Peradaban Islam Masa Kerajaan Turki Usmani Periode Kemunduran (1517-1924)
Turki merupaka salah satu kerajaan islam yang memiliki kekuasan yang terluas dalam sejarah. Kekuasaannya sampai meliputi sebagaian wilayah Eropa. Turki dapat berkuasa selama beberapa abad. Ini merupakan suatu sejarah yang patut di pelajari oleh generasi muda islam saat. Turki Usmani pada awalnya mengalami kemajuan dengan mengamalkan prinsip-prinsip ajaran Islam,sehingga dapat mencapai puncak kejayaannya.
Seperti
kerajaan-kerajaan pada umumnya, kerajaan Turki pun mengalami kemunduran setelah
mengalami perkembangan yang sangat cemerlang. Tentunya ada berbagai penyebab
yang pendorong kemunduran Turki Usmani
sebagai sebuah kerajaan Adidaya. Sebagai sebuah kerajaan Islam tentunya ada
berbagai prinsip yang telah dilanggar oleh Dinasti Usmani sehingga
mengakibatkan kemundurannya dalam peradaban dunia. Karena sebuah bangsa yang
berpegang teguh pada ajaran Islam tentunya akan menjadi negara yang kuat dan
ta\idak tergoyahkan, baik itu dari serangan luar maupun dari serangan dalam
negeri sendiri.
Melalui tulisan ini, penulis mencoba memaparken tentang rentetan sejarah dari kemunduran Kerajaan Usmani. Serta berbagai hal dan peristiwa yang mennjadi pendorong bagi kemunduran tersebut.
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor
kemunduran (Internal dan Ekternal)
Sejak
wafatnyaSultan Slaim II (1566 M), Turki tidak lagi memiliki Sultan-sultan yang
dapat di unggulkan. Kekuasaan Turki Usmani perlahan-lahan dapat di ungguli oleh
bangsa Eropa. Tahun 1571 terjadi pertempuran antara aramana Turki Usmani dengan
anggatan laut sppanyol yang di menagkan oleh spanyol. Pada waktu itu armada
Turki masih di anggap paling tangguh di dunia, dengan kekalahan ini
memperlihatkan pada dunia bahwa armada Turki bukan lagi yang terkuat. Walaupun
begitu angkatan darat masih merupakan ancaman bagi Eropa, hal ini terbukti
dengan peperangan Wina 1683 M. Akan tetapi berkat persekutuan Jerman dan
Polandia, kota Wina tidak berhasil di taklukan. Kegalan pertempuan di Wina dan
Lipanto dapat dikatakan Turki mulai lemah secara strategis.
Pada
abad ke 17 Turki usmani mengalami kekalahan secara bertubi-tubi, sehingga harus
mengadakan perdamaian dengan negara Eropa. Ini menyebabkan Turki harus
melepaskan wilayah Austria, Saladonia, Karawatai dan Ukraina. Perang Turki
dengan Rusia tahun 1777M pun di akhiri dengan kekalahan. Turki harus melepaskan
benteng di daerah laut Hitam, dan pengakui Rusia sebagai perwakilan Kristen
Ortodok di Turki. Meski pun telah di buat perrjanjian damai Rusia tetap melakukan
ekspansi ke daerah Turki. Ini menyebabkan Turki makin lemah dari waktu ke
waktu.
Faktor-faktor
kejatuhan Turki Usmani ada 2, yaitu:
1. Faktor Intern.
a.
Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Pada
Masa pemerintahan sultan Sulaiman 1 (1520-1566), dan sultan-sultan sebelumnya
Turki berkembang dengan begitu pesat.
Ini karena para sultan yang memimpin
telah begitu terlatihuntuk menjadi seorang penguasa dan meniti puncak kekuasaan
dengan terlebih dahulu menunjukan kemampuan sebagai penguasa. Mereka memiliki
kemampuan untuk mengendalikan persoalan pemerintahan dan terlibat aktif dalam
administrasi local dan ekspedisi militer. Mereka memperoleh kekuasaan dengan
meyakinkan para pengikutnya dengan memaksa para budak masuk dalam struktur
pemerintahan dan memberikan mereka posisi yang berhadapan dengan para
aristocrat Turki. Denga memasukan budak ini dalam golongan penguasa (rulling
class). Maka ada anggapan bahwa kejatuhan Turki di akibatkan masuknya kelas ini
dalam sistem birokrasi kerajaaan.
Sepeninggal
Sultan Sulaiman I, Turki di perintah oleh Sultan-Sultan lemah lupa daratan,
baik dalam kepribadian, jiwa atau watak kepemimpinan, serta berpikir tidak
sesuai dengan tuntutan saat itu. Mereka tidak terlibat langsung dalam sistem
administrasi negara dan peperangan melawan musuh. Mereka hanya larut dalam
kehidupan istana.
Karena lemahnya para Sultan ini, menimbulkan pemberontakan-pemberontakan dalam negeri sendiri, seperti di Suria dibawah pimpinan Kurdi Jumbulat, dan Libanon di bawah pimpinan Druze Amir Fakhruddin.
b. Kemunduran dalam bidang ekonomi.
