MANHAJ IBNU KATSIR DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-‘ADZIM
A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kalamulloh yang di wahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai risalah yang universal. Dan merupakan petunjuk bagi manusia yang lengkap dan komprehensif. Nabi selalu memberikan penjelasan dan penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an, namun demikian tidak semua ayat dikomentarinya. Maka wajarlah jika para sahabat dan tabi’in memberikan komentar terhadap al-Qur’an guna menjelaskan ayat-ayat yang belum dijelaskan oleh nabi.
Sebagai konsekuensi dari pentingnya penafsiran al-Qur’an, para mufassir menetapkan metode-metode dan pada gilirannya menetapkan prinsip-prinsip dasar sebagai prasyarat dan syarat dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara tepat dan benar. Seperti diantara mufassir yang kita kenal yaitu Ibnu Katsir dan buku tafsirnya Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim.
Dalam makalah ini penulis akan berusaha menjelaskan siapa sebenarnya Ibnu Katsir dan bagaimana metode tafsir Ibnu Katsir tersebut.
B. Biografi Ibnu Katsir
Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Imam al-Hafidz Imâd al-Din Abu al-Fidâ’ Ismâîl Ibn Umar Ibn Katsir Ibn Daw’ Ibn Katsîr al-Qurasyiy al-Dimisqiy al-Syâfi’iy. Dilahirkan di Syam. Para ulama berbeda pendapat tentang tahun kelahirannya, pendapat yang terkuat yaitu Ibnu Katsir dilahirkan pada tahun 700 H dan wafat di Damaskus pada bulan Sya’ban tahun 773 H dan Ibnu Katsir dikuburkan dekat kuburan gurunya Ibnu Taimiyah.
Ayahnya meninggal pada tahun 703 H ketika Ibnu Katsir masih kecil. Kehidupannya kemudian dibantu oleh saudaranya Abdul Wahab. Seluruh waktunya di habiskan untuk ilmu pengetahuan. Ia mengkaji, mempelajari dan mengenal berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Ibnu Katsir menuju ke Damaskus untuk mencari ilmu, ia belajar kitab-kitab fiqh, hadis, tafsir, sejarah dan bahasa, hingga ia dapat menguasai banyak ilmu. Disamping ia seorang yang ‘alim dengan ilmunya, ia juga seorang hamba yang zuhud di dunia.
Imam Ibnu Katsir telah banyak belajar dari beberapa orang syaikh, hanya saja disini kami akan menyebutkan beberapa guru Ibnu Katsir yang memberi pengaruh besar pada sosok Ibnu Katsir, antara lain:
1. Abdullah ibn Muhammad ibn Husain ibn Ghailan al-Ba’labakiy, gurunya dalam mempelajari ilmu al-Qur’an.
2. Muhammad ibn ja’far ibn far’usy, gurunya dalam ilmu Qiro’at.
3. Dhiyâ’ al-Din Abdullah al-Zarbandiy al-Nahwiy, gurunya dalam ilmu nahwu.
4. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, pada banyak masalah Ibnu Katsir banyak mengeluarkan pendapat dari pendapat gurunya yang satu ini.
5. Ibrâhim ibn Abdurrahman al-Gazzâriy, gurunya dalam mendalami mazhab Syafi’iy.
6. Najm al-Din al-Asqalâniy, gurunya dalam mendalami hadis.
7. Yusuf ibn Abdurrahman al-Mizziy, disamping dia banyak mempelajari berbagai hal dari gurunya ini, dia juga menikahi putrid dari gurunya ini.
8. Al-Hafidz al-Dzahâbiy, gurunya dalam ilmu hadis dan ilmu tafsir.
9. Al-Qâsim ibn Muhammad al-Baraziliy, gurunya dalam ilmu sejarah.
10. Dan lain-lain
Setelah berguru dengan banyak ulama, seperti syaikh Burhanuddin al-Farâziy dan Kamaluddin ibn Qâdhiy Syuhbah, Ibn Katsir mengokohkan keilmuannya, kemudian ia menyunting putri al-Hafidz abu al-Hajjaj al-Mizziy, membiasakan mengaji dengannya. Dalam bidang hadis Ibnu Katsir mengambil banyak dari Ibnu Taimiyah, membaca ushul al-Hadis dengan al-Asfahaniy. Disamping itu, ia juga menyimak banyak ilmu dari berbagai ulama. Menghafal banyak matan, mengenali sanad, cacat, biografi tokoh dan sejarah di usia muda.
