A.
Pengertian Matsal
Pengertian Matsal menurut etimologi
Hasan Zaini dan Radhiatul Hasnah mengutip
pendapat Lois Ma’luf mengatakan bahwa مثل - يمثل yang berarti
صار مثله
(sama dengannya).[1]
Kata amtsal adalah bentuk jamak dari matsal.
Adalah kata matsal, mitsl dan matsil serupa dengan syabah,
syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya amtsal dalam
sastra.[2]
Matsal yang berarti juga perumpamaan, ibarat, tamsil, contoh ibrah,
dan sebagainya.[3]
Pengertian Matsal menurut
terminologi
Matsal adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang
lain, demi tujuan yang sama, yaitu pengisah menyerupai sesuatu dengan aslinya.
Contohnya: ‘rubba rumiyah min ghairi ramin”, maksudnya berapa banyak
musibah diakibatkan oleh kesalahan pemanah. Orang yang pertama mengatakan
seperti ini adalah Hakam bin Yanguts al-Naqri, membuat perumpamaan orang yang
salah dengan musibah walaupun kadang-kadang benar.[4]
Matsal juga digunakan untuk
mengungkapkan suatu keadaan dan kisah yang menakjubkan. Dengan makna inilah
lafazh matsal ditafsirkan dalam bannyak ayat seperti :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
Artinya : (Apakah)
perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan
diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.( Q.S.Muhammad : 15 )
Kata
matsal
yang terdapat di awal ayat ini mendiskripsikan keadaan surga yang sangat
mengagumkan, di mana keadaan penghuninya tidak mungkin sama denga penghuni
neraka.
1. Menurut istilah ulama ahli Adab, Matsal adalah ucapan yang banyak
menyamakan keadaan sesuatu yang menceritakan dengan sesuatu yang dituju.[5]
2. Menurut istilah ulama ahli Bayan Matsal adalah ungkapan majaz yang
disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah
disebut tasybih.[6]
3. Menurut ulama Tafsir Matsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan
yang indah, singkat dan manarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih
maupun majaz mursal.[7]
B.
Macam-macam Matsal
Menurut Manna’ al-Qaththan Matsal di dalam Al-Qur’an ada tiga macam, Amtsal
Musharrahah,Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah.
1. Amtsal musharrahah (
الامثال المصرحة) maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafazh Matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan).[8]
Amtsal ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an,
seperti :
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
“Allah telah menurunkan
air (hujan) dari langit , maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih
itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang member
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan.”(Q.S.ar
Ra’d :17)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan dua
perumpamaan yaitu ماء (air) dan النار(api) bagi yang hak dan yang batil. Wahyu
yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air yang turun untuk
menghidupkan bumi dan hati diumpamakan seperti lembah. Air yang mengaliri
lembah membawa buih dan sampah. Begitu pula hidayah yang melewati hati manusia
akan berpengaruh terhadap nafsu dengan menghilangkan. Inilah matsal /
perumpamaan ماء (air). Adapun perumpamaan النار (api) terlihat pada ومما
يوقدون apabila badan dipanaskan, kulitnya akan
terkelupas sehingga akan menghilangkan karat dan kotoran yang melekat padanya.
Begitu pula nafsu yang akan dibuang oleh hati seorang mukmin sebagaimana arus
air yang menghayutkan buih dan sampah atau api yang menghilangkan karat logam.
2. Amtsal Kaminah ( الامثال
الكامنة) , yaitu amtsal yang
tidak menyebutkan dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan tetapi
kalimat itu mengandung makna yang indah, singkat, padat dan menarik,[9]
seperti :
1. Menyerupai ungkapan
“ sebaik-baik perkara adalah tidak berlebih-lebihan, adil dan seimbang.”yaitu :
firman Allah tentang sapi betina : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak
muda, pertengahan diantara itu..”(al-Baqarah : 68)
2. Menyerupai ungkapan
“ apa yang engkau lakukan terhadap orang lain, begitu pula engkau akan
diperlakukan oleh orang lain” yaitu : firman Allah, “ barangsiapa mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
3.
Menyerupai ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk lubang yang sama untuk kedua
kalinya.” Yaitu Firman Allah. melalui lisan ya’kub: “bagaimana aku
mempercayakannya (bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan
saudaranya (yusuf) kepadamu dahulu.” (yusuf : 12-64)
3. Amtsal Mursalah ( الامثال المرسلة)
yaitu kalimat-kalimat dalam Al-Qur’an yang disebut secara lepas atau bebas
tanpa penggunaan lafazh tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu
berlaku sebagai matsal,[10]
seperti :
Firman Allah : “Tiap-tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S.al-Mudatsir : 38)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal
ia amat baik bagimu” (Q.S.al-Baqarah: 216)
“Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”(Q.S al-Hajj:73)
C.