Banyaknya
wilayah Turki yang melepaskan diri mengakibatkan penurunan pajak dan penurunan
kemampuan Turki untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Pada sisi lain bangsa
Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan baru. Ekspansi
Eropa ke benua Amerika dan Afrika memberikan harapan baru terhadap kemakmuran
dan mengembangkan sayap perdagangan ke belahan dunia timur. Penemuan benua
Amerika ini denan sendirinya telah menggeser jalur perdagangan ke samudra
Pasifik dan Timur Afrika. Sehinggga laut tengah dan laut hitam mulai kehilangan
pengaruhnya dalam perdagangan, yang tentunya berpengaruh langsung tehadap
Kerajaan Turki .
c.
Wilayah yang luas dan ledakan penduduk
Wilayah
Turki yang sangat luas(meliputi: Asia kecil, Armenia, Irak, Suriah, Hijaz,
yaman, Mesir, Libia, Tunisia, serta Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria,Rumania di Eropa) akan sangat menyulitkan dalam
pengaturannya. Penduduk Turki pada abad
ke 16 bertambah 2 kali lipat dari sebelumnya, pertambahan penduduk ini di
dukung pula oleh menurunnya tingkat kematian karena masa damai. Untuk
mengatur penduduk yang banyak, pada wiyah yang luas dan terdiri dari berbagai
ras di perlukan administrasi pemerintahan yang baik. Tanpa hal tersebut akan
terjadi pemberontakan dan peperanan yang akan mengantarkan urki paa kemunduran
dan kehancuran.
d.
Dekadensi moral para Sultan.
Setelah masa Sultan Sulaiman al Qanun, sebagin
besar sultan lebih menyukai kehidupan yang berlebihan, bertentangan dengan akal
sehat dan ajaran agama, serta memperturutkan hawa nafsu. Menurut Kurd Ali,
Murad III adalah satuh satu contoh kongkrit. Dia adalah sultan yang berlebihan
dalam melakukan perbuatan jahat. Ibu dan permaisurinya pun memberi andil dalam
meratakan jalan demi melampiaskan nafsu birahi Sultan, sehingga Sultan Murad
III menjadi ayah dari 118 anaknya. Begitu juga dengan Ibrahim I, dikabarkan dia
telah membunuh 100.000 orang, dan 25.000 orang di antaranya dibunuh di hadapan matanya.
Konsekwensi dari perbuatan yang buruk dari para pemimpin ini adalah banyaknya
keonaran dan kemungkaran. Masyarakatnya
pun mulai melupakan ajaran moral dan melalaikan agama.
e.
Budaya korupsi para Sultan.
Pada
umunya moral penjabat negara di kerajaan Turki Usmani tidak baik, manipulasi
dan kolusi merupakan pekerjaan lumrah dan sering mereka lakukan. Untuk
mendapatkan jabatan Shadrul al A’zam, seserang harus memberikan sekian banyak
hadiah pada keluarga kerajaan dan harus bersedia memenuhi permintaan Sultan dan
keluarganya. Begitu juga untuk jabatan di bawahnya,seseorang harus menyokok
menjabat di atasnya untuk mendapatkan jabatan tersebut. Maka tidak mengheran
banyak terjadi jual beli jabatan dalam pemerintahan, dan para penjabat yang
diangkat lebih cenderung untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya dan
tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Para pegawai menjadi pegawai
pemerintahan dari dinasti tertentu biasanya hanya asal-asalan saja.[1]
Para ghazi tidak memiliki kepedulian sedikit pun terhadap kemajuannegara
f.
Pengaruh para Istri Sultan
Setelah
pemerintahan sultan Muhammad II, Istana Kerajaan Turki Usmani selalu terjadi
kecemburuan, intrik dan percekcokan, dikarenakan pengaruh istri-istri Sultan
berkebangsaan Eropa. Istri-istri Sultan ini terdiri dari wanita dengan kulit
dan kasta yang berbeda, bahkan ada yang di beli oleh Sultan. Maka tidak jarang
istri-istri Sultan ini memberikan informasi penting kepada musuh. Sehingga tidak
jarang rencana yang telah disusun kerajaan di ketahui musuh terlebih dahulu,
dan mereka mempersiapkan strategi untuk mengantisipasinya.
g.
Keterbelakangan dalam bidang industri perang
Kemerosotan
kaum muslimin tidak hanya dalam bidang keilmuan saja, tetapi juaga dalam bidang
industri perang. Bbangsa Eropa berhasil menciptakan senjata baru, dan melakukan
modernisasi terhadap angkatan perangnya serta memantapkan organisasinya.
Sehingga bangsa Eropa berhasil melancarkan pukulan terhadap Karajaan Turki
Usmani pada tahun 1774 M. Kurang berkembang industri militersangat berpengaruh
terhadap kekuatan kerajaan Turki yang sangat mangandalkan militer sebagai
tulang punggung kerajaannya.
