Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an
I. Pendahuluan
Salah satu kajian menarik dan mendapat perhatian besar dalam al-Qur’an adalah masalah dakwah karena dakwah dalam Islam bertujuan untuk mengajak orang ke dalam hidayah Allah demi mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kata dakwah dengan berbagai derivasinya dan pengulangannya yang berjumlah sebanyak 212 kata belum termasuk sinonimnya menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap dakwah.
Masalah dakwah adalah masalah yang selalu hangat untuk dibicarakan karena aktivitas ini akan selalu dilakukan sampai hari kiamat nanti. Bahkan saat ini banyak kita jumpai organisasi massa yang bergerak di bidang dakwah.
Untuk keberhasilan sebuah dakwah tentu harus ditunjang oleh perangkat yang memadai. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikut :
Artinya : Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
Ayat ini memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk keberhasilan sebuah dakwah perlu ada sebuah wadah dakwah yang diungkapkan dengan kata هذه سبيلي (ini jalanku); kerja dakwah yang berkesinambungan yang diungkapkan dengan kata أدعوا (mengajak); visi yang jelas, yaitu Allah sebagai tujuan yang diungkapkan dengan kata إلى الله (kepada Allah); punya konsep yang jelas yang diungkapkan dengan kata على بصيرة (konsep/materi dakwah); ada pemimpin yang mengkoordinir kinerja dakwah yang diungkapkan dengan أنا ; dan prajurit yang mendedikasikan hidupnya untuk dakwah yang diungkapkan dengan kata و من اتبعني.
Karena ranah kajian dakwah sangat luas, maka penulis batasi pembahasan ini pada pengertian dakwah secara etimologi dan terminologi, jumlah kata dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an, penggunaan kata dakwah dan artinya dalam al-Qur’an, metode dakwah dalam al-Qur’an, dan ayat-ayat dakwah dalam perspektif makkiah dan madaniyyah.
II.1.Pengertian Dakwah
A. Pengertian dakwah secara etimologi
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu دعا- يدعو- دعاء- دعوى - دعوة- دعاية . Makna asalnya adalah mengajak, baik yang bersifat kongkrit (hissi), seperti mengajak makan atau yang bersifat abstrak (ma’nawi), seperti mengajak orang untuk meyakini suatu pemikiran atau kepercayaan. Menurut Louis Makluf kata dakwah bisa berarti ناداه (memanggilnya), رغب إليه (berharap kepadanya), dan استعانه (minta tolong kepadanya). Menurut Muhammad Khair Yusuf kata dakwah memiliki banyak arti yang secara umum bermakna mengajak, menyeru, dan memanggil. Menurut Warson Munawwir-seperti yang dikutip oleh Samsul Munir Amin-bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).
Dakwah dalam pengertian di atas dapat kita jumpai dalam al-Qur’an pada ayat-ayat berikut :
Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai darip ada memenuhi ajakan mereka kepadaku.
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata dakwah secara bahasa adalah untuk mengajak, baik itu kepada kebaikan atau kejahatan, baik yang bersifat kongkrit maupun abstrak.
B. Pengertian dakwah secara terminologi
Adapun pengertian dakwah secara terminologi terdapat berbagai macam pendapat, di antaranya adalah :
1) Menurut Ibnu Taimiyah
Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.
2) Menurut Abu Bakar Zakaria
قيام العلماء و المستنيرين في الدين بتعليم الجمهور من العامة ما يبصرهم بأمور دينهم و دنياهم علي قدر الطاقة
Dakwah adalah bekerjanya para ulama dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam agama untuk mengajar masyarakat banyak (umum) sesuatu yang dapat membukakan mata (mencerahkan) mereka kepada urusan-urusan agama mereka menurut kemampuan.
3) Menurut Muhammad Izzah Daruzah
Dakwah adalah panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah.
4) Menurut Syaikh Ali Mahfudz
حث الناس على الخير و الهدى و الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر ليفوزوا بسعادة العاجل و الآجل
Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan melarang dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5) Menurut Muhammad al-Ghazali
برنامج كامل يضم في أطوائه جميع المعارف التي يحتاج إليها الناس ليبصروا الغاية من محياهم و ليستكشفوا معالم الطريق التي تجمعهم راشدين
Dakwah adalah satu paket agenda yang mencakup berbagai pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mengetahui tujuan hidup mereka dan menyingkap rambu-rambu di jalan dakwah yang menghantarkan mereka dalam petunjuk/kebenaran.
6) Menurut Muhammad Natsir
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar bi al-ma’ruf, an-nahyu ‘an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengamalannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.
7) Menurut Quraish Shihab
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
Dari berbagai macam defenisi di atas dapat kita simpulkan bahwa dakwah adalah sebuah upaya untuk mengajak orang lain, baik pribadi maupun masyarakat dengan berbagai macam agenda dan sarana menuju petunjuk dan hidayah Allah agar berbahagia di dunia dan akhirat.
