TINJAUAN TEORITIK TENTANG DAKWAH DAN TEKNOLOGI
A. Pengertian Dakwah
Makna dakwah adalah Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi
Muhamad Saw, sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak
ada kebatilan di dalamnya, baik di depan maupun dibelakangnya, dengan
kalam-Nya yang bernilai mukjizat, dan yang di tulis di dalam mushaf
yang diriwayatkan dari Nabi Saw, dengan sanad yang mutawatir, yang
membacanya bernilai ibadah.
Sedangkan, secara
etimologis,
kata dakwah berasal dari Bahasa Arab ( دعو
ة- د عا –
يد عو ا) yang berarti ajakan, atau
seruan. Secara bahasa, dakwah berarti mengajak orang lain pada
kebaikan yang di ridhoi Allah Swt. Ataupun mencegah keburukan yang
dimurkai-Nya. Pengertian etimologis ini mengandung makna bahwa
kegiatan dakwah adalah ajakan atau seruan untuk berbuat baik sesuai
dengan ajaran agama, berdasarkan perintah Allah dan Rosul-Nya.
Kegiatan menyeru dalam kebaikan ini bisa dilakukan baik secara
individu ataupun kelompok secara bersama-sama terhadap masyarakat
umum yang lebih luas.
Menurut istilah, banyak
pendapat tentang definisi dakwah, antara lain dakwah menurut istilah
sebagaimana diungkapkan oleh Mohammad Natsir (2000 : 3) menetapkan
definisi dakwah adalah usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan tujuan
hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar ma’ruf nahyi munkar,
dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak, dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah
tangga (usrah),
bermasyarakat dan bernegara.
Selain dari pengertian di atas, seorang
ulama Syekh Muhammad Al-ghozali dalam bukunya “Ma’a Allah”, ia
mengatakan:
Dakwah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang
dibutuhkan manusia untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup
serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadiorang yang
dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan man kawasan yang di
larang. (Aziz, 2004 : 5).
Sementara itu seorang
pakar antropologi dakwah Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA (2004 : 85)
mendefinisikan dakwah secara kontekstual, aktivitas dakwah adalah
proses melakukan perubahan situasi dan kondisi sosial masyarakat,
dari kondisi sosial yang buruk menjadi lebih baik, dari situasi yang
kurang mendukung menjadi situasi yang lebih kondusif. Dengan bahasa
Al-Quran nya dakwah berarti upaya melakukan perubahan masyarakat
manusia dari kondisi jahiliyah menjadi masyarakat beraqidah
islamiyah, dari kondisi masyarakat tradisional menjadi masyarakat
modern dan profesioanal. Perubahan masyarakat kearah yang lebih baik
melalui inovasi, modernisasi dan tekhnologi adalah bagian dari target
dakwah sosial secara antropologis yang harus dilakukan oleh para juru
dakwah di era transformasi dan informasi.
Pengertian dakwah tersebut mengandung makna yang sangat luas, karena
di zaman nodern dan semakin majunya tekhnologi ini, maka para
pengemban dakwah memiliki kesempatan untuk memanfaatkannya, sehingga
dakwah yang dilakukan saat ini bisa menggunakan berbagai macam media.
Dalam pandangan psikologi, dakwah diartikan
sebagai suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku
dan sebagainya yang dilakuakan secara sadar
dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadarana, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai pesan (message) yang disampaikan padanya dengan
tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka esensi dakwah
adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta
bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan
penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk
kepentingan juru dakwah/ juru penerang (H.M Arifin, 2004 : 6).
Oleh sebab itu, kegiatan dakwah merupakan sebuah aktivitas yang
sangat menguntungkan bagi semua orang, karena dakwah mencakup seluruh
bidang kehidupan manusia, dengan tujuan mengubah yang buruk menjadi
baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Dakwah adalah solusi cerdas bagi hidup dan kehidupan, sehingga
menjadikan hidup ini lebih terarah dan teratur, dengan adanya
koridor-koridor yang telah di berikan oleh agama kepada seluruh
umatnya.
Secara singkat, Ahmad
Mansyur Suryanegara berpendapat :
bahwa dakwah “ Aktifitas menciptakan perubahan sosial yang
didasarkan pada tingkah laku pembaharunya. Oleh karena itu yang
menjadi inti dari kegiatan dakwah adalah perubahan kepribadian
seseorang dan masyarakat secara budaya”. (Muhyiddin dan Syafei,
2002 : 28)
Lebih lanjut Ahmad Ghalwusy menambahkan (1987 :
10-11) dakwah yaitu:” Menyampaikan pesan islam kepada manusia di
setiap waktu dan tempat dengan metode-metode dan media-media yang
sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah
(mad’u)”.
Secara akumulatif, kegiatan dakwah merupakan kegiatan multi dialog
yang bersumber dari wahyu tuhan, atau dialog sosial budaya, seni,
ekonomi, dan sebagainya yang bersumber dari kreatifitas cipta, karsa,
dan karya sebagai produk daya nalar akal kreatif manusia dalam rangka
menjawab tantangan dan kebutuhannya.
Dari daya nalar kreatif tersebut menunjukan bahwa
manusia memiliki banyak potensi yang dapat di sumbangkan untuk
kegiatan dakwah. Pada saat ini, kegiatan dakwah harus tampil dengan
“wajah baru” lebih menarik, kreatif dan inovatif.
Inti dari kegiatan dakwah adalah komunikasi, baik
secara langsung berhadapannya komunikator dengan komunikant, ataupun
secara tidak langsung, yaitu melalui alat atau media yang bisa
menghubungkan pesan. Jika ada perbedaan antara dakwah dan komunikasi,
secara khusus, terletak pada tujuan, cara, dan harapan yang akan di
capai. Menurut Toto Tasmara (1986 : 39-40) “Ciri khas yang
membedakannya adalah pada pendekatan yang dilakukan dengan tujuan
mengharapkan terjadinya perubahan / pembentukan sikap dan tingkah
laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam,
dengan memperhatikan siapa pelakunya, apa isi pesannya, bagaiman cara
dan apa tujuannya”.
Bentuk karya dakwah dalam dimensi di zaman
tekhnologi ini, yakni berupaya menjabarkan nilai-nilai Islam
normatif (dalam Al-Quran dan Al-hadits) menjadi konsep-konsep
kehidupan yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya mengupayakan bagaimana follow up dalam konsep nyatanya,
sehingga Islam tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan
manusia.
B. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah pada hakikatnya adalah mengajak
manusia ke jalan yang benar. Dakwah menyeru manusia kepada islam yang
hanif dengan keutuhan dan keuniversalannya, dengan syiar-syiar dan
syariatnya, dengan aqidah dan kemuliaan akhlaknya, dengan metode
dakwah yang bijaksana dan sarana-sarana dakwah yang unik, serta cara-
cara penyampaiannya yang benar. Allah Swt.
Berfirman dalam Al-Quran Surat Al- Maidah ayat 15-16 :
Artinya : “
Hai ahli kitab Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-kitab yang kamu sembunyikan,
dan banyak( pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahay dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus “. (Hasbi
Ashhidiqi,1971 : 161).
