DAKWAH KONTEMPORER PRESPEKTIF SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
Dakwah sebagai ilmu,
hakikatnya adalah pengetahuan tentang cara cara metodologis untuk mengajak atau
menyeru manusia melakukan perubahan dari suatu perubahan dari suatu keadaan
yang tidak dikehendak, kepada situasi yang yang di kehendaki sesuai dengan
norma dan nilai nilai ajaran agama, dan juga hakikat makna dakwah, adalah
kegiatan amar makruf nahi munkar, berkaitan dengan sy’ar agama.
Dewasa ini dalam
menghadapi era global yang di tandai dengan gejala-gejala persaingan bebas,
perdagangan bebas tanpa batas, sehingga melahirkan prilaku masyarakat yang
bebas norma, bebas nilai, karena itu dibutuhkan model dan strategi dakwah yang
dapat menyentuh rasa etika dan estetika kemanusuian,
Kondisi umat Islam dewasa ini sangat
memprihatinkan, secara umum dalam bidang kehidupan duniawi mereka bukan
termasuk umat yang memegang peranan penting di dunia ini. Dalam beberapa hal
tertentu umat Islam tertinggal dari umat yag lain terutama di bidang ekonomi
dan politik. Di bidang ekonomi umpamanya, mereka masih mengandalkan kekuatan
sumber daya alam dibandingkan dengan hasil produksi ataupun jasa, padahal
sumber daya alam kebanyakan tidak bisa diperbaharui, lambat laun akan menyusut
dan habis seperti halnya minyak bumi dan barang tambang merupakan sumber daya
alam yang kalau sudah habis tidak akan tersedia lagi dalam waktu cepat.
Di
bidang politik umat Islam mengalami keadaan yang kurang menguntungkan, posisi
mereka hampir terpinggirkan dalam konstalasi dunia yang diakibatkan oleh adanya
propaganda hitam yang gencar melalui mass media yang canggih dari orang lain.
Umat Islam dianggap umat yang punya peradaban masa lalu, teroris, tidak
akomodatif dan sebutan lain yang menyudutkan.Kondisi terpinggirkan itu banyak
diakibatkan oleh keadaan umat Islam itu sendiri yang lemah, mudah marah, dan
mudah panik ketika menghadapi provokasi lawan. Hal tersebut diakibatkan oleh
keterbatasan kemampuan mereka dalam sumber daya manusia dan dalam bidang
kehidupan sehingga kurang mampu mengimbangi manuver lawan yang memang canggih
dalam bidang kehidupan terutama dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Secara internal
internal tantangan dakwah islam berupa konflik dalam nuansa politik dapat
dibaca melalui media masa, baik local regional maupun nasional, konflik
internal antar tokoh islam dalam perebutan kekuasan melalui partai politiknya
masing-masing cukup kental mewaarnai berita berita surat kabar di Indonesia,
begitu pula konflik social berkenan dengan pemilihan kepala desa di beberapa
tempat yang cukup memperhatikan, memberikan indikasi kebodohan dan kemiskinan
moral; bangsa yang belum cukup dewasa untuk berdemokrasi, apalagi tontonan
konfloikintern umat islam yang saling mengkafirkan, hinmgga terdorong
terjadinya anarkis dengan sesame umat islam,cukup menyakitkan persaan manusia,
gejala-gejala masyarakata yang kit abaca beritanya atau kita saksikan
gambaranyalewat media masa adalah tantang islam yang cukup realistis,
negatifnya seakan akan masyarakat Indonesia telah berubah prilakunya seratus
delapan puluh derajat, dari masyarakat yang terkenal ramah dan
berpprikemanusiaan, cenderung menjadi masyarakat bubar yang mendekati
prilaku binatang.
Pola dakawah dan
pendidikan yang menggunkan prespektif konflik integrative diterapkan dengan
memperhatikan kemungkinan adanya pertentangan, perbedaan dan konflik social
budaya dalam masyarakat yang lazim terjadi dalam rangka perubahan, karena
secara teorotik konflik dapat terjadi pendorong terjadinya perubahan sosial
budaya, maka penerapan dakwah dan pendidikan juga harus mengupayakan adanya
integrasi serta menumbuhkan solidaritas dalam masyarakat.
