Filsafat ilmu
adalah suatu penyelidikan filosofis mengenai dasar – dasar pengetahuan ilmiah
dan cara bagaimana memperolehnya.Jadi untuk penyelidikan yang lebih mendalam.
Jika ilmuwan yang berbeda – beda menyelidiki
obyek dan problem khusus dari pada ilmunya, maka juga dimungkinkan untuk
menyelidiki sendiri lebih dalam kegiatan
ilmiah itu.
Ada berbagai
definisi tentang filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie ( 1991 ), dapat
dikutipkan sebagai berikut :
1.
Robert Ackermann : Filsafat ilmu adalah sebuah
tinjauan kritis tentang pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap pendapat –
pendapat masa lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran – ukuran
yang dikembangkan dari pendapat –
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu bukan suatu cabang ilmu yang bebas
dari praktek ilmiah senyatanya.
2.
Lewis White Beck :
Filsafat ilmu
mempertanyakan dan menilai metode – metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.
A. Cornelius Benyamin :
Filsafat ilmu
adalah telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode
–metodenya, konsep – konsepnya dan praanggapan – praanggapannya, serta letaknya
dalam kerangka umum dari cabang – cabang pengetahuan intelektual.
4.
Stephen R. Toulmin :
Filsafat ilmu mencoba menjelaskan unsure –
unsure yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah, prosedur – prosedur
pengamatan, pola – pola perbincangan, metode – metode penggantian dan
perhitungan, praanggapan – praanggapan metafisis, dan selanjutnya menilai
landasan – landasan bagi kesalahannya dari sudut – sudut logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika.
5.
May Brodbeck :
Filsafat ilmu adalah analisis yang netral
secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan –
landasan ilmu.
Pokok karya
filsafat ilmu yaitu menanyakan secara metodologis tentang asas -asas
yang menjadi pangkal berpijak ilmu untuk membenarkan tuntutannya sebagai
pengetahuan yang bersifat ilmiah. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dalam
lingkungan ilmu itu sendiri dan juga tidak dalam suatu refleksi ilmiah terhadap
ilmu. Untuk lebih mengetahui, ada baiknya perlu dibahas tentang ruang lingkup yang termasuk
dalam kajian filsafat ilmu.
1.
Ontologi
Ontologi adalah menjelaskan pertanyaan “apa”,
oleh karena itu, ontologi merupakan azaz dalam menetapkan batas ruang lingkup
wujud dan menjadi objek penelaahan searta penafsiran tentang hakikat realitas
(metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat itu, hakekat kebenaran
dan kenyataan yang menjadi satu kesatuan dengan pengetahuan tersebut. Pada
hakekatnya, antologi adalah usaha menjawab pertanyaan apakah yang ada? Bagaimana
dan dimanakah yang ada tersebut?.[1]
2.
Epistimologi
Jujun menjelaskan bahwa epistimologi adalah
cara mendapatkan pengetahuan yang benar. [2]Epistimologi
berusaha menjelaskan bagaimana membedakan sesuatu yang benar dan salah.
Verivikasi atau validitas kebenaran ini yang berusaha dijawab oleh
epistimologi.
3.
Aksiologi
Aksiologi dalam istilah filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari kaca mata ke-filsafat-an. Aksiologi meliputi nilai-nilai yang ditimbulkan dari ilmu pengetahuan tersebut, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau keyakinan itu.[3]
B.
Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ilmiah terdapat dua
paradigma penelitian yang sering digunakan, baik secara sendiri-sendiri, maupun
secara bersama-sama. Kedua paradigma penelitian itu adalah paradigma
kuantitatif, dan paradigma kualitatif. Kedua paradigma tersebut sering menjadi
perdebatan di kalangan para pakar, apakah keduanya itu paradigma atau jenis
atau pendekatan, atau bahkan metode dan teknik penelitian. Perbedaan itu semestinya
tidak berkepanjangan manakala kita melihatnya dari sudut pandang yang sama. Perbedaan
itu juga tidak akan semakin tajam manakala kita mengembalikannya pada akar
filosofis yang menjadi landasannya, sedangkan paradigma kualitatif pada umumnya berlandaskan pada filosofi
fenomenologik Edmund Husserl.
Secara
terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science researct atau
method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya Ilmu yang
menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari
bahasa inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search
(pencarian, pengajaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka
research berarti berulang melakukan pencarian.Metodologi penelitian bermakna
seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang
pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa,
diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.[4]
1.
Kualitatif
a.
Pengertian
Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan sekaligus dari
perilaku-perilaku yang dapat diamati. Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristiwa.[5] beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu
penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis
simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago School, fenomenologik,
studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (Bogdan dan Biklen dalam
Moleong, 1995: 2)[6].
