MEMBANGUN ILMU DAKWAH LINTAS DISIPLIN
Ilmu Dakwah adalah ilmu pengetahuan yang
interdisipliner yang bisa didekati dengan ilmu pengetahuan lainnya,
baik yang antar bidang maupun lintas bidang. Jika mengikuti arus
pembidangan ilmu berdasarkan pendekatan, maka akan didapati pembidangan
ilmu pengetahuan tersebut dalam wujudnya yang antar bidang misalnya:
Filsafat Dakwah, Sejarah Dakwah, dan sebagainya, di mana filsafat dan
sejarah dijadikan sebagai pendekatan, sedangkan dakwah sebagai obyek
kajian. Di sisi lain didapati kajian dakwah yang bercorak antar bidang,
seperti: sosiologi dakwah, antropologi dakwah, politik dakwah,
komunikasi dakwah, psikhologi dakwah dan sebagainya. Di dalam hal ini,
maka sosiologi, antropologi, komunikasi, psikhologi dan sebagainya
dijadikan sebagai pendekatan dan dakwah dijadikan sebagai obyek kajian.
Kajian tentang dakwah yang dilakukan
oleh para ahli memang masih relatif sedikit, dibandingkan dengan
keberadaan Fakultas Dakwah yang sudah cukup lama dan tentunya sudah
menghasilkan ribuan sarjana dalam berbagai bidang dakwah. Studi tersebut
misalnya adalah HM. Arifin, ”Psikhologi Dakwah”, Amrullah Ahmad,
”Dakwah dan Perubahan Sosial”, Wahyu Ilaihi, ”Sejarah Dakwah”, Arnold J.
Toynbee, ”Sejarah Dakwah”, Masduqi Afandi, ”Filsafat Dakwah”, M. Ali
Azis, dkk., ”Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat” , A. Rasyad Saleh,
”Manajemen Dakwah”, dan juga karya lain tentang Dakwah yang tidak bisa
disebut secara keseluruhan. Jika dilihat dari tema-tema buku yang
tersebut di atas, maka betapa kelihatan bahwa ada ketertarikan para
penulis mengenai studi dakwah yang bercorak antar bidang.
Kajian mengenai Dakwah yang bercorak
multidisipliner tersebut memberikan gambaran bahwa dakwah memang sebuah
kajian yang membutuhkan disiplin lainnya sebagai kerangka bantu memahami
fenomena dakwah. Itulah juga yang menyebabkan banyaknya kajian berupa
skripsi atau tesis yang berada dalam kawasan studi dakwah yang
multidisipliner. Dalam suatu penelitian dasar tentang kajian skripsi di
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya (1996) diketahui bahwa
tema-tema skripsi mahasiswa kebanyakan berada dalam kajian
multidisipliner dengan memanfaatkan metode penelitian kuantitatif atau
kualitatif.
Kajian komunikasi dakwah juga merupakan
bagian dari studi cross-disciplinarity atau antar bidang yang tujuannya
adalah mengkaji fenomena dakwah dari sudut pandang atau perspektif ilmu
komunikasi. Jika mengikuti definisi dakwah sebagai proses penyampaian
ajaran agama Islam kepada umat manusia, maka berarti bahwa untuk
memahami hal itu diperlukan bantuan ilmu komunikasi. Dan jika komunikasi
didefinisikan sebagai proses pengoperan lambang, ide, gagasan dan
sebagainya kepada masyarakat, maka berarti bahwa proses penyampaian
ajaran Islam tersebut akan dilihat dari perspektif proses pengoperan
lambang dimaksud.
Dengan demikian, suatu contoh sederhana
misalnya adalah proses penyampaian pesan dakwah yang akan dilihat dari
teori komunikasi ”mekanistik” dalam paradigma yang bercorak fakta
sosial, artinya bahwa pesan dakwah tersebut tergantung kepada bagaimana
para da’i memanfaatkan media dakwah. Salah satu proposisi dalam teori
”mekanistik” dalam komunikasi adalah ”medium is the message”, maka
kekuatan media menjadi sangat signifikan dalam proses penyebaran ide,
gagasan atau simbol-simbol dakwah. Maka dalam kajian dakwah yang berada
dalam perspektif komunikasi misalnya akan mengkaji tentang ”bagaimana
peran media dalam proses penyebaran ajaran Islam”. Namun demikian yang
perlu diperhatikan bahwa ilmu komunikasi memang ilmu yang historis
artinya tidak terdapat di dalamnya muatan-muatan moralitas dan substansi
agama yang sangat sakral. Ilmu komunikasi memang bercorak ”keduniawian”
semata. Sedangkan ilmu dakwah adalah ilmu yang historis dan normatif,
artinya selain akan menggambarkan tentang fenomena penyebaran ajaran
agama, juga mengandung dimensi normatif ajaran agamanya itu. Maka
komunikasi dakwah tentunya menjadi ilmu pengetahuan yang bercorak
historis plus atau trans-historisitas.