Dakwah dan pendidikan
sebagai wujud kebudayaan, menyangkut prilaku manusia dalam berinteraksi dengan
masyarakat dan lingkunganya sebagai system sosial, karena itu kegiatanya harus
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkunagan di mana dakwah
dan pendidikan itu di laksanakandan pendidikan harus memperhatikan institusi,
serta mempersiapakan konsep dakwah dan pendidikan yang berorientasi pada aspek
keseimbangan masyarakat berdasarkan fakta sosial.
Menurut saya, sekali lagi dan ini bukan hanya
satu-satunya penyebab dari kurang beruntungnya umat Islam sekarang ini, adalah
banyak diakibatkan oleh kurangnya kemampuan kaum Muslimin dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kurangnya penguasaan pengetahuan tersebut banyak
disebabkan oleh banyaknya orang di kalangan umat Islam yang masih punya
anggapan bahwa penguasaan ilmu dan teknologi tidak begitu penting. Hal tersebut
berlanjut kepada anggapan bahwa pendidikan ilmu dan teknologi adalah sesuatu
yang diabaikan. Anggapan tersebut mungkin hanya berasal dari ajaran agama yang
mereka pahami bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara sedangkan
kehidupan akhirat itu abadi sehingga mereka lebih mementingkan persiapan menuju
kematian (kehidupan akhirat) dan mengabaikan persiapan untuk kehidupan di
dunia.
Berdasarkan konsep
dakwah sesuai norma dan nilai al-qur’an serta model dakwah dan di contohkan
Rasulullah, rasanya sulit bias diterima jika ada nuansa dakwah yang cenderung
anarkis, radikal dan menyeramkan.
Secara sosiologi
antropologis, yang saya kutip dari buku sosiologi pendidikan dan dakwah,(hal
17) bahwasanya seorang juru dakwah harus dapat membaca dan memahami situasi dan
kondisi masyarakat yang di hadapi berbagai konflik, dan juga juru dakwah harus
dapat menghargai pluralism budaya yang merupakan realitas kehidupan masyarakat,
bahwa hakikat masyarakat itu mempunyai berbagai tradisi yang bervariasi,
berbeda latar belakang kepercayaan dan keyakinan, berbeda pendidikan dan
pengetahuanya, berbeda pula norma-norma dan nilai-nilai social yang di anutnya.
Pikiran atau paham tersebut memang betul kalau
dilihat dari lamanya kehidupan seseorang atau pribadi, tetapi kalau kita
melihat rentang waktu kehidupan masyarakat Islam yang sangat panjang bisa
beratus, beribu tahun bahkan sampai akhir zaman. Mereka tidak menyadari bahwa
keadaan kehidupan masyarakat dibangun oleh kehidupan individu (perseorangan).
Kalau kehidupab perorangan memprihatinkan maka kehidupan masyarakat yang
panjang itu juga akan memprihatinkan. Kalau kehidupan perorangan sekarang
kurang memperhatikan kehidupan masyarakat jangka panjang maka kehidupan anak
cucu dan keturunannya akan lebih memprihatinkan. Kesalahan mempersepsi dan
mengambil keputusan hari ini akibatnya akan dirasakan oleh anak keturunan kita
sampai beratus tahun kemudian. Orang yang mengabaikan kehidupan masyarakat masa
depan adalah orang yang egois dan individualis, padahal banyak dalam ajaran
Islam yang menganjurkan untuk memperhatikan nasib keturunan masa depan
sebagaimana firman Allah : “Dan hendaklah kamu takut dengan keadaan anak
keturunanmu yang lemah” atau sabda Nabi Muhammad SAW : “Walaupun kamu tahu
besok hari akan terjadi kiamat sedangkan di tanganmu ada sebutir benih kurma
maka tanamkanlah benih kurma itu”. Dua dalil naqli tersebut mengingatkan kita
betapa kita harus menciptakan generasi yang akan datang dengan kondisi yang
lebih baik dari kondisi sekarang.
