KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
Pada periode pertengahan, kurun waktu tahun 1500-1800
M muncul tiga kerajaan besar, yakni kerajaan Usmani di turki, kerajaan Shafawi
di Persia dan kerajaan Mughal di India. Ketiga kerajaan ini merupakan
kelanjutan dari rantai peradaban Islam yang sebelumnya telah dijalin oleh
Dinasti Umayyah dan Abbasyiah Kerajaan safawi adalah kerajaan yang ikut
berperan penting dalam mewarnai gemilangnya Islam di masa lampau, kerajaan
safawi berkontribusi besar dalam berbagai aspek. Pembahasan kali ini mengajak
kita menyingkap baik yang tersirat dari ketidaktahuan atau keterlupaan kita
terhadap sejarah kerajaan safawi, sehingga pemahaman agama hanyalah sebahagian
dari hal-hal yang akan di ungkapkan.
Hingga saat ini kerajaan safawi di Persia masih
memiliki bentuk peninggalan yang unuk dan variatif. Mulai dari pergantian
kekuasaan dari satu pimpinan ke pemimpin yang lain dengan pola strategi
pemerintahan politik yang berbeda hingga perubahan system pemerintahan monarkhi
menjadi republik.
Dalam makalah ini akan dibahas latar belakang berdirinya kerajaan safawi dan kemajuan peradaban Islam pada masa kerajaan safawi. Kemajuan peradaban Islam yang akan diuraikan mulai dari politik dan pemerintahannya, Ekonomi dan perdagangan, Sosial dan kemasyarakatan, pendidikan dan Iptek, kesenian, pemikiran Dn filsafatnya serta paam keagamaan yang berkembang di zamannya.
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
A.
Latar
Belakang
Takluknya
Qadisah, ibukota Dinasti Sasan tahun 637 M pada zaman Abu Bakar menjadi awal
masuknya Islam ke Persia. Di samping itu sebelum safawi, di Persia telah
terdapat kerajaan local yang berada di bawah dinasti-dinasti besar yang
berkuasa, hingga menjadi kekuasaan yang lebih besar seperti dinasti Saljuk,
Tabaristan, Rawadiah, Thahiriyah, Syafariyah dan Buwaihi. Di masa Timur Lenk
wilayah tersebut bernama dinasti Timuriah (1370-1506), sepeninggalnya Timuriah
pecah menjadi du bagian, dipimpin oleh Ulugh Bek dan Sultan Husen. Dinasti ini
tidak stabil karena mongol dan turki campur tangan, oleh karena itu kelompok
yang tidak puas mencoba melakukan gerakan-gerakan, salah satunya adalah gerakan
tarekat safawiyang dipimpin oleh Syaikh Syafi’ al-Din (1252-1334 M).[1]
Pada
awalnya gerakan tarekat safawi ini bertujuan untuk memerangi orang-orang yang
ingkar. Kemudian memerangi golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Suatu
ajaran yang dipegang secara fanatic. Kefanatikannya ini kerap kali menimbulkan
keinginan di kalangan para penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu lama
kelamaan murid-murid tarekat safawiyah berubah menjadi tentara yang
terorganisir,[2]
fanatic dalam kepercayaan dan menantang setiap orang yang bermazhab berbeda
dengan mereka.[3]
Kecenderungan
memasuki dunia politik itu dapat terwujud pada masa kepemimpinan Juned
(1447-1460 M). Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik
pada kegiatan keagamaan. Perluasan wilayah ini menimbulkan konflik dengan Karo
Koyunlu, dan Juned kalah.dan akhirnya diasingkan. Di tempat pengasingannya dia
mendapatkan perlindungan dan bantuan
dari para penguasa Diyar Bakr Ak-Koyulu. Selama dalam pengasingan, Juned
menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan.
Juned juga berhasil mempersunting sepupu Uzun Hasan dan memiliki seorang putra
bernama Haidar. Kemudian Juned terbunuh pada saat mencoba merebut Sisilia.[4]
Haidar
menggantikan ayahnya dalam memimpin Safawi sebagai sebuah kekuatan politik dan
militer. Dalam melanjutkan hubungan dengan Uzun Hasan tidak cukup hanya dengan
perkawinan adik Uzun Hasan dengan ayahnya saja, bahkan Haidar menikah dengan
salah seorang dari putrid Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahir tiga orang
putra, yaitu Ali, Ibrahim dan Ismail.[5]
Kemenangan
Ak Koyunlu tahun 1476 terhadap Kara Koyunlu memandang gerakan safawi yang
dipimpin Haidar sebagai rival Politik bagi Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan
selanjutnya. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan,
Ak koyunlu malah mengirimkan bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga
pasuka safawi kalah dan Haidar terbunuh. Inilah mula perpecahan antara dua
sekutu Safawi dan Ak Koyunlu.