Seperti apapun metodenya, dakwah haruslah
tersampaikan dengan cara yang baik, sehingga tujuan utama dakwah
dapat tercapai, untuk itu Asep Muhyidin
(2002, 31) mengatakan hakikat dakwah dapat dirumuskan sebagai suatu
kewajiban mengajak manusia ke jalan Tuhan dengan cara hikmah
(dilakukan dengan bijaksana sesuai
dengan latar belakang mad’u), mau’idzotil
hasanah (dengan nasehat yang baik),
mujadalah yang ahsan (dengan
bantahan yang baik).
Lebih jelas Abdullah Ali
(2004, 105) mengatakan, “ Berdasarkan konsep Al-quran misi dakwah
adalah menyeru manusia agar selalu berbuat baik (amar ma’ruf) dan
mencegah masyarakat dari perbuatan yang merusak (nahi munkar). Dari
misi ini diharapkan kegiatan dakwah akan membawa perubahan sosial
budaya, yakni perubahan perilaku masyarakat, baik secara individu
ataupun kelompok, sesuai dengan latar belakang pengetahuan,
keyakinan, norma dan nilai-nilai ajaran islam “.
Masyarakat Islam
haruslah masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, dalam
kehidupan sehari-harinya melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt,
bukan hanya sekedar ibadah-ibadah madloh, akan tetapi amal soleh
lainnya juga. Jika saat ini sasaran dakwah hanya terbatas kepada
masyarakat yang sudah mampu melaksanakan ibadah-ibadah madloh saja,
maka tujuan dakwah adalah menjadikan orang muslim meningkat derajat
keimanannya menjadi orang mukmin. Dan apabila yang dihadapinya adalah
seseorang muslim atau kelompok yang senantiasa melakukan hal-hal
menyimpang dan berprilaku buruk, maka tujuan dakwah adalah menjadikan
orang-orang tersebut menjadi orang muslim yang muhsin. Puncak dari
tujuan dakwah yaitu dapat merubah seseorang atau menciptakan suatu
komunitas muslim yang mukmin, dan menjadi orang yang mutaqien
di hadapan Allah Swt.
Akan tetapi, dakwah bukanlah sebuah paksaan bagi semua orang, dakwah
islam merupakan sebuah ajakan kepada kebenaran dan menyuruh
meninggalkan keburukan, sehingga dakwah di sampaikan secara halus dan
lembut oleh para da’I, dan umat Islam satu sama lainnya, karena
dakwah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap umat islam untuk
watawassoubilhaq watawasoubissobri. Di jaman ilmu pengetahuan
yang semakin maju ini, pastinya kehidupan dan pemikiran manusia pun
telah berkembang, dengan adanya dakwah Islam di tengah-tengah mereka
diharapkan mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, sehingga mereka mampu memfilter asupan-asupan dari dunia luar
yang memang tujuannya untuk merusak akidah umat islam.
Tugas utama bagi para juru dakwah
adalah mengingatkan (tadzkiroh), menyampaikan (tabligh), dan mengajak
(dakwah). Supaya masyarakat yang menjadi objek dakwah mampu
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Menuju jalan yang lurus
adalah target dakwah islam dengan proses komunikasi yang komunikatif,
jalan yang lurus adalah beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt sesuai
dengan tuntunan Al-Quran dan Al-hadits. Jika target yang menjadi
tujuan akhir dakwah ini tidak terealisasikan, itu bukanlah
semata-mata kesalahan para juru dakwah, tugas juru dakwah hanya
sekedar menyampaikan disesuaikan dengan kadar pemikiran mad’u tanpa
harus memberi paksaan apalagi kekerasan terhadap objek dakwah. Ada
hak perogatip Allah untuk memberikan hidayah kepada manusia yang di
kehendaki-Nya. Da’I berperan sebagai perantara, bukan penentu
hasil.
Senada dengan itu Abdullah Ali (2004 : 12).mengungkapkan dalam
bukunya “ antropologi dakwah,” Secara antropologis dakwah harus
bisa dilakukan dengan memperhatikan latar belakang sosial budaya
masyarakat, latar belakang tradisi dan adat istiadat, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad Saw.. “Khotibun naasa biqodri
‘uquulihim” ( Bicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar
kemampuan akal fikirannya, atau dengan kata lain sesuai latar
belakang sistem budaya, yang meliputi kepercayaan, pengetahuan, norma
dan nilai-nilai sosial yang dianutnya). Ungkapan Rosulullah yang
sederhana ini, secara antropologis mengandung makna yang sangat
dalam, agar para juru dakwah mempelajari dan memperhatikan dalam
mengajak manusia mengikuti ajaran Allah dan Rosul-Nya, sesuai norma
dan nilai-nilai kemanusiaan.
Adapun tujuan khusus dakwah adalah untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang sangat rumit, yang sedang dinadapi
oleh masyarakata, sehingga memerlukan solusi cerdas dan jalan keluar
secepatnya, yaitu masalah yang berkenaan dengan penghambatan
terwujudnya masyarakat madani yang sholih dan berakhlakul kharimah
baik bersifat individual ataupun sosial.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Jamaludin Kafie (1993, 67)
“ Tujuan dakwah adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan
memberikan pemecahan-pemecahan permasalahan yang terus berkembang,
atau dengan memberikan jawaban atss berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh setiap golongan di segala ruang dan waktu”.
C. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah tidak lepas dari unsur-unsur pelaksanaanya, jika unsur-unsur
dakwah itu tidak terpenuhi, maka dakwah tidak akan efektif dan
berjalan dengan baik, karena unsur-unsur dakwah ini sangat berkaitan
satu sama lainnya. Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :
Da’I (Subjek Dakwah), Mad’u (Objek dakwah), Materi dakwah,
Media dakwah, Metode dakwah.
- Da’I (Subjek Dakwah)
Da’I adalah subjek dakwah atau orang yang menyampaikan pesan dakwah
baik secara lisan maupun tulisan, adapun Da’I dapat diartikan
sebagai orang yang mengajak.
Dalam pengertian yang khusus (pengertian islam) da’I adalah orang
yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak
langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah
kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al-Quran dan as
sunah. Dalam pengertian khusus tersebut da’I
identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf nahyi munkar
(Slamet, 1994 : 57)
Setara dengan ungkapan diatas, Allah Swt berfirman dalam Qur’an
Surat Fushilat ayat 33-34
Artinya :
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya
Aku termasuk orang-orang yang berserah diri?".
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat
setia.
(Hasbi Ashhidiqi, 1971 : 778)
Pada umumnya, da’I
sebagai subjek dakwah dapat dilakukan oleh setiap orang muslim yang
mukallaf (sudah dewasa), sebagai individu yang dapat berperan
langsung menjadi juru dakwah. Seorang da’I harus senantiasa
bertanya pada dirinya, apa yang saat ini dibutuhkan oleh umat islam,
sehingga apa yang menjadi tujuan umat islam dapat tercapai bersama,
lewat perantara para juru dakwah atau da’i.
