PERADABAN ISLAM
PADA MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
A.
Pendahuluan
Dikalangan
masyarakat Arab, India dikenali sebagai Shind atau Hind. Masyarakat India pada
awalnya beragama Hindu Budha terkenal dan dengan kasta-kasta. Sehingga ketika
Islam masuk di benua ini membawa kesan tersendiri bagi sebagian masyarakat
India. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan
dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir hubungan perdangangan antara
India dan Arab masih diteruskan. Akirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan
dengan agama Islam. Sebelum kerajaan Mughal berkuasa di India, Islam sudah
masuk terlebih dahulu di benua ini. Dibuktikan dengan adanya kekuasaan kerajaan
Islam di beberapa tempat di India.
Mughal
adalah salah satu dari tiga kerajaan besar: yakni
kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Shafawi di Persia dan kerajaan Mughal di
India. Disini pemakalah hanya akan membahas seputar sejarah kerajaaan Islam
Mughal di India, yaitu diantaranya dengan Asal-usul berdirinya kerajaan Mughal, politik dan pemerintahan, Ekonomi dan
perdagangan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan kemajuan yang telah dicapai
pada masa kerajaan tersebut dan juga penyebab keruntuhan kerajaan Mughal tersebut.
B. Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal
adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga
abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan
keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.[1]
Babur adalah
nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada hari Jum’at 24
Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di Fergana, turunan langsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk.
Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan.
Pada usia 11 tahun, Babur kehilangan
ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih
sangat muda. namun demikian ia sangat pemberani sehingga kelihatan lebih matang
dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini, sehingga memungkinkannya untuk
menjadi seorang pejuang dan penguasa besar. [2]
Ia berusaha
menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting dia Asia Tengah pada saat
itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian
berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, sehingga pada tahun 1494, Babur berhasil
menaklukan kota Samarkand, dan pada dengan Tahun 1504 menaklukan Kabul, ibukota
Afganistan. Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansi ke India yang pada saat itu
diperintah Ibrahim Lodi.[3]
Ibrahim Lodi
(cucu sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang
menentangnya.[4]
Ketika itu kewibawaan kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya
memimpin, atas dasar itulah Alam Khan keluarga Lodi yang lain mencoba
menggulingkannya dengan meminta bantuan
Zahiruddin Babur (1482-1530 M). Permintaan itu langsung diterima oleh Babur dan
bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21
April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi
beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Babur langsung mengikrarkan
kemenangannya dan mendirikannya pemerintahannya.[5]
Semenjak itu Babur mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Delhi.[6]
Setelah mendirikan kerajaan Mughal,
Babur berusaha memperkuat kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di
seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dan di
Afganistan, golongan yang setia pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara
kandung Ibrahim, Mahmud Lodi menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung
dengan raja-raja Hindu tersebut. Kali ini berarti harus berhadapan dengan
pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam
pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil
perjuangannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48
tahun setelah memerintah selama 30 tahun.[7] Pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari
seperempat abad (1530-1556 M). Periode pemerintahaanya banyak diwarnai
kerusuhan dan berbagai pemberontakan.Hal ini mungkin disebabkan karena usia
pemerintahaan yang diwariskan ayahnya masih relative muda dan belum stabil[8]. Sekalipun
Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja
menghadapi banyak tantangan. Diantara tantangan yang muncul adalah Bahadur Syah,
penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun
1540 M terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam peperangan ini
Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa
melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia ia mengenal tradisi
Syi’ah, bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, begitu pula dengan anaknya
Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kekuatan militer yang
telah hancur, dan berkat bantuan Syah Tahmasph yang memberikan pasukan militer
sebanyak 14.000 tentara, maka pada tahun 1555, Humayun mencoba merebut kembali
kekuasaannya dengan menyerbu Delhi yang pada saat itu diperintah Sikandar Sur.
Akhirnya, ia bisa menaklukan kota ini dan ia memerintah kembali pada tahun 1556
M.[9]
Setelah Humayun meningal Ia
digantikan oleh anaknya yang bernama Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar.
Lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M.
dan memerintah (1556-1605 M) dari usia 14 tahun. Akbar sebagai wali sultan yang masih muda maka diangkatlah
Bairam Khan. Bairam seorang yang cakap, namun bukan orang yang bijaksana.[10]
Diawal masa pemerintahanya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan
Shez Khan Shah yang maasih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling
mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang
menguasai Gwailior dan Agra.Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi.
Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehinga terjadilah peperangan
dasyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap,
kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan kepentingan alairan Syi`ah. Bhairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program
ekspansi.Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kasmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala,
Ahmadnagar dan Asirgah[11].
Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik[12]
Pemerintah
daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh faujdar (komandan), jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat
itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Akbar juga menerapkan apa yang
dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal) Dengan politik ini,
semua rakyat india dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan
etnis dan agama . Diantara reformasi yang dilakukan Akbar adalah:[13]
1. Menghapuskan
ijazah bagi non muslim
2. Memberikan
pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat
3. Membentuk
UU perkawinan baru, diantara isi undang-undang tersebut adalah melarang
pernikahan dini dan poligami serta melegalisir perkawinan antar agama
4. Menghapuskan
pajak pertanian
5. Menghapuskan
tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India
yakni kota Kabul sebagai gerbang kearah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai
gerbang kearah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Kemajuan yang telah
dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu
Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M).
tiga Sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat.
Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja
berikutnya.[14]
Berikut ini akan dirinci fase-fase pemerintahan Mughal :
1.
1526-1530
M dipimpin oleh Zahiruddin Muhammad Babur
2.
1530-1556
M dipimpin oleh Humayun
3.
1556-1605
M dipimpin oleh Akbar Syah I
4.
1605-1627
M dipimpin oleh Jahangir
5.
1627-1658
M dipimpin oleh Syah Jehan
6.
1658-1707
M dipimpin oleh Aurangzeb (Alamgir I)
7.
1707-1712
M dipimpin oleh Bahadur Syah I
8.
1712-1713
M dipimpin oleh Jihandar Syah
9.
1713-1719
M dipimpin oleh Farrukh Siyar
10. 1719-1748 M dipimpin oleh Muhammad Syah
11. 1748-1754 M dipimpin oleh Ahmad
12. 1754-1759 M dipimpin oleh Alamgir II
13. 1759-1806 M dipimpin oleh Alam II
14. 1806-1837 M dipimpin oleh Akbar II
15. 1837-1858 M dipimpin oleh Bahadur Syah II[15]
C. Kemajuan
Peradaban
Islam Masa Kerajaan Mughal
1. Politik dan Pemerintahan
a.
Perluasan
wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan Aurangzeb.
b.
Akbar membentuk sitem pemerintahan militeristik.
Dalam pemerintahan tersebut, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah
Salar (kepala komandan). Sedang wilayah sub-distrik dipercayakan kepada Faudjar
(komandan). Jembatan-jembatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang
bercorak kemiliteran, pejabat-pejabat itu harus mengikuti latihan kemiliteran.[16]
c.
Akbar juga menerapkan politik Sulukhul (toleransi
universal). Politik ini
mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukanya. Mereka tidak dapat
dibedakan menurut etnis dan agama. Politik ini dapat menciptakan kerukunan
masyarakat India yang sangat beragam.[17]
d.
Pada
masa pemerintahan Aurangzeb telah terdapat jalinan kerjasama dengan
negara-negara Islam diluar India. Sejumlah penguasa Islam telah mengirim duta
atau perwakilan negara mereka ke Delhi, misalnya Syarif Makkah, raja-raja
Persia, Balkh, Bukhara dan Kasgar; para gubernur Turki Basrah, Yaman dan
Hadmarut, para pemimpin negeri Maghiribi dan Raja Arbesinia.[18]
2. Bidang
ekonomi dan perdagangan
Kemantapan stabilitas politik pemerintahan membawa
kemajuan dalam bidang-bidang lainya. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal
dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan Negara lebih
banyak bertumpu kepada sektor pertanian.