C. Sinonim kata dakwah
Ada beberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki arti yang serupa dengan kata dakwah, yaitu : tabligh (menyampaikan), al-amr bi al-ma’ruf (memerintahkan kepada kebaikan), al-nahy ‘an al-munkar (melarang dari perbuatan munkar), al-nashihah (memberi petunjuk yang baik), khithabah (memberi khutbah atau nasehat kepada orang lain), mau’izhah (memberi pelajaran yang baik kepada orang lain), al-irsyad (memberi petunjuk kepada orang lain), al-di’ayah (propaganda), washiyyah (wasiat), tabsyir (memberi kabar gembira), tadzkirah atau indzar (peringatan), al-jihad (berjuang), dan al-wa’id (janji dan ancaman).
Seluruh kata di atas pada dasarnya adalah mengajak orang lain pada petunjuk dan hidayah Allah.
II.2. Kata-Kata Dakwah Dalam Al-Qur’an
Menurut Bukhari dan Djawaher Chairani bahwa kata dakwah dengan berbagai derivasinya dan pengulangannya ada 213 kata dalam al-Qur’an. Dalam bentuk mashdar ada 10 kata , dalam bentuk fi’il madhi ada 30 kata, dalam bentuk fi’il mudhari’ ada 112 kata, dalam bentuk fi’il amr ada 32 kata, dan dalam bentuk isim fa’il ada 7 kata. Selain itu ada pula dalam bentuk kata yang seakar dengan kata da’wat, seperti dalam surat al-Baqarah : 171 dan Ali Imran : 3.
Sedangkan berdasarkan penelusuran penulis dalam kitab al-Dalil al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim bahwa kata dakwah dengan berbagai derivasinya dan pengulangannya ada 212 kata yang terdiri dari Fi’il madhi 30 kata, fi’il mudhari’ 111 kata, fi’il amr 32 kata, mashdar 32 kata (dalam bentuk kata da’wah 10 kali, du’a 20 kali, dan jama’ “ad’iyyah” 2 kali), dan isim fa’il 7 kata. Lengkapnya adalah seperti dalam tabel berikut ini :
No Kata Surat Ayat Jumlah
1 دعا Ali Imran 38 5
2 Al-Zumar 8
3 Fushshilat 33
4 Al-Dukhan 22
5 Al-Qamar 10
6 دعاكم Al-Anfal 24 2
7 Al-Rum 25
8 دعان Al-Baqarah 186 1
9 دعانا Yunus 12 2
10 Al-Zumar 49
11 دعاه Al-Naml 62 1
12 دعوا Maryam 91 3
13 Al-Furqan 13
14 Al-Rum 33
15 دعوا Al-A’raf 189 1
16 دعوا Yunus 22 3
17 Al-‘Ankabut 65
18 Luqman 32
19 دعوا Al-Baqarah 282 3
20 Al-Nur 48
21 Al-Nur 51
22 دعوت Nuh 5 1
23 دعوتكم Ibrahim 22 1
24 دعوتموهم Al-A’raf 193 1
25 دعوتهم Nuh 7 2
26 Nuh 8
27 دعوهم Al-Kahfi 52 2
28 Al-Qashash 64
29 دعي Ghafir 12 1
30 دعيتم Al-Ahzab 53 1
31 يدع Al-Isra’ 11 5
32 Al-Mu’minun 117
33 Ghafir 26
34 Al-Qamar 6
35 Al-‘Alaq 17
36 يدعنا Yunus 12 1
37 يدعوا Al-Baqarah 221 8
38 Yunus 25
39 Al-Hajj 12
40 Al-Hajj 13
41 Fathir 6
42 Al-Zumar 8
43 Al-Ahqaf 5
44 Al-Insyiqaq 11
45 يدعوك Al-Qashash 25 1
46 يدعوكم Ali Imran 153 4
47 Ibrahim 10
48 Al-Isra’ 52
49 Al-Hadid 8
50 يدعون Al-Baqarah 221 23
51 Ali Imran 104
52 Al-Nisa’ 117
53 Al-Nisa’ 117
54 Al-An’am 52
55 Al-An’am 108
56 Yunus 66
57 Hud 101
58 Al-Ra’d 14
59 Al-Nahl 20
60 Al-Isra’ 57
61 Al-Kahfi 28
62 Al-Hajj 62
63 Al-Furqan 68
64 Al-Qashash 41
65 Al-‘Ankabut 42
66 Luqman 30
67 Al-Sajadah 16
68 Shad 51
69 Ghafir 20
70 Fushilat 48
71 Al-Zukhruf 86
72 Al-Dukhan 55
73 يدعون Ali Imran 23 3
74 Al-Qalam 42
75 Al-Qalam 43
76 يدعون Yasin 57 1
77 يدعوننا Al-Anbiya’ 90 1
