Permasalahan Dakwah dan Tantanganyan
Pasal ini mencakup mukadimah dan empat pembahasan:
1.
Bahasan
pertama : Permasalahan internal (personal)
2.
Bahasan
kedua : Panduan umum dalam menyelesaikan
Permasalahan internal
3.
Bahasan
ketiga : Permasalahan eksternal
4.
Bahasan
keempat : Panduan umum dalam
menyelesaikan
permasalahan eksternal
Pengantar Terhadap Berbagai Permasalahan Dakwah dan Rintangannya
Pada awalnya saya merasa bimbang dalam menetapkan pasal ini dan
memasukkannya dalam kategori pengantar yang bersifat ilmiah. Kebimbangan ini
disebabkan oleh problema-problema yang bersifat ilmiah dan amaliyah yang ada
pada cabang sebuah ilmu bukanlah bagian inti dari ilmu tersebut yang bisa dimasukkan
ke dalam bahasan terpisah dari bahasan yang ada.
Setelah melalui kebimbangan yang panjang tersebut, saya menguatkan tekat
saya untuk menetapkannya dan memasukkannya ke dalam pendahuluan ini. Dengan
pertimbangan bahwa tabiaat ilmu dakwah itu sendiri terdiri dari ilmu dan amal. Sebab
permasalahan-permasalahan dakwah memiliki kaitan yang kuat dengan
bahasan-bahasan yang berbeda dalam buku ini. Ia juga berkaitan dengan sejarah
dakwah, pemahaman terhadap dakwah itu sendiri, dasar-dasar dakwah, metode-metode
dan cara-cara yang ditempuh. Maka penyebutannya dan menjelaskannya secara rinci
serta meletakkan panduan-panduan dalam memberikan solusi terhadap permasalahan
tersebut merupakan penyempurna dari pasal-pasal sebelumnya. Ia merupakan
penjelas yang bersifat amali secara tidak langsung terhadap metode penerapannya
yang benar. Sebagaimana penyebutannya juga merupakan nasehat wajib seorang
muslim terhadap sesamanya.
Sebelum memaparkan problema-problema dakwah yang ada saya ingin memaparkan
beberapa hal. Di antaranya:
1.
Istilah
“permasalahan dakwah dan tantangannya” bukanlah istilah yang asing lagi dalam ilmu
dakwah. Dari zaman dahulu para penulis telah sering menyebutnya. Sebagai contoh
Ustadz Fathi Yakan sudah menulis dalam bukunya ”Musykilatu ad-Dakwah wa ad-Da’iyah”
beberapa problema penting dalam permasalahan ini. Begitu juga dengan Ustadz
Khalish Jalabiy juga menulis dalam bukunya “fi an-Naqdi adz-Dzatiy” solusi
dari permasalahan-permasalahan yang ada. Dua tahun yang lalu saya pernah
menulis sebuah artikel ilmiah yang bertema “Tantangan dalam menerapkan syariat”.
Tulisan ini dipersembahkan pada seminar internasional tentang penerapan syariat
Islam yang diadakan oleh Universitas Imam Muhammad ibnu Sa’ud al-Islamiyah di Riyadh.
Oleh sebab itu, bukanlah hal aneh lagi istilah seperti ini dalam
ilmu dakwah. Dan ia merupakan bagian yang penting dalam kerangka bahasannya.
2.
Hal
yang kita inginkan dari problema-problema dakwah ini dan tantangannya, adalah sekumpulan
kesalahan-kesalahan dan hambatan-hambatan yang dialami dan dihadapi oleh para
da`i dalam perjalanan dakwahnya; baik tantangan itu bersifat internal maupun
bersifat eksternal. Dan tantangan ini merupakan problema yang ada dalam jalan
dakwah mereka. Baik kesalahan-kesalahan dan tantangan tersebut dari segi
pemahaman terhadap dakwah itu sendiri atau dari segi metode yang dipakai.
