Manusia merupakan hewan yang berfikir
setidaknya pernyataan ini memberikan sebuah gambaran kepada kita semua bahwa
begitu pentingnya peranan akal dalam diri manusia,namun sebagai pertanyaan
juga” sejauh mana kita telah mempergunakan akal kita, karna semakin kita
mempergunakan akal maka semakin jauh perbedaan kita dengan hewan, singkatnya
akallah yang membedakan kita dengan hewan,dengan akal manusia dapat mengemban
amanat yang telah diberikan yakni sebagai khalifah di muka bumi ini, Manusia
dalam berfikir akan menghasilkan pengetahuan,dengan ilmu pengetahuan manusia
dapat membangun pradabannya sendiri.
Pada zaman modern seperti sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat,keberhasilan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi mutakhir sering sekali menjadi bomerang untuk berlanjutnya sebuah tatanan kehidupan dimuka bumi ini, disatu sisi sains merupakan hal yang patut dibanggakan namun disisi lain jika sains tersebut tidak memiliki nilai maka tidak ada gunanya,disinilah letak pentingnya filsafat karena dalam filsafat mengandung nilai,setidaknya dalam filsafat terdapat tiga nilai yang dapat mengarahkan sebuah ilmu pengetahuan agar memiliki nilai, karena ilmu pengetahuan merupakan suatu alat untuk memperoleh kesejahtraan bukan untuk tujuan tertentu,ketiga nilai dalam yang dimaksud yakni”logika,Etika,dan Estetika. Yang dimaksud dengan nilai Logika yakni membahas tentang nilai kebenaran dan menjauhi kesalahan,serta menerangkan bagaimana seharusnya berfikir secara benar,sedangkan nilai Etika, merupakan pengarahan prilaku kepada hal yang baik inilah yang selanjutnya yang membatasi kita dalam menilai baik,buruknya sesuatu,kemudian nilai yang terakhir yakni nilai Estetika Ilmu Estetika, yang membahas nilai keindahan dan berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dengan membatasi tingkatan –tingkatan yang menjadi standar dari suatu keindahan,jelaslnya posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sangat penting karna penulis melihat bahwa ilmu pengetahuan berusaha menyingkap kebenaran dan realitas.antara filsafat dan ilmu pengetahuan harus berjalan bersama agar mencapai tujuan,sehingga tercapailah kesejahtraan, seorang ilmuan dan seorang filosof harus memerhatikan ketiga nilai tersebut demi berlangsungnya pradaban manusia di bumi ini.
A.
Pendahuluan
Manusia adalah mahkluk yang
diberikan akal oleh Allah Swt. inilah yang membedakan manusia dengan mahkluk
Allah Swt. lainnya, dengan akal manusia
berfikir, dalam proses berfikir inilah manusia akan mendapatkan pengetahuan,
seringkali pikiran manusia bergerak mengikuti
jalan pemikirannya sehingga sampailah pada sebuah kesimpulan. Pada zaman
modern sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat,
keberhasilan manusia menciptakan teknologi-teknologi raksasa seringkali menjadi
hantaman dan siap menerkam si penciptanya sendiri. Sains seringkali membuktikan
kehebatannya, sehingga filsafat selalu diabaikan padahal ilmu dan teknologi
adalah alat untuk mencapai kesejahteraan bukan tujuan.
Manusia seringkali memuja
ilmu sebagai satu - satunya sumber kebenaran,biasanya tidak mengetahui hakekat
ilmu yang sebenarnya, Begitu pula bagi orang yang tidak mau tahu tentang
ilmu,mereka tidak mau mengakui bahwa ilmu telah banyak membangun pradaban
seperti sekarang ini.
Seorang ilmuan yang besar belum tentu seorang filosof. Jika demikian halnya apakah ilmu pengetahuan itu? apakah filsafat itu? dan Apa Manfaat ilmu pengetahuan dan filsafat dalam kehidupan manusia?
B. Definisi Serta Genealogi Ilmu Pengetahuan.
Manusia
merupakan mahkluk tuhan yang senantiasa selalu berfikir, sejak lahir sampai
masuk liang lahat manusia tidak pernah berhenti berfikir, hampir semua masalah
yang bersinggungan dengan peri kehidupan ini tidak bisa lepas dari jangkauan
fikiran manusia, sehingga dalam proses berfikir inilah manusia akan
menghasilkan pengetahuan.
