dari biara-biara hingga sampai ke universitas-universitas.[18]
Tokoh-tokoh yang terkemuka pada zaman ini seperti Descartes, leibnits, Galileo, Laplace dan Kant.[19]
- Periode Zaman Modern
Pada zaman modern dikenal
dengan masa Renaisans yang arinya "lahir kembali" maksudnya adalah
melahirkan kembali kebudayaan klasik yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi.
Para pelopor pada zaman ini yang tampil sebagai sasrawan dan seniman digaris depan seperti Petrarca (1304-1374), Boccaccio (1313-1375, Michelangelo (1475-1565) dan Francis Bacon (1561-1623).[20]
- Periode Zaman
Pascamodernisasi
Pada periode ini yang
menjadi perhatian dalam pembahasan adalah fenomenologi dan eksistesialisme[21] yang menunjukkan masuknya babak baru yang disebut
Pascamodernisme.
Tokoh yang memperkenalkan
pemikiran filsafat fenomenologi adalah Edmund Husert (1859-1936), pemikiran ini
terinpirasi dari seorang filsuf dan ahli matematikus yaitu Brentano.
Adapun tokoh yang memperkenalkan pemikiran filsafat eksistesialisme adalah Soren Kierkegaard, dia adalah seorang yang sangat penentang materialisme dan idealisme.[22]
C.
Klasifikasi Filsafat
dari segi Geografis dan Agama
Berdasarkan
riteratur-riteratur filsafat, ditemukan pembahasan filsafat Barat dan juga
filsafat timur serta pembahasan tentang filsafat agama. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada dua klasifikasi filsafat yaitu filsafat menurut wilayah
atau geografis dan filsafat menurut agama. Filsafat menurut wilayah terbagi
menjadi dua, yaitu filsafat Barat dan filsafat Timur.
Maksud
dari filsafat Barat adalah filsafat Yunani itu sendiri,[23]
sedangkan filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang berkembang di wilayah Asia
terutama Cina, Jepang, dan India.[24]
Adapun klasifikasi filsafat
dari segi agama terdapat lima agama yang memiliki pemikiran filsafat
masing-masing yaitu : (a) filsafat Islam, (b) filsafat Yahudi, (c) filsafat
Kresten, (d) filsafat Budha dan (e) filsafat Hindu.
Klasifikasi filsafat dari segi geografis dan agama diatas berdasarkan analisis yang terdapat dalam beberapa literatur buku-buku filsafat.[25]
D.
Tokoh-Tokoh Filsafat
Ilmu
Sebagaimana pada pembahasan sejarah perkembangan filsafat, penulis
menampilkan hanya beberapa perintis dan tokoh filsuf yang terkemuka pada
zamannya. Kali ini penulis menampilkan para pelopor filsuf sesuai dengan
mengikuti perkembangan filsafat.
1.
Tokoh-tokoh filsuf pada zaman
Yunani Kuno
Para pelopor filsuf pada
masa awal Yunani kuno, mereka adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes,
Herakleitos, Pythagoras dan Parmenndes. Adapun tokoh pada masa keemaan Yunani
Kuno, mereka adalah: Perikle, Protagoras, Sokrates (470 Sm-399M, Plato (427
SM-347 SM), Herakleitos, Aristoteles (84 SM- 322 SM)
Selain itu tokoh yang sebagai pelopor pada masa Helenitas dan Romawi, mereka adalah; Epikuros (341-270 SM), Pyrrho (365-75), Cicero (106-43 SM), Philo (25 SM-5 M), Ploninos (203/-269/70), Proklos (410-485).[26]
2.
Tokoh-tokoh filsuf pada zaman
Pertengahan
Ada empat periode pada masa
ini yang pertama masa patristic, tokoh perintisnya adalah Yustinus Martyr,
Clemens (50-215 M), Origenes (185-254), Gregorius (330-390), Basilius (330-379,
Gregorius (335-394) dan Johannes Damascenus.
Yang kedua pada masa awal
Skolastik, sebagai pelopor filsuf adalah: Boethius (480-524 M), Kaisar Karel
Agung, Johanes Scotus Eriugena (810-877), Anselmus 1033-1109) dan Abelardus
(1079-1142).
Yang ketiga pada masa
keemasan Skolastik, yang tampil sebagai filsuf terkemuka adalah Fransiskus pada
tahun 1209, Dominikus pada tahun 1215, dan Bonaventura.