Menurut W.H.Moreland dalam bukunya The Mughal Empiret to the Dheath of
Aurangzeb sebagaimana yang dikutip Badri yatim, di sektor pertanian, komunikasi
antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas
lahan pertanian. Deh, merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh
tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam.
Melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan para petani.[19]
Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting di
antaranya biji-bijian, rempah–rempah, padi, kacang, tebu, tembakau, nila dan
sayur-sayuran. Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di
ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan asia Tenggara bersamaan dengan hasil
kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak
diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, jehangir
mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan
hasil pertanian di Surat.[20]
3. Bidang
Pendidikan dan Iptek
Dalam
bidang pendidikan, Akbar membangun bangunan khusus untuk tempat pengajian ilmu,
dia juga berusaha menarik simpati para ulama dengan menghibahkan sejumlah
madrasah dan perpustakaan..[21]
4. Kesenian
a.
Seni
Budaya dan arsitektur puncaknya terjadi pada masa sultan Syah Jahan yang
ditandai dengan berbagai karya budaya fisik, seperti karya arsitektur
monumental Taj Mahal, yang merupakan bangunan indah, yang dimaksudkan sebagai
tanda cinta kasihnya kepada istri tercinta Mumtaz Mahal. Taj
Mahal juga salah satu keajaiban dunia dan merupakan lambang peradaban dan
kebudayaan Islam masa Lampau di India. Selain itu juga Shah Jahan telah
membangun Masjid Mutiara, Masjid Jami’ di Delhi, serta takhta Merak, yaitu singgasana
yang dibuat dari emas, perak, intan, serta permata cemerlang.[22]
b.
karya seni yang menonjol
adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun
India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang
sastrawan sufi menghasilkan karya besar
berjudul Padmavat, sebuah karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa
manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl
dengan karyanya bernamma Akbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan
Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.[23]
c.
Seni musik (Banyak
terdapat nyayian dan ratusan penyanyi yang berkembang pada masa pemerintahan
Humayun sampai masa Syah Jehan).
5. Paham keagamaan
a.
Pada masa Akbar, perkembangan agama islam di
kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, dimana pada itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-I llahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari
berbagai lapisan umat Islam. Akbar dituduh membuat agama baru. Prateknya, Din-l
llahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan
upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut
mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang
di kedepankan.
b.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan
tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan
dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh parsi sangat kuat,
hal itu terlihat dengan digunakannya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal
dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India
dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh dinasti Mughal.
c.
Berkembangnya
agama Islam di India, sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni
fanatic. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi`ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
d.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah
hukum Islam atau upaya kodifikasi ditujukan untuk meluruskan dan menjaga
syariat Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-I llahhi.
D. Kemunduran dan Kehancuran
kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti
Mughal berada dalam kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup
mempertahankan kebesaran yang telah dicapai oleh pendahulu-pendahulunya.
Kejayaan Mughal hilang dengan kematian Aurangzeb Satu persatu penguasa daerah
melepaskan diri dari pemerintahan pusat di Delhi.
Pengganti Aurangzeb adalah Mu’azzam,
setelah ia meninggal tahta digantikan anaknya Azhim al-syah. Akan tetapi di
tentang Zulkifar Khan, anak ‘Asad Khan (wazir Aurangzeb. Azaim al-syah
meninggal tahun 1712 M. Ia digantikan oleh anaknya Jihandar Syah, tetapi ia disingkirkan
oleh adiknya sendiri Faruq Syah pada tahun 1713M. Jadi dalam dua tahun saja
telah terjadi empat kali pergantian sultan.
Sehingga dapat dibayangkan bagaimana kondisi kerajaan Mughal saat itu.
Konflik-konflik yang berkepanjangan
mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu
persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Bahkan cenderung
memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.. disintegrasi mulai terjadi,
satu persatu daerah kekuasaan Mughal mulai melepaskan diri. Keadaan ini
diperparah lagi dengan datangnya ancaman baru yang lebih kuat, yaitu datangnya
perusahaan Inggris (EIC) yang memiliki senjata modern melawan pemerintahan
Mughal. Peperangan berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai
dengan melepaskan daerah Oudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris.