Sebab kesalahan yang berasal dari diri pribadi para da’i tidaklah
bisa disamakan dengan kesalahan orang biasa. Sebab dampak kesalahan orang biasa
hanya kembali pada dirinya sendiri dan tidak akan berdampak pada orang lain. Berbeda
dengan kesalahan yang dilakukan oleh para da’i dalam memahami dakwah dan menerapkan
metodenya. Sebab bisa berimbas pada orang lain. Kesalahan da`i akan berpengaruh
terhadap dakwah secara umum, baik ia menyadari atau tidak. Pepatah lama
mengatakan: “Kesalahan orang yang berilmu adalah kesalahan bagi alam”. Oleh
karena itu ada peringatan akan kesalahan patunan dan tauladan dengan bentuk yang
berbeda-beda. Allah Swt. bersabda:
Artinya: “Wahai isteri-isteri nabi! Barangsiapa di antara kamu yang
mengerjekan perbuatan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipatgandakan dua
kali lipat kepadanya. Dan yang demikian itu, mudah bagi Allah. Dan barangsiapa
di antara kamu (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mengerjakan kebajikan, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan
Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. Wahai isteri-isteri Nabi! Kamu tidak
seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa...” (al-Ahzab: 30-32)
Rasulullah Saw bersabda, “ Pada hari kiamat didatangkanlah
seorang laki-laki yang kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Maka
menggelegaklah ususnya. Kemudian ia berjalan sebagaimana berjalannya keledai
yang dalam kehausan. Pada saat itu, berkumpullah penduduk neraka padanya seraya
berkata, “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu? Bukankah kamu dulunya orang
yang menyeru pada kebaikan dan melarang pada kemungkaran? Ia lalu menjawab,
“Benar. Dulu saya adalah orang yang menyeru pada kebaikan tapi saya tidak memperbuatnya
dan saya larang orang dari kemungkaran sedangkan saya mengerjakan (mengerjakan
kemungkaran tersebut).”
3.
Kesalahan-kesalahan
dan rintangan dalam dakwah agar ia dinamakan sebuah problem dan hambatan tidak disyaratkan
harus bersifat umum dan tidak harus dialami oleh semua para da`i. Tapi cukup,
jika rintangan tersebut berada dalam barisan para penda’i walaupun hanya
sedikit yang mengalaminya. Dari sini, maka perkenankanlah wahai saudara saya
para penda’i yang merasa heran terhadap pemaparan urusan amar makruf nahi
mungkar dan beberapa problema dan rintangannya dalam pasal ini, bahwa cukup
bagi saya dalam hal ini menyebutkan kesalahan yang terjadi pada diri saya
sendiri atau pada sebagian orang di sekitar saya yang saya ketahui. Dengan
harapan agar mereka para penda’i tidak disibukkan dalam menilai untuk menerima
ataupun menolak hasil penilaiannya walaupun itu kecil.
4.
Menganggap
remeh permasalahan dakwah merupakan bentuk kesalahan. Bersikap acuh-tak acuh
sehingga susah untuk memperbaiki permasalahan tersebut. Atau sebaliknya terlalu
banyak permasalahan ataupun kesalahan sehingga juga susah untuk mempebaiki
ataupun mencarikan solusinya. Sehingga dengan demikian orang-orang akan merasa
putus ada. Sesungguhnya tidak ada penyakit di duia ini kecuali Allah menurunkan
obat. Maka hendaklah setiap da`i berjuang keras untuk mengetahui obat-obat dari
permasalahan tesebut. Berusaha untuk
mencari obat yang sesuai dengan penyakit. Sebab segala sesuatunya berada di
tangan Allah Swt. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(al-Ankabut: 69)
5.
Para
ulama salaf ataupun para da`i terdahulu sangat perhatian dalam hal memperbaiki
kesalahan yang ada pada diri mereka sebelum melakukan perbaikan pada kesalahan
orang lain. Mereka lebih mengutamakan untuk membersihkan diri sendiri sebelum membersihkan
diri orang lain. Sehingga dengan demikian mereka mudah untuk memperbaiki diri
mereka sendiri dan menyelesaikan permasalahan.
Banyak dikalangan da`i sekarang disibukkan dalam mencari
kesalahan-kesalahan orang lain dari pada mencari kesalahannya sendiri. Sehingga
dengan demikain sebagian mereka menilai jelek dan seolah tidak ada kebaikan
pada diri orang lain tersebut.
Oleh sebab itu kita mesti kembali kepada metode para pendahulu kita
dalam memperbaiki permasalahan ini dengan cara mendatangi ataupun mengunjungi
mereka.
6.
Sesungguhnya
arahan yang diberikan al-Qur'an telah terdapat berbagai solusi dalam
memperbaiki permaslahan dan kesalahan yang ada dalam jiwa. Sebelum mencari
kesalahan orang lain, al-Quran terlebih dahulu menyuruh kita untuk mencari
kesalahan dan mencela diri seniri. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).(al-Syura: 30)
Dalam surat lain Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada
peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada
musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya
(kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali
Imran: 165)
Kebanyakan kita pada zama sekarang, apabila ditimpakan oleh musibah
atau dihadapkan kepada tantangan, maka melemparkan kesalahan pada orang lain,
mencari-cari alasan kalau musuh begitu kuat, sebelum mengintropeksi kepada diri
sendiri. Mencari-cari alasan dengan mengatakan umat Islam lalai, berpecah belah
dan sebagainya.