2. Faktor Ektern
a.
Kebangkitan Bangsa Eropa
Negara-negara
Eropa sedang mengalami kemajuan pesat saat ketika terjadi kemunduran Turki pada
priode pertengahan dari sejarah Islam. Hal ini sangat berbeda dengan masa Islam
Klasik, ketika Islam berada dalam kejayaan, Eropa masih berada dalam kebodohan
dan keterbelakangan. Abad 16-17 merupakan abad yang sangat penting dalam
sejarah. Pada saat itu Eropa bangkit untuk mengejar semua ketertinggalan dari
orang-orang Islam dengan mempelajari khazanah ilmu pengetahuan dan metode pikir
rasional orang-orang Islam. Mereka berusaha menyelidiki rahasia alam semesta,
menaglukan lautan dan menyelidikibenua yang sebelumnya maih diliputi kegelapan.
Sehingga muncullah tokoh-tokoh terkenal seperto: copernicus, Galileo, Kepler,
Newton, vasco da gamma, Columbus, dsb.
Melemahnya
Imperium Turki telah menarik perang militer menjadi perang agama antara Turki
dengan Eropa, sehingga terbentukalah persekutuan suci antara Austria, Polandia,
dan Budukia, yang akirnya sangat memperlemah keuatan Turki. Selanjutnya atas
nama agama Kristen, Rusia bersama negara agama Kristen lainnya menyatakan
perang terhadap Turki. Akibatnya Turki menerima kerugian besar, akibat lebih
jauh bagi Turki adalah mendapat julukan orang
sakit Eropa.[2]
b.
Timbulnya gerakan Nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa turki adalah orang asing yang menaklukan mereka. Maka ketika mereka mendapat kesempatan di saat melemahnya Turki, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut[3]. Sehinggga dari mereka ada yang mau melepaskan diri dengan meminta bantuan dari pihak lain. Seperti Armenia dan Yunani yang beragama Kristen mereka berpaling ke Barat untuk memohon bantuan. Dan ada juga dengan pemberontakan, seperti: bangsa Kurdi di pegunungan dan bangsa Arab di padang pasir dan di lembah-lembah bangkit hendak melepaskan diri dari cengkraman penguasa kerajaan Turki Usmani.
B.
Pembaharuan
di Turki (Turki muda, Usmani Muda)
Kemajuan
Eropa dalam bidang industri perang dan teknologi militer membuat Turki kecil di
hadapan mereka. Namun nama besar Turki masuh membuat mereka enggan untuk
melakukan menyerangan terhadap wilayah kekuasaan Turki. Keklahan Turki Usmani
dalam menghadapi serangan eropa di Wina 1683 M membuka mata Barat bahwa Turki
Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah TurkiUsmani sering mendapat
serangan besar dari Barat.[4]
Sejak
itu, Turki pun menyadari tentang kemunduranya
dan kemajuan Barat. Usaha-usaha pembaharuan pun di lakukan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa, terutama Prancis untuk
mempelajari keadaan di sana dengan lebih dekat. Celebi Mehmed di utus ke Paris
tahun 1720 M dan di intruksikan untuk mengunjungi pabrik-pabrik,
benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainya. Ia kemudian memberi
laporan tentang kemajuan tehnik, organisasi angkatan perang dan kemajuan
organisasi sosial lainya. Laporan itu mendorong Sultan Ahmad III(1703-1730)
untuk memulai pembaharuan di kerajaannya. Pada masa kekuasaannya di datangkan
ahli-ahli militer dari eropauntuk tujuan pembaharuan militer kerajaan Usmai.
Pada tahun 1717 M, seorang perwira Prancis, De Rochefort, datang ke Istambul
dalam rangka membentuk korp artileri dan melatih tentara usmani dalam bidang
kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi Comte de Bonneval, juga dari
Pprancis untuk memberikan latihan penggunaan meriam modern. Ia di bantu oleh
Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Prancis. Tahun
1734 M, untuk pertama kalinya Sekolah Tehnik Militer di buka. Usaha pembaharuan
inj tidak terbatas dalam bidang militer saja. Bidang lain pun di perbaharui,
seperti: pembukaan percetakan di Istambul tahun 1727 M, untuk kepentingan
kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan menerjemahan Buku Eropa dalam
bahasa Turki.[5]
Usaha-usaha
pembaharuan ini gagal menahan kemunduran Turki, bahkanTurki Usmani terus
mengalami kemerosotan. Penyebabnya adalah kelemahan raja-raja Usmani karena
wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping itu keuangan negara terus menipis
sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaharuan. Faktor lain yang membawa
kegagalan adalah ulama dan tentara Yenissari yang sejak Abad 17 M menguasasi
suasana politik dalam kerajaan Usmani menolak usaha pembaharuan tersebut.[6] Sehingga
Turki terus merosot dan Barata terus berkembang dan menjadi ancaman.
Turki
Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan, yaitu tentara
Yenissari di bubarkan oleh Sultan Mahmud II(1807-1839M) pada tahun 1826 M.
