PANDANGAN FILSAFAT DAKWAH TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
A. Pendahuluan
Berbicara tentang ruang lingkup tentang pembahasan filsafat dakwah sebenarnya dapat dirangkum dalam tiga kategori, pertama ontology, yaitu pembahasan tentang wujud (universal) termasuk di dalamnya kajian tentang asal manusia, proses kejadian dan tujuan akhir dari kehidupannya. Kedua, epistimologi yaitu kajian terhadap sumber pengetahuan serta alat yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan itu. Dan ketiga, aksiologi yaitu pembahasan tentang norma-norma yang dipakai untuk mengukur benar dan salahnya pikiran dan tingkah laku seorang. Tiga kategori ini pada akhirnya memasuki hampir keseluruhan keilmuan termasuk keilmuan Islam.
Tentang pandangan filsafat terhadap dakwah, Al-Kindi berpendapat sebagai mana yang dikutip oleh Salmadanis dalam bukunya Filsafat Dakwah, yang mengatakan bahwa “filsafat adalah suatu kebutuhan bagi manusia, bukan suatu kemewahan”. Selanjutnya ia mengatakan kepada orang yang fanatik tersebut bahwa mereka harus mengatakan “berfilsafat itu perlu atau tidak perlu”. Jika berfilsafat itu perlu, maka mereka harus memberikan alasan dan argumen untuk membuktikannya. Padahal memberikan alasan dan argument tersebut mereka sesungguhnya mereka telah berfilsafat.
B.
Pengertian epistimologi
Epistomologi berasal bahasa Inggris
yaitu epistemology. Dalam perbincangan filsafat epistemologi diartikan
sebagai cara mendapatkan sesuatu, dalam hal ini epistimologi secara umum adalah
sumber atau teori pengetahuan didapatkan dari hasil rasionalis manusia
berdasarkan data. Sedangkan epistemologi bahwa teori pengetahuan didapatkan
dari teks atau wahyu dan pemikiran manusia dalam aspek tradisi yang mensejarah.
Jelasnya bahwa fa'il subjek atau sumber ilmu dalam Islam adalh Allah sebagai
mana yang terdapat dalm surat Al-Baqarah ayat 33 yang berbunyi
tA$s% ãPy$t«¯»t Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ
Allah berfirman:''Hai Adam,beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.''maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,Allah berfirman:''bukanlah sudah Ku katakana kepadamu,bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?''
Berdasakan hal di atas, dalam perspektif Islam epistimologi dakwah adalah sekumpulan pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan pemikiran rasional muslim sepanjang sejarah dengan ini dakwah memilki kekayaan epistemik. Pengetahuan merupakan suatu proses tindakan manusia dengan melibatkan seluruh keyakinan yang berupa kesadaran dalam menghadapi objek yang dikenalnya. Jelasnya, bahwa pengetahuan adalah hasil dari proses mengenal karena adanya hubungan antara subjek yang sadar dengan objek yang ingin dikenalnya lebih dekat lagi. Secara keilmuan, epsitemologi mempunyai kedudukan yang sesungguhnya jauh lebih mendasar, yakni merupakan batas-batas dan basis kesahihan pengetahuan dari akarnya sampai dengan melewati dimensi fisiknya. Sebagai cabang dalm filsafat, epistemologi secara khusus membahas tentang teori ilmu pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme dan logos. Episteme biasa diartikan sebagai pengetahuan atau kebenaran, sedangkan logos diartikan sebagai pikiran, atau teori. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan pula sebagai teori pengetahuan yang lazim dalam bahasa Indonesia disebut sebagai cabang dari filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian struktur, model dan validitas pengetahuan.
1.
Teori tentang epistemologi
Dalam teori epistemologi dikenal
beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab pertanyan bagaimana
manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama, golongan yang
mengemukakan, asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran,
a. Rasionalisme, mengemukakan bahwa sumber pengetahuan
manusia ialah pikiran,rasio, dan jiwa.
b. Empirisme, mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia
berasal dari pengalaman manusia sendiri, melalui dunia luar yang ditangkap oleh
panca inderanya.
c. Kritisme
(trandensentalisme), yaitu aliran berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu
didapatkan dari luar jiwa atau pikiran manusia itu sendiri.