Khalifah Umar bin Khattab mencari alasan kenapa terlambat datangnya
pertolongan kepada umat Islam dalam beberapa perperangan dengan mengatakan, “Sungguh
saya tidak sanggup untuk memotivasi kalian untuk menaklukan Mesir, kalian telah
berperang untuk menaklukannya beberapa tahun. Akan tetapi kecintaan kalian
kepada dunia melebihi kecintaanmu untuk berperang. Sesungguhnya Allah swt tidak
akan menolong suatu kaum kcuali dengan niatnya yang ikhlas. Bagaimana pendapat
kita dengan yang demikian kita mengabaikan nasehat yang bersifat kritikan dan
juga pembangunan terhadap karakter pada diri kita?”
7.
Sesungguhnya
setiap dosa atapun kesalahan mesti dihapus dengan cara bertaubat. Sebab, taubat tidak terkhusus pada permasalahan
akidah ataupun syari`at saja. Akan tetapi juga berlaku pada permasalahan
dakwah. Melenceng dari pemahaman yang benar tentang Islam merupakan sebuah
kesalahan. Melenceng dari landasan utama dakwah dan berjalan melawan arahnya juga
merupakan kesesatan. Menjauhi metode yang benar, cara yang baik dalam
penyampaian merupakan bentuk kesalahan. Dan itu semua merupakan bentuk
kesalahan.
Bahkan kesalahan dan dosa pada kondisi tertentu dalam dakwah bisa
menjadi kesalahan yang besar dan memiliki pengaruh yang kuat pada permasahalan
syariat. Sebab kesalahan dalam memberikan hukum syariat merupakan permasalahan
yang utama. Adapun kesalahan yang terpadat pada metode dan tata cara dan kemudian
berimbas kepada yang lain sehingga menimbulkan permaslahan-pemasalahan lain
maka nantinya akan melahirkan permasalahan yang banyak dan tidak dapat
dihitung.
8.
Diantara
hal yang perlu diperhatikan adalah: sesungguhnya orientasi dakwah hanyalah
satu, personal atau kelompok. Sebab tekadang sebagian orang tidak mampu
mengenal kesalahnnya dengan mudah. Atau terkadang ia tidak mendapat petunjuk untuk
menemukan obat dalam menyelesaikan permasalahannya.
Oleh sebab itu, agar sukses dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan
dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dakwah maka mesti dengan bekerja
sama. Kerja sama yang kuat antara da`i dan para penanggung jawab dakwah dari
berbagai elemen dan tingkatan.
Jika seandainya para da`i menyelenggarakan sebuah pertemuan
terbuka, yang mana menghimpun segenap pada da`i dari berbagai latar belakang
yang bebeda atau dari dalam tingkatan yang lebih luas dengan menghadirkan para
da`i terkemuka dengan latar belakang
yang berbeda, yang memiliki kapabelitas, keilmuan dan pengalaman yang mantap. Pertemuan
tersebut untuk bertukar pendapat dengan cara yag baik, mendiksusikan
permasalahan dakwah maka akan sampailah seluruh da`i kepada solusi yang baik
dan efektif dalam menyelesaikan pemasalahan dakwah. Dengan demikian, bangkitah
kembali semangat untuk menjalankan ajaran Islam dari kesadaran, membela ajaran
tersebut, menwujudkan kebaikan. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa
dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (al-Nahal: 128)
9.
Melihat
begitu banyaknya problema dan tantangan dakwah, namun saya berpandangan bahwa
permasalahan tersebut dapat dikelompokkan kepada dua, yaitu:
a.
Permasalahan
internal (personal)
b.
Permasalahan
eksternal.
Pembagian ini tanpa memperhatikan urutan tertentu dalam
permasalahan-pemasalahan yang ada dan tanpa berpanjang-panjang dalam membahas
solusi dari setiap problema yang ada. Tapi saya berusaha menggabungkan
permasalahan-permasalahan yang berdekatan semampu saya.
Setelah itu saya memaparkan panduan-panduan umum dalam mencarikan
solusi bagi setiap permasalahan. Saya tidak membahas solusinya secara
terperinci karena hal ini saya serahkan sendiri pada ijtihad masing-masing da`i
dan orang-orang yang khusus berkecimpung dalam membahas metode-metode
dakwah. Sebab saya akui bahwa hal ini
tidak lepas dari kekurangnan saya dan keluasan pemabahasan yang sebenarnya
tidak pas untuk dimasukkan kedalam sebuah pengantar. Dan juga saya ingin
membukakan pintu ijitihad selebar-lebarnya kepada mujtahid.