Struktur Kerajaan di rombak, lembaga-lembaga pendidikaan modern didirikan, dan
buku-buku Barat di terjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat di
kirim ke Eropa untuk belajar dan sekolah-sekolah yang berhubungan dengan
kemiliteran didirikan. Bidang militer inilah yang utama dan pertama mendapat
perhatian. Namun hasil pembaharuan ini tidak berhasil menahan laju gerak Barat ke
dunia Islam di abad 19M. Selama abad 18 M, Barat menyerang ujung garis medan
pertembpuran Islam di Eropa Timur, Wilayah kekuasaan Kerajaan Usmani. Akhir
dari penyerang itu adala di tanda tanganinya perjanjian San Stefano (Maret,
1878 M) dan perjanjian Berlin(Juni-Juli 1878 M) antara kerajaan Usmani dengan
Rusia. Dengan demikian berakirlah kekuasaan Usmani di Eropa. Dan selanjutnya
kebanyakan daerah berpenduduk mayoritas muslim di Timur Tengah pada Abad
berikutnya mulai di duduki bangsa Eropa.
Selain itu gerakan Pembaharuan malah mengancam kekuasaan Sultan yang Absolut, karena para pekuang Turki manilai bahwa kelemahan Turki terdapat pada ke absolutetan Sultan.Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan denganmembentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani Muda, dan partai persatuan dan kemajuan (Ittihad de Terekki).[7]
Tanzimat
Tanzimat
dalam bahasa Turki dan Arab yang berarti tatanan[8],
dikenal jugadengan Tanzimat-I Kahiriye adalah
gerak pembaharuan di Turki yang dikenalkan dalam sistembirokrasidan
pemerintahan Turki Usmani semenjak Sultan ‘Abd al-Majid(1839-1861M), putra
Sultan Mahmud II dan Sultan Abd al-‘Aziz(1861-1876M). kata tersebut mengandung
arti mengatur, menyusun dan memperbaiki. Pada priode ini banyak diterbitkan
peraturan yang bertujuan untuk memperlancar proses pembaharuan. Pembaharuan
tersebut dimulai degan di umumkannya deklarasi Gulkhane, Khatt-I Syerif
Gilkhane, pada 3 Novemner 1839.[9]
Ide
pembaharuan yang di lontarkan oleh beberapa penjabat pemerintahan, seperti
Sadik Rifat Pasya dan Mustafa Rasyid Pasya, mendapat sambutan dari pusat
kekuasaan. Sultan abd al-Majid tanggal 3
November 1839 mengumumkan Deklarasi Gulkhane. Sejak diumumkannya deklarasi
tersebut, maka sultan berkewajiban: pertama, menjaga keamanan harta milik
seluruh warga negara yang berada di wilayaha kekuasaan kesultanan Turki, dan
oleh karena itu semua pungutan diluar pajak dihapuskan. Selain itu akan
diperbaharui sistem rekrutmen dalam tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluru
umat beragama, baik muslim dan non muslim, akan berada dalam kedudukan yang
sama dalam hukum. Maka konsekwensinya maka segala bentuk pelanggaran hukum
harus di umumkan secara transparan, dan anggota majlis yang mengurus hukum
harus ditambah.[10]
Dalam
proses pembaharuan ini diwarnai sentralisasi kekuasaan dan pengenalan
norma-norma modern Eropa. Sehingga kekuasaan lokal yang dimiliki para pasya dan
pengumpul pajak dihapuskan. Para mahasiswa berbakat dan penjabat militer
dikirim untuk belajar ke Eropa. Sistem kelembagaan pemerintahan dan pendidikan
model baru mulai di perkenalkan. Rencana ambisius dibidang pendidikan dimulai
tahun 1846 dengan memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkanakses
pendidikan bagi masyarakat. Hasil dari program ini
tercatat padatahun 1914 Turki Usmani memiliki 36000 sekolah, meski pun sebagian
besar merupakan sekolah kecil. Dan untuk menyatukan penduduk Turki, Sultan
mendirikan lembaga perwakilan antar tokoh-tokoh lokal, The Assembly of
Provincial Notables, pada tahun 1845. Masing-masing daerah harus mengirimkan 2
orang wakilnya ke Istambul yang dipilih berdasarkan pendidikan , kejujran,
dihormati, cerdas dan mengetahui persis situasi masyarakat. Setibanya di
Istambul,mereka dimintai pandangan dan pendapatnya tentang pembaharan yang
diajukan Sultan.
Usmani Muda
Tanzimad
telah mengumpulkan sejumlah kekuasaan di tangan Sultan yang menjadikan dia
semakin otoriter yang membawa kerajaan Turki Usmani pada krisis yan
berkepanjangan selama tahun 1875-1878. Tanzimad juga melahirkan 3 kelompok
masyarakat. Pertama, kelompok oposisi dari kalangan tradisional. Kedua,
kelompok intelektual yang memberikan kritik secara lebih baik, kelompok inilah
yang dikenal sebagai Usmani muda. Ketiga adalah mereka yang inin menghapuskan
kesultanan.[11]mereka
lebih cenderung menjadi kelompok yang melancarkan kritik terhadap pembaharuan
yang dilakukan oleh pihak kerajaan.[12]
Dianatara
tokoh usmani muda adalah Namik Kemal(1840-1888), Midhat Pasya dan Ziya Pasha.
