HAKEKAT MEDIA/ ALAT DAKWAH
A. Pendahuluan
Esensi
filosofi dakwah adalah usaha perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan ini
erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan
pembangunan, perbaikan pemahaman, cara berpikir, sikap dan tindakan. Dari
pemahaman sempit dan kaku berubah menjadi positif dan berwawasan luas. Dari
sikap menolak (kafir), ragu (munafik),
menjadi sikap menerima (iman).
Dari sikap
iman, emosional, statis dan apatis, menjadi iman yang rasional, kreatif dan
inovatif. Dari aktivitas yang tidak bermanfaat menjadi aktifitas yang efektif,
bermakna dan bernilai ibadah dan bermanfaat, baik untuk pribadi maupun secara
kolektif.
Seluruh upaya
tersebut akan dapat dicapai apabila dakwah dikemas dengan baik dan
memperhatikan pengembangan kualitas masing-masing unsur dakwah. Pengembangan kegiatan dakwah harus berbentuk antisipatif, kreatif, dinamis
dan relevan serta menyentuh kebutuhan mendasar hidup manusia. Ini penting
karena kondisi almad’u akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan
tantangan dan kebutuhan yang dihadapinya.
Kenyataan
sosial budaya akan selalu berubah dan berkembang maka komponen-komponen dakwah
yang erat kaitannya dengan usaha perubahan, perbaikan dan pembangunan perlu penyesuaian
untuk mempertimbangkan, mengakomudir dan mengarahkan perubahan ke arah yang lebih baik dan positif.[1]
Perlu pula
disadari, meskipun teks atau nash al-Qur’an sebagai rujukan dakwah sudah final
dan tidak akan turun lagi namun kenyataannya, sosial budaya terus berubah dan
berkembang dan tidak akan final. Untuk itu, tantangan bagi da’I (juru dakwah)
semakin hari semakin kompleks maka diperlukan ide kreatif dan inovatif melalui ijtihad dalam rangka
menjawab tantangan masa depan.
Salah satu komponen dakwah yang perlu dikembangkan dan diketahui terlebih dahulu adalah bagaimana sebenarnya esensi dari filosofi media dakwah. Atas dasar itu maka makalah ini mencoba menguraikan seputar filsafat dakwah khususnya madia/alat yang mencakup lisan, tulisan, audio visual dan bi al hal.
B. Pembahasan
- Pengertian
Meminjam
pendapat Hamzah Ya’cub, media dakwah merupakan “alat obyektif yang menjadi
saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan
merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.”[2]
Dengan demikian
hakekat media dakwah adalah sarana mempercepat ide- ide dakwah agar dapat
diproses dan dipahami oleh al-mad’u. Oleh sebab itu, media merupakan unsur dakwah yang perlu mendapat perhatian dari
penyelenggara dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media yang tepat
akan mendukung proses dakwah terlaksana dengan baik.
Secara kontekstual dalam al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang membicarakan masalah media dakwah. Meskipun demikian, media dakwah tetap menjadi salah satu komponen penting untuk mencapai tujuan dakwah, sebab tanpa media dakwah tidak dapat dioperasionalkan.
- Bentuk-bentuk Media Dakwah
Mengutip
kembali pendapat Hamzah Ya’cub bahwa media dakwah dikelompokkan menjadi lima
macam yaitu, lisan, tulisan, audio visual dan akhlak.[3]
Dari kelima bentuk media ini akan dijelaskan sebagai berikut :
a.
Lisan
Secara
historis bahwa dakwah pada awal mulanya disampaikan dengan menggunakan media
lisan secara langsung, baik para nabi maupun sahabat. bahkan menurut Abdul
Karim Zaidan sebagaimana dikutip oleh Salmadanis menyatakan bahwa “media lisan
atau bahasa adalah media pokok dalam penyampaian dakwah Islam kepada orang
lain”.[4]
Di antara media lisan ini adalah
khutbah, nasehat, pidato, ceramah, diskusi dan musyawarah.
Beberapa ayat
yang mengisyaratkan bahwa para nabi menggunakan lisan dalam berdakwah antara
lain :
QS. Al-A’raf ayat 158
"Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. al A’raf: 158)
Di dalam surat Nuh ayat 5-10 : Allah berfirman:
“Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan kemudian Sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun”. (Q.S. Nuh: 5-10)
Mencermati kedua surat yang dikutip di atas maka jelaslah
bahwa media lisan merupakan media pokok yang digunakan para nabi dan rasul
untuk menyampaikan risalah Ilahiyah
kepada umat manusia.
Agar ide dakwah yang disampaikan kepada al-mad’u mudah
dipahami dan dihayati maka perlu menggunakan bahasa yang lugas, tegas,
jelas dan lemah lembut dan tidak
menggunakan istilah yang menimbulkan penafsiran yang salah dari al-mad’u.
b.
Media Tulisan/ Lukisan
Media tulisan
maksudnya adalah dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada al-mad’u
menggunakan tulisan atau lukisan hasil karya seni seperti melalui buku-buku,
majalah, surat kabar, bulletin dan lain sebagainya.