Pendidikan merupakan sarana penting bagi
mempersiapkan generasi muda untuk tampil dalam gelanggang pada masa yang akan
datang. Sayngnya di masyarakat Islam keadaan pendidikan baik jumlah maupun mutu
tidak menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Contoh kasus di Indonesia, hasil
statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa 78% penduduk Indonesia lulusan sekolah
dasar ke bawah, 20% lulusan sekolah menengah, dan hanya 2% lulusan perguruan
tinggi. Dari data tersebut berarti penduduk Indonesia yang mayoritas umat Islam
sebagian besar berpendidikan rendah dan akibatnya bisa kita perkirakan sendiri.
Data tadi menunjukkan dari segi kuantitas belum lagi jia kita lihat dari segi
kualitas, masih sangat sulit kita menemukan sekolah-sekolah yang bagus di
Indonesia. Sebagai contoh tidak ada satupun perguruan tinggi di Indonesia yang
masuk lima puluh besar di urutan perguruan tinggi terbaik di Asia. Begitu pula
sekolah menengahnya. Minim produk penelitian yang berkualitas sehingga sangat
sedikit penemuan baru yang dilahirkan dar lembaga pendidikan. Hal itu
diakibatkan oleh minimnya anggaran untuk pendidikan dan riset. Bahkan banyak
negara Islam yang kaya lebih mementingkan anggaran belanja untuk pertahanan
dibandingkan untuk riset dan pendidikan.
Kondisi inilah yang mengharuskan berbagai
lembaga keagamaan Islam yang ada untuk mulai menyadari akan pentingnya lembaga
pendidikan untuk menaikkan tingkat pendidikan di kalangan umat Islam. Kenapa
harus lembaga Islam? Sebab bagaimanapun masyarakat Indonesia yang mayoritas
Muslim masih mempunyai loyalitas yang kuat terhadap kelompok keagamaan dimana mereka
bergabung. Mereka merasa terpanggil dan terlibat ketika lembaga keagamaan
mereka atau organisasi massa mereka membuat amal usaha termasuk disana adalah
lembaga pendidikan.
Memang kita telah mengetahui bahwa sudah banyak
ormas Islam yang telah mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah,
maupun pesantren tetapi keberadaannya belum merata di seluruh pelosok tanah air
dan juga kualitasnya masih berorientasi apa adanya. Sudah waktunya ormas Islam
menggerakkan anggotanya untuk lebih meningkatkan partisipasinya dalam
pendidikan umat sehingga mencapai hasil yang maksimal. Sumber dana masyarakat
jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber dana di pemerintah, sebab dana
pemerintah pun sebenarnya banyak yang berasal dari dana masyarakat yang
dikumpulkan melalui pajak dan retribusi.
Jadi, kalau saya membayangkan ketika mayoritas umat Islam telah
mengalami pendidikan yang tinggi, maka akan terjadi keadaan umat Islam yang
aqiedahnya kuat dan ilmu pengetahuannya luas dan dalam itulah yang akan
melahirkan khoeru ummah yang disebutkan oleh Allah dalam
Umat Islam memiliki jumlah pengikut
terbanyak di Indonesia. Sekitar sembilan puluh persen, ia merupakan bagian yang
paling dominan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bersama-sama dengan umat
beragama lain mereka hidup berdampingan dan bergaul.
Mengadakan kontak sosial di antara
mereka, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Dalam proses interaksi
tersebut terjadi saling mepengaruhi dan saling bersaing serta berkompetisi satu
sama lainnya.
Dalam persaingan tersebut termasuk
di dalamnya persaingan dalam menguasai peranan penting di masa depan. Siapapun
yang mampu mempersiapkan masa depan dengan baik dan cermat maka ia yang akan
menguasai kehidupan masa depan itu, karena ia dengan seksama telah mempersiapkan
kader-kader terbaik mereka yang akan berperan dalam kehidupan yang akan datang.
Begitu pula sebaliknya siapapun yang mengabaikan masa depan, maka ia akan
terpinggirkan dan tidak akan mengambil peran dalam posisi penting di masa yang
akan datang.
0 Comment