Namik kemal mempunyai pemikiran bahwa untuk mewujudkan peradaban Islam yang
benar, ia mengajak untuk kembali kepada ajaran Islam salaf dan menolak sistem
lama yang tidak memuaskan. Ia juga yang pertama kali mengenalkan konsep tanah
air (wathan), konsep negara (Millet), dan konsep kebenaran (Hurriyet), ketiga konsep inilah yang
menjadi jargon politik para pendukung Turki muda. Kritik Namik terhadap priode
tanzimat adalah adopsi mereka secara besar-besaran terhadap pembaharuan yang
ada di dunia barat. Menurutnya landasan yang semestinya dapat ditemukan dalam
pembaharuan kelembagaan dapat ditemukan dalam berbagai ajaran Islam. Secara
khusus ia menjelaskan bahwa ajaran dan praktek perwakilan dalam Islam
memungkinkan dilakukannya kontrol terhadap kekuasaan Sultan dan para menteri.
Hasil karyanya yang diterbikat adalah Renan
Mudafa’a Namesi.
Kritik
Usmani Muda terhadap Tanzimad mendapat respon dari penjabat kerajaan, salah
satunya Midhat Pasya yang menjadi perdana menteri selama 2 priode pada masa
pemerintahna Sultan Abd Hamid II(1876-1909 M). Dia menyiapkan konstitusi baru
yang memberikan hak yang lebih luas kepada para menteri dan terlepas dari
kekuasaan Sultan. Karena dia adalah seorang perdana menteri, dia dapat memaksa
Sultan Abd al-Hamid II untuk menyetujui konstitusi tersebut, dan konstitusi
tersebut di umumkan tanggal 23 Desember 1896 M. tapi konstitusi ini masih
memiliki kelemahan, diantaranya: penyucian Sultan dari kesalahan dan
pengangkatan menteri yang masih atas pengesahan Sultan, yang dengan sendirinya
mereka tentulah orang-orang yang patuh pada keinginan Sultan, dan ini menjadi salah
satu faktor kegagalan dalam pembaharuan di Turki.
Turki Muda
Setelah
pembubaran parlemen, Sultan Abd Al Hamid semakin otoriter. Ini menimbulkan
pemberontakan di kalangan masyarakat. Pada tahun 1989, persekongkolan terjadi
dikalangan sekolahkedokteran militer yang akirnya menyebar luas ke
sekolah-sekolah lain di Istambul. Kelompok penentang Absolutisme Sultan disebut
dengan Committee of Union an Program(CUP).
Saaat pergerakanmereka di ketahui penguasa, mreke mulai menggalang keuatan di Paris, Jenewa dan Kairo.
Pendukung
TurkiMuda terdiri dari 2 kelompok. Pertama, kelompok liberal yang menginginkan
desentralisasi dan pemberian hak-hak khusus bagi kelompok minoritas. Kedua,
kelompok Nasionalis yang menginginkan dominasi bangsa Turki dan kekuasaan yang
terpusat. Kedua kelompok inilah yang mnggunakan CUP untuk memperoleh kekuasaan.
Di anatara tokoh CUP adalah Marad Bey(1853-1912 M), Ahmad Reza (1859-1931 M)
dan Pangeran Sabahuddin (1877-1948 M).
Murad Bey pernah menasehati Sultan agar mau
mengubah sistem pemerintahan yang di jalakan, tetapi nasehat itu di tolak dan
akhirnya dia pergi meninggalkan Turki menuju Eropa. Dalam pandangannyapenyebab
kemunduran Turki adalah absolutetisme Sultan, karena kekuasaan Sultan harus
dibatasi dan selanjutnya Turki mengadopsi sistem konstitusi barat yang ada,
karena sistem tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena Sultan
tidak setuju, ia menganjurkan di bentuknya badan pengawas yang bertugas untuk
menjaga pelaksanaan undang-undang. Serta perlu dibentuknya dewan Syariah Agung
yang terdiri dari wakil negara-negara Islam di afrika dan Asia untuk melakukan
konsolidasi politik di wilayah kekuasaan Turki. Ia menyodorka paham Pan Islam
yang mengikat wilayah Turki dalam satu kesatuan agama.[13]
Ahmad Reza adalah anak dari mantan anggota
parlemen pertama yang bernama Injiliz Ali. Ia berpikiran bahwa yang menyebabkan
kesengsaraaan rakyat tidak hany rendahnya teknologi tapi juga lemahnya sistem
birokrasi. Karena tidak sanggup menghadapi absolutisme kekuasaa, ia pun pergi
ke Paris dan menerbitka surat kabar berbahasa Turki Musveret tahun 1897 dan
disebar luaskan secara sembunyi-sembunyi. Ia memiliki pandangan yang sama
dengan Murad. Pandangannya tentang sentralisasi dan menolak campur tangan asing
membuatnya berseberangan dengan pangeran Sabahuddin yang menginginkan proses
secara desentralisasi dan campur tangan kekuatan asing dalam proses reformasi.