Kedua,
golongan yang mengemukakan hakekat pengetahuan adalah inklusif, di antara
aliran yang demikian adalah:
a. Realisme,
yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang
baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam pengetahuan yang baik dan tepat tentang
kebenaran. Dalam pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti
sesungguhnya.
b. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan hanyalah kejadian dan jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang
diketahui manusia semuanya terletak di luar dirinya.
Ketiga, teori
epistemology menurut para filasuf Islam. Para filasuf Islam mempunyai beberapa
pendapat yang beragam tentang teori epistemology. Di antara para filasuf
tersebut adalah 1) al-Ghazali. Ia
berpendapat bahwa epistemologi atau atau sumber dari ilmu adalah rasio dan
intuisi. Atau juga dengan istilah ilmu muamalah yang bersumber dari usaha
insyaniyah (Q.S. al-Maidah : 31 dan juga hadis yang diriwayatkan oleh muslim
"Bahwa nabi melewati suatu kaum seang mengawinkan pohon kurma. Beliau
bersabda: sekiranya tidak berbuat demikian, niscaya pohon itu akan, beliau
mengeluarkan sebuah kurma yang baru kemudian melewati mereka seraya berkata:
mengapa kurma kalian ini Mereka menjawab: Anu,… beliau bersabda kalian lebih
mengetahui urusan duniamu yang terkait dengan proses penyilangan pohon kurma
dengan proses triel anda eror) dan ilmu mukasayafah yang bersumber dari
lilahiyah. (Q.S. An-Nisa' 1113). Ibn Bajjah, melahirkan teori epistemology yang
dikenal dengan teori al-Ittishal, denmgan tesis bahwa sumber ilmu pengetahuan
adalah kekuatan rasio manusia. Ibn Tufail berpendapat bawha ada dua jalan untuk
dapat mencapai pada objek pengetahuan. Jalan pertama melalui wahyu dan jalan
kedua melalui rasio. Agaknya teori Ibnu Tufail sangat terkait dengan pencapaian
objek pengetahuan yang tinggi yaitu Allah SWT.
Dari pengertian epistemology dan berbagai aliran tersebut, hakekat epistemology adalah mempertanyakan dari mana sumber ilmu pengetahuan, bagaimana cara mendapatkan dan pendekatan apa yang dipakai untuk mendasar adalah dari mana sumber ilmu dakwah didapatkan, bagaimana cara mendapatkanya, dan pendekatan apa yang dapat dipakai untuk pengembangan keilmuwan dakwah.
2.
Epistomologi ilmun dakwah
a)
Sumber Ilmu Dakwah, Sumber ilmu dakwah meliputi: Nash
atau otoritas suci yaitu al-Qur'an dan Hadis, Ijma' (otoritas salaf) dan
realitas (alam dan realitas social kemanusiaan). Otoritas suci adalah sumber
ilmu dakwah secara normative yang tidak berubah, dan realitas adalah sumber
ilmu dakwah yang sifatnya berubah-rubah.
Al-Qur'an dengan posisinya sebagai fitnah Munazalah,
semenjak diturunkan, sekarang dan dimasa yang akan dating, selalu menjadi
sumber rujukan dan inspirasi dakwah. Pernyataan ini diperkuat dengan beberapa
bukti dan argumen, baik secara normative dan empirik, dengan bukti sebagai
berikut:
- keberatan Al-Qur'an sebagai wahyu atau firman Allah
mempunyai cirri khas mutlak dan universal sehingga nilai keberlakukannya tidak
terbatas oleh dimensi ruang dan waktu.
- Al-Qur'an sebagai sumber ilmu dakwah banyak menurut dan
mmeperkenalkan istilah-istilah dakwah.
- Kandungan Al-Qur'an banyak memuat pesan moral tentang
dakwah, yaitu upaya seruan, bimbingan, pengorganisasian dan penataan dan tujuh
menuju kebenaran dan kesejahteraan social
- Sejarah telah membuktikan bahwa al-qur'an mampu menjadi
motivasi dan ispirasi perubahan manusia dari kondisi yang kurang baik menjadi
suatu kondisi publik dan domestic yang lebih baik.