Sekarang saya akan mencoba untuk menulis beberapa solusi permasalahan
yang saya paparkan. Insya Allah...
Pembahasan Pertama
Permasalahan Internal (Personal)
Adapun yang dimaksud dengan permasalahan internal adalah permasalahan
yang tumbuh dari personal da`i, baik dari segi pemahaman, metode, cara dan
sarana dalam berdakwah. Bukan permasalahan yang datang dari luar. Permasalahan
ini banyak sekali, diantaranya:
1.
Kesalahan
yang banyak dialami oleh pada para da`i adalah kesalahan dari segi pemahamannya
terhadap dakwah Islam. Kebanyakan mereka merubah pemahaman sebagai seorang da`i
yang menyeru kepada Allah Swt dan pewaris nabi kepada pembentukan partai,
ataupun kelompok-kelompok yang tidak kuat. Hal ini disebabkan oleh lemahnya
pemahaman terhadap dakwah yang sejati. Ataupun pengaruh dari realitas dakwah
yang lain.
Dakwah—sebagaimana yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya—yaitu,
dakwah kepada Allah dan melaksanakannya sesuai dengan redha-Nya. Melaksanakan
tugas yang dulu diembankan kepada Rasulullah Saw, mengontrol mereka dalam
dakwah tersebut. Dan hal ini sangat jauh dari tujuan-tujuan yang bersifat
temporal ataupun sektoral. Sebab dakwah Islam berbeda dari segi metode,
tatacara, sarana yang telah ditentukan dalam sumber dan dalil-dalil yang
digunakan.
Kesalahan seperti ini banyak mempengaruhi pada da`i dan metode serta
tatacara dakwah mereka. Kesalahan ini telah merubah mereka dari para penunjuk ke
arah kebenaran menjadi orang-orang yang haus kehidupan dunia. Mereka diatur
oleh kepentingan dan urusan masing-masing.
2.
Kebanyakan
umat Islam kurang respon dalam menjalankan kewajiban dakwa kepada Allah. Dalam
pandangan mereka bahwa dakwah tersebut hanya disandang oleh ulama ataupun
orang-orang tertentu. Mereka menjauhi dawah dan merasa tidak ada hubunggannya
dengan berdakwah. Hal yang juga melemahkan dakwah adalah mereka menghalangi
anak-ana untuk melakukan aktivitas dakwah.
Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar merekalah orang-orang yang beruntung.(Ali
Imran: 104)
Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar...”(Ali
Imran: 110)
Allah Swt mengarahkan Rasulullah Saw dalam berdakwah dengan
berkata:
Artinya: “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata” (Yusuf: 108)
3.
Keterbatasan
para pendakwah dalam memahami unsur-unsur dakwah. Ia hanya mengamalkan konsep
dakwah terntentu dan menentang konsep dakwah yang lain. Menurut mereka dakwah
itu hanya sekedar menyampaikan atau pengajaran atau sekedar pengaturan. Pemahaman
seperti ini dapat melemahkan dakwah itu
sendiri. Disi lain ia merusak keindahan dan kekomprehensifan dakwah. Sehingga
terjadilah konflik diantara para da`i dan saling kritik mengkritik diantara
mereka.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dakwah bermakna penyampaian
dan penjelasan, pendidikan dan pengajaran, praktek dan pelaksanaan. Jika
sebagian para da`i menerima untuk
mengamalkan beberapa konsep dakwah tertentu yang sesuai dengan kesiapan, situasi dan
kondisinya maka ia tidak akan menerima konsep dakwah yang lain. Bahkan mereka mengingkarinya
ataupun berpandangan bahwa konsep yang diusung oleh orang lain itu telah keluar
dari tabiaat dakwah.
Adapun solusi permasalahan ini telah saya bicarakan pada definisi
dakwah dan batasan istilah-istilah dalam ilmu ini pada pengantar yang
terdahulu.
4.
Banyak
dikalangan ulama dan dan para da`i yang tidak mengerti dengan hakikat,
asal-usul dan kebutuhan manusia kepada dakwah. Mereka mengira bahwa hal ini
dapat dicukupkan dengan mengetahui ilmu-ilmu agama yang lain. Saya menganalisa
terhadap beberapa pengkhusususan yang mereka lakukan, ternyata yang demikian
hanyalah pengkhusususan yang tidak berarti. Dakwah menurut persepketif sebagian
orang adalah nasehat dan khutbah. Oleh sebab itu sebagian mereka menggunakan
gaya sastra dalam berkhutbah. Hal ini jauh sangat jauh dari nilai-nilai dakwah.