Ali,
putra Haidar dituntut pasukannya untuk membalas atas kematian pemimpin mereka.
Tetapi Ya’qub, pemimpin Ak koyunlu berhasil menangkap Ali dan bersaama
saudaranya Ibrahim dan Ismail. Mereka bersama ibunya di asingkan di Fars selama
empat setengah tahun. Mereka dibebaskan oleh Rustam, Putra mahkota Ak Koyunlu
dengan sarat mau membantu membebaskan sepupunya. Ali kembali ke Ardabil setelah
saudara sepupu Rustam dikalahkan. Namun selanjutnya Rustam berbalik memusuhi
Ali bersaudara yang menyebabkan Ali terbunuh (1494) dan digantikan oleh adiknya
Ismail yang baru berusia 7 tahun. Ia menyiapkan pasukannya yang dinamai
Qizilbash 9baret merah) yang dibentuk oleh ayahnya Haidar.
Di
bawah oimpinan Ismail, pada tahun 1501 M ia berhasil mengalahkan Ak Koyunlu di
Sharur dan berhasil merebut ibukotanya yaitu Tabriz dan di tempat itu dia
memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi (disebut Ismail I).
Ismail I berkuasa selama 23 tahun. Dalam waktu sepuluh tahun Ismail sudah mampu
memperluas kekuasaannya hingga seluruh Persia.
Ismail
digantikan oleh anaknya Tahmasp I, anak pertama dari Sembilan bersaudara.
Tahmaps merupkan pengganti Ismail yang memang sudah dipersiapkan dan
diunggulkan dari saudara-saudaranya, karena beliau adalah putra tertua walaupun
pada waktu itu usianya baru sepuluh tahun.
Tahmaps
memerintah Selma 52 tahun, menjelang wafatnya, Tahmaps mengalami sakit keras,
pada masa ini pasukan Qizilbash pecah menjadi dua kubu, satu di antarnya
kelompok yang memihak kepada Ismail Mirza dan satu lagi memihak kepada Haidar
Mirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar Mirza putra ke tiganya sebagai
calon penggantinya. Namun Ismail melkukan penolakan dan perlawanan pada saat
penobatan Haidar menjadi Khalifah (syah) hingga akhirnya Haidar terbunuh, dan
Ismail naik tahta dengan gelar Ismail II.
Setelah
sebelas tahun menjabat, Ismail II wafat dan digantika oleh Muhammad Khudabanda
putra pertama Tahmaps I atas penunjukan para pejabat Negara. Khudabanda
menjabat sekitar sepuluh tahun, kemudian digantiikan oleh Syah Abbas I. Syah
Abbas I memerintah selama lebih kurang 41 tahun, selama pemerintahnnya, Safawi
berada pada tatanan yang penuh dengan kemajuan, perbaikan urusan administrasi,
diplomasi luar negeri dan lain-lain.
Sebelum
Abbas I, persaingan antara Safawi dan Turki Usmani selalu terjadi, ditandai
dengan perang yang berkepanjangan, peperangan dimulai sejjak kepemimpinan
Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmaps I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M)
dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Akhirnya Abbas I (1588-1628 M) melakukan
perjanjian dengan Turki Usmani sehingga mengakhiri perang yang selama ini
terjadi. Secara umum di zaman Syah Abbas I terjadi stabilitas Negara dan
perdamaian dengan Turki Usmani dan dinasti Moghul.
Berikut
urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
B.
Kemajuan
Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Safawi
1.
Kemajuan
di Bidang Politik dan Pemerintahan
Secara administrasi, struktur
organisasi pemerintahan safawi secara horizontal didasarkan pada garis
kesukuan/kedaerahan. Dan secara vertical mencakup dua jenis, yaitu Istana dan
sektretariat Negara. Dalam hal kesukuan, qizilbash (suku turki) merupakan
bangsawan militer, qizilbash mendapat posisi strategis hingga masa pemerintahan
Muhammad Khadabanda (berakhir tahun 1587 M). Suku tajik memegang posisi di
kementerian dan secretariat Negara (sebagai dewan amir yang meliputi amir,
wazir, sejarawan istana, sekretaris pribadi syah, dan kepala intelijen),
akuntan, pegawai administrasi, pengumpul pajak dan administrasi keuangan, dan
suku persia menjabat sebagai Sadr
(ketua lembaga agama).