78 يدعونني Yusuf 33 1
79 يدعونه Al-An’am 71 1
80 يدعوه Al-Jinn 19 1
81 يدعوهم Luqman 21 1
82 يدعي Al-Shaf 7 1
83 أدعوا Yusuf 108 4
84 Al-Ra’d 36
85 Maryam 48
86 Al-Jinn 20
87 أدعوكم Ghafir 41 2
88 Ghafir 42
89 ندع Ali Imran 61 2
90 Al-‘Alaq 18
91 ندعوا Al-An’am 71 4
92 Al-Nahl 86
93 Al-Isra’ 71
94 Ghafir 74
95 ندعو Al-Kahfi 14 1
96 ندعوه Al-Thur 28 1
97 تدع Yunus 106 4
98 Al-Syu’ara’ 213
99 Al-Qashash 88
100 Fathir 18
101 تدعهم Al-Kahfi 57 1
102 تدعوا Al-Isra’ 110 5
103 Al-Furqan 14
104 Muhammad 35
105 Al-Ma’arij 17
106 Al-Jinn 18
107 تدعون Al-An’am 40 17
108 Al-An’am 41
109 Al-An’am 41
110 Al-An’am 56
111 Al-A’raf 37
112 Al-A’raf 194
113 Al-A’raf 197
114 Al-Isra’ 67
115 Maryam 48
116 Al-Hajj 73
117 Al-Syu’ara’ 72
118 Fathir 12
119 Fathir 40
120 Al-Shaffat 125
121 Al-Zumar 38
122 Ghafir 66
123 Al-Ahqaf 4
124 تدعون Fushshilat 31 2
125 Al-Mulk 27
126 تدعون Ghafir 10 3
127 Muhammad 38
128 Al-Fath 16
129 تدعونا Hud 62 2
130 Fushshilat 5
131 تدعوننا Ibrahim 9 1
132 تدعونني Ghafir 41 3
133 Ghafir 42
134 Ghafir 43
135 تدعونه Al-An’am 63 1
136 تدعوهم Al-A’raf 193 5
137 Al-A’raf 198
138 Al-Mu’minun 73
139 Fathir 14
140 Al-Syura 13
141 تدعى Al-Jatsiyah 28 1
142 ادع Al-Baqarah 61 10
143 Al-Baqarah 68
144 Al-Baqarah 69
145 Al-Baqarah 70
146 Al-A’raf 134
147 Al-Nahl 125
148 Al-Hajj 67
149 Al-Qashash 87
150 Al-Syura 15
151 Al-Zukhruf 49
152 ادعهن Al-Baqarah 260 1
153 ادعوا Al-Baqarah 23 14
154 Al-A’raf 55
155 Al-A’raf 195
156 Yunus 38
157 Hud 13
158 Al-Isra’ 56
159 Al-Isra’ 110
160 Al-Isra’ 110
161 Al-Furqan 14
162 Al-Qashash 64
163 Saba’ 22
164 Ghafir 14
165 Ghafir 49
166 Ghafir 50
167 ادعوني Ghafir 40 1
168 ادعوه Al-A’raf 29 4
169 Al-A’raf 56
170 Al-A’raf 180
171 Ghafir 65
172 ادعوهم Al-A’raf 194 2
173 Al-Ahzab 5
174 دعاء Al-Ra’d 14 2
175 Ghafir 50
176 دعاء Al-Anbiya’ 45 4
177 Al-Nur 63
178 Al-Naml 80
179 Al-Rum 52
180 دعاء Al-Baqarah 171 1
181 دعاء Ali Imran 38 6
182 Ibrahim 39
183 Ibrahim 40
184 Maryam 48
185 Al-Nur 63
186 Fushshilat 49
187 دعاء Fushshilat 51 1
188 دعاءكم Fathir 14 1
189 دعاءه Al-Isra’ 11 1
190 دعاؤكم Al-Furqan 77 1
191 دعائك Maryam 4 1
192 دعائهم Al-Ahqaf 5 1
193 دعائي Nuh 6 1
194 أدعياءكم Al-Ahzab 4 1
195 أدعيائهم Al-Ahzab 37 1
196 دعواهم Al-A’raf 5 4
197 Yunus 10
198 Yunus 10
199 Al-Anbiya’ 15
200 دعوتك Ibrahim 44 1
201 دعوتكما Yunus 89 1
202 دعوة Al-Ra’d 14 1
203 دعوة Ghafir 43 1
204 دعوة Al-Baqarah 186 1
205 دعوة Al-Rum 25 1
206 داع Al-Baqarah 186 3
207 Al-Qamar 6
208 Al-Qamar 8
209 داعي Thaha 108 3
210 Al-Ahqaf 31
211 Al-Ahqaf 32
212 داعيا Al-Ahzab 46 1
II.3.Penggunaan Kata-Kata Dakwah Dalam Al-Qur’an
Penggunaan kata dakwah banyak kita temukan dalam al-Qur’an, baik dalam bentuk fi’il (madhi, mudhari’, dan amr) atau isim. Penggunaan ini memiliki penekanan makna yang berbeda-beda menurut Bukhari dan Djawaher Chairani, diantaranya adalah :
1) Kata dakwah dalam bentuk madhi dengan arti meminta pertolongan (do’a)
Artinya : Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "Bahwasanya Aku Ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)."