Sebab dapat mengurangi urgensitasnya. Oleh sebab itu banyak kita saksikan sekarang,
banyak para ulama yang mendalami ilmu agama yang beragam akan tetapi tidak
cakap dan terampil dalam berdakwah. Betapa banyak dari para da`i yang berdiri
di barisan dakwah yang menyeru pada kebodohan dan jauh dari nilai kebenaran dan
petunjuk.
Permasalahan ini telah saya pecahkan dalam pembahasan tentang
lahirnya ilmu dakwah dan penjelelasan bagaimana hubungannya dengan ilmu-ilmu
amgama yang lain pada pengantar.
5.
Kelalaian
sebagian para da`i dalam mengambil pelajaran dari ketentuan-ketentuan yang
pasti dari Allah Swt dalam kehidupan dakwah. Atau kelemahan mereka dalam
berinteraksi dengan hal tersebut. Sehingga dengan demikian banyak diantara
mereka yang tergesa-gesa dalam dakwah ataupun putus asa. Hal ini dapat
memperngaruhi pergerakan dakwah dan menghambat jalannya untuk menggapai tujuan.
6.
Sering
terjadinya kesalahan dalam jalan dakwah. Sedikit mengambil pelajaran dari
pengalaman dan kesalahan yang telah berlalu. Ataupun mengambil pelajaran
darinya. Kesalahan dalam dakwah merupakan hal yang biasa, melihat kelemahan
yang dimiliki oleh manusia. Akan tetapi orang-orang yang mengingkari kesalahan
dan tidak mengambil pelajaran dari pengalaman dan kesalahan yang yang
terdahulu. Dalam hadis Rasulullah Saw disebutkan: “Setiap anak Adam
melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang
bertaubat.” Dalam hadis lain, “Tidak
akan terperosok seorang mukmin dalam lubang yang sama.”
7.
Rendahnya
kesadaran para da`i dalam memahami realitas dakwah yang ia hadapi. Tidak adanya
pengamatan mereka terhadap realitas musuh dakwah, tata cara dan tipu daya
mereka dalam melawan dakwah. Sehingga dengan demikian menjadikan kebanyakan pada
da`i lebih menggunakan perasaan, dibohongi oleh perasaan dan kemudian berhenti
ditengah jalan dakwah. Dan selanjutnya berujung dengan penyesalan dan mencela
diri sendiri.
8.
Menyebarnya
penyakit masyarakat yang berbahaya dikalangan para da`i. Tidak terkecuali
penyakit yang digambarkan oleh Rasulullah Saw seperti, sombong, angkuh
mengikuti hawa nafsu, cinta dunia, merasa bangga dengan pendapatnya, cinta
jabatan sehingga menghancurkan sebagian mereka. Penyakit ini menyerang diri da`i
dan kemuda menjadikan mereka pelit dan sombong, kemudian mereka mengikuti hawa
nafsu, dunia mempengaruhi jiwa mereka, merasa bangga dan merasa benar dengan
pendapatnya sendiri. Setelah itu mereka menilai orang lain salah. Padahal ulama
dahulu mengatakan, saya benar akan tetapi ada kemungkinan salah, selain dari
saya salah akan tetapi mengandung kebenaran.
9.
Berkembangnya
paham pemisahan antara ilmu dengan amal dan teori dengan praktek dikalangan
para da`i. Sehingga hal ini merusak kesempurnaan dan keindahan bangunan dakwah.
Permasalahan ini telah saya pecahkan dalam pembahasan sifat para da`i dan adab-adabnya
pada bab ke dua.
10.
Berkembangnya
paham pemisahan antara fikih dengan pemikiran dalam barisan para da`i. Dengan demikain
banyak di antara mereka yang tidak memahmi hukum-hukum agama. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka semakin jauh dari kepribadian seorang ulama dan fakih
dan seorang pemikir dari sisi lain. Maka terjadilah kerancuan yang besar dalam
pemahaman serta keluar dalam pemahaman hukum-hukum
syariat yang benar. Melenceng dari alasan yang benar dan menjadikan para kader
dakwah saling bertentangan. Sehingga hal ini menuntun mereka pada situasi dan
kondisi yang aneh.
Pemsalahan ini telah saya pecahkan dalam ceramah saya yang bertema
tentang pemisahan antara pemikiran dan fikih dan ancamannya terhadap dakwah.