- Al-Qur'an melahirkan sebuah ajaran, masyarakat, pranatan
social kebudayaan dan peradaban baru.
Tegasnya al-Qur'an adalah sumber ilmu dakwah, disana
terkandung esensis dakwah, petunjuk bagaimana cara atau metode mendapatkan
keilmuwan dakwah dan tujuan atau guna laksana keilmuwan dakwah. Al-Qur'an
banyak menyentuh banyak aspek yang berkaitan dengan kebutuhan dan kewajiban
manusia untuk berdakwah. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa Al-Qur'an
merupakan sumber inspirasi dakwah. Al-Qur'an mengintrodusir wacana itu dan
menjelaskan segala sesuatu yang berkenan tentang dakwah. Dalam perspekif
Sukridai samabasa, al-Qura adalah kitab dakwah yang juga merupakan pesan dakwah
Allah sebab Allah menjelaskan eksistensi dirinya melalui dakwah. Al-Qur'an
menjelaskan secara eksplisit adanya aktivitas dakwah sebagai bagian yang
diperintahkan.
b) Cara atau metode mendapatkan ilmu dakwah
1) Melalui cara pengetahuan bayani atau disebut juga dengan
(Expalanatory). Secara etimologis, mempunyai pengertian, penjelasan dan
pernyataan. Secara terminologis, bayani berarti pola piker yang bersumber pada
nash, ijma' dan ijtihad. Epistemology bayani merupakan studi filosofis terhadap
struktur pengetahuan yang menempatkan teks wahyu sebagai suatu kebenaran
mutlak. Sedangkan akal hanya menempatkan tingkat kedua dan sifatnya menjelaskan
teks yang dimaksud. Teks atau naskah al-Qur'an merupakan sumber utama sebagi
tolak ukur dari seluruh kegiatan dakwah Islam yang dilakukan para da'i..
Jelasnya, epistemologi bayani merupakan salah satu cara mendapatkan ilmu dakwah
dari sumbernya merupakan salah satu cara mendapatkan ilmu dakwah dari
sumbernya.
2) Melalui atau dengan pengetahuan burhani, atau juga
disebut epistemology burhani, atau epistemologi demontratif. Demontratif secara
bahasa adalah argumentasi yang jelas. Sedangkan secara istilah demontratif
adalah aktivitas intelektual untuk menetapkan kebenaran proposisi dengan metode
induktif, yakni dengan cara mengkaitkan posisi lainnya yang bersifat aksiomatik
atau setiap aktivitas intelektual untuk menetapkan kebenaran suatu proposisi.
Burhani membangun pengetahuan dan visinya atas dasar potensi bawaan manusia,
yakni kemampuan melakukan proses penginderaan, eksperimentasi atau
konseptualisasi. Metode ini pertama kali dikembangkan di Yunani melalui proses
panjang dan punjaknya pada Aristoteles. Metode ini, biasa disebut dengan
analisis, yaitu menguraikan ilmu atas dasar prinsip-prinsipnya.
c)
Pendekatan (approach) untuk pengembangan ilmu Dakwah
Ada
beberapa alasan tentang pendekatan yang dicapai untuk pengembangan keilmuwan
dakwah:
1)
kajian Islamic studies termasuk ilmu dakwah harus
berinteraksi sorganik dengan studi ilmu-ilmu social dan harmaniora. Akan tetapi
hubungan tersebut hanya sebatas antara studi keilmuwan Islam dan ilmu Bnatu,
dan belum memanfaatkan secara maksimal metodologi dan pendekatan penelitian
keilmuwan tersebut.
2)
Idealnya PTAIN/PTAIS menjadi pusat-pusat studi keislaman
kritis, (a critical Islamic studies) yang mampu menggabungkan dan mengembangkan
disiplin keilmuan tersebut akan memperkkuat profesionalitas alumni perguruan
Tinggi Islam dan memperkokoh basis akademiknya
Ilmu dakwah mempunyai beberapa pendekatan di antaranya:
bahasa, filsafat, psikologi, komunikasi, sosiologi, antropologi dan hal yang
berkaitan dengan ilmu Bantu sejauh dibenarkan secara etika akademik. Pada
tataran ini pendekatan yang dimaksud lebih kepada sejauh mana tingkat kebenaran
ilmu itu. Sehingga dari sini diharapkan keilmuan dakwah mampu menghadapi
berbagai perubahan masyarakat yang didasarkan pada dinamika ilmu dakwah itu
sendiri.