Jadi dalam
pengertian ini penelitian kualitatif merupakan pengamatan yang ada kaitannya
dengan kondisi sosial didalam masyarakat. Baik kepincangan sosial, kekerasan,
tindak kriminal dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan kehidupan
sosial.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mengetahui aktualitas, realitas
sosial dan persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat
diungkap melalui penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Para peneliti kualitatif meyakini bahwa
untuk memahami gejala sosial yang paling tepat adalah apabila mereka mampu
memperoleh fakta pendukung yang sumbernya berasal dari persepsi dan ungkapan
dari para pelaku itu sendiri.
Penelitian kualitatif juga berusaha untuk menampilkan “sebuah episode
kehidupan” yang didokumentasikan dalam setting (latar) yang alami,
yang menggambarkan sesuatu: sedekat mungkin sama dengan keadaan senyatanya; bagaimana
orang merasakan apa yang mereka ketahui; dan apa yang mereka lakukan, mereka
percayai, dan menjadi bagian hidup mereka.[7]
b.
Ciri-ciri Kualitatif
Ada beberapa ciri yang dapat diungkap dan diuraikan disini mengenai penelitian
kualitatif, yaitu:
1)
Berhubungan dengan sejarah, yang bertujuan
untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dengan mengumpulkan, menilai,
memferivikasi dan mensintesiskan bukti untuk mnetapkan fakta dan mencapai
konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis
tertentu.[8]
2)
Bergantung pada kemampuan peneliti dalam
mempergunakan instrumen (alat) yang tidak merubah situasi sewajarnya, menjadi
situasi yang berbeda dari yang berlangsung sehari-hari dilingkungan sumber
datanya.
3)
Bersifat deskriptif, yang dipergunakan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat
4)
Dalam penelitian kualitatif, baik proses
maupun hasilnya sama pentingnya. Proses penelitian penting artinya dalam
memberikan keyakinan pada tingkat validitas, reliabelitas dan obyektivitas
hasil penelitian. Sedang hasil penelitian penting artinya dilihat dari bobotnya
dalam pengembangan disiplin ilmu atau kemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
Hasil yang berbobot hanya akan diperoleh melalui proses penelitian yang dapat
dipercaya.
5)
Analisis data dilakukan secara induktif.
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari
fakta empiris.
6)
Bersifat menyeluruh, Penelitian kualitatif
memandang bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting daripada
satu-satu bagian.[9]
Artinya data yang ada disekitar baik yang sudah terkumpul ataupun yang belum
semuanya adalah informasi (data) yang tak bisa begitu saja diabaikan salah
satunya dari beberapa data yang mungkin dianggap lebih penting. Sebab antara
satu data dengan data lainnya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan.
Beberapa
karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1995: 27-30)
adalah:
1)
Penelitian kualitatif memiliki setting
(latar) alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti merupakan instrumen
kunci.
2)
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif
3)
Peneliti kualitatif lebih memberikan perhatian
pada proses daripada hasil.
4) Peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif
5) “Makna” merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif.
Kalau kita
mencoba untuk menoleh kebelakang, sebenarnya banyak penulis yang melacak asal
usul metode kualitatif bahwa itu bermula dari kajian Frederick LePlay tentang
keluarga-keluarga dan masyarakat Eropa pada abad 19. Beberapa penulis
sebenarnya berargumentasi bahwa riset LePlay merupakan permulaan dari sebuah
riset sosiologi yang ilmiah.[10] Hanya saja ini tidak terlalu penting untuk
dibahas. Sebab yang lebih utama adalah pemahaman dan sekaligus penerapan atau
aplikasi dari metode yang sudah ada. Walaupun sejarah itu juga penting untuk
diketahui. Akan tetapi bukan berarti hal ini mau menafikan historis dari
penelitian kualitatif itu sendiri.
2.
KUANTITATIF
a.
Pengertian
Paradigma kuantitatif berlandaskan pada filosofi positivistik Auguste Comte, yang
mencoba menerapkan metodologi penelitian yang lazim dilakukan dalam ilmu-ilmu
pengetahuan alam ke dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Yang menolak metaphisik
dan teologik. Atau setidaknya mendudukkan metaphisik dan teologik
sebagai sesuatu yang primitif.[11]
Pengertian
dari penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan apa yang
ingin kita ketahui. Pada umumnya penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan juga
sebagai penelitian deskriptif.[12]
Maka penelitian ini bisa dikatakan hanya sekedar pendeskripsian (pemaparan)
persoalan yang diteliti. Dan biasanya penelitian seperti ini pemaparannya
dengan menggunakan angka-angka. Tidak dengan cara filosofis atau penalaran,
tetapi dengan memakai angka statistik yang nampak begitu gamblang dipaparkan.
Sehingga orang yang membaca hasil penelitian tersebut mudah untuk memahaminya.
