A.
Pendahuluan
Sabar merupakan akhlak Qur’ani yang paling utama dan ditekankan oleh
al-Qur’an, baik pada surat makiyah maupun madaniyah, juga merupakan sifat
akhlak yang terbanyak sebutannya dalam al-Qur’an.
Secara umum sabar itu ditujukan kepada manusia dan secara khusus
sasarannya adalah orang yang beriman. Orang beriman akan selalu menghadapi
tantangan, gangguan, ujian dan cobaan dengan sabar, yang menuntut pengorbanan
jiwa dan harta benda yang berharga bagi mereka.
Dalam makalah ini penulis akan berusaha menjelaskan apa sebenarnya yang
dimaksud dengan sabar dalam al-Qur’an.
B.
Pengertian Sabar
Al-Qur’an sebagai petunjuk, maka sudah barang tentu isi atau
kandungannya harus difahami dan di amalkan demi tercapainya tingkat dan
kualitas ibadah yang baik dan mendapat ridha Allah SWT. Oleh karena itu penulis
akan paparkan pengertian sabar.
Secara etimologi sabar berasal dari bahasa arab, صبر – يصبر - صبرا
yang berarti bersabar, tabah hati, berani.[1] Dalam
bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak
tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu.[2]
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, sabar adalah menahan jiwa
untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan untuk tidak meratap dan menahan untuk
tidak menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Bertolak dari beberapa pendapat di atas, bahwa sabar merupakan sikap
mental dan jiwa yang terlatih dalam menghadapi segala bentuk cobaan, yang
terlahir dan tumbuh atas dorongan agama, serta ketabahan dan menerima dengan
ikhlas cobaan yang menimpa, menahan diri dari segala macam dorongan hawa nafsu,
mempunyai sikap mental tahan uji, teguh dan tidak putus asa serta tetap taat
kepada perintah Allah dengan terus berusaha dan berjuang demi memperoleh ridha-Nya
untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
C.
Bentuk-Bentuk Sabar
Kehidupan manusia sebenarnya penuh dengan pergulatan, dan kemenangan
dalam pergulatan ini sangat tergantung pada sejauh mana kesabaran yang dimiliki
seseorang dalam menghadapi pergulatan itu. Karena sabar merupakan jalan yang
bisa membawa seseorang pada kemenangan yang di inginkan, senjata yang efektif
untuk menaklukkan musuh, apapun bentuknya, baik yang tersembunyi maupun yang
tampak.
Jika kita telusuri berbagai ayat al-Qur’an maupun hadis, maka akan kita
dapati bahwa kata “sabar” kerap kali diungkapkan dalam berbagai situasi
dan kondisi. Namun kesemuanya tetap bermuara pada satu tujuan, yaitu kesuksesan
dan kemenangan. Dan kesabaran tersebut antara lain meliputi tempat dan situasi
berikut:
1.
Sabar dalam melaksanakan
ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan[3]
Mengerjakan semua yang diperintahkan Allah dan menghindari
larangan-Nya, pada dasarnya adalah kewajiban. Karena itu, tidak aneh bila
seseorang merasa berat sehingga memerlukan usaha yang gigih agar bisa
mengalahkan musuhnya yang nyata, baik musuh berupa hawa nafsu maupun hasutan
syaitan. Maka untuk menghadapi semua ini diperlukan kesungguhan yang luar biasa
dari manusia, sehingga ia kokoh dalam pendirian dan menjadikan nafsunya
mengikuti syari’at Allah, kesungguhan tersebut meliputi kesabaran, pengorbanan
dan usaha yang gigih. Allah berfirman:
Artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan
Dia (yang patut disembah)?
Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mampu menahan nafsunya sehingga sesuai dengan
apa yang diridhai Allah, yang tercermin dalam ketaatan dan komitmennya dalam
meninggalkan kemaksiatan, maka ia benar-benar telah mengalahkan musuh halusnya,
mengalahkan nafsu dan syaitan yang selalu berusaha menyesatkannya. Inilah
kemenangan yang tiada tandingannya.
2.
