ILMU PENGETAHUAN DAN BERPIKIR ILMIAH
Asumsi awal, manusia mendapatkan
pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data
inderawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa istrumen dalam
mendapatkan pengetahuan. Disamping itu perasaan intuitif atau insting juga menambah
kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap
suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap sesuatu.
Manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan tersebut diperoleh karena
manusia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak
berbagai jenis makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berusaha untuk meningkatkan llmu pengetahuannya.
Pengaruh
kemampuan befikir manusia menyebabkan rasa keingintahuan selalu berkembang.
Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuan terdahulu
dan menggabungkannya dengan pengetahuan yang
diperoleh sehingga menghasilkan pengetahuan baru.
Secara
historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan, yakni: 1)
berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2) merujuk kepada
pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi (metode intuisi); 4)
menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai
cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung tidak efisien, dan kurang
produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak rasional. Sedangkan cara
terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih rasional,
objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para
ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan
dan mengembangkan ilmu dikerjakan melalui cara kerja penelitian.
Ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar, disusun secara
sistematis dan menggunakan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal
dan dapat diverifikasi kebenarannya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang dinamis, tersusun sebagai teori-teori yang saling
mengkritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati sebuah kebenaran.
Bagi
manusia, kebenaran universal merupakan suatu kebutuhan yang amat berguna.
Adapun kegunaannya adalah untuk memperluas pandangan atau wawasan yang kemudian
dapat membentuk suatu pandangan hidup atau
filsafat hidup. Dengan filsafat
hidup, manusia dapat memahami arti dirinya (substansinya), sehingga ia dapat
menempatkan keberadaannya (eksistensinya) dalam hidup dan kehidupannya. Jika
demikian halnya, berarti manusia akan lebih mengetahui tujuan hidupnya, kemana
ia harus mengarahkan hidup dan kehidupan itu. Dengan adanya tujuan hidup inilah
manusia dapat menciptakan pedoman hidup, sikap hidup, cara hidup dan tingkah
laku hidup sehari-hari.[2]
Berangkat dari hal tersebut, penulis akan membahas tentang “Ilmu Pengetahuan dan Berpikir Ilmiah”.
A. Pengertian
Metode
ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.[3]
Adapun berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan.
Metode
ilmiah adalah ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini
maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah,
yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang
disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
B.
Manfaat
Berpikir Ilmiah
Disadari atau tidak manusia akan selalu menghadapi masalah dan dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernah terjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus baru pula. Karena itulah Tuhan memberikan manusia akal pikiran, untuk mengoptimalkan fasilitas yang sudah diberikan Tuhan agar bisa menjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya. Pengetahuan yang mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu.
C. Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan
ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yang memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah
yang baik tak dapat dilakukan. Menurut Jujun, “untuk dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistika”.[4]
1.
Bahasa
Didalam
bukunya, Jujun menyatakan bahwa, “pertama-tama bahasa dapat kita cirikan
sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita mempergunakan bunyi sebagai alat
berkomunikasi”.[5] Namun ini bukanlah
satu-satunya alat untuk berkomunikasi, hanya saja manusia mempergunakan bahasa
sebagai alat komunikasi utama dibanding yang lain. Lalu Jujun melanjutkan,
“kedua, bahasa merupakan lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu”.[6]
Manusia dapat
berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa untuk mengekspresikan
pengetahuannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia tidak akan bisa berpikir
rumit dan abstrak seperti yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah.
2.
Logika
Berpikir
logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika:
deduksi-induksi; rasionalism-empirism; abstrak-kongkrit; apriori-aposteriori.
Penalaran merupakan suatu
proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan
penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus
dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan
ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai
“pengkajian untuk berpikir secara sahih”.[7]
Berpikir adalah objek
material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia.
Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang
diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain.[8]
3.