Diantara kitab-kitabnya yang masyhur adalah:
1. Kitab tafsirnya: Tafsir al-Qur’an al-Adzim
2. Kitab sejarahnya: al-Bidayah wa al-Nihayah
3. Kitab Ulum al-Hadis
4. Kitab Sirat al-Rasul SAW Mukhtasharah
5. Kitab al-Ijtihad fiy Thalab al-Jihad
C. Mengenal Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir ini di tulis oleh Ibnu Katsir dengan judul Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Tafsir ini di tulis dengan gaya bahasa yang hampir sama dengan dengan tafsir Ibnu Jarir al-Thabariy. Tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang terkenal, tafsir ini termasuk tafsir bi al-ma’tsur. Tafsir ini menggunakan sumber-sumber primer dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan bahasa yang sederhana dan gampang dipahami. Kitab tafsir al-Qur’an al-Adzim ini di cetak di Beirut dengan penerbit Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah berjumlah 4 jilid.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya ia merujuk kepada beberapa buku sumber, baik itu mengenai penafsiran, buku sumber tentang perkataan-perkatan para sahabat dan tabi’in, buku sumber sejarah dan buku sumber yang lainnya.
Sumber sumber Iman Ibnu Katsir dalam bidang tafsir, yaitu:
1) Tafsir Ibn Jarir al-Thabariy, Ibnu Katsir mengambil banyak dari materi-materi tafsir, seperti perkataan-perkataan ma’tsur dari hadis-hadis atau perkataan sahabat maupun tabi’in dan juga mengambil tentang istinbat hukum fiqh.
2) Tafsir ibn Hâtim, Ibnu Katsir mengambil darinya tentang perkataan-perkataan ma’tsur.
3) Tafsir Abiy Bakar ibn al-Munzir
4) Tafsir Abd ibn Hamid
5) Tafsir Abiy Bakar ibn Mardawaih
6) Tafsir al-Kasyf oleh Abiy al-Qasim Mahmud ibn Umar al-Zamakhsyariy, Ibnu Katsir mengambil sebagian al-Tahlilat al-Bayanah dan al-taujihat al-Lughayiyah.
7) Kitab al-Kasyf wa al-Bayan ‘an Tafsir al-Qur’an oleh Aniy Ishaq Ahmad ibn Ibrahim al Tsa’labiy, Ibn Katsir mengambil darinya sebagian perkataan-perkataan ma’tsur, dan sebagian kisah kisah.
8) Tafsir al-Kabir oleh Fakhr al-Din al-Raziy, Ibnu Katsir mengambil darinya sebagian penjelasan secara aqliyah.
9) Kitab al-Muharar al-Wajiz oleh Abiy Muhammad Abd al-Haq ibn ‘Athiyah al-Andalusiy, Ibnu Katsir mengambil sebagian dari penjelasan tafsir ibn ‘Athiyah.
10) Kitab al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an oleh Abiy Abdillah al-Qurthubiy, Ibnu Katsir mengambil darinya kebanyakan pendapat-pendapat tentang fiqh dan argumen-argumen al-Qurthubiy terhadap penafsirannya.
Adapun sumber-sumber Ibnu Katsir dalam materi hadis, yaitu:
a. Kitab Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal, Ibnu Katsir memulai dengan mengutip hadis-hadis dan menyebutkan isnad-nya, dan menyebutkan kebanyakan dari sanad-sanad dan jalan periwayatan satu per satu.
b. Kitab Shahih al-Bukhariy
c. Kitab Shahih Muslim
d. Kitab Shahih Abiy Dawud
e. Kitab Shahih al-Tirmidziy
f. Kitab Sunan al-Nasa’iy
g. Kitab Sunan Ibn Majah
h. Kitab Al-Baihaqiy
i. Kitab Muwatha’ Imam Malik
j. Kitab Mustadrak al-Hakim
Ibnu Katsir menyebutkan sanad hadis satu persatu dalam kitab-kitab hadis, dan mengatakan : telah berkata si fulan……………
Adapun sumber-sumbernya di dalam shirah dan sejarah, yaitu:
1. Kitab al-Shirah al-Nabawiyah oleh Ibnu Ishaq yang di nasabkan kepada muridnya ibn Hisyam.
2. Kitab al-Maghaziy al-Waqidiy
3. Kitab Dala’il al-Nubuwah oleh Baihaqiy
4. Kitab dala’il al-Nubuwah oleh Abiy Na’im
5. Kitab Tarikh oleh Ibnu jarir al-Thabariy
Adapun sumber-sumbernya tentang fadhilah-fadhilah yaitu:
1. Kitab Fadha’il al-Qur’an oleh Faryabiy
2. Kitab Fadha’il al-Qur’an oleh Abiy Ubaid al-Qasim ibn Salam
3. Kitab Fadha’il al-Qur’an oleh Ibn al-Dharris
4. Kitab Fadha’il al-Qur’an oleh al-Nasa’iy
5. Kitab Musnad Abiy Ya’la al-Maushiliy
6. Kitab Sunan al-Kubra oleh Baihaqiy
7. Kitab Mushnaf Abd al-Razaq
8. Kitab Mushnaf Ibn Abiy Syaibah
Adapun sumbernya tentang al-Tahlilat al-Bayanah, nahwu dan lughah al-ayat, yaitu:
1. Kitab tafsir-tafsir seperti: Tafsir al-Thabariy, Tafsir al-Zamakhyariy, Tafsir Fakr al-Raziy.
2. Kitab Tafsir ma’aniy al-Qur’an oleh al-Fira
3. Kitab Ma’aniy al-Qur’an oleh al-Zajaj.
4. Kitab Ma’aniy al-Qur’an oleh Akhfasy al-Awsath.
5. Kitab Majaz al-Qur’an oleh Abiy Ubaidah Ma’mur ibn al-Matsaniy
6. Kitab Ta’wil Mukykil al-Qur’an oleh ibn Qutaibah
D. Manhaj Ibnu Katsir Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim
Ibnu Katsir dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan metodologi yang ideal yang banyak digunakan dalam bidang tafsir. Adapun metode Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya ia memakai manhaj al-Tafsir al-Atsariy al-Nazhariy yang merupakan metode yang baik dalam penafsiran.
Berkata Syaikh Ahmad Syakir dalam muqoddimahnya: (‘Amdah al-Tafsir); ”al-Hafidz Ibn Katsir dalam menafsirkan al-Qur’an pertama dia menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, kemudian dengan sunnah al-shahih kemudian menyebutkan banyak dari pendapat di dalam tafsir ayatnya.
Adapun manhaj dari penafsiran Ibnu Katsir dalam kitab tafsir nya adalah:
1. Menafsikan al-Qur’an dengan al-Qur’an
Ibnu katsir menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, ia mengembalikan makna ayat dengan makna ayat yang lainnya, dan ini merupakan pekerjaan yang afdal bagi orang yang melakukan nya. Dan penafsiran seperti ini disebut penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an .
Iman Ibn Katsir seorang hafidz al-Qur’an, sangat berhati hati dalam menghafal al-Qur’an, ia menghafal al-Qur’an dengan sempurna, dan ia pun mengetahui makna al-Qur’an dengan sempurna pula, ia mentadabburiy al-Qur’an, ia pandai meletakkan ayat-ayat lain dari surat yang berbeda, dan semua hal tersebut tidak dapat di lakukan kecuali dengan hafalan al-Qur’an yang bagus dan baik dalam mentadabburinya .
Contoh Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an adalah:
Ketika Ibnu Katsir manafsirkan tentang isti’azah dan menjelaskan hukum-hukumnya, demikian ia menghadirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan urusan orang mukmin tentang perlindungan dari syetan.
Artinya: Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah. (Q.S. al-A’raf; 199-200 )
Allah SWT berfirman:
Artinya: Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."(Q.S. al-mukminun: 96-98 )
Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S fuslihat: 34-36 )
Inilah tiga ayat yang tidak ada pertentangan di dalam maknanya, yang saling menjelaskan, ayat yang satu dengan yang lainnya, dan di dalam ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah menyuruh berbuat baik kepada manusia, dan Allah menyuruh untuk berlindung dari kejahatan syaitan
2. Menafsirkan al-Qur’an dengan sunnah
Ibnu katsir dalam tafsirnya banyak menafsirkan al-Qur’an dengan hadis, dan hadis-hadis yang marfu’ dari nabi SAW sangat banyak dalam tafsirnya. Dalam pengambilan hadis-hadis dari kitab-kitab sunnah, ia menyebutkan semua sanad-sanad hadis tersebut.
Ibnu katsir dalam menafsirkan satu ayat memasukkan satu hadis, dua hadis dan juga tiga hadis sekaligus, kadang-kadang menyebutkan lebih banyak dari itu, dan kadang-kadang juga dalam menafsirkan satu ayat ia memasukkan banyak hadis yang mencapai lebih dari 10 hadis.
3. Menafsirkan al-Qur’an dengan perkataan sahabat dan tabi’in
Setelah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an dan dengan sunnah, Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat sahabat dan tabi’in. Dalam mengambil pendapat sahabat dan tabi’in, Ibnu Katsir banyak mengutip dari kitab-kitab tafsir yang ma’tsur lainnya, seperti kitab tafsir al-Thabariy, Ibn Abi Hatim, Ibn Munzir dan Ibn Mardawaih.
Tafsir Ibnu Katsir memasukkan perkataan sahabat di dalam kitab tafsirnya seperti: perkataan al-Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Abu Ibn Ka’ab, Abdullah Ibn Umar, Abdullah Ibn ‘Amr, Abu Hurairah, Abu Darda’, Mu’az ibn Jabal dan lain-lain (Rhodiyallohu ‘anhum).