Dalam
perjalanan dakwah Rasulullah SAW telah mencontohkan menggunakan media tulisan.
Hal ini diketahui Rasulullah memerintahkan sahabat menulis surat yang ditujukan
kepada raja-raja yang bukan beragama Islam saat itu, misalnya surat Rasulullah
kepada Kisra di Persia, Hercules di Bizantiun, Mauqaqis di Mesir dan Negus di
Ethofia.[5]
Pemanfaatan media dakwah dengan menggunakan tulisan diperkuat oleh Firman Allah dalam surat al ‘Alaq 1-5:
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam . Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (al
‘Alaq 1 – 5)
Proses dakwah akan efektif dengan menggunakan media
tulisan ini maka pesan-pesan yang ditulis juga harus menggunakan bahasa yang
jelas dan lugas serta mudah dipahami serta tidak menggunakan istilah-istilah
yang sulit dipahami oleh al-mad’u sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
c.
Media Audio Visual
Menggunakan
pesan-pesan dakwah melalui audio visual artinya suatu cara penyampaian ide
kepada al-mad’u mempergunakan alat-alat elektronik yang dapat merangsang
penglihatan maupun pendengaran.
Mengingat
perkembangan teknologi informasi saat
ini semakin pesat maka merupakan satu keuntungan bagi umat Islam untuk
dimanfaatkan sebagai sarana dakwah Islamiyah.
d. Akhlak
Akkhlak atau
prilaku yang baik yang tercermin dalam pribadi juru dakwah merupakan media
dakwah untuk mencegah dari kemungkaran dan dapat mendorong orang untuk
mencontoh apa yang divisualisasikan oleh juru dakwah itu.
Rasulullah
SAW telah mencontohkan kepada para sahabat tentang sikap dan akhlak al karimah
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga kekuatan dakwah Rasulullah tidak saja
karena bahasanya yang indah tetapi juga karena prilakunya sesuai apa yang
beliau ucapkan, bahkan tidak saja pribadinya tetapi juga keluarganya menjadi
uswah dan qudwah bagi umat ketika itu.
Dalam
al-Qur’an dimensi akhlak ini sunggung banyak dibicarakan, mulai dari akhlak
kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, alam lingkungan sampai kepada
akhlak manusia kepada Sang Khalik.
Mengingat pentingnya akhlak al karimah khusus bagi juru dakwah maka Allah mencela orang yang mengatakan tetapi tidak mengerjakannya sesuai firman-Nya dalam surat al Shaf ayat 2 – 3 :
“Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
(Q.S. al shaf: 2-3)
Dari beberapa penjelasan yang dikemukakan di atas maka secara filosofi media dakwah menjadi sarana untuk mempercepat ide-ide dakwah kepada al-mad’u. Media tersebut include dengan juru dakwah (al-da’i) dan komponen lainnya.
Baca Juga;//..............
👉HAKIKAT METODE DAKWAH BI AL-HIKMAH
👉HAKIKAT METODE DAKWAH
👉PERKEMBANGAN AKTIVITAS DAKWAH DALAM ALQUR’AN
👉KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH DAN FILSAFAT
👉HAKIKAT METODE DAKWAH MAUIZAH AL-HASANAH
👉PANDANGAN FILSAFAT DAKWAH TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
👉HAKIKAT TUJUAN DAKWAH
👉Hakikat Metode Dakwah Mujadalah Billati Hiya Ahsan
👉HAKEKAT MEDIA/ ALAT DAKWAH
👉HAKIKAT DAN PESAN DAKWAH
👉HAKIKAT KEPEMIMPINAN UMAT
C. Kesimpulan
Secara
kontekstual dalam al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang membicarakan masalah
media dakwah. Meskipun demikian, media dakwah tetap menjadi salah satu komponen
penting untuk mencapai tujuan dakwah.
Secara
filosofi, media dakwah include dengan pribadi juru dakwah dan komponen lainnya.
Apabila salah satu tidak mendukung maka proses dakwah tidak akan terlaksana
dengan baik dan pada akhirnya materi dakwah yang disampaikan tidak memberikan
dampak kepada al-mad’u.
Hakekat media
dakwah adalah sarana mempercepat ide- ide dakwah dapat diproses dan dipahami
oleh al-mad’u. Oleh sebab itu, media merupakan unsur dakwah yang perlu mendapat perhatian dari
penyelenggara dakwah. Kepiawaian juru dakwah dalam memilih media yang tepat
akan mendukung proses dakwah terlaksana dengan baik.
Daftar Pustaka
Asep
Muhidin, Dakwah dalam Persfektif al-Qur’an, Bandung: Pustaka, 2002
Hamzah
Ya’cub, Publistik Islam Teknik dan Leadership, Diponegoro, Bandung: 1986
Salmadanis,
Filsafat Dakwah, Jakarta: Surau, 2003
0 Comment