Pangeran
Sabahuddin adalah keluarga kerajaan. Dari pihak ayah adalah cucu Sultan Mahmud
II, dan dari pihak ibu adalah keponakan Sultan Abd al Hamid. Meskipun begitu ia
tetap meninggal Turki untuk menghindari absolutisme kekuasaan. Ia berpandangan
bahwa Turki merupakan masyarakat yang kolektif, karenanya lebih bergantung pada
kekuatan kelompok berupa keluarga. Akibatnya masyarakat ini sulit untuk maju.
Sebelum masyarakat merubah cara pikirnya, ia menyarankan agar pemerintah
melakukan desentralisasi kekuasaan
hingga pada tingkat yang paling kecil, yaitu desa. Seperti ahmad Reza,
ia berpendapat jalan yang ditempuh rakyat Turki untukmaju adalah pendidikan,
pelatihan agar mampu hidup mandiri. Kepemilikan yang selama ini bersifat
kolektif harus secara bertahap dirubah menjadi kepemilikan individu
Kelompok
Turki muda adalah kelompok pertama yang merencanakan industrialisasi dan untuk
pertama kalinya disahkan undang-undang Industrialisasi, Law for Encouragement
of Industry, pada tahun 1909 yang kemudian diperbaharui tahun 1915[14].
Selain ituTurki Muda juga telah membukakan jalan bagi wanita untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih luas. Kesempatan belajar bagi wanita yang sebelunya hanya
pada tingkat dasar, sekarang bisa melanjutkan ke tingkat menengah dan tinggi.
C.
Pembentukan
Repulik Turki dan Penghapusan Khilafah
Kalangan
intelektual yang merupakan produk tanzimad mulai mengemukan pendapatnya melalui
pergerkan-pergerakan. Mereka berpendapat bahwa Turki hanya akan dapat bertahan
bila mau mengadopsi peradapan Eropa tanpa perobahan dari sisi struktur. Setelah
kelomok Turki Muda berhasil mengalahkan gerakkan pro-Abd al-Hamid tahun 1909,
dengan bantuan penjabat berkebangsaan Arab, mereka menelorkan ideologi
nasionalisme yang dikenal dengan Turanisme. Dampak nyata dari ideologi ini
adalah runtuhnya sistem khilafah Usmani, yang dibangun atas dasar pemikiran
politik keagamaansupra nasional.
Tokok utama dari
gerakan nasionalisme Turki ini adalh Mustafa kemal. Dia mendapatkan inspirasi
dari para tokoh Usmani Muda dan Turki Muda yang merupakan produk dari kebijakan
reorganisasi Sultan Mahmud II. Diantara pemikir Turki yang meletakkan dasar
nasionalisme adalah Yusuf Akcura(1876-1933) dan Zia Gokalp(1875-1924).
Musatafa Kemal
Pasya yang kemudian di kenal dengan Kemal Attaturk, lahir di Salonika tahun
1881. Kakeknya guru sekolah dasar dan bapaknya seorang pegawai rendahan yang
kemudian hari menjadi pedagang kayu. Seperninggal ayahnya saat berusia 7 tahun,
ia di asuh Ibunya Zubaida Hanim. Pada tahun 1893 atas kemauan Ibunya, ia
memasuki sekolahRusdiye, dan dia diberi tambahan nama oleh gurunya menjadi
Kemal Attaturk. Tahun1893 ia memasuki akademi militer di Monastir. Dan tahun
1899 ia masuk sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kader pasukan infantri.
Tahun 1902, ia di tunjuk sebagai salah satu staf pengajar, dan pada januari 1905
ia lulus dngan angkat kapten. Mustaf memulai karir militernya dan bergabung
dengan pasukan ke lima di Damaskus untuk menumpas pemberontak sekte Druzz.
Tahun 1907 dia di promosikan ke pangkat mayor. Di tengah karir militernya, dia
tetap melakukan kegiatan politiknya dengan mendirikan kelompok oposisi bawah
tanah pada tahun 1906. Pada tahun 1915 atas permintaan sendiri, ia dipanggil ke
Turki untuk mengambil peran di pasukan ke 13 dengan pangkat komandan. Setelah
berhasil mempertahankan Gallipoli dari serbuan Inggris tahun 1915, karier
militernya menanjak dengan cepat.
Pada tanggal 27
Februari 1916, dia diangkat menjadi komandan di wilayah Diyarbakr dengan
pangkat jenderal. Kemenangan singkat atas tentara Rusia (7-8 Agustus 1916)
memungkinnya untuk mencaplok Bitlis dan Muss ke dalam wilayah Turki. Hal ini
membuat namanya makin besar. Kemudian dia menyingkir ke Anatolia dan
mengembangkan karier politiknya di sana. Sebagai seorang Inspektur Jenderal, ia
meengirim pesan kepada seluruh tokoh sipil dan militer seluruh wilayah negeri,
yang berisikan:
1. Integritas
dan kesatuan negara dalamke adaan berbahaya.