Al-Qur’an sebagai sumber dakwah Islam
seungguhnya sudah memberikan beberapa prinsip tentang bagaimana
seharusnya komunikasi dakwah tersebut harus dibangun. Misalnya konsep
qaulan balighan, qaulan layyinan, qaulan sadidan merupana
prinsip-prinsip dasar komunikasi yang selain mengandung dimensi
historisitas juga normativitas. Sehingga melalui prinsip ini, maka
seorang da’i di dalam melakukan komunikasi dengan audiennya mestilah
menerapkan prinsip tersebut.
Seperti diketahui bahwa karya di bidang
ilmu dakwah memang agak tertinggal dibanding dengan karya lain dalam
bidang Islamic studies atau sosial-humaniora. Meskipun jumlah pakar di
bidang Ilmu Dakwah semakin meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi
karya akademis yang dihasilkannya belum seimbang dengan jumlah kenaikan
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, terbitnya karya di bidang
dakwah oleh para pakar di bidang ilmu dakwah tentunya perlu diapresiasi
dengan sangat mendasar.
Banyak karya akademis di bidang dakwah
yang menggunakan pendekatan komponensial dalam membahas Komunikasi
Dakwah. Kuatnya pendekatan komponen tersebut dapat dilihat dari
misalnya kajian tentang da’i dalam komunikasi, Mad’u dalam komunikasi,
pesan dalam komunikasi, media dalam komunikasi dan efek komunikasi
dakwah. hal ini mengingatkan saya tentang formulasi Harold Lawell
tentang ”Who says what to whom in what channel and with what effect”.
Komponen dalam komunikasi dakwah juga terdiri dari lima komponen
penting tersebut. Namun yang penting diperhatikan bahwa ada unsur
tambahan dalam komunikasi dakwah yaitu unsur lingkungan dakwah. Tentu
penulis tidak bermaksud untuk mengadopsi gagasan kaum behavioralis yang
melihat betapa kuatnya pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia.
Tetapi yang jelas ini merupakan gagasan baru dalam studi dakwah yang
menggunakan unsur lingkungan sebagai salah satu unsur dalam dakwah.
Selain itu juga ada yang menggunakan
pendekatan proses untuk memahami peristiwa komunikasi dakwah. Kajian
proses biasanya menggunakan model problem solving, yaitu: in put,
pocess, out put and out come. Jika pandangan pendekatan komponensial
lebih bercorak struktural, yaitu struktur pesan melalui komunikator
kepada komunikan melalui media dan metode tertentu untuk menghasilkan
effek tertentu, sehingga dakwah itu sudah terstruktur sedari awal dan
dapat diprediksi efeknya. Maka, pendekatan proses lebih bercorak linear,
artinya bahwa melalui in put dakwah tertentu maka akan dihasilkan out
put dan out come yang seimbang. Keduanya sesungguhnya bisa bertemu dalam
kerangka “pendekatan struktural proses” yang akan dapat menegaskan
bahwa komponen dakwah akan berkerja sebagaimana hukum proses yang linear
untuk mencapai tujuan dakwah yaitu terciptanya masyarakat yang adil
berkemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Sebagai salah seorang yang selama ini
terlibat mengajar di Fakultas Dakwah dan juga pernah menulis dua buku
tentang Metodologi Penelitian Dakwah (1991) dan Filsafat Dakwah (2003),
maka saya berharap bahwa harus ada tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh
kaum muda yang memiliki kepedulian terhadap ilmu dakwah ini, kiranya
ilmu dakwah akan berkembang di masa yang akan datang.
Sebagai ungkapan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tinggi, maka pantaslah kalau saya menggantungkan asa
kepada para kawula muda untuk terus berkarya di dalam kerangka
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan keislaman.
Kehadiran karya-karya di dalam bidang ini, sekurang-kurangnya
memberikan angin segar tentang masa depan ilmu dakwah dan Fakultas
Dakwah.
Saya berharap semoga dengan semakin
banyaknya karya tersebut akan mengantarkan semuanya kepada pemahaman
tentang hakikat komunikasi dakwah yang menyangkut konsep, teori dan
berbagai macam proposisi tentang subject matter kajiannya dan kemudian
bagaimana rumusan cara mengkaji dan mengembangkannya serta bagaimana
implikasinya dalam realitas dakwah yang sudah menjadi kelaziman dewasa
ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.
0 Comment