Da’I pun berperan sebagai penunjuk jalan dan
tempat bertanya untuk mencari solusi dalam aspek-aspek agama dan
kehidupan, sehingga da’I harus memiliki
wawasan yang luas khususnya ilmu agama, akan tetapi di jaman
tekhnologi dan pengetahuan yang semakin maju ini, maka seorang da’I
pun harus mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
pula.
Untuk itu, peningkatan kualitas sumber daya da’I pun penting untuk
diperhatikan, menurut Asep Muhyidin (2002 : 137-138) upaya pembinaan
dan peningkatan kualita sumber daya da’I yang meliputi pemberdayaan
da’I dalam pola fikir, wawasan, dan keterampilan diantaranya yakni
:
- Peningkatan wawasan intelektual dan kreativitas da’I dalam keilmuan dan keterampilan yang relevan.
- Peningkatan wawasan dan pengalaman spiritual da’I yang direfleksikan dalam kematangan sikap mental, kewibawaan, dan akhlaq al-karimah.
- Peningkatan wawasan tentang ajaran islam secara kaffah dan integral.
- Peningkatan wawasan tentang kebangsaan, kemasyarakatan, dan hubungan intern serta ekstern umat beragama sehingga tercermin sikap toleran.
- Peningkatan wawasan global dan ukhuwah islamiyah.
- Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u yang biasa di sebut dengan objek dakwah adalah orang yang
menerima pesan-pesan dakwah dari seorang da’I. setiap orang dapat
menjadi objek dakwah, karena cakupan objek dakwah ini sangat luas.
Karakteristik atau sosial budaya, pendidikan, dan latar belakang si
objek dakwah ini hendaknya harus diketahui terlebih dahulu oleh
seorang da’I supaya materi dan pesan-pesan dakwah yang akan
disampaikan dapat di terima oleh objek dakwah atau mad’u sesuai
dengan kemampuan dan pemahaman mereka.
Dengan beraneka ragamnya latar belakang masyarakat sebagai objek
dakwah, tentunya membuat para da’I harus benar-benar memperhatikan
latar belakang sosial budaya masyarakat agar dakwah yang dilaksanakan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya dakwah
adalah mengajak bukan memaksa. Oleh sebab itu agar dakwah itu
berhasil maka perlu melakukan pendekatan terhadap mad’u baik
pendekatan secara sosiologis ( pendekatan untuk memahami hakikat
masyarakat dalam kehidupan kelompok baik struktur, dinamika,
institusi, dan interaksi sosialnya), pendekatan antropologis (
memahami perilaku manusia latar belakang kepercayaan dan
kebudayaannya secara manusiawi) (Abdullah Ali, 2005 : 105), maupun
pendekatan secara psikologi ( memahami perilaku manusia sesuai dengan
latar belakang kejiwaannya)
- Materi Dakwah
Materi dakwah merupakan salah satu unsur paling penting dalam dakwah,
hal ini harus senantiasa di perhatikan oleh para juru dakwah, karena
suatu pesan atau materi dakwah akan menarik, apabila disampaikan
dengan cara yang baik, dan enerjik. Para juru
dakwah harus terampil dalam menyampaikan materi dakwah yang sesuai
dengan kebutuhan objek dakwahnya saat itu. Pesan atau materi dakwah
bisa berupa lisan, tulisan ataupun perbuatan yang baik (uswatun
hasanah).
Materi dakwah pastinya adalah ajaran Islam,
yang berpedoman pada Al-quran dan Hadits. Karena zaman semakin
berkembang, maka materi dakwah pun, harus disesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan masyarakat saat ini, tanpa harus mengurangi esensi dari
dakwah itu sendiri, dan tetap berpegang teguh pada Al-quran dan
Hadits.
Selain itu materi dakwah harus di sampaikan dengan
bahasa yang di mengerti oleh masyarakat yang menjadi objek dakwah,
sesuai kemampuan yang menerima materi. Diharapkan, materi dakwah
dapat memberi motivasi dan dorongan kepada objek dakwah dalam
melakukan ibadah dan amal soleh untuk menciptakan kehidupan yang baik
dan lebih baik lagi. Materi dakwah bisa dianggap komunikatif, apabila
masyarakat yang menjadi objek dakwah dapat memahami isi pesan atau
mateti dakwah yang disampaikan oleh para da’I atau juru dakwah.
- Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi
dakwah kepada mad’u. Selama ini banyak orang memahami bahwa
berdakwah adalah berceramah di atas mimbar yang merupakan suatu
bentuk media dakwah, yakni dakwah secara langsung. Hanya saja tidak
semua muslim mampu berdakwah langsung dihadapan jemaah banyak, akan
tetapi kewajiban berdakwah yang di kenakan kepada muslim yang sudah
baligh, harus dilaksanakan, minimal ia harus mampu melaksanakan
dakwah nafsiyah (diri sendiri) dan dakwah fardiyah (orang per orang).
Karena Allah menyuruh manusia untuk saling menasehati.
Bagi mereka yang tidak mampu dakwah secara langsung di depan jemaah,
mereka masih dapat melakukan dakwah lewat media lain. Media
cetak, media elektronok, bahkan tekhnologi pun bisa di manfaatkan
sebagai media dakwah,media transformasi ajaran Islam. Mereka yang
gemar menulis, dapat melakukan dakwah lewat tulisan. Esensinya sama
dengan dakwah langsung yaitu menyampaikan kebenaran dari
ajaran-ajaran Islam.
Seperti yang di ungkapkan Maman Abdul
Djaliel (1997 : 52), ragam media dakwah contohnya:
- Alat-alat elektronika, seperti radio, televisi, tape recorder, komputer, dan lain-lain.
- Tempat terbuka, seperti lapangan, halaman, dan lain-lain.
- Alat-alat cetak, seperti brosur, artikel, majalah, koran, buku, dan lain-lain.
- Gedung atau bangunan, seperti masjid, sekolah, gedung pertemuan, dan lain-lain.
- Seni, seperti kaligrafi, film, wayang, drama, lukisan, ukiran, dan lain-lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
telah membawa manusia menuju peradaban modern, suatu peradaban yang
ditandai dengan banyak dimanfaatkannya teknologi untuk membantu
aktivitas manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
selalu mempunyai ambivalensi yang saling bertolak belakang, disatu
sisi mempunyai dampak positif yang dapat membantu kehidupan manusia
akan tetapi disisi lain berdampak negatif yang dapat merugikan
kehidupan manusia. Dari segi positif mungkin tidak perlu untuk
dibicarakan karena sudah banyak kita rasakan manfaatnya. Akan tetapi
dampak negatif yang ditimbulkan, justru harus menjadi bahan pemikiran
semua orang untuk dicarikan jalan keluarnya.
(http://sopisan.wordpress.com)
Dalam hal ini, alat
komunikasi, merupakan aspek penting yang mendukung keberhasilan
dakwah, dalam meminimalisir atau bahkan mencegah dampak negatif dari
tekhnologi. Sehingga media dakwah yang diterapkan dapat masuk ke
kalangan masyarakat modern sebagai konsumen teknologi.