Kuantitatif
juga bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan
antara kenyataan sosial. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah
teori yang ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti empiris atau
tidak. Dengan demikian, proses penelitiannya mengikuti proses berpikir
deduktif, yakni diawali dengan penentuan konsep yang abstrak berupa teori yang
masih umum sifatnya kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan bukti-bukti atau
kenyataan khusus untuk pengujian. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, ia
kemudian diambil suatu kesimpulan.
Tujuan pokok
dari metodologi Kuantitatif itu bukan menjelaskan suatu persoalan, akan tetapi
sebagai upaya generalisasi, yaitu suatu pernyataan kebenaran yang terjadi
didalam suatu realitas tentang suatu masalah yang diperkirakan akan berlaku
pada suatu populasi tertentu. Penelitian ini adalah dengan cara mengambil
sebagian dari obyek untuk diteliti dan kemudian kesimpulan dari data itu
dianggap berlaku untuk semua obyek penelitian dalam suatu komunitas tertentu.
Kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang
hubungan antara kenyataan sosial.[13]
Hanya saja yang perlu digaris bawahi adalah bahwa rancangan atau konsep itu
telah dibuat sebelumnya dan segala sesuatu yang ada dilapangan harus juga
disesuaikan dengan apa yang menjadi konsep tersebut.
Dalam
penelitian kuantitatif, prosedur dan langkah-langkah, misalnya teknik pemilihan
subyek yang akan dilibatkan, penetapan instrumen yang akan digunakan dalam
pengumpulan data, serta teknik analisis data yang akan dikumpulkan secara
detail telah ditetapkan terlebih dahulu oleh seorang peneliti sebelum
pelaksanaannya. Dengan demikian, dalam tahap pelaksanaannnya peneliti tersebut
hanya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan tersebut secara konsisten.[14]
Apapun yang terjadi dilapangan harus tetap disesuaikan dengan apa yang sudah
menjadi rancangan semula. Obyek harus dipaksa dan diintimidasi bagaimanapun
caranya supaya sesuai dengan konsep yang ditetapkan semula.
Sebelum
dilakukan pengumpulan data, peneliti yang menggunakan metode kuantitatif harus
membuat beberapa keputusan sebagai tahap awal untuk menentukan desain
penelitiannya. Tahapan tersebut dilakukan dalam dua langkah sebagai proses
penalaran deduktif.
1)
Peneliti harus menentukan konstrak. Karena
masih bersifat abstrak konstrak tersebut kemudian dijabarkan kedalam konsep
yang kurang abstrak dengan cara memilih variabel yang secara logis dideduksi
untuk mencerminkan konstrak.
2)
Peneliti memilih amatan-amatan (observations)
yang secara deduktif dapat dihubungkan dengan variabel.[15]
Yang menjadi kekhawatiran adalah amatan tersebut tidak sesuai denan variabel
yang telah dipilih. Maka tidak jarang, jika hal ini terjadi, setelah penelitian
selesai dilaksanakan hasilnya tidak begitu mendalam. Dan hanya berkisar pada
persoalan-persoalan kulitnya saja. Sehingga jika keadaannya sudah demikian
adanya, maka yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah fungsi dari sebuah
penelitian? Padahal penelitian itu salah satu fungsinya adalah untuk merubah suatu
keadaan kepada yang lebih baik dari sebelumnya.
Pendekatan
Penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hopotetiko
verifikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan berpikir deduktif[16]
untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian dilapangan. Kesimpulan
atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan demikian
penelitian kuantitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran
empiris. Peneliti kuantitatif merasa mengetahui apa yang tidak diketahui
sehingga desain yang dikembangkannya selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat
apriori dan definitif.[17]
Metode
penelitian kuantitatif biasanya menggunakan angket dalam pelaksanaan atau
penggalian datanya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah cara atau
langkah-langkah untuk memilih individu-individu yang akan dijadikan informan.
Sebab sangat tidak mungkin sekali kalau semua personal akan dilibatkan secara
langsung sebagai informan. Dalam menentukan hal itu ada cara-cara yang sudah
ditetapkan. Dan yang terpilih untuk menjadi informan itulah yang biasa disebut
dengan sampel penelitian yang mewakili semuanya.
b.
Ciri-ciri
Ciri-ciri dari
penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
1)
Diolah dengan menggunakan rumus-rumus
statistik. Sebagaimana telah dijelaskan
diatas. Dalam penelitian kuantitatif memang biasa menggunakan rumus statistik
sebagai ciri khas yang dimilikinya. Dan dengan seperti itu metode penelitian
ini secara otomatis akan mempergunakan angka-angka. Walaupun tidak berarti
penelitian kuantitatif adalah metode yang penghitungannya menggunakan angka.
Itu hanya suatu kebiasaan saja.