Ada saat tiga sultan berkuasa yaitu,
Syah Alam, Akbar II dan Bahadur Syah, Inggris diberi kepercayaan untuk
mengembangkan usahanya. Dengan jaminan memberikan fasilitas kehidupan Istana
dan keluarganya.pada saat terjadinya krisis EIC mengalami kerugian dan
Inggrispun mulai mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat
dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa tertekan, maka terjadilah
pemberontakan rakyat dibawah pimpinan sultan Bahadur Syah pada bulan Mei 1857
M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan
dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa Hindu dan
Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam kepada pemberontak.
Mereka diusir dari kota Delhi, rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan
Bahadur Syah, sultan Mughal terakhir diusir dari istana (1858 M). dengan
demikian, berakhirlah sejarah kekuasaaan kerajaan Mughal di India.[24]
Ada beberapa factor yang menyebabkan
kekuasaan kerajaan Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan
membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuasaan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat dipantau oleh kekuatan maritime Mughal.
Begitu juga tidak terampilnya dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal
sendiri.
2. Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Kurang
cakapnya pemerintahan Aurangzeb sehingga konflik antar agama terjadi sangat
sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya
4. Semua sultan pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan. [25]B
E. Kesimpulan
1. Kerajaan
Mughal didirikan oleh Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur
Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526 M. Di India
corak pemerintahannya militeristik yang absolute.
2. Kerajaan
Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang politik,
militer, seni, dan juga dalam bidang ekonomi khususnya. peninggalan yang
dikenal sampai sekarang dari kerajaan Mughal yang merupakan salah satu keajaiban dunia seperti
Taj Mahal.
3. Setelah
Aurangzeb meninggal dunia, kekuatan Mughal mulai melemah, disebabkan terjadinya
perebutan kekuasaan, munculnya pemberontakan dan pengaruh dari Inggris.
Peperangan melawan Inggris akhirnya meruntuhkan kerajaan Mughal di India
Baca Juga; -------------------
👉ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR SIDDIQ
👉PERANG SALIB
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Ali , K, Sejarah
Islam Tarikh Pramodern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996
Editor, Tim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, tth
Lapidus, Ira M, Sejarah
Sosial Umat Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008
Nasir, Mahmud, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung:
Rosda Karya, tt
Nasution,
Harun Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985
Su’ud,
Abu, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan
Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, Jakarta:
Rajawali Pers, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Rajawali Pres, 2000
[1] Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth), h.281
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
Rajawali Pres, 2000), h. 147
[3] K. Ali, Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 528-530
[4] Jaih Mubarok, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung: Cv Pustaka Islamika, 2008), h.243
[5]Tim Editor, Op.Cit, h.282
[6]Ira.M.Lapidus, Sejarah
Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999), h.671
[7]Badri Yatim, Op.Cit h. 148
[8]Ajid Thohir, Perkembangan
peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h.204
[9] Mahmud Nasir, Islam
Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda Karya, tt), h.300
[10]Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya
dalam peradaban Umat manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 116
[11]M.Mujib, The Indian
Muslim, (London:George Alen,1967), h.254
[12]Ibid,h. 255
[13]Ajid tohir, Op.Cit. h.205
[14]Badri Yatim, Op.Cit, h. 150
[15] Tim Editor, Op.Cit, h. 290
[16] Badri Yatim, Op.Cit, h. 149
[17] K.Ali, Op.Cit,
h. 534
[18]Abu Su’ud, Op.Cit, h.118
[19]Badri Yatim, Op.Cit, h.150
[20]Ibid
[21]Ira, Op.Cit, h. 700
[22]Abu Su’ud, Op.Cit, h. 117
[23]Badri Yatim, Op.Cit, h. 151
[24]Badri Yatim, Op.Cit, h. 159-162
[25]Ibid, h. 163
0 Comment