Terlebih di era informasi dan komunikasi seperti
saat ini, ketika masyarakat terus berkembang, dengan wawasan yang
semakin tinggi diharapkan ada sebuah perubahan yang positif dalam
masyarakat, ini menyebabkan objek dakwah semakain meluas dan daya
jangkaunya semakin tinggi. Kebutuhan sarana komunikasi yang semakin
berkembang dikalangan masyarakat, melahirkan media dakwah yang
beraneka ragam, ada dakwah yang dilakukan melalui media cetak, ada
juga melalui media elektronik.
Dakwah melalui media
elektronik inilah yang sekarang sangat diminati oleh masyarakat,
seperti media teknologi digital, sebagai salah satu wujud tekhnologi
mutakhir saat ini.
Menurut Zakiyah Darajat, “ 83 % perilaku manusia
dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya, 11 % dari apa yang didengarnya,
dan yang 1 % sisanya merupakan gabungan dari berbagai
stimulus yang diterimanya. (Ahmad, 1999 : 110). Semakin tepat media
yang digunakan, maka semakin efektif pula penyampaian ajaran islam
kepada masyarakat yang menjadi objek dakwah.
- Metode Dakwah
Allah swt menjelaskan bahwa risalah Nabi saw dimulai dari
pembacaan ayat kepada masyarakat, kemudian mengajarkan
hikmah-hikmahnya dan pembenahan diri. Risalah
tersebut merupakan tanggung jawab para Nabi untuk mengajak umat
manusia kepada Tauhid. Sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an
surat Al Jum`ah, ayat 2:
Artinya: ”
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah
(Assunah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.
(hasbi Ashhidiqi, 1971 : 932)
Seperti yang di ungkapkan oleh Jum’ah
amin Abdul Aziz dalam buku fiqih dakwah (2003 : 175), beberapa kaidah
dakwah dari ushul fiqih sebagai bekal bagi juru dakwah atau da’I,
yaitu :
- Memberi keteladanan sebelum berdakwah
- mengikat hati sebelum menjelaskan
- mengenalkan sebelum memberi beban
- bertahap dalam pembebanan
- memudahkan, bukan mempersulit
- yang pokok sebelum yang cabang
- membesarkan hati sebelum memberi ancaman
- memahamkan, bukan mendikte
- mendididk bukan menelanjangi
- muridnya guru, bukan muridnya buku
Intinya, apapun metode dakwah yang di terapkan, yang penting dapat
mengena dan di terima oleh masyarakat yang berperan sebagai objek
dakwah, dan sebelum seorang juru dakwah atau da’I menyampaikan
materi dakwahnya, ia harus terlebih dahulu menguasai medan dan objek
dakwah yang akan dihadapinya, oleh sebab itu hendaklah kaidah-kaidah
dakwah yang telah disampaikan di atas dapat diperhatikan oleh para
juru dakwah.
Allah swt telah mengajarkan perbagai
metode dakwah kepada Rasulullah. Dan metode dakwah yang beraneka
ragam sekarang ini dikarenakan adanya perbedaan dan tingkatan pada
intelektual quality (IQ) manusia sehingga daya pemahaman mereka tidak
sama, meskipun fitrah mereka sama. Obyek Quran yang berbeda-beda ini
menuntut metode dakwah yang variatif sehingga orang yang mempunyai IQ
tinggi, tidak merasa sombong dan tetap memerlukan pesan-pesan wahyu
dan sebaliknya bagi orang yang memiliki IQ rendah juga dapat
menjangkau pesan-pesan wahyu tersebut. Oleh karena itu, Al
Quran di samping menunjukkan metode dakwahnya dengan bentuk
hikmah, nasehat yang baik serta sanggahan yang bagus, ia juga
menunjukkannya dalam bentuk perumpamaan, supaya dapat dijangkau oleh
orang awam sekaligus menjadi penekanan untuk orang alim yang pada
intinya dapat diserap oleh semuanya. Jalan hikmah, nasehat baik,
serta sanggahan yang bagus dari satu sisi dan perumpamaan serta
cerita-cerita dari sisi lain merupakan metode yang komprehensif
dalam dakwah dan hal ini sebagai karakteristik Al Quran.
(http://quran.al-shia.com)
D. Pengertian Teknologi
a. Definisi
Teknologi
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh
Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan
salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup
dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi
sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut
Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan
konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan
dan pikiran, institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah
manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Pada umumnya orang selalu memahami bahwa teknologi
itu bersifat fisik, yakni yang dapat dilihat secara inderawi.
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang,
benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk
memudahkan dan menggampangkan realisasi
hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud
dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne)
manusia selaku homo technicus.
Dari sini muncullah istilah “teknologi”,
yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne”
manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi
saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih
dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku
homo technicus atau homo faber.
Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam
eksistensi manusia di dalam dunia. Ia (teknologi)
bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam
kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi
suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia,
yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu jenis
komunitas manusia yang lain
dan berbeda.
(http://sopisan.wordpress.com)
Adapun teknologi menurut Ali Akbar (2006 : 2-5), secara garis besar
dijelaskan lebih rinci:
Teknologi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu, teknologi informasi dan komunikasi.”
Teknologi adalah hasil budaya (daya kreasi dan inovasi) manusia yang
dapat mempermudah proses kehidupan manusia. Adapun data secara
ringkas diartikan sebagai kumpulan fakta mentah yang ada dalam
kehidupan. Data mencerminkan segala kehidupan yang ada di dunia, akan
tetapi data belum memiliki manfaat untuk manusia, karena data hanya
berupa carikan-carikan kenyataan yang belum disusun untuk memberikan
manfaat. Sementara informasi adalah hasil pengolahan data yang dapat
memberikan manfaat kepada manusia. Sebuah informasi pada umumnya di
cetak dalam bentuk laporan (report)
yang memberi manfaat/ arti pada pembacanya. Selain dalam bentuk
tabel, informasi dapat juga ditampilkan dalam bentuk lainnya, seperti
: Grafik, gambar, dan semua jenis metode penampilan yang memiliki
arti jika dibaca oleh penikmat informasi”.
Teknologi informasi
sangat berkaitan dengan komunikasi, karena kedua teknologi ini
memiliki peranan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia sebagai
konsumen teknologi.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi,
pada umumnya melalui protokol (bahasa yang sama). www.wikipedia.org
Lebih lanjut Onong Uchjana Effendi menambahkan (1992 : 5) Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
prilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui
media..dalam devinisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu
atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau prilaku
(behavior).
Secara lengkap arti dari teknologi
komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat
bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu
ke lainnya. Karena itu, Teknologi informasi dan komunikasi adalah
suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas
tentang segala aspek yang terkait dengan pemprosesan, manipulasi,
pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media
menggunakan teknologi tertentu. (Ali Akbar, 2006 : 8).
The Liang Gie (1996 :
23) menambahkan, “Teknologi mencakup segala yang dibuat manusia
untuk keperluan hidupnya, termasuk struktur organisasi modern yang
dianggap sebagai teknologi dari abad modern”. Abad modern yang
dikenal juga dengan era teknologi, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi, telah memberikan kemudahan berkomunikasi bagi manusia.