2. Pemerintah
pusat sudah tidak mampu melaksanakan tugas yang semestinya di emban. Dan oleh
karena itu pemerintah di anggap tidak ada.
3. Hanya
kemauan gan kesungguhan rakyat Turki yang dapat menyelamatkan eksistensi
kerajaan.[15]
Kemudian,
pesan tersebut menginginkan kongres yang independen tanpa campur tangan luar
untuk tetap menjaga martabat negara di mata dunia. Setelah kegiatan bawah
tanahnya tercium oleh kesultanan, ia di panggil dan diberikan tugas untuk
menumpas kegiatan anti sultan secara terbuka. Tugas ini ditolaknya ,dia
melepaskan semua jabatannya dan menadi orang sipil, kemudian dia meneruskan
karier politiknya di Anatolia.
Di
anatolia, ia berkiprah di Association for the Defence of the Right of Eastern
Anatolia. Asosiasi ini kemudian hari berkembang menjadi asosiasi pembebasan
rakyat Anatolia dan Rumelia, serta Mustafa kemal mennjadi ketuanya. Akhirnya
asosiasi tersebut menjadi alat perjuangan politik masa depan. Mustafa Kemal
kemudian memulai langkah pembaharuan dengan menciptakan sebuah instrumen
politik baru. Tanggal 6 Desember 1922, ia mendirikan Partai Rakyat dan
mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berdialog langsung dengannya. Pada
tanggal 16 April 1923, Grand National Assembly membubarkan diri dan
pempersiapkan pelaksanaan pemilu. Anggota Assembly baru hasil pemilu terdiri
dari 286 perwakilan[16].
Pada tanggal 11 Agustus 1923 memilih Mustafa Kemal sebagai presiden dan Fethi sebagai
Perdana Menteri. Dengan ini negara baru Turki berdiri tidak atas dasar dinasti,
kerajaan maupun agama melainkan atas dasar bangsa dan ibikota di tengah-tengah
negara Turki, yakni Ankara.
Reformasi
dilanjutkan dalam bidang kelembagaan, 1 Maret 1924, ia mengemukakan 3 pendapat
yang isinya: menyelamatkan dan menjaga stabilitas Republik, pembentukan sistem
pendidikan terpadu, dan keharusan untuk
mengurangi pengaruh Islam, dengan menghindarkannya untuk di jadikan instrument
politik. Pandangan ke tiga dijelaskan lebih lanjut dalampertemuan Partai
Rakyat. Itu berarti pembersihan unsur-unsur Turki Usmani dalam Repulik Turki
dan juga kekuatan-kekuatan Ortodoksi Islam yang telah begitu mapan. Pada
Tanggal 3 Maret 1924, Grand National Asembly, secara resmi menghapuskan lembaga
kesultanan dan khilafah. Tidak lama kemudian, kebijakan libur di hari jum’at di
pindahkan ke hari minggu, dan keluar peraturan tentang keharusan memakai busana
Barat.
Akhirnya
Progessive Republican Party, yang dulunya adalah teman dekatnya semasa
Revolusi, akhirnyajustru menjadi penentangnya. Dari kalangan Islam konsevatif,
kalangan muslim Mesir yang diwakili Syeikh Al Azhar menentang pembaharuan
semacam ini. Reformasi dibidang hukum yang memisahkan Islam dari urusan Agama
dilakukan tanggal 8 April 1924 dengan menghapus peradilan syari’at. Sebagai
gantinya di buat undang-undang hukum sipil yang mengadopsi undang-undang hukum
Barat. Dalam beberapa literatur ditemukan bahwa Kemal Atatur sangat dekat
dengan kehidupan mewah ala Barat. Mabuk-mabukan dalam setiap acara pesta
merupakan pemandangan yang biasa bagi Attatur. Pundi-pundi yang digunakan
untuk mengisi dan menuangkan minuman
keras pun juga tidak terhitung jumlahnya.[17]
Terdapat
usaha terncana untuk memusat dan mengarahkan kembali orientasi dan doktrin
sosial politik:
1. Reformasi
bahasa, mengganti huruf arab dengan huruf latin, dan istilah Arab dan persia
dengan istilah Turki yang dinamai, sehingga membuat masyarakat harus memiliki
kamus untuk membaca surat.
2. Riset
besar-besaran yang menggali jejak sejarah negara Turki dan mengabaikan dinasti
Turki Usmani, sehingga lembaga pendidikan dijadikan sarana untuk menanamkan
nasionalisme.
3. Muncul
dan berkembangnya ideologi baru bangsa Turki
yang di sebut dengan kemalisme.[18]
Ideologi tersebut punya 6
ajaran, yaitu:
1. Republikanisme,
yaitu kekuasaan berada di tangan negara dan di laksanakan melalui Grand
nasional Asembly.