Berkaitan dengan beberapa pendekatan perlu dijelaskan
disini bahwa ilmu-ilmu di atas mempunyai kesamaan atau problematika yang sama
dengan dakwah. Singkatnya penggunaan pendekatan tersebut disebabkan karena
ilmu-ilmu tersebut memiliki objek yang sama dan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan persoalan dakwah, tegasnya mmepunyai persoalan serupa, yaitu
persoalan manusia, manusia masa lalu dan masa kini, manusia secara individu
ataupun sosial.
Perlu dijelaskan bahwa penelitian keagamaan telah banyak dilakukan dengan pendekatan penelitian social khususnya dengan menggunakan penelitian antropologi. Ada berbagai persoalan yang muncul dalam menggunakan pendekatan antropologi untuk studi agama. Persoalan tersebut berkaitan dengan pertanyaan mendasar bagaimanakah sebenarnya antropologi memandang agama? Sehingga pendekatan bias dipakai dalam penelitian agama. Antropologi adalah ilmu yang menekankan kegiatan akademisnya dengan mempelajari manusia dan kebudayaannya. Jadi, focus perhatian antropologi adalah kebudayaan dan manusia dimana manusia dijadikan sebagai subjek bukan objek. Penelitian antropologi apalagi dengan corak etnografi belum lama dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan, walaupun ada sejumlah relative belum banyak.
C.
Ontology
Ontologyi cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Atau pembahasan tentang hakikat wujud (Universal) termasuk didalamnya kajian tentang asal manusia proses kejadian dan tujuan akhir dari kehidupan.
D.
Aksiology
Aksiologi yaitu pembahasan tentang norma-norma yang dipakai untuk mngukur benar atau salahnya pikiran dan tingkah laku seseorang.
E.
Metode Mendapat Ilmu
Pada dasarnya manusia tidak pernah
merasa puas, ia ingin memenuhi apa yang ia inginkan. Keinginan inilah yang
pernah berhenti pada satu titik dapat satu ini dua dari dua ingin tiga dan
seterusnya. Manusia selalu berusaha ingin mendapatkan yang terbaik dan terbaik
inilah yang juga tidak mau berhenti pada satu titik karena itu ia selalu
mengadakan inovasi-inovasi dari segala aspek kehidupan. Pada hakikatnya ilmu
pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia hasrat
ingin tahu ini timbul oleh berbagai sebab dan banyak aspek yang mendorongnya
namun keingintahuannya itu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan maka manusia bisa
menempuh jalan dengan cara antara lain :
1. Penemuan Secara Kebetulan artinya
penemuan secara yang sifatnya tanpa disengaja dan diperhitungkan terlebih
dahulu penemuan semacam ini walaupun kadang-kadang bermanfaat tidak dapat
dipakai dalam satu cara kerja yang ilmiah karena keadaannya tidak pasti atau
kurang mendekati kepastian. Dengan demikian hal datangnya penemuan tidak dapat
diperhitungkan secara terencana dan tidak selalu memberikan gambaran yang
sesungguhnya.
2. Hal
untung-untungan artinya penemuan
secara percobaan-percobaan dan kesalahan-kesalahan. Perbedaan dengan hasil
penemuan secara kebetulan adalah pada metode ini manusia bersifat aktif untuk
mengadakan percobaan-percobaan yang pertama gagal maka akan diadakan lagi
percobaan berikutnya.
3.
kewibawaan yaitu berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau
penemuan yang dihasilkan oleh seorang atau lembaga tertentu yang dianggap yang
mempunyai kewibawaan atau wewenang. Dalajm hal ini mungkin tidak diusahakan
untuk menguji kebenaran pendapat atau penemuan tersebut sebagai mana lazimnya
tidak didasarkan pada suatu penelitian atau penyelidikan yang mendalam.
Mempercayai atau pendapat atau penemuan tersebut tidaklah selalu merupakan
suatu kekeliruan. Akan tetapi kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan akan
selalu ada apabila tidak ditelaah benar-benar secara mendalam.
4.