2)
Landasan berfikir dari penelitian ini dengan
menggunakan logika deduktif.
3) Metodologi penelitian kuantitatif membatasi sejumlah tata fikir logik tertentu, yaitu: korelasi, kausalitas, dan interaktif.[18] Tidak bebas seperti tata fikir yang yang ada dalam kualitatif. Dalam kuantitatif penggunaan tata fikir itu terbatas dan terbatas hanya pada yang tiga tersebut.
C.
Relevansi Filsafat Ilmu dan Metodelogi
Penelitian
Berangkat dari
tujuan filsafat ilmu, sebagai proses pemahaman total terhadap lahir dan
berkembangnya ilmu pengetahuan di berbagai macam bidang[19],
metodelogi penelitian memainkan peran signifikannya yang bekerja beriringan
dengan filsafat ilmu.
Dalam ranah
ontologi, metode penelitian berperan dalam beberapa hal berikut :
1. Membahas apa yang ingin diketahui.
2. Suatu pengkajian mengenai teori tentang
ada.
3. Objek yang di telaah Ilmu adalah sesuatu
yang berberada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang di uji indra manusia yang berorientasi empiris.
4. saat proses penelitian menggunakan metode Kuantitatif dan kualitatif.
Ketika
memasuki ranah epistimologi, kebersamaan antara filsafat ilmu dan metodelogi
penelitian tampak dalam hal berikut :
1. Membahas
secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh
pengetahuan
2.
Ilmu pengetahuan diperoleh melalui proses
metode.
3.
Hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir
yang dilakukan dengan sifat terbuka dan menjunjung tinggi kebenaran diatas
segala-galanya.
Selanjutnya
pada tahapan aksiologi, sumbangsih metodelogi penelitian dapat terlihat pada :
1.
Membahas tentang manfaat yang di peroleh
manusia dari pengetahuan yang didapatkanya.
2.
Analisa tentang penerapan hasil-hasil temuan
Ilmu pengetahuan
Dari paparan singkat di atas telihat relevansi antara filsafat ilmu dan metodelogi penelitian dalam rangka mencari kebenaran ilmiah.
BAB III
Kesimpulan
Sebagai penutup dari makalah ini,
ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari paparan di atas.
1.
Fisafat ilmu adalah suatu ilmu yang membahas
dan mengavaluasi metode-metode pemikiran ilmiah secara keseluruahan.
2.
Metodelogi penelitian adalah seperangkat
pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data
yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil
kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metodelogi penelitian
tebagi menjadi dua, (1) kualitatif, dan (2) kuantitatif.
3.
Filsafat ilmu dan metodelogi penelitian
memiliki peran besar dalam rangka menghasilkan ilmu pengetahuan – ilmu
pengatahuan baru. Hal tersebut dapat dilihat dari tahapan-tahapan filsafat ilmu
dan metodelogi penelitian yang saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Daftar Pustaka
A. Strauss dan J. Corbin,
Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Lagkah dan Teknik-teknik Teoritisasi
Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003.
Bachtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pres, 2010.
Bachtiar,Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu dakwa. Jakarta: Perpustakaan
Nasional 1997
Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002.
Muhadjir,Noeng. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1998.
S. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta, 1997.
Zainudin, M. Filsafat ilmu Prespektif Pemikiran
Islam. Lintas Pustaka, tt
www.bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2005/93/93-3-Summary_Artikel3_Kel93.pdf.
[1] M. Zainudin, Filsafat ilmu Prespektif
Pemikiran Islam (Lintas Pustaka, tt), 24
[2] Ibid, 25
[3] Ibid, 34
[4] Wardi
Bachtiar, Metodologi
Penelitian Ilmu dakwa (Jakarta : Perpustakaan
Nasional 1997), 1
[5] S. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan (Jakarta; Rineka Cipta, 1997),36
[7] A.
Strauss dan J. Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Lagkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003),
13-14
[8] M.
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya,
(Jakarta; Ghalia Indonesia, 2002), 22
[9] Margono, Metodologi Penelit... 38-42
[10]
A. Strauss dan J. Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualit... 23.
[11]
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta;
Bayu Indra Grafika, 1998), hlm. 7-8
[12]
Margono, Metod. Penelitian... 106
[13] Ibnu Hadjar, Dasar-dasar... 34
[14] Ibid, 34-35.
[15] Ibid, 50
[16] Deduktif adalah bersifat deduksi yang
artinya penarikan kesimpulan dari yang berbentuk umum ke bentuk khusus, dimana
kesimpulan itu dengan sendirinya muncul dari satu atau beberapa premis.
[17] Margono, Metod. Penelit……, 35
[18] Noeng Muhadjir, Metodologi ………….,
hlm. 8
[19] Amsal Bachtiar, Filsafat Ilmu
(Jakarta: Rajawali Pres, 2010), 20
0 Comment