Danga yang keempat pada masa akhir abad pertengahan, yang tampil sebagai pleopor filsuf terkenal adalah Johannes Buridanus (1298-1359) dan Thomas Bradwardine (1300-1349).[27]
3.
Tokoh-tokoh filsuf pada zaman
Pencerahan
Pada masa ini tokoh-tokoh yang tampil sebagai filsuf, mereka adalah Michel de montaigne (1533-1592), Descartes, Leibnits, Wolf, Locke, Hume an Berkeley.[28]
4.
Tokoh-tokoh filsuf pada zaman
Modern
Tokoh-tokoh pada zaman ini, mereka diantaranya Petrarca (1304-1374, Boccaccio (1313-1375), Michelangelo (1475-1565), Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus (1475-11543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643).[29]
5.
Tokoh-tokoh filsuf pada zaman
Pascamodernisme
Pada masa ini sebegai tokoh filsuf yang terkenal adalah Enmund Husserl (1859-1936), Max Scheler, Edith, Kierkegaard, Sartre, Heidegger, Albert Camus dan Simon Beauvoir.[30]
Ruang Lingkup
Filsafat
Tiap-tiap pengetahuan
memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangg bagi eksistensi ilmu. Tiga
komponen yang dimaksud adalah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi, ketiga
tersebut masuk pada lingkup kajian filsafat ilmu.
- Ontologi
Ontologi adalah menjelakan
pertanyaan "apa", oleh karena itu ontologi merupakan azaz dalam
menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta
penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika). Ontologi meliputi
permasalahan apa hakikat itu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari persipsi filsafat
tentang apa dan bagaimana yang ada itu.[31]
Ada beberapa pertanyaan
ontology yang dapat melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Misalnya Apakah
yang ada itu?, (what is being?), bagaimanakah yang ada itu (how is being?) dan
dimanakah yang ada itu? (where is being?).[32]
- Epistemologi
Epistemologi adalah
penjelasan pertanyaan "bagaimana", yang menurut Jujun S.
Suriasumantri bahwa epistemologi sebagai cara mendapatkan pengetahuan yang
benar.[33]
Sedangkan Epistemologi dalam istilah filsafat adalah cabang filsafat yang
menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.
Epistemologi meliputi tata
cara dan saran untuk mencapai pengetahuan. M. Zainuddin dalam bukunya
"Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam", menjelaskan bahwa ada
tiga persoalan pokok dalam bidang Epistemologi, yaitu :
- Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah
datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan kalau ada, apakah kita bisa
mengetahuinya?
- Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia
yang benar-benar di luar pikiran kita? Dan kalau ada, apakah kita bisa
mengetahuinya?
- Apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapa membedakan yang benar dari yang salah?.[34]
C.
Aksiologi
Bila Ontologi menjelaskan
pertanyaan "apa", sedangkan epistemologi adalah penjelasan pertanyaan
"bagaimana", maka aksiologi penjelasan pertanyaan "untuk
apa". Aksiologi dengan bahasa yang sederhana adalah nilai
kegunaan ilmu, hal ini yang diistilahkan oleh Jujun S. Suriasumantri[35]
Aksiologi dalam istilah
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi
nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan
itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan social.[36]
Dari penjelasan ruang
lingkup filsafat ilmu diatas bila diskemakan, maka nampak sebagai berikut:
Berdasarkan penjelaan tentang sejarah dan ruang
lingkup filsafat diatas, maka ada dua hal yang dapat disimpulkan yang pertama
bahwa sejarah kemunculan filafat dan sejarah awal dalam mengunakan kata
filsafat, ini terjadi pada zaman Yunani kuno, hal ini berdasarkan pengakuan
ahli sejarah dalam bidang filsafat, bahwa mereka mengjuluki Thale sebagai
pelopor utama dan pertama dalam filsafat.
Dan kesimpulan yang kedua, sesuai dengan pembahasan tentang ruang lingkup filsafat, bahwa filsafat ilmu memiliki kajian ilmu pengetahuan yang terbagai menjadi tiga yaitu, Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Abdillah, Pius. Kamus
Saku Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola, t.t.
Anhari, Masjkur. Filsafat
Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke Abad. Surabaya: Diantama, 2007.
Bambrough, Renford ed. The
Philosohy of Aristotle. New York: New American Library, 1963.
http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat.