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah Nabi Nuh. Menurut Ibnu Katsir Nabi Nuh A.S. berdoa kepada Allah agar menolongnya karena beliau lemah dalam menghadapi kaumnya yang gencar memberikan perlawanan kepadanya.
Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka".
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah manusia secara umum.
2) Kata dakwah dalam bentuk madhi dengan arti menyeru kepada Allah
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah kaum muslimin.
3) Kata dakwah dalam bentuk madhi dengan arti memanggil (berteriak)
Artinya : Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.
Maksudnya adalah mereka mengharapkan kebinasaan, agar terlepas dari siksaan yang amat besar, yaitu azab di neraka yang amat panas dengan dibelenggu, di tempat yang sempit pula, sebagai yang dilukiskan itu.
4) Kata dakwah dalam bentuk madhi dengan arti klaim (tuduhan)
Artinya : Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak.
5) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ yang digunakan untuk mengajak kepada neraka
Artinya : Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), Karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
Pelaku dalam ayat ini adalah setan.
6) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ yang digunakan untuk mengajak kepada surga
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah Allah Swt.
7) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ digunakan secara bersamaan untuk mengajak kepada surga dan neraka
Artinya : ...Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah orang-orang musyrik yang mengajak kepada neraka dan Allah yang mengajak kepada surga.
8) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ digunakan untuk tidak menyekutukan Allah
Artinya : Dan kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian Telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".
Maksudnya adalah kami tidak menyekutukannya dengan yang lain dan Dia Maha Esa tiada sekutu baginya.
9) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ dengan arti memanggil
Artinya : (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.
10) Kata dakwah dalam bentuk mudhari’ yang digunakan untuk menyekutukan Allah
Artinya : Dan barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
11) Kata dakwah dalam bentuk amr dengan arti memohon atau meminta
Artinya : Dan ketika mereka ditimpa azab (yang Telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu".
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah umat Nabi Musa A.S. yang meminta kepada Musa agar Allah menghilangkan azab dari mereka.
12) Kata dakwah dalam bentuk amr dengan arti menyeru kepada agama
Artinya : Maka Karena itu Serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan Aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".
Yang menjadi pelaku dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad Saw. yang menyeru manusia kepada agama Allah Swt.
13) Kata dakwah dalam bentuk amr dengan arti menyeru kepada Tuhan
Artinya : Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan Serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
14) Kata dakwah dalam bentuk ism dengan arti seruan
Artinya : Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya Aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. dan Sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan Sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka Itulah penghuni neraka.
15) Kata dakwah dalam bentuk ism dengan arti panggilan
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
16) Kata dakwah dalam bentuk ism dengan arti permohonan atau do’a
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata dakwah dalam bentuk fi’il dalam al-Qur’an digunakan dalam arti mengajak kepada kebaikan yang subjeknya adalah Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman, juga berarti menyeru, memanggil, dan berdo’a serta digunakan untuk mengajak kepada kejelekan yang subjeknya adalah setan, orang kafir, dan orang-orang munafik. Sementara dalam bentuk ism, kata dakwah berarti seruan, panggilan, dan do’a.
II.4. Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an
Di antara metode dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1) Metode hikmat
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat ini merupakan ayat yang paling lengkap dalam mengemukakan metode dakwah. Setidaknya ada tiga metode dakwah yang ditawarkan dalam ayat ini, yaitu (1) al-hikmat, (2) al-mau’izhat al-hasanat, (3) dan al-mujadalat.
Menurut al-Razi hikmat adalah dalil-dalil yang pasti. Menurut al-Thabari hikmat yaitu wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. (al-Qur’an). Sedangkan al-Maraghi mengartikannya dengan perkataan yang pasti dan disertai dalil-dalil yang jelas untuk menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Adapun menurut al-Thabatha’i hikmat adalah menyampaikan kebenaran dengan ilmu dan akal.
Contoh aplikatif berdakwah secara hikmah dalam al-Qur’an di antaranya terdapat dalam Q.S. Yusuf : 36-41 dan Q.S. Luqman : 12-19.