- Peran Komputer Sebagai Hasil Teknologi
Komputer berasal dari bahasa inggris to
compute yang berarti alat untuk
menghitung. Secara istilah yang disebut komputer adalah alat yang
terdiri dari komponen-komponen penyusun komputer (CPU, Memory dan
piranti masukan/ keluar) dan dapat digunakan untuk melakukan proses
penghitungan/komputasi tanpa mengenal lelah, bosan dan kesalahan.
Agar dapat melakukan tugasnya sebagai alat untuk memproses data
menjadi informasi, sebuah komputer disusun dari komponen-komponen
yang saling terintegrasi. (Ali Akbar, 2006 ; 13)
Sebagai hasil dari teknologi,
komputer memiliki peran tertentu, khususnya dalam penyampaian data
informasi, untuk itu komputer dapat diolah dan dibentuk oleh manusia
sendiri sesuai dengan fungsinya. Lahirnya komputer di era
globalisasi, memudahkan masyarakat dalam membantu tugas-tugasnya
untuk membuat berbagai file dan bermacam data, juga memudahkan dalam
mengakses berbagai informasi, sehingga keberadaannya menjadi sebuah
kebutuhan bagi manusia.
Adapun fungsi komputer menurut Wiener adalah bahwa
mesin komputasi modern pada prinsipnya merupakan sistem jaringan
syaraf yang juga merupakan peranti kendali otomatis. Dalam
pemanfaatan mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada pengaruh
sosial tentang arti penting tekhnologi tersebut yang ternyatmampu
memberikan “kabaikan”, sekaligus “malapetaka”.(Teguh Wahyono,
2006 : 23).
Wiener pun mengungkapkan dalam bukunya The
Human Use of Human Beings yang mencakup
beberapa bagian pokok tentang hidup manusia, prinsip-prinsip hukum
dan etika di bidang komputer. Bagian-bagian pokok dalam buku
tersebut adalah :
- Tujuan hidup manusia
- Empat prinsip-prinsip hukum
- Metode yang tepat untuk menerapkan etika
- diskusi tentang masalah-masalah pokok dalam etika komputer
- Contoh topik kunci dalam etika komputer. (Teguh Wahyono, 2006 : 24).
Dengan adanya ungkapan yang disampaikan Wiener, menjelaskan tentang
peran dan fungsi komputer untuk manusia, komputer sebagai sebuah alat
dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan tujuan hidup manusia, akan
tetapi komputer pun dapat menjadi malapetaka bagi manusia, jika
digunakan tidak sesuai dengan fungsi asalnya.
Moor mengatakan bahwa “teknologi
komputer itu memiliki sifat revolusioner
karena memiliki “logicali malleable”,
sehingga ia bisa melakukan aktivitas apapun dalam membantu tugas
manusia. Hal ini terjadi karena komputer bekerja menggunakan suatu
logika pemprograman tertentu yang bisa dibuat oleh programernya..
Komputer merupakan suatu alat yang universal. Tentu saja batas
komputer adalah seberapa besar batas dari kreativitas manusia
sendiri. (Teguh Wahyono, 2006 : 32).
Moor juga menambahkan, “revolusi komputer sedang
terjadi dalam dua langkah. Pertama adalah “pengenalan
teknologi” dimana teknologi komputer
dapat dikembangkan dan disaring. Kedua adalah “penyebaran
teknologi" dimana teknologi
mendapatkan integrasi kedalam aktivitas manusia sehari-hari dan
kedalam institusi sosial, mengubah seluruh konsep pokok, seperti
uang, pendidikan, kerja, pemilihan yang adil, dan bidang lain”.
(Teguh Wahyono, 2006 : 32-33)
Kemajuan teknologi saat
ini telah membawa banyak perubahan pada kehidupan manusia, seperti
dua sisi mata uang yang berbeda, teknologi pun ada yang berdampak
positif adapula yang negatip, untuk itu, manusia sebagai konsumen
harus mampu memfilter berbagai informasi atau data dari
program-program komputer.
Untuk itu, Abdul Muis (2001 ; 137) menjelaskan bahwa :
Dalam perubahan masyarakat
dewasa ini kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang amat diagungkan.
Untuk hidup sejahtera dan makmur lahir batin, masyarakat kita
seakan-akan menempatkan fenomena tersebut sebagai pilihan
satu-satunya. Siapa yang menguasai teknologi canggih dialah yang
makmur, sejahtera dan berkuasa. “menguasai” di sini dalam arti
luas, termasuk peranan sebagai penghasil (produsen), pencipta
disamping pemakai teknologi modern.
Komputer merupakan salah
satu teknologi yang berkembang sangat cepat dan banyak di konsumsi
masyarakat. Dulu, mengakses data berarti berkomunikasi dengan
komputer melalui teks secara monoton, akan tetapi kini tampilan
komputer sudah semakin canggih, dalam komputer banyak menyajikan
program-program yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan moral
masyarakat seperti, tampilnya teknologi digital dalam program
komputer, ada tajwid digital, Al-quran word, winzip, juga Al-quran
digital.
- Teknologi Sebuah Kebutuhan Manusia
Teknologi pasti akan
terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman inovasi-inovasi
tekhnik di berbagai bidang akan terus menjadi pendorong utama
berkembangnya teknologi informasi di masa depan. Penemuan-penemuan
perangkat baru seperti telepon seluler, yang semakin kaya fitur,
komputer-komputer, gadget mini dengan fitur seabreg seolah akan
membawa dunia tekhnologi informasi menuju ke arah teknologi informasi
yang ada dimana-mana (pervasive)
dan dapat diakses kapan saja. (Ali Akbar, 2006 : 152). Terlebih kini
lahir tampilan baru dari teknologi yaitu teknologi digital yang
melahirkan beragam produk digital, dengan tujuan untuk memudahkan
manusia dalam melakukan aktivitas ibadahnya, seperti digital holy
quran, digital audio haji, dan digital tajwid.
Teknik sebenarnya sesuatu yang diciptakan untuk
membantu manusia. Fungsinya terutama bersifat instrumental, yakni
menyediakan alat-alat bagi manusia. Kurang lebih sebagai perpanjangan
fungsi-fungsi tubuh manusia, seperti: kaki (alat-alat transportasi),
tangan (mesin-mesin, alat-alat berat), mata (film, televisi), telinga
(radio, telepon), sampai dengan otak (komputer). Tapi, dalam
perkembangannya kemudian, khususnya pada tahap penggunaannya, apa
yang dari semula dirancang sebagai sarana yang memungkinkan manusia
untuk memperluas penguasaannya terhadap dunia, ternyata menjadi sukar
dikuasainya sendiri, atau bahkan tidak bisa dikuasainya.
(www.binanusantara@.com)
Para ahli teknologi
mampu memanfaatkan perkembangan iptek bagi pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, dari segi materi, sosial dan spiritual secara lebih
seimbang. Sebagai makhluk yang istimewa, untuk melengkapi
kehidupannya manusia harus bekerja keras dan berkarya. Karya tersebut
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam
kehidupannya.