Sabar terhadap musibah[4]
Yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika
terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu
sudah terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia
bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun
begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa
musibah. Sabar dalam bentuk ini tersebut dalam firman Allah swt :
tinya; Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.( QS Al Baqarah : 155 )
Manusia senantiasa terancam bencana, baik yang menimpa jiwa, harta,
keluarga, maupun ketenangan dan kenyamanannya. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa bencana
tersebut jika terjadi merupakan pukulan yang
berat bagi manusia, dan tak jarang menimbulkan keputus asaan. Allah melukiskan:
Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
Namun kondisi seperti ini hanya dialami mereka
yang kalah, dan ia pun tidak bisa menemukan kemenangan
dalam kehidupan ini. Karena itu, Allah mendorong agar seorang mukmin tetap
tegar dalam menghadapi musibah yang memang tidak bisa dielakkan, hingga bisa
menemukan jalan yang mampu membawa kepada
kesuksesan dan kemenangan.
3.
Sabar terhadap perlakuan
yang tidak baik dari orang lain[5]
Dalam hidupnya manusia berbaur dengan berbagai jenis manusia, dengan
akhlak dan tabiat yang beragam. Dengan demikian, sangat mungkin seseorang
menerima tindakan sewenang0-wenang dari orang lain. Jika seseorang merasa risau
dengan kondisi seperti ini, maka ia akan selalu menuai kekecewaan dan kerugian.
Namun jika ia mampu menahan dan bersabar, memaafkan dan lapang dada, maka ia
akan beruntung dan hidup dengan penuh kebahagiaan dan dalam nuansa yang sarat
dengan kasih sayang. Dalam rangkaiaannya Allah berfirman:
Artinya:
Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya[82]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
D.
Ayat-ayat tentang Sabar dalam
al-Qur’an
Sabar termasuk
akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian al-Qur’andidalam surat-suratnya
baik makiyyah maupun madaniyyah. Ia adalah akhlak yang paling
banyak diulang penyebutannya didalam al-Qur’an.
Imam al-Ghazali berkata: “Allah SWT
menyebutkan sabar didalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.
Ibnul Qayyim mengutip perkataan imam Ahmad: “sabar”
didalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.
Didalam al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz
al-Qur’an, asal kata ص -ب - ر dengan semua pecahan katanya disebutkan di
dalam al-Qur’an lebih dari 100 kali.
Q.S. al- Syura : 43
Q.S. al- Ahqaf : 35
|
صبر
|
Q.S. al- Ra’du : 24
Q.S. al- Nahl : 126
|
صبرتم
|
Q.S. Ibrahim : 21
Q.S. al- Furqan : 42
|
صبرنا
|
Q.S. al- An’am : 34
Q.S. al- A’raf : 37
Q.S. Hud : 11
Q.S. al- Ra’du : 22
Q.S. al- Nahl : 42
Q.S. al- Nahl
: 96
Q.S. al- Nahl : 110
Q.S. al- Mukminun : 111
Q.S. al- Furqan : 75
Q.S. al- Qasas : 54
Q.S. al- Ankabut : 59
Q.S. al- Sajadah : 24
Q.S. al- Fusilat : 35
Q.S. al- Hujarat : 5
Q.S. al- Insan : 12
|
صبروا
|
Q.S. al- Kahfi : 68
|
تصبر
|
Q.S. Ali Imran : 120
Q.S. Ali Imran : 125
Q.S. Ali Imran : 186
Q.S. an- Nisa’ : 25
Q.S. al- Tur : 16
|
تصبروا
|
Q.S. al- Furqan : 20
|
أتصبرون
|
Q.S. al- Baqarah : 61
|
نصبر
|
Q.S. al- Ibrahim : 12
|
ولنصبرن
|
Q.S. Yusuf : 90
|
يصبر
|
Q.S. al-Fusilat : 24
|
يصبروا
|
Q.S. Yunus : 109
Q.S. Hud : 49
Q.S. Hud : 15
Q.S. al- Nahl : 127
Q.S. al- Kahfi : 68
Q.S. Taha : 130
Q.S. al- Rum : 60
Q.S. Luqman : 17
Q.S. Shad : 18
Q.S. Gafir : 55
Q.S. Gafir : 77
Q.S. al- Ahqaf : 30
Q.S. Qaf : 39
Q.S. al- Tur : 48
Q.S. al- Qolam : 48
Q.S. al- Ma’arij : 5
Q.S. al- Muzammil : 10
Q.S. al- Mudassir : 7
Q.S. al- Insan : 24
|
إصبر
|
Q.S. Ali Imran : 200
|
اصبرو
|
Q.S. al- A’raf : 87
Q.S. al- A’raf : 128
Q.S. al- Anfal : 46
Q.S. Shad : 6