Untuk perkataan ulama tafsir dari tabi’in, seperti: Mujahid, Atha’ Ibn Abiy Rabah, ‘Akramah, Thawas al-Yamaniy, Abu Aliyah, Zaid ibn Aslam. Anaknya Abdurrahman, Sa’id ibn Musayyab, Muhammad ibn Ka’ab al-Qarzhiy, Sa’id ibn Jubair, Hasan al-Bashriy, Masruq ibn al-Ajda’, Abu Wa’il, Muqatil ibn Hayyan, Muqatil ibn Sulaiman al-Balakhiy, Rabi’ ibn Anas, dan lain-lain.
Ibn Katsir mengatakan bahwa dalam menafsirkan al-Qur’an dengan perkataan sahabat dan tabi’in memang terdapat perbedaan dalam zhahirnya akan tetapi itu bukanlah dalam perbedaan yang prinsipil.
4. Menafsirkan al-Qur’an dengan lughat
Imam Ibn Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan kaidah bahasa Arab, dengan menjelaskan kesulitan yang terdapat didalamnya. Ia menafsirkan al-Qur’an dengan sya’ir Arab dan membolehkannya. Dan ia merujuk kepada perkataan ulama lughah seperti al-Fira, Abu Ubaidah. Akhfasy, al-Kasa’iy, Tsa’labiy dan lain-lainnya.
5. Meng-istinbath-kan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an
Dari metode tafsir yang digunakannya Imam ibn Katsir meletakkan untuk langkah-langkah selanjutnya kelangkah-langkah akhir yaitu mengistinbathkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.
Ibn Katsir dalam meng-istibath-kan hukum-hukum tentang ayat didalam kitab tafsirnya, dia menjelaskan dengan argumen-argumen yang jelas, dan menguraikan serta mengeluarkan hukum fiqh ketika menafsirkan ayat hukum.
E. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Imam Ibn Katsir adalah salah seorang mufasir yang terkemuka, ia mempelajari al-Qur’an dengan sangat hati-hati sehingga ia dapat membuat kitab tafsir yang bernama Tafsir al-Qur’an al-Azhim.
Dalam menafsirkan al-Qur’an Imam Ibn Katsir menggunakan banyak buku sumber, seperti buku sumber tafsir, buku sumber hadis, buku sumber sejarah, buku sumber pendapat sahabat dan tabi’in, dan juga sumber dalam lughah. Dan kitab sumber yang banyak mempengaruhi kitab Tafsir Ibn Katsir adalah kitab Tafsir Ibn Jarir al-Thabariy, Tafsir al-Zamakhsyariy dan Tafsir Fakhr al-Raziy.
Dalam Tafsir al-Qur’an al-Azhim Ibn Katsir menggunakan manhaj Tafsir al-Atsary wa al-Nazhariy, atau disebut juga dengan tafsir bi al-Mat’tsur yaitu penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran al-Qur’an dengan hadis, penafsiran al-Qur’an dengan perkataan sahabat dan tabi’in, dan penafsiran al-Qur’an dengan lughah.
Imam Ibn Katsir seorang Hafidz al-Qur’an, sangat berhati-hati dalam menghafalkan al-Qur’an, ia menghafal al-Qur’an dengan sempurna, dan ia pun mengetahui makna al-Qur’an dengan sempurna pula, ia mentadabburi al-Qur’an, ia pandai meletakkan ayat-ayat lain dari surat yang berbeda, dan semua hal tersebut tidak dapat dilakukan kecuali dengan hafalan al-Qur’an yang bagus dan baik dalam mentadaburinya.
Terlepas dari plus dan minusnya metode yang digunakan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya ini, namun metode ini telah memberikan sumbangsih berharga kepada dunia penafsiran dalam memperkenalkan Islam yang lebih inklusif terhadap peradaban dan kebudayaan, sekaligus menjadi insprasi lahirnya metode penafsiran lain yang lebih aktual dan mendalam.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
al-Dimisqiy, Imam al-Jalil al-Hafidz abu Fida’ Ismâîl Ibn Katsir al-Qurasyiy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Mesir: Muassasah al-Mukhtar, 2002)
al-Khattan, Manna’ khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, (Beirut:Mansyurat al-Ashr al-Hadis, t.th)
-------------------, Tafsir Juz ‘Amma (diterjemahkan dari judul asli Tafsir Juz ‘Amma min Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003)
al-Kholidiy, Shalah Abd al-Fattah, Ta’rif al-Dârisin bi Manâhij al-Mufassirîn, (Damaskus: Dar al-Qolâm, t.th)
Mahmud, Mani’ Abd Halim, Metodologi Tafsir Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, (diterjemahkan dari buku asli yang berjudul Manahij al-Mufassirin), (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006)
Ushama, Thameen, Metodologi Tafsir al-Qur’an Kajian Kritis, objektif dan Komprehensif, (Jakarta: Riora Cipta, 2000)
0 Comment