Ilmu
brasal dari bahasa arab, ‘alima-ya’lamu-‘ilman [1].Arti
dasar dari kata ini adalah tahu/pengetahuan dalam kamus bahasa
Indonesia,diterjemahkan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk mernerangkan
gejala-gejala tertentu pula. Kamus ini juga menerangkan bahwa ilmu dapat
diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian tentang soal
duniawi,akhirat,lahir dan batin.[2]
Penggunaan kata ilmu dalam
proposisi bahasa Indonesia sering disejajarkan dengan kata science dalam bahsa inggris
kata science itu sendiri memang bukan bahasa asli
inggris,tetapi merupakan serapan dari bahsa latin,scio scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang menyatakan
bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan,scientia bersumber dari bahasa latin scire
yang artinya mengetahui.[3]Terlepas
dari berbgai macam asal kata,jika benar ilmu disejajarkan dengan kata science
dalam bahasa inggris, maka pengertiannya adalah pengetahuan.
Secara pengertian dari kata “tahu” ini menandakan
adanya suatu pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman tertentu
yang dimiliki seorang.
Stewart
Ricards mendifinisikan ilmu sebagai pengetahuan tentang realitas yang nyata
yang dipastikan oleh pengamatan,pengujian kritis dan pengklasifikasikan
sistematis dibawah prinsip- prinsip umum. Pengetahuan juga mampu
menjelaskan penemuan – penemuan masa
lalu dan mampu membuat prediksi untuk
masa depan melalui pengalaman kausalitas. Ilmu pengetahuan juga harus
bersifat universal tidak terikat oleh ruang dan waktu,dapat dinyatakan dengan
tegas dan dapat dipahami, mempunyai keterkaitan empiris yang bisa diuji
persesuaian antara teori dan implikasi praktisnya.[4]
Menurut
bahm definisi ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam komponen, masalah (problem), sikap (attitude),metode (method),
aktivitas(activity),kesimpulan(conclution) dan pengaruh (effects).
1.
Masalah (problem)
Tiga karekteristik yang menunjukkan masalah yang bersifat
scientific, yaitu :communicability (
sesuatu yang patut dikomunikasikan), the scientific attitude meliputi
karakteristik curiosity,spekulativeness,willingness to suspend judgement dan
tentativity.the scientific method (masalah dapat diuji/testable)
2.
Sikap (attitude )
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain:curiosity (raa ingin
tahu),spekulativeness (mempunyai hasrat memecahkan masalah melalui
hipotesis)willingness to be objective (hasrat bertindak objektif) willingness
to suspend judgement dan tentativity.sabar dalam observasi dan bersikap bijak
dalam menentukan kebijakan berdsarkan bukti – bukti yang dikumpulkan karena apa
yang ditemukan masih bersifat tentatife.
3.
Metode (method)
Essensi dari sains adalah metode-nya,akan tetapi para scientist
tidak memiliki metode yang pasti yang dapt di tunjukkan sebagai sesuatu yang
absolute/mutlak.
4.
Aktivitas(activity)
Sain adalah lahan yang dikerjakan para scientist melalui apa yang
disebut scientivic research.
5.
Kesimpulan(conclution)
Sains lebih dipahami sebagai batang tubuh pengetahuan dan kesimpulan
merupakan pemahaman yang dicapai sebagai Hasil pemecahan masalah.
6.
Pengaruh (effects)
Apa yang dihasilkan science pada akhirnya pada akhirnya memberikan
pengaruh.pertama pengaruh ilmu terhadap ekologi melalui apa yang disebut dengan
applied science,dan kedua pengaruh ilmu terhadap apa atau dalam masyarakat
serta membudayakannya menjadi berbagai macam nilai.[5]
Setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya,ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan penalaran masing – masing orang. Ilmu akan memuat sendiri hipotesis – hipotesis dan teori teori yang sebelumnya belum n. di mantapkan. Oleh karena itu,ilmu membuthklan metodologi,sebab dan kaitan secara logis. Ilmu menuntut pengamatan dan kerangka berfikir metodek serta tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting dalam konteks ilmun adalah terminology ilmiah.
C.
Ciri –ciri ilmu
Pengetahuan yang
bagaimanakah yang dapat membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang
lain? Menurut Van Melsen,suatu
pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila memenuhi syarat – syarat
sebagai berikut:
1.
Ilmu pengetahuan secara metodis
harus mencapai suatu keseluruhan yang logis koheren. itu berarti adanya system
dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2.