Q.S. al-Tur : 16
|
فاصبروا
|
Q.S. Ali Imran : 200
|
صابروا
|
Q.S. al-Baqarah : 175
|
ما
اصبرتم
|
Q.S. Maryam : 19
|
اصطبرنا
|
Q.S. Taha : 132
Q.S. al- Qamar : 27
|
اصطبر
|
Q.S. al- Baqarah : 45
Q.S. al- Baqarah : 153
Q.S. Yusuf : 18
Q.S. Yusuf : 83
Q.S. al- Balad : 17
Q.S. al- ‘Ashr : 3
|
الصبر
|
Q.S. al- Baqarah : 250
Q.S. al- A’raf : 126
Q.S. al- Kahfi : 67
Q.S. al- Kahfi : 72
Q.S. al- Kahfi : 75
Q.S. al- Kahfi : 78
Q.S. al- Kahfi : 82
Q.S. al- Ma’arij : 5
|
صبرا
|
Q.S. al- Nahl : 127
|
صبرك
|
Q.S. al- Kahfi : 69
Q.S. Shad : 44
|
صابرا
|
Q.S. al- Anfal : 65
Q.S. al- Qasas : 70
Q.S. al- Zumar : 10
|
الصابرون
|
Q.S. al- Baqarah : 53
Q.S. al- Baqarah : 155
Q.S. al- Baqarah : 177
Q.S. al- Baqarah : 249
Q.S. Ali Imran : 17
Q.S. Ali Imran : 142
Q.S. Ali Imran : 146
Q.S. al- Anfal : 46
Q.S. al- Anfal : 66
Q.S. al- Nahl : 126
Q.S al-Anbiya’ : 85
Q.S. al- Hajj : 35
Q.S. al- Ahzab : 35
Q.S. al- Shofat : 102
Q.S. Muhammad : 31
|
الصابرين
|
Q.S. al- Anfal : 66
|
صابرة
|
Q.S. al- Ahzab : 35
|
الصابرات
|
Q.S. al- Ibrahim : 12
Q.S. Luqman : 31
Q.S. Saba’ : 19
Q.S. al- Syura : 33
|
صبار
|
Perbedaan perhitungan diatas tidaklah bertentangan
karena didalam satu tempat kadang-kadang asal kata ص – ب – ر
disebutkan lebih dari sekali, sebagian ulama menganggapnya satu
tempat dan sebagian lainnya menganggap dua tempat atau lebih.
E.
Pemahaman Ayat tentang
Sabar
Setelah penulis menampilkan ayat-ayat yang
mengandung kata sabar maka pada bagian ini penulis akan menjelaskan
beberapa penafsiran ulama tentang kata tersebut, namun karena banyaknya ayat
yang berkaitan dengan kata “sabar” ini, maka penulis hanya akan menjelaskan
penafsiran para ulama pada sebagian ayat yang terdapat dalam surat al-Baqarah.
1.
Q.S al-Baqarah : 45
Artinya: Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
Ayat ini dipesankan dalam rangka nasihat kepada pemuka-pemuka
yahudi, untuk merangkul mereka ke dalam suasana Islam, supaya minta tolong
kepada Tuhan, pertama dengan sabar, tabah, tahan hati dan teguh, sehingga tidak
berkucak bila dating gelombang kesulitan. Maka adalah sabar sebagai benteng.
Dengan shalat, supaya jiwa itu selalu dekat dan lekat kepada Tuhan.
Kata “sabar” artinya menahan
diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati, ia juga berarti ketabahan. Imam
al-Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntutan
agama menghadapi rayuan nafsu.
Secara umum kesabaran dapat dibagi
dalam dua pokok: pertama, Sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima
dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh,
seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang melibatkan keletihan atau
sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk pula dalam kategori ini,
sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit,
penganiayaan dan semacamnya. Kedua, adalah sabar rohani menyangkut
kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, seperti
sabar menahan amarah, atau menahan nafsu lainnya.[6]
2.
Q.S al-Baqarah : 153
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Maksud ini adalah maksud
yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi. Menegakkan kalimat Allah, memancarkan
tonggak Tauhid dalam alam. Memberantas perhambaan diri kepada yang selain
Allah. Apabila langkah ini telah dimulai, halangannya pasti banyak, jalannya
pasti sukar. Bertambah mulia dan tinggi yang dituju, bertambah sukarlah
dihadapi. Oleh sebab itu dia meminta semangat baja, hati yang teguh dan
pengorbanan-pengorbanan yang tidak mengenal lelah. Betapapun mulianya
cita-cita, kalau hati tidak teguh dan tidak ada ketahanan, tidaklah maksud akan
tercapai. Nabi-nabi yang dahulu daripada Muhammad SAW semuanya telah menempuh
jalan itu dan semuanya menghadapi kesulitan.