Peranan Matsal dalam memahami Al-Qur’an
Menurut Manna al-Qaththan manfaat Matsal dalam memahami Al-Qur’an
diantaranya :[11]
1.
Menampilkan sesuatu yang ma’qul (rasional) dalam
bentuk konkrit yang dapat dirasakan indera manusia, sehingga akal mudah
menerimanya. Sebab pengertian-pengertian abstrak tidak akan bertahan dalam
benak kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan
pemahaman. Misalnya Allah membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang
menafkahkan hartanya secara riya’ bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala
sedikitpun dari perbuatannya itu.
“Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadi lah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan.” (Q.S.al-Baqarah : 264)
2.
Mengungkapkan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak
tampak seakan-akan sesuatu yang tampak, misalnya:
Orang-orang yang makan
(mengambil) riba. tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Q.S.al-Baqarah : 275)
3.
Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu
ungkapan yang padat, seperti amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat
di atas.
4.
Mendorong orang yang diberi Matsal untuk berbuat sesuai dengan isi Matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya
Allah membuat Matsal bagi keadaan
orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, di mana hal itu akan memberikan
kepadanya kebaikan yang banyak. Allah berfirman :
Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Q.S.al-Baqarah : 261)
5.
Menjauhkan dan mennghindarkan, jika isi matsal
berupa sesuatu yang dibenci jiwa, misalnya tentang larangan bergunjing,
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. “(Q.S.al-Hujurat : 12).
6.
Untuk memuji orang yang diberi Matsal, seperti firman-Nya tentang para
sahabat,
“Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (Q.S.al-fath : 29)
7.
Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat
yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya Matsal tentang keadaaan orang yang dikarunia Kitabullah tetapi ia
tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya, dalam ayat :
Dan bacakanlah kepada
mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.(Q.S.al-A’raf : 175 –
176).
8.
Matsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif
dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih
dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut Matsal
dalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman :
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.(Q.S.az-Zumar : 27)
Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu. (Q.S.al-Ankabut ; 43)
D.
Implementasi Matsal dalam Kehidupan / Pergaulan
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia dapat mengimplementasikan matsal diantaranya.[12]
:
1.
Dapat mengungkapkan makna yang indah, bagus dan
menarik dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat sehingga mendorong seorang
bertutur kata yang baik dalam pergaulannya.
2. Mendorong agar giat dan rajin beramal dan melakukan hal-hal yang menarik dalam Al-Qur’an.
Menghindarkan dan menjauhkan dari perbuatan tercela
👉WAHYU DAN RUANGLINGKUPNYA
👉NUZUL AL-QUR’AN DAN PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI
👉PENGUMPULAN AL QUR’AN PADA MASA KHULAFA AL RASYIDIN
👉EJAAN ATAU RASM AL-QUR’AN
👉I’JAZUL QURAN
👉NASAKH dan MANSUKH
👉AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
👉AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYYAH
👉HURUF dan QIRAAT TUJUH
👉ASBABUN NUZUL QUR'AN
👉SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN
👉PEMBUKA-PEMBUKA SURAT DALAM ALQURAN
👉PERUMPAMAAN DALAM AL-QUR’AN
👉KISAH KISAH DALAM AL-QUR’AN
👉KISAH KISAH DALAM AL-QUR’AN
[1]Hasan
Zaini dan Radhiatul Hasnah , ‘Ulumul Qur’an, (Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2010), h. 208
[2]Manna’
al-Qaththan , Pengantar Studi Ilmu
al-Qur’an, diterjemahkan oleh Aunar Rafiq el-Mazni , (Jakarta :
Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 353
[3]Shalahuddin
Hamid, Study Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT.Intimedia Ciptanusantara), h.
316
[4] Manna’
al-Qaththan , Op.Cit, h. 354
[5]Ahmad
Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul
Quran II, (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2000), h. 35
[6]Ibid
[7]Ibid
[8] Manna’
al-Qaththan ,Op.Cit, h. 356
[9]Ibid,
h. 358
[10]Ibid,
h. 359
[11] Manna’
al-Qaththan ,Op.Cit, h. 361
[12]M.Shalahuddin
Hamid, Study Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT.Intimedia Ciptanusantara,
2002), h. 230
0 Comment