Ilmu pengetahauan tanpa
pamrih,karena hal itu erat kaitannya
dengan tanggung jawab keilmuan.
3.
Universalitas keilmuan.
4.
Objektivitas, artinya setiap
ilmu terpimpin oleh oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka – prasangka
objektif.
5.
Ilmu pengetahuan dapat
diverikasi oleh semua peneliti ilmiah,karena ilmu pengetahuan
harusndikomunikasikan.
6.
Progresifitas artinya jawaban ilmiah
harus ilmiah sungguh – sungguh bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan
pertanyaan baru lagi
7.
Kritis artinya tidak ada teori
yang definitive, setiap teori terbuka bagi setiap peninjauan kritis yang
memanfaatkan data – data baru.
8.
Ilmu pengetahuan harus dpt
digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan praktis.[6]
D.
Metode – metode pengetahuan
Dalam
buku elements of philosophy Louis O Kattsoff menunjukkan ada lima aliran
metodis untuk mendapatkan pengetahuan,yaitu: empirisme, rasionalisme,
fenomenalisme, intusionisme, metode ilmiah
1.
Empirisme
Aliran ini berpendirian pengetahuan didapt melalui pengalaman.
Sifat menonjol dari metode ini apabila
kita perhatiakan pertanyaan seperti”
bagaimanakah orang mengetahui e situ membeku?” jawabannya pasti akan berbunyi”
karna saya melihat sedemikian itu. John locke,bapak empiris mengatakan bahwa
pada waktu manusia dilahirkan,akalnya merupakan sejenis buku yang kosong
(tabularasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman –pengalaman
indrawi. Dan seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta
membandingkan ide –ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi sederhana
tersebut.
2.
Rasionalisme
Aliran ini berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal.rasionalisme tidak
menyangkal adanya pengalaman akanntetapi pengalaman hanya dilihat sebagai
perangsang pikiran,rasionalisme menyakini bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak pada diri kita dan bukannnya di dalam barang sesuatu. Kebenaran hanya
dapat ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3.
Fenomenalisme kant.
Sebuah metode pengetahuan yang mengsintesakan antara pengetahuan apriori dan aposteriori. Bagi kant barang sesuatu sebagaimana dalam dirinya sendiri (das ding and sich) merangsang alat indrawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk pengalaman,dihubungkan sesuai dengan kategori – kategori pengalaman,dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tiadak pernah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu seperti keadaannya sendiri,melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang Nampak pada diri kita artinya pengetahuan tentang gejal( phenomenon).
4.
Intusionisme
Dalam hal ini ada sebuah ungkapan komparasi tentang pengetahuan” pengetahuan mengenai (knowledge about)”dan”pengetahuan tentang(knowledge off) pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis dan pengetahuan ini ada prantaranya. Pengetahuan tentang atau pengetahuan langsung atau disebut pengethuan intuitif,dan pengetahuan ini diperoleh secara langsung. Menurut bergson, intuisi adalah suatu sarananuntuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.
5.
Metode ilmiah
Metode ini mengikuti prosedur –prosedur tertentu yang sudah pasti
yang digunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan- pertanyaan yang dihadapi
oleh seorang ilmuan,unsure pertama dalam metode ini,sejumlah pengamatan
(artinya, pengalaman –pengalaman) yang dipakai dasar untuk menyelesaikan
masalah.bila ada suatu masalah dan sudah diajukan satu penyelesaian yang dimungkinkan,maka
penyelesaian yang diusulkan itu dinamakan “hipotesa”.
Jadi hipotesa adalah usulan penyelesaian berupa saran dan sebagai
konskuensinya harus dipandang bersifat sementara dan memerlukan verikasi. Di
dalam proses menemukan hipotesa dikatakan bahwa akal keluar bergerak keluar
dari pengalaman,mencari satu bentuk, katakanlah didalamnya disusun fakta –fakta
yang telah diketahui dalam bentuk kerangka tertentu. Diharapkan jika fakta fakta yang telah diketahui itu
cocok dengan hipotesa yang disarankan tersebut,maka segenap yang serupa pasti
akan cocok dengan hipotesa tadi. Metode yang bergerak dari suatu perangkat
pengamatan yang husus dari suatu pernyataan mengenai suatu pengamatan yang sama
jenisnya di kenal sebagai induksi.