Kemenangan mereka hanya
pada kesabaran. Maka kamu orang yang telah menyatakan iman kepada Muhammad
wajiblah sabar, sabar menderita, sabar menunggu hasilnya apa yang
dicita-citakan. Jangan gelisah tetapi hendaklah tekap hati.
Sampai seratus satu kali
kalimat sabar tersebut dalam al-Quran. Hanya dengan sabar orang dapat mencapai
apa yang dimaksud. Hanya dengan sabar orang bisa mencapai derajat Iman dalam
perjuangan. Hanya dengan sabar menyampaikan nasihat kepada orang yang lalai.
Hanya dengan sabar kebenaran dapat ditegakkan.[7]
Menurut Prof. M. Quraish
Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Misbah, beliau berpendapat bahwa kata Ash-Shabr
(sabar) yang dimaksud mencakup banyak hal,[8]
sabar menghadapi ejekan dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan serta sabar dalam berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan.
Penutup ayat yang
menyatakan sesungguhnya Allah bersama orang- orang yang sabar
mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin teratasi penyebab kesedihan atau
kesulitannya, jika ia ingin berhasil memperjuangkan kebenaran dan keadilan,
maka ia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya. Ia harus bersama Allah
dalam kesulitannya dan dalam perjuangannya. Ketika itu, Allah yang Maha Mengetahui, Maha Perkasa lagi Maha Kuasa pasti
membantunya, karena Dia pun telah bersama hamba-Nya. Tanpa kebersamaan itu,
kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan di perbesar
oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri.
Karena kesabaran membawa
kapada kebaikan dan kebahagiaan, maka manusia tidak boleh berpangku tangan, atau terbawa
kesedihan oleh petaka yang di alaminya, ia harus berjuang dan berjuang.
Memperjuangkan kebenaran, dan menegakkan keadilan, dapat mengakibatkan
kematian. Puncak petaka yang memerlukan kesabaran adalah kematian, maka ayat
selanjutnya mengingatkan setiap orang untuk tidak menduga yang gugur dalam
perjuangan di jalan Allah telah mati. Mereka tetap hidup. Mereka hidup, walau
tidak disadari oleh yang menarik dan menghembuskan nafas.
Sejalan dengan pendapat
Prof. M. Quraish Shihab dalam bukunya ”Menyingkap Tabir Ilahi Asma al Husna
dalam Perspektif Al-Quran” menyatakan bahwa Sebagaimana Prof. Quraish
Shihab memberikan penjabaran yang lain dari kata sabar yakni kata ”As-Shabur”
terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf- huruf shad, ba, dan ra’.
Maknanya berkisar pada tiga hal. Pertama ”Menahan”, kedua ”Ketinggian
sesuatu” dan ketiga, ”Sejenis batu”. Dari makna menahan”, lahir
makna ”Konsisten/bertahan”, karena yang bertahan menahan pandangannya
pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai sabar, yang
ditahan di penjara sampai nanti dinamai mashburah. Dari makna kedua
lahir kata ”Shubr”, yang berarti puncak sesuatu dan dari makna ketiga,
muncul makna kata ”As-subrah”, yakni ”batu yang kukuh lagi kasar”, atau
”potongan besi”.
Ketiga makna tersebut
dapat kait berkait, apabila pelakunya manusia. Seorang yang sabar akan menahan
diri dan untuk itu ia memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja, agar dapat
mencapai ketinggian yang diharapkannya.
3.
Q.S al-Baqarah : 155-156
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Kemudian itu Tuhan
teruskan lagi peringatanNya kepada kaum mu'min:
Artinya: "Dan
sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu." (pangkal ayat
155).
Dengan sesuatu, yaitu
dengan aneka warna,
"Dari ketakutan," yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan sebagainya,
sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang berlaku
di zaman Nabi ialah ancaman orang musyrik dari kota Makkah, ancaman
kabilah-kabilah Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermalaud hendak
menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai
kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang berkuasa di
utara waktu itu.Æ
"Dan kelaparan" termasuk kemiskinan sehingga persediaan makanan sangat berkurang.
"Dan kekurangan dari
hartabenda."