Sebagaimana lazimnya kekuatan politik
suatu Negara ditentukan oleh kekuatan angkatan bersenjata, pembenahan
administrasi Negara, penguatan system pertahanan ibu kota dan hubungan
diplomasi dengan Negara lain, serta menjaga agar tidak terjadii perpecahan.[6]
Inilah secara umum lima hal yang dilakukan Syah Abbas I dalam menjamin kemajuan
dinasti Safawi. Syah Abbas I juga telah melakukan langkah politiknya yang
pertama, yaitu membangun angkatan bersenjata dinasti Safawi yang kuat, besar dan
modern.
Tentara qizilbas yang pernah menjadi
tulang punggung dinasti Safawi yang besar, seiring waktu tidak lagi terlalu
berpengaruh dalam bidang pertahanan dan keamanan, melainkan hanya menjadi
tentara non regular yang tidak bias diharapkan lagi untuk menopang citra
politik sah syah yang besar. Untuk itu dibangun suatu angkatan bersenjata
regular. Angakatan bersenjata regular ini dibentuk dari bekas tawanan perang
dan bekas dan muallaf dari Georgia dan Chirchasia yang sudah mulai dibawa ke
Persia sejak masa Tahmasab (1524-1576 M), mereka diberi gelar “Ghulam”. Mereka
dibina dengan pendidikan militer yang militant dan dipersenjatai secara modern.
Sebagai pimpinannya, Syah Abbas mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari
ghulam itu sendiri.
Dalam membangun Ghulam, syah Abbas
mendapat dukungan dari dua orang Inggris, yaitu Sir Anthony Searli dan
saudaranya Rober Anthiny Searli. Mereka yang mengajari tentara Safawi untuk
membuat meriam sebagai perlengkapan tentara modern. Kedatangan kedua orang
warga Inggris itu oleh sebagian sejarawan dipandang sebagai usaha strategis
Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di eropa yang menjadi musuh
besar Inggris saat itu. Namun kepercayaan diri Syah Abbas tetap ada, karena
memiliki ghulam yang dapat diandalkan.
2.
Kemajuan
di Bidang Ekonomi dan Perdagangan
Kemajuan di bidang ekonomi dan
perkembangan perdagangan kerajaan Safawi terjadi setelah kepulauan hurmuz
dikuasai dan nama pelabuhan “Gumrun” dirubag menjadi Bandar Abbas.
Sebagai pelabuhan utama pelabuhan ini
mampu menjamin kehidupan perekonomian Safawi. Hal ini dikarenakan Bandar
tersebut merupakan salah satu jalur dagang yang strategis antara timur dan
barat yang biasanya menjadi daerah perbutan Belanda, Inggris dan Prancis.
Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sector pertanian terutama pada saat daerha bulan sabit subur (fortile crescent). Dalam masa ini juga masyarakat sudah banyak melakukan budaya wakaf harta-hartanya kepada ummat.[7]
3.
Kemajuan
di Bidang Sosial dan Kemasyarakatan
Pada zaman pemerintahan Khudabanda, di
Isfahan telah dibangun 162 masjid, 48 Perguruan, caravan series, dan tempat
pemandian umum yang seluruhnya dibangun oleh Tahmasp I. Syah Abbas sebagai
pelanjut keduanya berhasil membuat Safawi secara keseluruhan menjadi Negara
yang hidup makmur, terhindar dari perang yang biasanya terjadi Sehingga pada
masa Abbas I dinyatakan sebagai puncak keemasan Negara tersebut.
4.
Kemajuan
di Bidang Politik dan IPTEK
Sepanjang sejarah
Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu
hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu
pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad
Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi
tentang kehidupan lebah.[8]
5.
Kemajuan
di Bidang Kesenian
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Juga ada sebuah sekolah seni lukis yang merupakan peninggalan dari Timuriah yang berada di Heart, dan dipindahkan ke Tibriz pada tahun 1510 M oleh Ismail I. Bahkan dari sekolah ini terbit sebuah buku yang berjudul Syah Nameh (buku tentang raja-raja) yang memuat sekitar 250 lukisan.
6.
Kemajuan
di Bidang Pemikiran dan Filsafat
Dalam bidang filsafat kerajaan safawi
sangat maju dengan berkembangnya filsafat ketuhanan yang kmudian dikenal dengan
filsafat Isyraki (Pencerahan)
tercatat seorang filosof yang bernamaSadr Al-Din Al ‘Syirazi (Mulla Sadra),
beliau wafat tahun 1641 M. Selain Sadra juga ada Muhammad Bagir Ibn Muhammad
Damad sebagai Filosof, ahli sejarah, Ilmuan dan teolog.
7.