Bicara tentang kebutuhan manusia Abdullah Muhammad,
mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi empat kelompok. Pertama
kebutuhan ekonomi, merupakan
kebutuhan yang bersifat material, baik harta maupun benda yang
diperlukan untuk kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kedua
kebutuhan psikis, merupakan kebutuhan yang bersifat nonmaterial untuk
kesehatan dan ketenangan manusiasecara psikologi,biasa juga disebut
kebutuhan rohani seperti misalnya agama dan pendidikan.
Ketiga kebutuhan biologis, merupakan
kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi
yang diikat oleh tali pernikahan.
Keempat kebutuhan pekerjaan, merupakan
kebutuhan yang bersifat praktis untuk mewujudkan kebutuhan-kebutuhan
yang lain. (Teguh Wahyono, 2006 :44-45)
Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu
pengetahuan teknologi telah mampu memberikan kontribusi yang sangat
besar tehadap manusia, sehingga teknologi berperan sebagai pemenuhan
kebutuhan materi manusia. Manusia di zaman modern ini sudah banyak
yang terbelenggu oleh proses tekhnologi, tujuan awal teknologi dalam
membantu manusia kini beralih fungsi menjadi alat yang membelenggu
manusia.
Seperti yang di ungkapkan Kuntowijaya (2007 : 116)
” Manusia yng semula merdeka, yang merasa
menjadi pusat dari segala sesuatu, kini telah diturunkan derajatnya
menjadi tak lebih sebagai bagian dari mesin, mesin raksasa tekhnologi
modern. Karena proses inilah, maka pandangan manusia tentang manusia
menjadi tereduksi. Nilai manusia kini terdegradasi oleh proses
bekerjanya teknologi.”
Untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut
diatas, maka kemajuan iptek juga harus
dapat berfungsi untuk sosial dan spiritual, sehingga tidak hanya
sebagai pemenuhan nilai material belaka. Teknologi
yang hendak dikembangkan harus dapat dimanfaatkan untuk pemecahan
masalah-masalah konkrit dalam kehidupan,
sehingga fungsinya bernilai positif, dan berdampak baik terhadap
kelangsungan hidup dan kebutuhan manusia. Para
ilmuwan seharusnya memberi pemahaman serta petunjuk atau informasi
lain yang dianggap penting kepada manusia sebagai konsumen teknologi,
dalam pemanfaatannya, untuk mencegah dampak yang lebih buruk. Orang
semakin berpendidkikan dan pintar, maka tanggung jawabnya juga
semakin besar.
Tiga jenis
kebutuhan dasar manusia
(material, sosial, dan spiritual)
Pemenuhan kebutuhan yang tidak
seimbang
- Kenyataan membuktikan bahwa kemajuan di bidang iptek hanya membawa pengaruh dominan pada pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat material
- Dari segi materi, manusia mengalami kemajuan yang luar biasa, tapi tidak demikian dengan kehidupan sosial dan spiritual
Dapat
berfungsi sosial dan spiritual
- Dengan semakin kaya materi hendaknya hal itu semakin membuka kesadaran kita betapa besar kasih Tuhan kepada kita, dan sekaligus menyadari betapa dengan cara itu Tuhan mau memakai kita sebagai saluran berkatNya bagi sesama
d. Tanggung Jawab Ilmuwan di
Bidang Teknologi
Selain menciptakan teknologi, para ilmuwan dan
profesional di bidang teknologi pun harus memiliki standar etika
dalam penggunaan teknologi itu sendiri, dengan adanya etika dalam
teknologi diharapkan para konsumen teknologi dapat menggunakannya
untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif, sehingga yang terbentuk
adalah moral masyarakat pengguna teknologi yang bertanggung jawab.
Memperhatikan tuntutan etis
:Diharapkan bahwa semakin kemampuan manusia
bertambah dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
kemampuan untuk menyadari segi-segi etis dan nilai-nilai yang terkait
di dalamnya, semakin besar pula
Mengedepankan maksud baik
: Iptek yang dikembangkan haruslah didasari maksud baik, demi
kebaikan manusia, dan kehidupan pada umumnya.
Menyuarakan kebenaran : Sebagai
seorang ilmuwan sangat diharapkan memiliki pemahaman yang lebih luas
dan solusi yang lebih manusiawi dalam mengatasi suatu masalah sosial
Memperlihatkan keteladanan yang baik : Di
tengah situasi dimana segenap nilai mengalami kegoncangan, seorang
ilmuwan tampil dengan keteguhan hati dan penuh integritas diri.
Tentang etika dan tanggung jawab para ilmuwan teknologi pun di
ungkapkan oleh Teguh Wahyono ( 2006:19) ” Teknologi sebenarnya
hanya alat yang digunakan manusia untuk menjawab tantangan hidup.
Jadi faktor manusia dalam tekhnologi sangat
penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai teknologi maka
manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi
dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktivitasnya.
Hal itu memang karena manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan
inilah yang lalu harus ditutupi oleh teknologi tersebut. Bagaimana
pun, kendali penggunaan teknologi tetap sepenuhnya ada di tangan
manusia. Oleh sebab itu, pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan
norma dan etika kemanusiaannya tetap harus berada pada peringkat
teratas, serta tidak hanya melakukan pemujaan terhadap teknologi
tinggi belaka”.
Karena itu para ilmuwan tekhnologi khususnya, dan
pengguna teknologi umumnya, harus menjalankan kode etik-kode etik
teknologi, sebagai bukti tanggung jawab ilmuwan dan pengguna
teknologi terhadap perkembangan teknologi dalam kehidupan. Seperti
yang di tetapkan oleh IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan
Informatika), sesuai dengan perkembangan teknologi khususnya komputer
di Indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku
profesi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku
profesi terhadap masyarakat, kewajiban pelaku profesi terhadap sesama
pengemban profesi ilmiah, serta kewajiban pelaku profesi terhadap
sesama umat manusia dan lingkungan hidup. (Teguh Wahyono : 40).
Teknologi merupakan
salah satu fenomena sosial. Denagn demikian tanpa manusia, tanpa
masyarakat, teknologi pun tiada. Untuk itu bisa di katakan, di zaman
sekarang hampir semua aspek kehidupan manusia sudah tersentuh oleh
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi sudah memberikan kemudahan
bagi aktivitas kehidupan manusia. Quraisy Shihab (1998 : 440)
memandang bahwa :
Semboyan ilmu untuk ilmu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan oleh islam. Apapun ilmunya, materi pembahasannya harus
bismi rabbik,
atau dengan kata lain harus bernilai Rabbani. Sehingga ilmu yang
dalam kenyataannya ”bebas nilai”, harus diberi nilai Rabbani oleh
ilmuwan muslim.
Tanggung jawab moral itu meliputi
beberapa hal yaitu bagaimana kita ikut membentuk, mengatur, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan teknologi untuk membentuk habitat
manusia yang sehat, manusiawi, dan berakhlaq. perubahan perilaku
individual tidak lagi cukup; ada perubahan global lingkungan
kehidupan yang harus berlangsung demi mempertahankan karakter
teknologi yang bertanggung jawab. Dalam lingkungan kehidupan, ini
berarti mempertahankan karakter manusiawi sehingga tidak jatuh ke
dalam nilai-nilai teknologi yang semata-mata menekankan hasil dan
komersial belaka.