Sebab umumnya
sahabat-sahabat Rasulullah yang pindah dari Makkah ke Madinah itu hanya batang
tubuhnya saja yang keluar dari sana; hartabenda tidak bisa dibawa;
"dan jiwa-jiwa, "
ada yang kematian
keluarga, anak dan isteri dan bapak, sehingga hidup melarat terpencil
kehilangan keluarga di tempat kediaman yang baru;
"dan
buah-buahan," karena tidak
lagi mempunyai kebun kebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi
makanan pokok pada masa itu. Semuanya itu akan kamu derita ! .
Demikian sabda Tuhan.
Tetapi derita itu tidak lain ialah karena menegakkan cita-cita.
"Dan berilah khabar
yang menyukakan kepada orang-orong yang sabar." (ujung ayat 155).
Setelah di ayat 153 tadi
dinyatakan kepentingan sabar dan shalat, di ayat ini diulangi lagi
bahaya-bahaya, percobaan dan derita yang akan mereka tempuh. Disebut pahitnya
sebelum manisnya. Orang yang akan menempuh derita itu hendaklah sabar.[9]
4.
Q.S al-Baqarah : 177
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.
“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan”. Disinilah kita bertemu kunci
rahasia dari iman dan kebajikan. Di dalam membina iman dan kebajikan, syarat
utamanya adalah sabar. Mulut bisa dibuka lebar untukmenyerukan iman.
Beribu-ribu orang tampil kemuka menyerukan iman, tetapi hanya berpuluh yang
dapat melanjutkan perjalanan. Sebahagian besar jatuh tersungkur ditengah jalan
karena tidak tahan menderita, karena tidak sabar. Disini disebutkan ujian
pertama ialah kepayahan, kedua ialah kesusahan. Pada saat itulah
iman diuji. Orang yang beriman
berpandangan bahwa keadaan tidak akan selalu begitu saja, sesudah kesusahan
pasti akan timbul kemudahan. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwasanya
jalan kebajikan yang telah digariskan dalam ayat, yaitu sejak dari pada iman
kepada Allah SWT dan hari akhirat, pada malaikat dan kitab serta nabi-nabi,
sampai kepada kesudian berkurban, mengelluarkan harta benda yang dicintai untuk
menolong orang-orang yang patut ditolong, sampai kepada mendirikan shalat
dengan khusu’ dan mengeluarkan zakat dengan hati rela, dan keteguhan memegang
janji, semua susunan itu akan runtuh
jika tidak ada sendi utamanya yaitu sabar.[10]
F. Penutup
Dari ayat-ayat di atas terdapat beberapa
pelajaran yang bisa kita petik dan dapat kita jadikan sebagai I’tibar dalam
kehidupan antara lain:
1.
Shalat
bukanlah beban. Ia adalah sarana untuk seseorang membina diri guna memperolah
kesabaran dalam menghadapi musibah-musibah. Oleh sebab itu, ketika memerintahkan
hamba-hambaNya untuk bersabar, Allah memerintahkan shalat yang
merupakan penghubung terbaik antara manusia yang serba terbatas dengan
kekuatan ilahi yang tak terbatas.
2.
Di dalam
ujian-ujian ilahi, hanya orang-orang yang penyabarlah yang akan menang.
Sementara orang lain tidak memiliki jalan untuk melarikan diri darinya karena
ujian-ujian ilahi meliputi semua orang.
3.
Akar kesabaran
ialah iman kepada Allah dan hari kiamat yang membuat manusia merasa
mudah untuk menghadapi musibah-musibah dunia.
4.
Kesabaran dan
istiqomah adalah sumber kebahagiaan manusia di dunia ini, sedangkan
pahala akhiratnya jauh lebih besar lagi.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, selanjutnya disebut Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1089), cet ke-2
Mahmud Yunus, kamus
Arab- Indonesia, (Jakarta:yayasan penyelenggara penterjemeh/penafsiran
al-Qur’an, 1973)
Musthafa al-Buqha, Pokok-pokok
Ajaran Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2002)
M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2002)
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1983)
[1]Mahmud Yunus, kamus Arab-
Indonesia, (Jakarta:yayasan penyelenggara penterjemeh/penafsiran al-Qur’an,
1973), h. 211
[2]Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke 3, h. 763
[3] Musthafa al-Buqha, Pokok-pokok
Ajaran Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2002) h. 197
[4] Ibid, h.199
[5] Ibid, h. 201
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir
al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2002) V.1 h.181
[7] Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1983) Juz.2 h.21
[8]M. Quraish Shihab, Op.Cit. V.
1 h. 363
[9] Hamka, Op. Cit. h. 25
[10] Ibid, Juz.2 h.78
0 Comment