Ceramah ini disebar luaskan oleh ikatan pemuda muslim arab di Amerika pada
tahun 1411 H.
11.
Kacaunya
cara berinteraksi dengan istilah-istilah. Percampuradukan antara satu istilah
dengan istilah lain dalam dakwah dan berinteraksi dengan istilah-istilah
tersebut secara sama dan setara. Sebagaimana yang terjadi dalam memahami
sititlah-istilah berupa dasar-dasar dakwah, metode-metodenya, cara-caranya dan
sarana-sarananya. Sebagain istilah-istilah ini tidak begitu dipahami lagi oleh
para da`i sehingga, mereka kacau dalam memahami dasar-dasar dakwah, terbatas
dari segi metode, salah dalam memakai cara dakwah yang baik dan benar, dan
tidak pandai dalam menggunakan sarana-sarana yang ada dan seterusnya. Hal ini
menuntun mereka untuk saling bertentangan ataupun kebingungan dalam menggunakan
istilah-istilah dakwah.
Adapun solusi dari permasalahan ini telah saya paparkan pada sebuah
artikel saya yang berjudul, Orisinalitas dan Kontemporer dalam Dakwah Islam.
Artikel ini disebarkan dalam majalah Jami`ah al-Imam Muhammad bin Su`ud
al-Islamiyah di Riyadh pada edisi pertama tahun 1409 H. Atau pada tulisan saya
yang belum dicetak yang berjudul, tata cara berinteraksi dengan dengn
istilah-istilah.
12.
Kelalian
para da`i dalam menentukan strandar prioritas pada setiap aktivitas mereka. Mereka
tidak mampu untuk menimbang antara kewajiban dengan kewajiban yang lain ataupun
antara satu kemungkinan dengan kemungkinan yang lain. Ataupun antara mashalih
dengna mafasid. Dampak dari kelemhan demikan adalah, sebagian mereka
mendahulukan sesuatu yang penting dari yang lebih penting. Mendahulukan sesuatu
yang bersifat tersier dari pada yang sekunder. Lebih mendahulukan yang sekunder
daripada hal yang bersifat primer. Hal ini menuntun mereka pada kerusakan yang tanpa
ia sadari. Dan mengakhirkan untuk aktivitas yang bersifat membangun dan
perbaikan. Mereka menyia-nyiakan sebagain besar yang usaha, menambah halangan
dan rintangan dalam dakwah.
Adapun solusi dari permasalahan ini telah saya sampaikan pada pembahasan
hikmah yang tampak dalam metode dakwah di pasal ketiga dalam buku ini.
13.
Lemahnya
hubungan pesaudaraan antara sesama muslim secara umum dan sesama para dari
secara khusus. Sebagian mereka berpandangan buruk terhadap yang lain dan saling
berprasangka. Dan bahkan sebagian mereka menghakimi sebagian yang lain dengan
menyatakan kelompok lain kafir, sesat atau kelompok yang suka melakukan bid`ah
dan sebagainya. Dengan demikian terjadilah perpecahan dalam barisan para da`i,
antara satu hati dengan hati yang lain ataupun antara pemikiran dengan
pemikiran lain saling berjauhan.
14.
Berkembangnya
sebuah paradigma yang salah berupa keberagaman dalam ilmu dan amal. Hal ini
merusak paham perbedaan dikalangan umat Islam. Lalai dari mempelajari tabiat
dan sebab-seba perbedaan tersebut. Sehingga dengan demikian memperlebar jurang
pemisah dalam barisan para da`i. Sebagian mereka menjadikan persaudaraan yang
saling tolong-menolong lawan dari mereka yang sering jatuh menjatuhkan.
Terciptanya sifat egoism dalam setiap jiwa para da`i. Lahirnya penghalang dalam
diri disebabkan oleh faktor liyalita ataupun rasa fanatisme.
Adapun solusi dari masalah ini telah saya jelaskan dalam buku saya
yang berjudul Wahdatu al`Amal al-Islamy baina al-Amal wa al-Waqi`.
15.
Tidak
adanya kesepakatan dalam mendefinisikan kata ahlu halli wa al-aqdi dalam
tubuh umat. Dampak dari perbedaan tersebut adalah pecahnya umat Islam kepada
kepemimpinan yang ditampakan oleh masing-masing ulama atupun ahli fikih.
Diantara kepemimpinan antara para pemimpin. Maka pada waktu tertentu hal ini
dapat mengantarkan kepada persatuan umat. Khususnya dalam menghadapi
musuh-musuh mereka. Akan tetapi dengan perpecahan dikalangan umat, lemahlah
perjuangan sehingga menjadikan umat mengarah kepada arah yang salah. Ataupun
menentukan keputusan yang saling bertentangan.