Ada beberapa bentuk hikmat yang terdapat dalam al-Qur’an :
a. Qaulan ma’rufan
Ketika al-Qur’an membicarakan yang berkaitan dengan kelembutan, seperti masalah anak yatim dan wanita, kata qaul dirangkai dengan ma’ruf. Menurut Jalaluddin Rahmat ma’rufan adalah pembicaraan bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencurahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan kesulitan kepada orang lemah, bila kita tidak dapat membantu secara material, kita harus memberikan bantuan psikologis.
Ungkapan qaulan ma’rufan terdapat dalam empat ayat dalam al-Qur’an, yaitu al-Baqarah :235, al-Nisa’ : 5 dan 8, dan al-Ahzab : 32.
b. Qaulan kariman
Qaulan kariman terdapat satu kali dalam al-Qur’an, yaitu surat al-Isra’ : 23. Ayat ini berbicara tentang kewajiban kepada Allah untuk beribadah hanya kepada-Nya dan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Bentuk perbuatan baik itu adalah tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang meremehkan mereka; tidak boleh menghardik mereka; dan diperintahkan untuk mengeluarkan perkataan yang mulia.
c. Qaulan maysuran
Qaulan maysuran adalah terma dalam al-Qur’an sebagai tuntunan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan. Kata ini terdapat dalam surat al-Isra’ : 28. Menurut al-Maraghi dalam tafsirnya maysuran artinya memberikan pengertian dengan mudah dan lembut. Ayat ini terletak setelah ada perintah agar memberikan hak (bantuan) kepada keluarga dekat, orang miskin, dan musafir serta larangan boros karena itu salah satu bentuk perbuatan setan.
Asbab al-nuzul ayat ini adalah kasus yang terjadi ketika orang-orang Muzainah minta kendaraan kepada Nabi untuk digunakan berperang di jalan Allah. Nabi menjawab: “Aku tidak mendapatkan kendaraan lagi untuk kamu”. Mendengar jawaban Nabi, orang tersebut berpaling dengan berlinang air mata dan sedih karena mereka mengira Nabi marah sehingga tidak diberi fasilitas untuk berperang. Maka Allah menurunkan ayat ini.
d. Qaulan layyinan
Qaulan layyinan secara harfiah berarti komunikasi yang lemah lembut. Kata ini terdapat dalam surat Thaha : 44. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada Musa dan Harun agar pergi menemuim Fir’aun untuk menyampaikan ayat-ayat Allah karena ia telah menjalankan kekuasaan melampaui batas.
e. Qaulan balighan
Qaulan balighan merupakan terma dakwah dalam al-Qur’an yang berarti berbicara atau menyampaikan pesan kepada orang lain dengan perkataan yang menyentuh dan tepat sasaran. Kata ini terdapat dalam surat al-Nisa’ : 63. Ayat ini bercerita tentang orang-orang munafik yang menghalangi orang lain untuk mematuhi hukum Allah. Ketika mereka mendapatkan musibah akibat perbuatan mereka sendiri, mereka datang mohon perlindungan dan bantuan. Maka Allah perintahkan kepada Nabi-Nya untuk menyampaikan pesan yang berkesan dan menyentuh hati mereka.
2) Metode mau’izhat hasanat
Kata وعظ berarti memberi nasehat dan peringatan kepada seseorang yang bisa membawanya taubat kepada Allah. Kata ini dengan berbagai derivasinya terulang 25 kali dalam al-Qur’an, di antaranya dalam bentuk mau’izhat 9 kali. Kata موعظة ini ada yang digandeng dengan هدى seperti dalam surat Ali Imran : 138 dan al-Maidah : 46, dengan kata حكمة seperti dalam surat al-Nahl : 125, dengan kata شفاء seperti dalam surat Yunus : 57, dengan kata ذكرى seperti dalam surat Hud : 120, dan توراة seperti dalam surat al-Maidah : 46. Dengan demikian terma al-mau’izhat dalam al-Qur’an berkaitan dengan kegiatan memberikan pelajaran atau peringatan.
Menurut al-Thabari mau’izhat adalah ungkapan yang indah yang telah dijadikan Allah sebagai hujjah dalam kitab-Nya. Menurut Sayyid Qutb mau’izhah hasanah adalah sesuatu yang masuk ke dalam hati, lembut, dan orang yang mendapat pelajaran tersebut merasakan dapat peringatan halus yang mendalam.
Contoh aplikatif berdakwah dengan mau’izhat hasanat ini terdapat dalam Q.S. al-An’am : 151-153, al-Furqan : 63-77, dan Fathir : 29-38.
3) Metode mujadalat
Secara etimologi kata mujadalat berasal dari جدل (membantah), جادل (berbantah-bantahan, bermusuhan, bertengkar). Menurut Manna’ al-Qaththan jadal atau jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan. Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiddiqie jadal adalah bertukar pikiran untuk mengalahkan lawan. Arti mujadalat yang dimaksud dalam surat al-Nahl : 125 adalah berbantah-bantahan. Mujadalat konotasinya negatif, namun karena dirangkai dengan kata هي أحسن بالتي maka memiliki arti yang positif. Dengan demikian mujadalat bisa kita artikan suatu kegiatan tukar pikiran, artinya dalam bahasa komunikasi terjadi komunikasi dua arah.