Paham
Keagamaan
Ismail Khaidar (khalifah pertama)
mengklaim dirinya sebagai titisan para imam syi’ah, penjelmaan tuhan, sinar
keyuhanan dari imam yang tersembunyi dan imam mahdi. Dinasti Safawi bukanlah
kerajaan yang serta merta dibangun atas dasar kekuasaan, berawal dari sebuah
pandangan agama dalam bentuk tarekat di Ardabil (azerbeijan). Tarekat Safawiyah
berdiri hamper bersamaan dengan kerajaan Usmani.
Syafawi merupakan penganut paham syi’ah,
bahkan dari awal berdirinya kerajan ini syi’ah dinyatakan sebagai mazhab resmi
Negara. Bahkan di masa Abbas II (sulaiman) dan Husein terjadi penindasan,
pemerasan dan marjinalisasi terhadap ulama sunni dan memaksa ajaran syi’ah
kepada mereka. Namun demikian tidak seluruh Syah Safawi beraliran demikian,
dijelaskan oleh Muhammad Sahil Thaqqusy dalam sejarah dinasti Safawi di Iran.
Dalam pandangan agama Ismail II merupakan penganut aliran Sunni, meskipun tidak
di ungkapkan secara terang-terangan, namun segala kediatan dan tindakan
kepmimpinannya mengidentifikasikan bahwa beliau adalah penganut paham sunni.
Namun tetap saja dikatakan bahwa syi’ah telah melingkupi perjalanan dinasti
safawi hingga terasa pada republic Iran sekarang.
C.
Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I,
Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza
(1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-
1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.
Raja Safi Mirza
(cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang
lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia
juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan yang
telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan
Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad
direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman
keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman
juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang
dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia
diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para
ulama Syi'ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni.
Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka
berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).
Adapun sebab-sebab
kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan
kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan
Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani,
sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda
sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses
kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi
kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri
menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang
dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi
seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki
bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya
terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi
konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Baca Juga; ----------------
👉ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR SIDDIQ
👉PERANG SALIB
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Nama Safawi dinisbatkan kepada tarekat
Safawiyah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ishaq;
2.
Kepemimpinan berlangsung secara turun
temurun dengan pimpinan kerajaan yang disebut Syah
3.
Pemimpin-pemimpin Safawi adalah
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
4. Fase-fase
Kerajaan Safawi
a. Fase
Pertama (1501-1588 M)
Merupakan fase
pendirian atau pembentukan dinasti Safawi dan merupakan peralihan terhadap
banyak perubahan dan penyesuaian struktur administrasi pemerintahan
b. Fase
Kedua (1588-1628 M)
Merupakan masa
keemasan dan saat-saat sedang mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang, ini
terjadi pada masa pemerintahan Abbas I yang diberi gelar Syah yang Agung
c. Fase
Ketiga (1628-1722 M)
Merupakan masa
kemunduran dan kehancuran dinasti Safawi, hingga berakhirnya dinasti ini
5. Safawi yang merupakan rival bagi kerajaan Turki Usmani tetap diakui sebagai sebuah kerajaan yang besar, hal ini dibuktikan dengan adanya kesepakatan damai yang terjadi pada masa Abbas I dengan Turki Usmani, ini sekaligus mengindikasikan bahwa kerajaan Safawi diakui keberadaannya dari Turki Usmani yang memang dari segi waktu muncul lebih dulu.
B.
Saran
Makalah yang disajikan hari ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, disamping bahan bacaan yang kurang, waktu prentasi yang diberikan juga terbatas, sehingga tidak semua materi yang semestinya mengapung bisa dibincangkan. Untuk itu kepada peserta diskusi penulis menyarankan untuk selalu meningkatkan motivasi berdiskusi, yang dengan itu diharapkan menambah khasanah pengetahuan kita, termasuk dibidang sejarah peradaban Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung:
Pustaka Islamika, 2008) h. 234
Dicky Avelli A, Makalah Tiga Dinasti
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006) h 138
MS Rizqi,
(Http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia-html)
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung,
Pustaka Setia, 2008) h. 254-255
Saeful Anwar, Peradaban
Islam Masa Dinasti Safawi Persia 1501-1736 M.
(Brockelmann, 1974:503-504)
[1] Jaih Mubarok, Sejarah
Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Islamika, 2008) h. 234
[2] Dicky Avelli A, Makalah Tiga
Dinasti
[3] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h 138
[4] Dicky Avelli, Op Cit
[5] MS Rizqi, (Http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia-html)
[6] Dedi Supriadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) h. 254-255
[7] Saeful Anwar, Peradaban Islam Masa Dinasti Safawi Persia 1501-1736
M.
[8] (Brockelmann, 1974:503-504)
0 Comment