16.
Lemahnya
tumpuan ataupun tawakkal umat Islam kepada Allah Swt. Kebanyakan mereka banyak
bertumpu pada materi ataupun kekuasaan. Sehingga hal ini dapat melemahkan keyakinan
akan bantuan Allah Swt kepada mereka. Hal ini banyak dialami oleh pada da`i dalam
menghadpai musuh mereka sehingga mereka dengan mudah tunduk dan patuh kepada
musuh-musuh tersebut.
17.
Atau
sebaliknya, terlalu tingginya rasa tawakkal seorang muslim dan mengabaikan
sebab-sebab yang terjadi. Mereka enggan untuk melakukan studi ataupun
pengkajian terhadap pengalaman-pengalaman yang ada. Ilmu eksperimen dan
penyebab-penyebab yang bersifat materi merupakan karakteristik masa sekarang.
Sehingga dengan demikian menjadikan umat Islam tertinggal dalam berbagai hal, baik
dalam kehidupan mereka ataupun sumber dari kekuatan materi.
18.
Kurangnya
perhatian terhadap masalah ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pada da`i berupa
kebutuhan materi. Oleh sebab itu, kebanyakan dari mereka bergantung pada
bantuan ataupun uluran tangan yang sifatnya terbatas dari orang lain.
Sebagaimana yang banyak terjadi dikalangan umat Islam yang lemah dari segi
materi dan krisis ekonomi. Sehingga hal ini menjadi peluang bagi gerakan
kristenisasi untuk memberikan tekanan yang beragam pada gerakan dakwah Islam.
Dan adapun beberapa pemasalahan lain masuk kedalam beberapa poin
diatas atau diketegorikan oleh para ahli yang memiliki pengalaman dan kecakapan
dalam medan dakwah.
Pembahasan Kedua
Aturang-aturan dalam Proses Penyelesaian Permasalahan Internal
Pada pembahasan terdahulu saya telah memaparkan
permasalahan-permasalahan atapun kesalahan-kesalahan yang bersumber dari diri para
da`i. Dan saja juga telah memberikan beberapa solusi terhadap permasalahan
tersebut disela-sela pemaparan.
Akan tetapi ada karakteristik umum, aturan yang jelas dan langkah
yang lebih utama dalam menyelesaikan permasalahan ini baik secara umum atupun
khusus. Dalam pembahasan ini saya menawarkan tanda-tanda yang dapat menunjjukkan
kepada solusi yang benar dan efektif.
Diantara tnada-tanda tersebut adalah:
1.
Mengakui
kesalahan, meyakini bahwa yang demikian merupakan permasalahan yang
mempengaruhi ataupun yang menghalangi jalan dakwah. Tidak mengangap remeh
pengaruh dan dampaknya. Allah berfirman:
Artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), * Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.*
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, * dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.” (al-Syams: 7-10)
2.
Menentukan
dengan baik kesalahan dan menyusunnya. Menentukan permasalahan yang utama untuk
diselesaikan berdasarkan kalender waktu untuk melaksanakannya.
3.
Berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk memperbaikinya, memperkuat semangat untuk
menuntaskannya dan kemudian bersabar atas yang demikian. Allah Swt berfiran:
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(al-Ankabut: 69)
4.
Memberikan
perhatian pada pendidikan yang sehat, benar dan seimbang. Menghilangkan segala
penghalang utama dalam memperbaiki permasalahan internal. Kembali kepada sumber
dakwah itu sendiri: al-Qur'an dan Sunnah. Berpegang teguh kepada keduanya. Dan
ambillah pelajaran dari berbagai sumber dakwah.
5.
Mulailah
memperbaiki penyakit masyarakat yang berbahaya denga dimulai dari diri para da`i
sendiri. Setelah itu memprioritaskan perbaikan pada diri masyarakat, jangan
melalaikannya ataupun meninggalakknya karena hal yang lain. Atau kepada hal-hal yang bersifat
umum ditengah masyarakat. Sebagaimana yang dinasehatkan oleh Rasulullah Saw,
Bahkan jika engkau melihat seorang yang pelit akan tetapi diikuti. Ia
menjalankan agama akan tetapi dipengaruhi oleh kehidupan dunia, setiap orang
terkesima dengan pemikirannya. Maka bagimu untuk memperhatikan dirimu dan tinggalkanlah
orang-orang yang awam. Banyak kita saksikan dikalangan barisan pada da`i yang
mangabaikan ancaman ini pada sakwahnya. Apabila diingatkan dalam beberapa
kesempatan, mereka berkata, “Pendapat yang ini berasal dari hati orang-orang
yang cerdas. Jika penyakit ini terdapat pada seseorang maka segeralah untuk
mengobatinya agar tidak bertambah parah.