Sikap utama yang harus dibentuk adalah kesadaran
bahwa teknologi tetap harus terikat ke aspirasi kita sebagai umat
manusia, dengan impian dan cita-cita akan masa depan yang lebih baik
di dalam kebudayaan teknologi. Sebuah sikap
yang harus dipegang adalah, tidak pernah seorang manusia pun boleh
dijadikan tujuan di luar kemampuan dirinya sendiri.
E. Teknologi
Digital Sebagai Media Dakwah
Dalam memanfaatkan kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi, umat
islam khususnya harus mampu menciptakan suatu program dari teknologi
untuk kelangsungan syiar islam, termasuk didalamnya aktivitas dakwah
islam. Kegiatan dakwah islam harus mampu mengantisipasi kemungkinan
timbulnya efek negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk itu
sangat diperlukannya sumber daya manusia muslim yang mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan serta mamanfaatkannya
untuk kebaikan dunia dan akhirat yang tetap berlandaskan kepada
Al-quran dan hadits.
Menurut Kuntowijoyo (2007 : 92) dalam bukunya
islam sebagai ilmu, mengatakan ” Ilmu sebagai pelembagaan dari
pengalaman, penelitian, dan pengetahuan, diharuskan melaksanakan ayat
ini, yaitu amar ma’ruf
(menyuruh kebaikan), nahi munkar
(mencegah kejelekan), dan tu’minuna
billah (beriman kepada Allah).
Ketiganya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari ilmu pengetahuan
dan ilmu sosial profetik.”
Disamping itu teknologi dengan nilai negatifnya
akan mampu menjadikan manusia lebih mengutamakan teknologi, daripada
beribadah kepada Allah Swt. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan dalam
situs sopisan.wordpress.com
di internet.
dampak dari perkembangan teknologi mutakhir
menyebabkan manusia lalai akan tugasnya yang paling utama dimuka
bumi. Dari kondisi seperti inilah, perlu adanya orang orang yang
menyeru dan mengajak mereka untuk kembali kejalan yang benar. Oleh
karena itu perlu adanya dakwah-dakwah yang dapat meng–counter
dampak negatif tersebut. Dan salah satu prinsip dalam berdakwah yaitu
prinsip tajadudiyah dimana dakwah harus disesuaikan dengan kondisi
zaman dimana dakwah itu dilaksanakan. Oleh karena itu sangatlah tepat
kiranya, apabila di era globalisasi ini kita manfaatkan teknologi
sebagai media dakwah global. Yaitu sutau media yang dapat membuat
mereka menerima kebenaran Islam, bukan mencaci, dan suatu media yang
dapat mendekatkan mereka kepada nilai nilai yang islami bukan
menyebabkan mereka menjauhinya.
untuk itu Israr menambahkan.”Cara
dan upaya, maupun strategi dakwah islam tidak harus kaku dan statis.
Akan tetapi dalam kenyataan sejarah, ia senantiasa berubah dan
mengalami kemajuan-kemajuan, dan hal ini seiring dengan kemajuan
peradaban manusia itu sendiri. Media yang digunakan untuk berdakwah
itu sendiri juga berkembang dan mengalami kemajuan”. (Israr, 1993 :
4).
Kemajuan berfikir masyarakat yang diiringi dengan kemajuan teknologi
informasi, membawa dampak perubahan terhadap aspek kehidupan. Tidak
terkecuali aspek dakwah. Tujuan dakwah adalah mengharapkan agar
terjadinya perubahan prilaku masyarakat objek dakwah baik individu,
maupun masyarakat, menjadi lebih baik. Berhubungan dengan perubahan
sosial, proses dakwah menghadapi permasalahan yang kompleks dalam
bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, iptek, dan lain-lain.
Untuk itu diperlukan strategi baru dalam berdakwah sehingga dapat
mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dalam
rangka melakukan pengarahan dan perubahan menuju kehidupan individu
dan lingkungan masyarakat yang lebih baik.
Fenomena terkini dalam bidang sosial adalah, adanya penemuan baru
dalam bidang teknologi digital. Dengan lahirnya tekhnologi digital
ini, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media aktivitas
dakwah islamiyah bagi para juru dakwah. Manusia sebagai khalifah fil
ardi (wakil Tuhan di bumi), predikat ini seolah-olah Allah
mempercayakan kekuasaan-Nya kepada manusia untuk mengatur dunia ini,
dalam barbagai bidang, termasuk bidang keilmuan dan teknologi,
sehingga tugas dan kewajiban manusia di dunia begitu berat. Maka
sebagai makhluk yang paling muliya, manusia harus mampu menata dan
menciptakan kehidupan di dunia ini untuk kebaikan.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Quran Surat Ali-imran ayat 110 :
Artinya : Kamu adalah (umat islam) terbaik,
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
(Hasbi Ashhidiqi, 1971 : 94).
Dakwah diera teknologi,
berarti penyampaian pesan dalam rangka komunikasi dengan menggunakan
alat teknologi serta ilmu pengetahuan., sehingga pesan dapat
tersampaikan secara jelas, lebih cepat dan efisien. Pada zaman modern
sekarang yang dikenal sebagai era digital, alat-alat informasi
digital sangat berguna untuk memberikan kekuatan dalam rangka
percepatan komunikasi, sehingga pesan-pesan dakwah islam dapat di
sebar luaskan kepada manusia. Dakwah islam sebagai suatu proses
komunikasi, juga dapat berlangsung dinamis dalam melakukan
perubahan-perubahan yang lebih baik dalam kehidupan manusia, melalui
ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Ilmu serta hasil pemikiran para intelektual baru akan relevan,
sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan segala aspek kehidupan yang
terus berkembang dan meningkat, bila dirangkaikan dengan segi-segi
praktis (teknologi). Itulah arti ungkapan ”ilmu tanpa diamalkan
bagaikan pohon tak berbuah,” atau ”awan yang tak menghasilkan
hujan”. (Quraish shihab, 2002 : 390).
Persoalan
yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu
muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti
perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment),
kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka
peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Ledakan-ledakan
informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak
boleh di
biarkan lewat begitu saja. Seorang juru dakwah harus berusaha
mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan
aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi.
Untuk itu para intelektual muslim dan para juru dakwah harus mampu
memanfaatkan teknologi ini untuk perkembangan dakwah islamiyah,
sehingga kelahiran teknologi dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia
dunia juga akhirat. Karena yang dikembangkan adalah segi-segi positif
dan nilai-nilai kebenaran (Robbaniah), yang menghasilkan kualitas
manusia berakhlakul kharimah, dalam memelihara bumi ciptaan Allah
Swt, yang telah di amanahkan kepada makhluk tuhan paling mulia yaitu
manusia.