Jika suatu hipotesa telah di usulkan maka perlu diverifikasi atau
perlu bahan bahan bukti.Bahan bukti yang memperkuat hipotesa berasal dari dua
jurusan:
a)
Bahan – bahan keterangan yang
diketahui harus cocok dengan hipotesa tersebut
b) Hipotesa harus meramalkan bahan –bahan keterangan yang diketahui itu cocok dengan hipotesa dapat dinamakan kalkulasi. Proses peramalan dilakukan dengan deduksi- matematis. Jika suatu hipotesa benar,berarti ada hal – hal tertentu yang diramalkan. Dari sini kita melihat bahwa teknik deduksi yang pada hakekatnya bersifat rasionalistis merupakan factor penting di dalam metode ilmiah.[7]
E.
Posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
Tak
dapat disangkal lagi bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas
penyakit,kelaparan,kemiskinan,dan berbagai wajah kehidupan lainnya namun sebenarnya
tidak selalu demikian,ilmu tidak selalu merupakan berkat bagi manusia,kadang
justru menjadi mala petaka bagi manusia.
Dengan
mempelajari nuklir manusia bisa mempelajari wujud nuklir sebagai maslahat bagi
manusia, tetapi disatu sisi bisa jadi hal itu menjadi mala petaka. Disinilah
kita perlu tahu filsafat ilmu karna dalam filsafat ilmu kita akan menemukan
hubungan antara indrawi dan akal namun pembahasan yang lebih mendalam akan hal
ini akan dibahas oleh pemakalah berikutnya,
Pembahasan
teori pengetahuan ini sudah dimulai sejak masa-masa filusuf yunani. Dasar
mereka berfilsafat adalah mereka sudah tidak lagi percaya terhadap pengetahuan
indrawi. Diantaran mereka ada yang lebih mengutamakan unsur akal,ada Juga yang
menggabungkan antara indrawi dan akal. Namun saat ini kajian yang mengenai
teori pengetahuan ini telah menjadi kajian yang berdiri sendiri (independen) berdiri sendiri, jadi tidak
heran kalau saat ini ada kajian tersendiri mengenai statistic,metodologi
penelitian dan lain-lain.
Pendiri
sebenarnya teori pengetahuan sebagai kajian yang independen adalah john locke
(1632-1704M)[8].locke
telah mempertanyakan tentang asal usul,esensi,batasan, dan tingkat keyakinan
sejak lama,meskipun terbatas dengan pengetahuan yang bersifat indrawi. Oleh
karena itu locke lebih dikenal sebagai tokoh Emperism. Locke pernah mengatakan tidak ada sesuatu sesuatu dalam
akal jika sebelumnya jika sebelumnya tidak ada sesuatu yang di tangkap oleh
pancra indra[9].
Sedangkan
yang dianggap sebagai tokoh terpenting yang telah merumuskan teori pengetahuan
setelah locke ad lah Immanuel Kant (1723-1804). Kant telah mempelajari
hubungan antara hal –hal yang bersifat indrawi dan hal- hal
yang bersifat rasional[10].
Sampailah
kepada sebuah pertanyaan apa posisi ilmu itu dalam kehidupan manusia,pertanyaan
ini merupakan nilai tertinggi dari ilmu. Yaitu nilai – nilai yang dianggap
sebagai “tujuan utama”. Nilai ini antara lain al-haq (kebenaran),kebaikan dan
keindahan. Oleh karena itu nilai ini di bagi dalam tiga cabang:[11]
1.
Logika, yang membahas tentang
nilai kebenaran dan menjauhi kesalahan,serta menerangkan bagaimana seharusnya
berfikir secara benar.
2.
Etika, yang membahas nilai kebaikan dan berusaha
membantu kita dalam mengarahkan prilaku. Ia mengarahkan kita pada apa yang
seharusnya dilakukan membatasi makna kebaikan,keburukan,kewajiban,perasaan
serta tanggung jawab moral.
3.
Ilmu Estetika, yang membahas
nilai keindahan dab berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan
dengan membatasi tingkatan –tingkatan yang menjadi standar dari suatu keindahan.
Jelaslah posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sangat penting karna penulis melihat bahwa ilmu pengetahuan berusaha menyingkap kebenaran dan realitas.
F.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Dan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia.