Usaha-usaha yang bersifat spekulatif. Walaupun agak teratur. Artinya dari
sekian banyak kemungkinan dipilih satu dari kemungkinan walaupun pilihan
tersebut tidaklah didasarkan pada keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan
cara yang setepat-tepatnya.
5.
Pengelaman, artinya berdasarkan pikiran kritis. Akan tetapi
pengelaman belum tentu teratur dan bertujuan, mungkin pengelaman tersebut
sekesar dicatat saja.
6. Penelitianilmiah. Yaitu suatu metode yang bertujuanh untuk mempelajari satu atau beberapa gejala analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap pakta masalah yang disoroti kemudian mengusakan pemecahannya.
F.
Klasifikasi Ilmu
Ilmu pengetahuan adalah suatu bentuk aktifitas manusia
yang dengan melakukan umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman
yang senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam dimasa yang lampau
sekarang dan masa yang akan datan g serta kemapuan yang mengikat untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan, mengubah lingkungannya serta merubah
sifat-sifatnya sendiri.
Secara umum dan konvensional dikenal
ada 4 (empat) kelompok ilmu pengetahuan yaitu
1.
Ilmu Matematika
2.
Ilmu pengetahuan alam. Yaitu kelompok ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala alam baik yang hayati atau yang tidak hayati.
3.
Ilmu tentang prilaku (behavioral sciences yang disatu
pihak menyoroti prilaku hewan dan dari pihak
lain menyoroti perilaku manusia. Yang terahir ini sering disebut
ilmu-ilmu social yang mencakup berbagai ilmu pengetahuan yang masing-masing
menyoroti sesuatu bidang dalam kehidupan masyarakat.
4.
Ilmu pengetahuan kerohanian yang merupakan kelompok ilmu
pengetahuan yang mempelajari perwujudan spiritual kehidupan bersama manusia.
Dari keempat kelompok ilmu pengetahuan diatas telah tercakup aspek kajian kehidupan kajian manusia baik yang bersifat aksakta maupun secara no-esakta.
G.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan epistemology
pada hakekatnya adalah membahas tentang pengetahuan. Apa itu pengetahuan dan
bagaimana memperoleh pengetahuan. Ontology (hakekat) ilmu pengetahuan bahwa
esensi ilmu dakwah adalah gugusan keilmuan yang bersumber dari teks dan tradisi
Islam, yang dikembangkan oleh umat Islam (para pengembang dakwah), secara
sistematis dan teroraginisir yang berguna dalam memahami fakta dakwah dalam
rangka pelaksanakaan tugas-tugas dakwah.
Baca Juga://.........
👉HAKIKAT METODE DAKWAH BI AL-HIKMAH
👉HAKIKAT METODE DAKWAH
👉PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAKWAH DALAM ALQUR’AN
👉KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH DAN FILSAFAT
👉HAKIKAT METODE DAKWAH MAUIZAH AL-HASANAH
👉PANDANGAN FILSAFAT DAKWAH TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
👉HAKIKAT TUJUAN DAKWAH
👉Hakikat Metode Dakwah Mujadalah Billati Hiya Ahsan
👉HAKEKAT MEDIA/ ALAT DAKWAH
👉HAKIKAT DAN PESAN DAKWAH
👉HAKIKAT KEPEMIMPINAN UMAT
Daftar Pustaka
Amin, Miska Muhammad, Epistimologi Islam, Jakata:
UI Pres 1993
Ghazali, M. Bahri,
Konsep Ilmu menurut Al-Gazali suatu Tinjauan Pedagogik, Yogyakarta : Pedoman
Ilmu Jaya 1991
Malikah, Mustafa, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi,
Jakarta: Pustaka Al Kausar 2001
Sahbana, S. Takdir Ali, Pembimbing ke filsafat
Metafisika, Jakarta: 1957
Sairin, Sjafri, Pendekatan Antropologi dalam Penelitian
Agama: makalah Program Pembibitan calon dosen se Indonesia angkatan XIII,
Yogyakarta Hoter sargede 2000
Salmadanis, Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau, 2003
Taharugu,
Ahmad Faiz, al- Da’watu fii Dzilal al-Qur’an, Berut: Muasatu al-Risalah
1992
0 Comment