Kemajuan teknologi saat ini berkembang luar
biasa pesat. Salah satu faktor yang paling berperan dalam era
kecanggihan teknologi ini adalah lahirnya sistem digital. Melalui
sistem digital, berbagai bidang teknologi mengalami kemajuan yang
luar biasa, seperti bidang komputer, software, telekomunikasi, hingga
penerbangan luar angkasa
Tak aneh lagi, semua
sisi kehidupan manusia ditunjang sepenuhnya oleh perangkat yang serba
canggih dan serba digital. Sangat ironi, ketika semua piranti
penunjang segala aktifitas manusia telah begitu canggih dan modern,
ternyata mental manusia penggunanya masih analog (tertinggal).
Sehingga dapat dibayangkan, banyak terjadi ketimpangan di sana-sini.
Solusinya sudah tentu dengan mengimbangi teknologi digital tersebut
dengan manusia digital.
Teknologi digital muncul di era modern ini
setelah ditemukannya bilangan biner, yaitu angka nol dan satu sebagai
sistem transformasinya. Bilangan biner tidak mengenal angka lain
kecuali angka nol dan satu. Angka
nol adalah cermin dari kebersihan jiwa dan pikiran, sedangkan angka
satu adalah lambang keEsaan Tuhan, dengan kata lain berprinsip hanya
untuk Allah yang tiada sekutu bagiNya, laa ilaaha(0) illallah(1).
Inilah yang harus tertancap kokoh dan mengakar kuat dalam hati
sanubari manusia, hingga apa yang dia lakukan, apa yang dia katakana
merupakan cermin dari keikhlasan dan ketulusan, berprinsip hanya
kepada Allah. Terciptalah manusia digital mewujudkan tuntutan dari
kalimat laa ilaaha illallah disegenap hidupnya. Dia akan senantiasa
sejalan dengan rambu-rambu menjalani hidup yang telah Allah berikan
Manusia digital adalah
manusia yang Tentunya memiliki bilangan biner sebagai sistem
transformasi atas potensi spiritualnya, yaitu yang berbasis pada
angka nol dan satu. Apabila ini terwujud, maka akan lahir sebuah
peradaban manusia tertinggi yang memiliki kemampuan IPTEK DIGITAL dan
IMTAK DIGITAL. Saat itulah muslim sebagai generasi emas akan lahir
dan tumbuh di bumi.
Sesuai dengan kutipan diatas, maka di jaman teknologi digital saat
ini, umat muslim harus senantiasa berperan dalam kemajuan islam
khususnya di bidang dakwah, yang sekarang dapat dipadukan antara
dakwah dengan teknologi digital, sehingga para manusia digital pun
berperan sebagai da’i atau juru dakwah. Untuk itu, fitur-fitur
digital yang diciptakan haruslah sesuai dengan misi dakwah islamiyah,
yaitu merngajak manusia dalam amar makruf nahyi munkar.
Adapun arti istilah
Digital
dianggap berkaitan erat dengan pengertian berikut:
Digital merupakan
hasil teknologi
yang mengubah sinyal
menjadi kombinasi
urutan bilangan 0 dan 1 (disebut juga dengan biner)untuk
proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal
tersebut disebut sebuah bit.
Sinyal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang
tidak dapat ditemukan pada teknologi analog,
yaitu mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat
membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi
- penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri.
- informasi dapat dengan mudah di proses dan dimodifikasi kedalam berbagai bentuk
- dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.
Komputer mengolah data yang
ada adalah secara digital, melalui sinyal listrik
yang diterimanya atau dikirimkannya. Pada prinsipnya, komputer hanya
mengenal dua arus, yaitu on
atau off,
atau istilah dalam angkanya sering juga dikenal dengan 1 (satu) atau
0 (nol). Kombinasi dari arus on atau off inilah yang yang mampu
membuat komputer melakukan banyak hal, baik dalam mengenalkan huruf,
gambar,
suara,
bahkan film-film menarik yang dapat ditonton dalam format
digital.
Hal diatas diperjelas dalam website wikipedia.
Kata Digital berasal dari kata Digitus, dalam
Bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari
orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut
terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital
merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan
yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on
(bilangan biner).
Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis
datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit
(Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer,
pada prosesornya memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit.
Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran
pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar
lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang.
Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan
menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut
sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang
dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara
psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan
buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep
digital ini
F. Al-Quran
Digital Sebagai Salah Satu Bentuk Media Dakwah
Al-Quran adalah firman Allah
yang hendaknya setiap manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada
khususnya agar mempelajarinya dengan pemahaman yang benar, kemudian
meyakininya dan mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Al-quran digital merupakan salah satu program komputer berbasis
windows yang menampilkan kitab suci al-quran sehingga dengannya
diharapkan dapat lebih mendekatkan manusia pada umumnya dan kaum
muslim pada khususnya dengan firman Allah Swt tersebut.
Al-Quran Digital ini sangat cocok digunakan
sebagai teman dalam perjalanan maupun untuk belajar membaca dan
memahami isi kandungan Kalamullah
(ayat-ayat Allah). Manfaatkan kesempatan untuk dapat mempelajari
Al-quran dengan menggunakan Al-quran Digital dari produk Al-quran
digital yang sekarang ini sudah semakin merebak di kalangan
masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan.
Selain itu, Al-quran digital pun sudah
banyak di akses via Hp, kepingan CD, bahkan pocket kecil yang dapat
di kantongi dan dapat di bawa kemana saja dan kapan saja kita dapat
membaca dan mendengarkannya. Al-quran digital ini dapat di jadikan
media dakwah, karena kehadirannya di tengah-tengah manusia sangat
menunjang perkembangan dakwah islamiyah, selain sebagai firman Allah
Swt, al-quran digital pun dapat di manfaatkan untuk kepentingan
pembuatan makalah dalam mengutip ayat-ayatnya.
Pesan-pasan dakwah yang sudah jelas terkandung dalam al-quran, kini
semakin praktis di kemas dalam sajian yang cukup menarik, yaitu dalam
al-quran digital, sehingga kapan pun orang-orang dapat mendengarkan
dan menikmatinya, dari situlah dakwah islamiyah dapat tersampaikan.
Media dakwah yang praktis ini sangat mempermudah dan membantu para
juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya, karena al-quran digital
sudah dapat dinikmati oleh semua orang, jelas bagi orang yang
senantiasa mengkonsumsinya sebagai kebutuhan, atau bahkan sekedar
pengisi waktu luang, minimal oarang-orang dapat mendengarkan
Kalamullah kapan saja.
Menurut Muhammad Djarot Sensa ( 2005 : 33)
”Al-quran yang memiliki sifat, karakter, kedudukan, fungsi dan
melahirkan dampak, secara pasti juga akan merupakan sesuatu yang
mempunyai sebuah potensi atau kekuatan dengan berbagai perwujudannya,
terutama hal-hal yang menunjukan sebagai perangsang, pembentuk dan
pembangun, yang diantaranya adalah informasi atau sesuatu yang
bersifat memberitahu dan menjadikan tahu. Karena hal ini merupakan
sebuah persyaratan di dalam dapat mencapai kepada maksud dan tujuan
tertentu”.
0 Comment