Menurut
imam al- Ghazali,ilmu itu terdiri dari tiga jenis, yaitu ilmu sebagai proses,
yakni ilmu yang ditangkap oleh pancaindra; ilmu akal dan ilmu ladunni. Yang di
maksud dengan ilmu sebagai proses adalah bahwa ilmu senantiasa dicapai melalui
pengalaman panca indra, tetapi hasilnya sangat objektif. Subjektivitas tersebut
semakin kuat setelah subjektifitas tersebut tersimpan dalam pikiran manusia dan
di gagas kembali menjadi gambaran - gambaran mengenai realitas. Sehingga
pengalaman hanyalah perangsang akal untuk berfikir,tetapi semuanya tidak
dapat menemukan hakikat ilmu yang sesungguhnya. Oleh karena itu,perlu dibantu
oleh ilmu yang datangnya dari tuhan yang brupa wahyu kekuatan dan hati,ilmu ini
disebut ilmu ladunni.
Proses
akumulasi ilmu pengetahuan dalam fikiran manusia yang dikuatkan oleh kekuatan
hati,akan menghasilkan ilmu yaqini,yaitu
ilmu yang kebenarannya tidak dapat diutik lagi. Ilmu Yaqini,ilmu yang lurus
yang tidak menimbulkan keraguan,oleh karena itu,tidak akan mengenal kata salah
atau sesat.[12]
Pandangan
imam Al-Ghazali tentang kedudukan ilmu
bagi kehidupan manusia, berbeda dengan pandangan barat dngan paradigm
humanistiknya,imam Al-Ghazali berpandangan bahwa ilmu pada esensinya alat untuk
mengetahui kebesaran tuhan(ma’rifatullah), sehingga pengakuan manusia yang ditunjukkan
dengan keyakinan yang imanen dan
trasenden kepada Tuhan menjadi keyakinan yang rasional dan serasi dengan
ilmu-ilmu ilahiah. Adapun ilmu dalam paradigma barat ditemukan dan dimanfaatkan
sepenuhnya untuk memprmudah manusia mempermudah manusia dalam melakukan kepentingann dan memenuhi kebutuhannya.[13]
Manusia
sangat dipermudah bahkan dimuliakan dengan penemuan-penemuannya sendiri. Para
petani masa kini sudah memanfaatkan traktor untuk menggarap sawah,sehingga
dalam menggarap sawah petani tidak terlalu mengeluarkan tenaga dan aktivitas
fisiknya .
Ilmu
pengetahuan terbukti telah membedakan martabat manusia dan derajatnya dimata
tuhan. Bagi orang islam,tuhan akan mengangkat derajat orang –orang yang beriman
dan berilmu dengan beberapa derajat. Itu artinya, ilmu pengetahuan benar-benar
akan membedakan yang bodoh dengan yang pintar. hajat manusia akan ilmu disebabkan oleh dua hal mendasar,yaitu:
1. Ilmu sebagai penunjuk ke jalan
lebih baik dalam kehidupan manusia di segala sector dan aspek;dan
2.
Ilmu sebagai alat untuk
mempermudah jalan hidup manusia dalam menghadapi masalah .[14]
Jadi semakin jelas bahwa ilmu
pengetahuan yang diberikan tuhan marilah kita pergunakan sebaik baiknya agar
kita mendapat derajat yang lebih tinggi baik di mata tuhan maupun sesama
ciptaannya.
Sesungguhnya ilmu yang dimiliki oleh
seseorang akan selalu mendorong pribadi lebih dinamis, lebih energik berusaha
menjelajahi”lautan ilmu yang tak terbatas” itu, seakan akan semakin berilmu
seseorang pribadi semakin haus,semakin tahu manusia,semakin manusia itu semakin
bodoh. Dengan demikian ilmu itu mempunyai watak dinamis progresif,menjadi asas
Pembina kepribadian[15].
Jika dihubungkan filsafat dengan ilmu
pengetahuan memiliki persamaan serta perbedaan namun pemakalah tidak membahas
secara dalam mengenai filsafat,kajian ini selengkapnya akan dibahas oleh
pemakalah selanjutnya, Namun penulis sedikit mengutarakan asas asas filsafat.
Dalam hal ini dikaji beberapa bidang utama filsafat seperti: metafisika,
epistemology dan aksiologi.[16]
Ketiga bidang ini dapat dipandang sebagai pilar utama suatu bangunan filsafat
manakala kita ingin memahami visi filsafat seorang atau suatu aliran.
Ilmu kajiannya menghasilkan fakta sedangkan
filsafat kajiannya dibatasi logika walaupun demikian antara ilmu dan filsafat
sama – sama membutuhkan jawaban. Jadi antara filsafat dan ilmu sangatlah
membantu manusia dalam menjelaskan,meramal dan mengontrol gejala- gejala alam.
G.