Menurut Bukhari dan Djawaher Chairani Kata جدل dengan berbagai derivasinya ada 29 kali dalam al-Qur’an. Pada umumnya mengarah kepada perbuatan yang negatif kecuali pada dua ayat, yaitu pada surat al-Nahl : 125 dan al-‘Ankabut : 46.
Contoh aplikatif mujadalat dalam al-Qur’an terdapat pada Q.S. al-Baqarah : 258 dimana Ibrahim berhasil mematahkan argumentasi Namrud yang mengaku sebagai Tuhan; dalam surat al-An’am : 74-83 yang bercerita tentang perdebatan Ibrahim dengan bapak atau paman dan kaumnya tentang Tuhan yang sesungguhnya; dalam surat Hud 25-33 yang bercerita tentang perdebatan Nuh A.S. dan kaumnya; dalam surat Hud : 84-93 yang bercerita tentang perdebatan Syu’aib dengan kaumnya; dan dalam surat Ghafir : 28-33 yang bercerita tentang perdebatan lelaki yang beriman dari keluarga Fir’aun dengan kaumnya.
4) Metode dialog
Salah satu metode dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an adalah metode dialog (tanya jawab). Metode ini banyak menggunakan kata – يسأل سأل . Menurut Bukhari dan Djawaher Chairani kata يسألونك dalam al-Qur’an terulang sebanyak 15 kali, 5 makkiah dan 10 madaniyyah. Sedangkan kata سأل terulang sebanyak 89 kali.
Penggunaan kata يسألونك biasanya ada yang melatarbelakangi (asbab al-nuzul) munculnya pertanyaan tersebut, namun yang menjadi acuan -seperti yang diungkapkan oleh Abd. Rahman al-Sa’di- adalah keumuman lafaz, “al-‘ibrah bi ‘umumi al-fazh la bikhushush al-asbab.”
5) Metode qashash
Metode qashash merupakan salah satu bentuk metode dakwah dalam al-Qur’an. M. Quraish Shihab seperti yang dikutip oleh Bukhari dan Djawaher Chairani mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan metode dakwah dalam al-Qur’an adalah berkisar pada tiga macam peristiwa yang terjadi : (1) kisah yang menyangkut pelaku dan tempat terjadinya, seperti kisah para nabi (antara lain Q.S. al-A’raf : 56, 65, 73, dan 85, Q.S. al-Naml : 15 dan 19); (2) kisah yang berupa peristiwa yang telah terjadi dan masih dapat terulang kejadiannya, seperti kisah perbuatan cabul kaum Luth (Q.S. al-Naml : 54 dan 58) dan kisah pembunuhan Qabil terhadap Habil (Q.S. al-Maidah : 27 dan 30); dan (3) kisah simbolis yang tidak menggambarkan peristiwa yang telah terjadi, namun dapat saja terjadi sewaktu-waktu, seperti dalam Q.S. al-Kahfi : 32.
6) Metode perumpamaan (amtsal)
Salah satu metode dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an adalah metode amtsal (perumpamaan). Metode ini termasuk efektif dalam menyampaikan pesan kepada orang lain karena mudah diingat dan punya pengaruh yang mendalam terhadap jiwa. Metode amtsal ini dapat kita temukan dalam al-Qur’an surat Ibrahim : 24-26, al-Hajj : 73, al-Ra’d : 17, al-‘Ankabut : 41, al-Nahl : 75-76.
7) Metode tabsyir dan tandzir
Salah satu metode dakwah dalam al-Qur’an adalah metode tabsyir dan tandzir. Tabsyir artinya menyampaikan kabar gembira dan tandzir artinya menyampaikan berita yang menakutkan. Kata tabsyir dengan berbagai derivasinya ada 86 kali dalam al-Qur’an, makkiah 34 kali dan madaniyyah 52 kali. Sedangkan kata tandzir dengan berbagai derivasinya ada 129 kali, terdiri dari makkiah 15 kali dan madaniyyah 114 kali. Metode dakwah dengan pola ini dapat kita temukan dalam Q.S Maryam : 97 dan al-Ahzab : 45 dan 46.
Metode ini disebut juga dengan metode targhib dan tarhib. Metode ini dapat memberi pengaruh yang luar biasa terhadap seseorang. Karena jiwa manusia itu lemah sehingga membutuhkan nutrisi untuk beramal dan nutrisi itu adalah targhib dan tarhib.