Pandia, Wisma. "Ilsafat
Ilmu Diktat kulian di Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia",
dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat
(30 Oktober 2010)
Rapar,Jan Hendrik. Pangantar
Filsafat. Yogyakarta:Kanisius, 1996.
Partanto,Pius A. Kamus
Ilmiah Populer. Surabaya; Arkola, t.t.
Poerwadarminto, WJS. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1966.
Ravertz, Jerome R. Filsafat
Ilmu. terj. Saut Pasaribu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Russell, Bertran. Sejarah
Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik. ter. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:Pustaka Sinar harapan, 2007.
Wiramihardja, Sutardjo A. PengantaraFilsafat
.Bandung: Refika Aditama, 2009
Zainuddin, M. Filsafat
Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. t.t.:Lintas Pustaka, t.t.
[1] Masjkur Anhari, Filsafat Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke
Abad (Surabaya: Diantama, 2007), 4.
[2] Ibd., 5 ; WJS Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: PN Balai Pustaka, 1966)
[3] Pius Abdillah, Kamus Saku Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola, t.t),
133.
[4] Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya; Arkola,
t.t), 243.
[5] Bertran Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan
Kondisi Sosio-Politik. ter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 3-29.
[6] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. terj. Saut Pasaribu
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 7.
[7] Sutardjo A. Wiramihardja, PengantaraFilsafat (Bandung: Refika
Aditama), 55-56.
[8] Ibd., 56.
[9] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. 7.
[10] Wisma Pandia, "Ilsafat Ilmu Diktat kulian di Sekolah
Tinggi Theologi Injili Philadelphia", dalam http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat
(30 Oktober 2010)
[11] Jan Hendrik Rapar, Pangantar Filsafat (Yogyakarta:Kanisius,
1996), 16; Renford Bambrough, ed., The Philosohy of Aristotle (New York: New
American Library, 1963, 43-44.
[12] Jan Hendrik Rapar, Pangantar Filsafat 17-18
[13] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 58.
[14] Ibd., 64.
[15] Ibd.
[16] Ibd. 66.
[17] Ibd. 68.
[18] Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu. 100-101
[19] Ibd.,
[20] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 72.
[21] Fenomenologi secara bahasa adalah ilmu penentuan kesimpulan dari
adanya gejala. Sedangkan Fenomenologi dalam istilah filsafat adalah suatu
mazhab filsafat yang telah terjadi inkonsistensi, antara lain anjuran untuk
membebaskan diri dari asumsi-asumsi dalam reduksinya. (Lihat, Pius A Partanto, Kamus
Ilmiah Populer, 175 : Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat,
78) Adapun eksistensialisme secara
bahasa berasal dari kata eksistensi yang berarti keberadaan, wujud, yang tampak
atau sesuatu yang membedakan antara suatu benda dengan benda lain. Sedangkan
eksistensialisme dalam difinisi filsafat adalah suatu aliran filsafat yang
memandang segala hal berpangkal pada eksistensinya. (Lihat, Pius A Partanto, Kamus
Ilmiah Populer, 133 : Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat,
80).
[22] Ibd., 78-83.
[23]http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat.
[24] Masjkur Anhari, Filsafat Sejarah dan Perkembangan dari Abad ke
Abad (Surabaya: Diantama, 2007), 32-42.
[25] Silahkan merujuk pada beberapa buku filsafat yang diantaranya,
(1)Filsafat Sejarah dan Perkembangannya dari Abad ke Abad, karya DR. HA.
Masjkur Anhari, SH M Pdi, (2) Filsafat Islam, karyaDR. Hasyimsyah
Nasution, MA, (3) Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, karya Sarwoko
Soemowinoto, (4), Pengantar Filsafat, karya Prof. DR. Sutardjo A.
Wiramihardja, Psi, (5) Filsafat Ilmu, karya Jerome R. Ravertz,, (6) Ensiklopedi
Tematis Filsafat Islam, editor Seyyed Hossein dan Oliver Leaman, (7) Filsafat
Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, karya Drs. M. Zainuddin, MA.
[26] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, 58-64.
[27] Ibd., 56-69.
[28] Ibd., 71-72.
[29] Ibd., 72.
[30] Ibd., 78-82.
[31] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam (t.t.:Lintas
Pustaka, t.t),24.
[32] Ibd., 25.
[33] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
(Jakarta:Pustaka Sinar harapan, 2007), 101-103.
[34] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, 28.
[35] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
229.
[36] M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, 34.
0 Comment