Matematika
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya
merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.[9]
Contohnya, dalam mempelajari kecepatan
jalan kaki seorang anak maka obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” tersebut
dilambangkan dengan x, sesuai dengan lambang perjanjian yang berlaku khusus.
Dalam hal ini x hanya mempunyai satu arti, yakni “kecepatan jalan kaki seorang
anak”.
4.
Statistika
Statistika
merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu
untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian
secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
D.
Pembuktian
Ilmiah
Metode
ilmiah merupakan suatu rangkaian langkah yang tertib dan sistemik, namun
demikian suatu metodologi bisa dipahami ilmuwan dengan ragam pendapat, seperti
J Eigelbener menyebut ada lima langkah dalam melakukan prosedur dan metode
berpikir ilmiah, kelima langkah tersebut adalah:
1. Adanya
analisis terhadap masalah, analisis ini berguna untuk menetapkan apa yang
hendak dicari, memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
2.
Pengumpulan
fakta-fakta.
3.
Penggolongan
dan pengaturan data agar dapat menentukan kesamaan-kesamaan, urutan-urutan dan
hubungan-hubungan yang ada dan bersifat simultan.
4.
Perumusan
kesimpulan dengan menggunakan proses penyimpulan logika dan penalaran.
5. Pengujian dan pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan[10]
Ilmu
Pengetahuan berkembang jadi bersifat dinamis. Aktivitas untuk perkembangan ilmu
antara lain dengan kajian/riset
(study, search, pursuit, inquiry, quest). Pembuktian kebenaran ilmiah dan
dinamika ilmu atau metode perkembangan ilmu yaitu dengan penelitian atau riset.
Contoh urutan riset adalah
sebagai berikut:
1.
Judul yang jelas berkaitan dengan riset.
2.
Rumusan masalah yang spesifik berkaitan dengan judul.
3.
Tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan masalah.
4.
Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan judul riset.
5.
Kerangka Teori yang berkaitan dengan Tinjauan Pustaka.
6.
Kerangka konsep riset.
7.
Rumusan hipotesis kerja.
8.
Rumusan definisi operasional riset.
9.
Rancangan metode riset yang terkendalikan.
10.
Kumpulan data (Rencana dan Pelaksanaan).
11.
Analisis data dan sintesis hingga menjadi pernyataan.
12.
Pembahasan.
13.
Simpulan pernyataan menjadi hasil riset yang dapat
dipertanggung jawabkan.
14.
Dibuat verifikasi hasil, saran dan ramalan ilmiah.
Metode ilmu pengetahuan harus berangkat dari permasalahan atau keraguan. Keraguan menunjukkan beberapa dimensi, yaitu bahwa kita tidak mengetaui sesuatu, bahwa kita memiliki hasrat untuk mengetahuinya, dan bahwa kita berusaha untuk menemukan kebenaran. Motivasi terdalam seorang ilmuwan adalah cinta akan pengetahuan teoretis, suatu motivasi yang membedakannya dari orang-orang lain yang mengontrol pekerjaan-pekerjaannya. Perhatiaannya pada pengetahuan teoretis akan membawa dia untuk memilih metode yang terbaik untuk mencapai pengetahuan itu.[11]
DAFTAR
PUSTAKA
Keraf, A. Sonny
dan Dua, Mikhael. Ilmu Pengethuan Sebuah
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Kanisius, 2001, 89.
Sahakian, William S. dan Sahakian, Mabel Lewis. Realism of Philosophy. Cambriedge, Mass.: Schenkman, 1965, 3.
Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 91.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 23.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, 119.
[2]Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 91.
[3]Jujun
S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2001), 119.
[4]Ibid.,
167.
[5]
Ibid., 175.
[6]Ibid.,
175.
[7]William
S. Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, Realism
of Philosophy (Cambriedge, Mass.:
Schenkman, 1965), 3.
[8]Surajiyo,
Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 23.
[9]Jujun,
Filsafat Ilmu, , 190.
[11]A.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu
Pengethuan Sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 89.
0 Comment