8) Metode taysir
Salah satu metode dakwah yang ditawarkan dalam al-Qur’an adalah memberi kemudahan dengan cara menawarkan solusi dan alternatif lain kepada orang yang tidak bisa mengerjakan suatu perintah. Konsep ini ditegaskan dalam surat al-Baqarah : 185.
Artinya : ...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Aplikasi dari metode ini banyak kita temukan dalam al-Qur’an, seperti kebolehan tayamum bagi orang yang tidak mendapatkan air (Q.S. al-Maidah : 6), puasa 10 hari bagi orang yang tidak mampu membayar hadyu dalam haji tamattu’, (Q.S. al-Baqarah : 196), dan memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian untuk mereka atau memerdekakan budak atau puasa tiga hari bagi orang yang melanggar sumpah (Q.S al-Maidah : 89).
9) Metode nasehat
Nasehat sebagai metode dakwah dapat kita temukan dalam al-Qur’an surat al-A’raf : 21 dan 62. Kata نصح dengan berbagai derivasinya terulang sebanyak 13 kali dalam al-Qur’an, terdiri dari makkiah 2 kali dan madaniyyah 11 kali. Kata نصح berarti memperbaiki antara dua sesuatu atau mendamaikannya. Nashih selain berarti orang yang memberi nasehat bisa juga berarti bersih yang tidak bercampur dengan yang lain, seperti dalam Q.S. al-Tahrim :8.
Kata نصح dalam al-Qur’an digunakan untuk hal-hal berikut : (1) mempengaruhi orang lain, seperti ajakan setan kepada Adam dan Hawa untuk memakan buah larangan (Q.S al-A’raf : 21) ; (2) meninggalkan tempat, seperti meninggalkan Mesir (Q.S. al-Qashash); (3) dan menyampaikan risalah Allah, seperti dilakukan Nabi Hud, Shaleh, dan Syu’aib (Q.S. al-A’raf : 62, 68, 79, dan 93).
10) Metode uswatun hasanat
Salah satu metode dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an adalah metode uswatun hasanat. Metode ini dapat ditemukan dalam Q.S. al-Ahzab : 21 dan al-Mumtahanah : 4 dan 6. Metode ini merupakan metode yang sangat efektif dalam mengajak kepada kebaikan dan merubah perilaku buruk seseorang, orang juga dengan mudah mencontoh apa yang kita lakukan sehingga ada yang mengatakan “lisan al-hal khairun min alfi maqal”.
Seyogyanya seorang da’i menjadi panutan bagi orang yang didakwahinya, seperti berakidah yang lurus, beribadah yang benar, sesuai ucapan dengan perkataan, punya integritas yang tinggi, dan tidak cinta dunia.
11) Metode wisata
Salah satu metode dakwah yang ditawarkan al-Qur’an adalah wisata dakwah. Metode ini diungkapkan dalam al-Qur’an dengan kata سيروا (berjalanlah), انظروا (perhatikanlah), dan dalam bentuk yang lain. Metode ini dapat kita temukan dalam Q.S. al-An’am : 11, al-Naml : 69, dan al-Ghasiyah : 17-21.
12) Metode perbandingan
Perbandingan sebagai sebuah metode dakwah dalam al-Qur’an dapat kita temukan dalam Q.S. Shad : 28 dan al-Qalam : 35.
II.5. Ayat-Ayat Dakwah Dalam Perspektif Makkiah dan Madaniyyah
Dilihat dari sisi tempat atau waktu diturunkannya al-Qur’an, maka al-Qur’an terbagi menjadi makkiah dan madaniyyah. Objek dakwah pada ayat-ayat makkiah tentu berbeda dengan objek dakwah dalam ayat-ayat madaniyyah. Begitu juga materi dakwah dalam ayat-ayat makkiah tidak sama dengan materi dakwah pada ayat-ayat madaniyyah.
a. Ayat-ayat makkiah
Secara umum ayat yang diturunkan di Mekah ditujukan kepada orang-orang musyrik dan fokus materinya adalah masalah akidah, seperti dalam al-Qur’an surat Maryam : 93-95, al-An’am : 100-102, dan al-A’raf : 194.
b. Ayat-ayat madaniyyah
Adapun ayat-ayat madaniyah secara umum objek dakwahnya adalah orang-orang Yahudi, munafik, dan umat Islam. Sedangkan materi dakwahnya di samping membicarakan masalah akidah, juga memberikan porsi yang besar pada masalah hukum, ekonomi, dan sosial. Hal ini bisa dilihat dalam surat al-Baqarah : 178, 108-116, 183, al-Nisa’ : 142,145, dan 153.
III. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan beberapa poin berikut :
a. Kata dakwah secara etimologi berarti mengajak, menyeru, dan memanggil.
b. Pengertian dakwah secara terminologi cendrung mempunyai arti mengajak kepada kebaikan hal itu dikarenakan beberapa faktor : (1) Yang membuat defenisi adalah orang Islam sehingga dakwah disini cendrung dengan dakwah Islam dan (2) terma dakwah dalam penggunaannya memang identik dengan aktivitas yang dilakukan oleh umat Islam.
c. Kata dakwah mempunyai banyak sinonim seperti, tabligh (menyampaikan), al-amr bi al-ma’ruf (memerintahkan kepada kebaikan), al-nahy ‘an al-munkar (melarang dari perbuatan munkar), al-nashihah (memberi petunjuk yang baik), khithabah (memberi khutbah atau nasehat kepada orang lain), mau’izhah (memberi pelajaran yang baik kepada orang lain), al-irsyad (memberi petunjuk kepada orang lain), al-di’ayah (propaganda), washiyyah (wasiat), tabsyir (memberi kabar gembira), tadzkirah atau indzar (peringatan), al-jihad (berjuang), dan al-wa’id (janji dan ancaman).
d. Kata dakwah dalam al-Qur’an dengan berbagai derivasi dan pengulangannya ada sebanyak 212 kata yang terdiri dari Fi’il madhi 30 kata, fi’il mudhari’ 111 kata, fi’il amr 32 kata, mashdar 32 kata (dalam bentuk kata da’wah 10 kali, du’a 20 kali, dan jama’ “ad’iyyah” 2 kali), dan isim fa’il 7 kata.
e. Kata dakwah dengan berbagai derivasinya dalam al-Qur’an digunakan dalam arti mengajak kepada kebaikan yang subjeknya adalah Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman, juga berarti menyeru, memanggil, dan berdo’a serta digunakan untuk mengajak kepada kejelekan yang subjeknya adalah setan, orang kafir, dan orang-orang munafik. Sementara dalam bentuk ism, kata dakwah berarti seruan, panggilan, dan do’a.
f. Al-Qur’an mempunyai metode dakwah yang beragam. Metode ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mendakwahi orang lain. Perbedaan karakter, sosial, dan budaya objek dakwah (mad’u) juga membuat metode dakwah juga harus dibedakan.
g. Ayat-ayat makkiah dan madaniyyah mempunyai perbedaan dari sisi objek dakwah dan materi dakwah yang ada. Ayat makkiah objek dakwahnya adalah orang-orang musyrik, sedangkan ayat-ayat madaniyyah objek dakwahnya adalah orang-orang Yahudi, munafik, dan umat Islam. Adapun materi dakwah ayat-ayat makkiah lebih menekankan kepada aspek akidah, sedangkan ayat-ayat madaniyyah di samping bicara masalah akidah, juga membahas masalah hukum, ekonomi, dan sosial.
2. Saran
Demikianlah makalah sederhana ini penulis tulis semoga dapat memperkaya khazanah keilmuan kita dan memberikan inspirasi tiada henti untuk pembaca semuanya. Penulis sarankan kepada pembaca untuk dapat mengembangkan tulisan ini dalam bentuk tesis, seperti metode dakwah dalam al-Qur’an, konsep taysir dalam al-Qur’an, Ayat-ayat dakwah dalam perspektif makkiah/madaniyyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abadiy, Al-Fairuz, al-Qamus al-Muhith, (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabiy, 2000)
Al-‘Assal, Khalifah Husein, Ma’alim al-Da’wah al-Islamiyyah fi ‘Ahdiha al-Makkiy, (Kairo: Al-Azhar Press, 2001)
Al-Bayanuniy, Muhammad Abu al-Fath, al-Madkhal Ila ‘Ilmi al-Da’wah, ( Beirut : Muassasah al-Risalah, t.t.)
Al-Maghzawiy, Abd. Rahim ibn Muhammad, Wasail al-Da’wah, (t.tp: Dar Isybiliya, t.t.)
Al-Shabuniy, Muhammad Ali, Shafwat al-Tafasir, (Kairo : Dar al-Shabuniy, t.t.)
Al-Syafi’i, Husein Muhammad Fahmi, al-Dalil al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim, (Kairo : Dar al-Salam, 2002)
Al-Qaththan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terj. Mudzakir AS. (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2004)
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009)
Ash-Shiddiqie, T.M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2002)
Bukhari dan Chairani, Djawaher, Perspektif Metode Dakwah Dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Al-Qur’an, (Padang : IAIN Imam Bonjol Press, 1999)
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Kairo : Dar al-Hadits, 2002)
Makluf, Louis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut : Dar al-Masyriq, 1994)
Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2002)
Ne’mah, Fuad, Mulakhkhash Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Damaskus : Dar al-Hikmah, t.t.)
Yusuf, Muhammad Khair, al-Da’wah al-Islamiyyah; Mafhumuha wa Hajah al-Mujtamaat Ilaiha, (Riyadh : Dar al-Thuwaiq, 1993)
0 Comment