Kesimpulan
Antara filsafat dan ilmu sama – sama berusaha menyingkap kebenaran
dan realitas. Benar sekali apa yang dikatakan francis bacon ( 1561 – 1626M) knowledge
is power.Pengetahuan adalah kekuasaan. Apakah kekuasaan itu merupakan berkah
atau mala petaka bagi manusia semua itu terletak pada orang yang menggunakan
kekuasaan tersebut.
Jadi sebenarnya buku – buku milik para seniman dan buku – buku
primbon milik para dukun ramal fungsinya sama- sama menjelaskan, meramal dan
mengontrol. Kesimpulan dari pembahasan makalah ini pada hakekatnya ilmu dan
filsafat adalah sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan yang
berguna bagi manusia dalam menjelaskan, meramal dan mengontrol gejala –gejala
alam[17]
Filsafat dan ilmu
menghadapkan manusia kepada pandangan yang selalu mungkin tidak ada didalam
dunia ini yang bersifat mustahil, ilmu dan filsafat dapat menjawab hal – hal
yang bersifat musatahil, bahkan dengan
ilmu dan filsafat manusia dapat mengubah kemustahilan menjadi suatu yang sangat
berguna bahkan sampai didewakan.
Daftar Pustaka
Almunjid
fi al lughah wa al a’lam, Beirut: dar al masriq,1986.
Ali’Abdu
al-‘Azim,Falsafah al-ma’rifah fi>
al-Qur’a>n al-kari>m Kairo:Al-hai’ah al-‘amniay lial- shu’uni
al-mat}obi’I al-amiriyyah,1973M/3290
Beni
Ahmad Saebani,filsafat ilmu Bandung:pustaka
setia,2009
Fuad
Farid Ismail,Abdul Hamid Mutawali, Cepat
Menguasai Ilmu Filsafat YogyakartaIRCISod,2003
Jujun
S.Suriasumantri,ilmu dalam perspektif .Jakarta:yayasan
obor Indonesia,1999.
Louis O.kattsoff,Pengantar Filsafat, Diterjemah Soejono Soemargono,Yogyakarta:tiara
wacana,2004
Mohammad
Nor Syam,Filsafat Pendidikan Dan Dasar
Filsafat Pendidikan Pancasila,Surabaya: usaha-nasional.1983.
Pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa, kamus besar Indonesia, Jakarta:balai
pustaka,1997
Rizal
Mustansyr,Misnal Munir, filsafat ilmu,
Yogyakarta: pustaka pelajar,2007
Steward
Ricard,An introduction to :philosophy of
sociology of sience, oxfor,tj press, 1983.,
Surajiyo,filsafat
ilmu dan perkembangannya di indonesia, Jakarta:bumi aksara,2008.
[1] Almunjid fi al lughah wa al a’lam,(Beirut: dar al
masriq,1986).,hlm.527
[2] Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Indonesia,(Jakarta:balai
pustaka,1997), 371
[4] Steward Ricard,An
introduction to :philosophy of sociology of sience, ( oxfor,tj press,
1983),28
[5] Drs.Surajiyo,Filsafat Ilmu
dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:bumi aksara,2008),58.
[6] Ibid, 60
[7]Louis O.kattsoff,Pengantar
Filsafat, Diterjemah Soejono Soemargono,(Yogyakarta:tiara wacana,2004).,hlm
131-145
[8]Fuad Farid Ismail,Abdul Hamid Mutawali, Cepat Menguasai Ilmu Filsafat (Yogyakarta:IRCISod,2003),. 48
[9]Ali’Abdu al-‘Azim,Falsafah al-ma’rifah fi>
al-Qur’a>n al-kari>m (Kairo:Al-hai’ah
al-‘amniay lial- shu’uni al-mat}obi’I
al-amiriyyah,1973M/3290), 20
[10] Fuad Farid Isma’il,Cepat
Menguasai.,49
[11] Ibid,50
[12] Beni Ahmad Saebani,filsafat
ilmu( Bandung: Pustaka Setia,2009 ),171
[13] Ibid,171
[14] Ibid,172
[15] Mohammad Nor Syam,Filsafat
Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,(Surabaya: usaha-nasional.1983),
108-109
[16] Rizal Mustansyr,Misnal Munir, filsafat ilmu, ( Yogyakarta: pustaka
pelajar,2007),9
[17] Jujun S.Suriasumantri,ilmu dalam perspektif (Jakarta:yayasan obor
Indonesia,1999),18
0 Comment