6.
Berusaha
untuk memperbaiki pemahaman, metode dan cara dalam berkdakwah dengan berpedoman
pada sumber-sember yang kuat. Menukar paradigma lama dengan paradigma baru yang
sesuai dengan kondisi zaman kontemporer. Susunlah aturan yang jelas dalam
metode berfikir Islamy yang benar.
7.
Mengambil
pelajaran dari para ahli yang memiliki berbagai pengalaman dan kemampuan dalam
bidang dakwah. Dalam mencari solusi permasalahan dakwah dengan kembali kepada
para ulama yang shaleh, berpengalaman baik zaman dahulu ataupun zaman sekarang.
8.
Saling
tolong menolong dalam menyelesaikan berbagai pemasalahan dikalangan para da`i. Bentuklah
sebuah persaudaraan khusus sesuai dengan profesi sebagai da`i. Orang-orang
mukmin merupakan saudara bagi sesamanya. Perumpamaan dua orang saudara yang
bertemu seperti tangan yang saling membantu dengan lainnya.
9.
Hilangkanlah
sikap egoisme dalam diri sendiri atapaun rasa fanatisme terhadap kelompok tertentu. Bentuklah sebuah
kemonitas yang luas dan terbuka dikalangan para da`i untuk mencari solusi yang
pas dan efektif dalam berbagai permasalahan. Sebagaian dari da`I terkemuka
menyelesaikan permasalahnnya dengan saling bekerja sama dengan yang lain.
Sehingga lahirlah istilah, “Sekarang saya sendiri dan sekarang saya kelompok”
10.
Berupaya
untuk menciptakan kesatuan dalam barisan. Dengan cara mewujudkan kesatuan hati
yang jujur diantara para da`i. Kesatuan
pandangan yang jelas. Hal ini akan terwujud melalui rasa saling mencintai, saling
menyayangi, saling berkomunikasi, saling bersilaturahmi dan saling bertukar
pikiran. Saling berdiskusi dan bermusyawarah. Dengan demikian akan terbentuk
aturan-aturan dalam berpikir yang disepakati bersama dan saling menjadi
rujukan. Sehingga hal ini akan menghindari perbedaan dikalngan para da`i.
11.
Berdakwah
sesuai dengan arahan dari para pemimpin ataupun ulama yang terpercaya dari segi
agama dan pengalaman mereka. Meminta nasehat dan mengajak merekea bermusyawarah.
Dengan demikian kita dapat mengambil keputusan-keputusan yang bersumber
darinya.
Betapa banyak orang-orang yang berpengalaman dalam memimpin akan
tetapi ia hanya sibuk dengan urusan pribadi. Atau hanya sibuk dalam
urusan-urusan yang biasa saja.
12.
Evaluasi
yang berkelanjutan terhadap aktivitas dakwah. Berpegang pada konsep mengkitik diri sendiri dan
berusaha dengan sekuat tenaga serta mengevaluasi setiap langkah. Sebab dengan
selain ini tidaklah dkatakan usaha mereka sebagai usaha yang baik yang dijanjikan
kemenangan baginya. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh...” (al-Nur: 55)
Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:
Artinya: “Demi masa * Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, * kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ...”
(al-`Asr: 1-3)
Sebab tidak adanya kesesuaian antara metode dakwah yang digunakan
dengan metode dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw yang dilukiskan dalam
al-Qur’an:
Artinya: “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata,...” (Yusuf: 108)
13.
Membentuk
sebuah sistem perekonomian yang profit sehingga dapat menutupi kebutuhan para
da`i. Dengan demikian para da`i tidak perlu mengharapkan bantuan ataupun
sedekah dari orang lain. Hal ini juga dapat melepaskan mereka dari berbagai macam
tekanan. Membentuk lembagaekonomi dakwah ini seperti yang dilakukan oleh Hai`ah
al-Kahiriyah al-Islamiyah al-Alamiyah di Kuwait, Hai’ah al-Igatsah di Mamlakah
al-Arabiyah al-Su`udiyah dan lain sebagainya.
Mintalah
bantuan terhadap segalanya dari Allah Swt, bertawakkallah dengan cara yang
benar sebab Allah Swt maha kuasa atas segala sesuatu.
0 Comment