2. Nasionalisme,
oleh karena itu semangat pan-Ottomanisme, pan-Turki, pan-Islam dan
Internasionalisme harus di musnahkan.
3. Seculism,memisahkan
agama dengan persoalan lain.
4. Kekuasaan
rakyat, menegaskan kesetaraan formal dan menghapuskan gelar bey atau pasya.
5. Kamilisme,
mengisaratkan campur tangan pemerintah dalam aktifitas ekonomi
6. Reolutionisme, dianggap sebagai perpaduan jiwa reformasi Kemal Ataturk.[19]
Baca Juga;
👉ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR SIDDIQ
👉ISLAM PADA MASA KHALIFAH USMAN BIN AFFAN
👉KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
👉ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH
👉ISLAM PADA MASA PERIODE AWAL BANI ABBASIYAH (132 H-232H/ 750-847 M)
👉KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN DAULAH ABBASIYAH
👉Dinasti di bawah Abbasyiyah Dinasti Ghaznawi, Dinasti Buwaihi dan Dinasti Saljuk
👉Peradaban Islam di Spanyol ( Andalusia )
👉PERADABAN ISLAM DI MESIR MASA DINASTI MAMLUK
👉ISLAM PADA MASA DINASTI FATIMIYYAH MESIR
👉ABAD KEMAJUAN KERAJAAN TURKI USMANI
👉Peradaban Islam Masa Kerajaan Turki Usmani Periode Kemunduran (1517-1924)
👉ISLAM PADA MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
👉PERANG SALIB
👉PENJAJAHAN EROPA KE DUNIA ISLAM
👉PENJAJAHAN EROPA KE DUNIA ISLAM
PENUTUP
Dari
uraian sejarah di atas, dapat disimpulkan penyebab dari kemunduran Kerajaan
Usmani,yaitu:
1. Faktor Intern.
a.
Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
b.
Kemunduran dalam bidang ekonomi.
c.
Wilayah yang luas dan ledakan penduduk
d.
Dekadensi moral para sultan.
e.
Budaya korupsi para Sultan.
f.
Pengaruh para istri Sultan
g.
Keterbelakangan dalam bidang industri perang
2. Faktor Ektern
a.
Kebangkitan Bangsa Eropa
b.
Timbulnya gerakan Nasionalisme.
Dan untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat pada kerajaan Turki,telah di lakukan berbagai upaya dan pergerakan-pergerakan, diantanya: tanzimad, usmani muda, dan turki muda. Namun ini belum dapat mengejar ketertinggalan Turki dari negara-negara eropa.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat Islam,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
Firdaus,
Negara Adikuasa Islam Fase Kedua Abad
XIV-XX Masehi,Padang: IAIN-Press Padang, 2000,h. 49-50
Ajid,
Thohir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam: melacak akar-akar sejarah, social, politik
dan budaya umat Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h.192
Badri,
Yatim, Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003,h.178
Hourani, Albert, Sejarah Bangsa-bangsa Muslim, Judul Asli A
History of The Arab Peoples, Terj. Irfan Abu Bakar, Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2004, h.525
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Judul Asli A History of Islamic Societies, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1999, H.175
Syafiq, A. Mughini, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki, Jakarta: Perpustakaan Nasional,
1997,h.128
Sabiq, Dhabith Tarki, Kamal Attaturk Pengusung Sekulisme dan Penghancul Khilafah Islamiah,
Jusul Asli Ar-Rajul ash-Shanam, Kamal
Attaturk, Jakarta: Senayan Publishing, 2008.h. 347
[1] Abu,
Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya
dalam peradaban Umat Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
[2] Firdaus, Negara Adikuasa
Islam Fase Kedua Abad XIV-XX Masehi,Padang: IAIN-Press Padang, 2000,h.
49-50
[3] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam: melacak akar-akar sejarah, social, politik dan budaya umat Islam,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h.192
[4] Badri, Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003,h.178
[5]Ibid,178-179
[6]Ibid,h.179
[7]Ibid, h.180
[8]
Hourani, Albert, Sejarah Bangsa-bangsa
Muslim, Judul Asli A History of The Arab Peoples, Terj.
Irfan Abu Bakar, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004, h.525
[9]
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat
Islam, Judul Asli A History of
Islamic Societies, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999, H.175
[10] Syafiq,
A. Mughini, Sejarah Kebudayaan Islam Di
Turki, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997,h.128
[11] Ibid,
h.132
[12] Ibid,h.133-134
[13] Ibid, h.138
[14] Ibid,h.140
[15] Ibid, h.147
[16] Ibid, h.148
[17] Sabiq,
Dhabith Tarki, Kamal Attaturk Pengusung
Sekulisme dan Penghancul Khilafah Islamiah, Jusul Asli Ar-Rajul ash-Shanam, Kamal Attaturk, Jakarta: Senayan Publishing,
2008.h. 347
[18] Ibid,h.149-150
[19] Ibid, 1997,
h150
0 Comment