A. Pendahuluan
Salah satu persoalan yang menjadi masalah sepanjang kehidupan manusia adalah kemiskinan. Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tak hanya di desa-desa, namun juga di kota-kota besar kemiskinan ditemukan. Masalah ini sudah menjadi endemik yang sangat sulit untuk ditanggulangi. Kemiskinan dipandang sebagai masalah sosial karena dapat memberikan pengaruh yang kurang baik dalam berbagai sisi kehidupan. Pada dasarnya kemiskinan itu sendiri dalam makna yang hakiki bukanlah masalah, yang masalah adalah eksesnya sebagai akibat dari perilaku tidak proporsionalnya orang "miskin" dalam menanggapi, memaknai dan mengatasi kesulitan yang sedang dialaminya. Banyak orang miskin yang tidak mau menjadikan diri mereka itu sebagai terlibat dalam cap miskin
. Karena itu mereka justru tetap konsisten dan kuat dalam menghadapi situasi miskin. Keadaan ini membuat mereka senantiasa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapnya. Namun demikian lebih banyak lagi orang yang dicap sebagai miskin, memperlihatkan keadaan kemiskinan mereka dengan melakukan berbagai hal sebegai perilaku yang biasa dilakukan oleh orang-orang miskin.
Yang sangat sulit dihadapi adalah mereka yang menampilkan diri mereka dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari sebagai orang miskin. Mereka rneiliaLlikan pencurian, pemerasan, atau mengambil hak orang lain sebagai alasan dari akibat kemiskinan mereka. Disamping itu banyak di antara mereka yang akhirnya melembagakan kemiskinan itu sebagai upaya untuk melegalkan sikap miskin, perilaku bebas, meminta-minta, mengemis dan sebagainya. Bagi mereka yang memiliki sikap ,seperti inilah yang menimbulkan masalah sosial dan konflik di tengah-tengah masyarakat.
Posisi dakwah sebagai pencerahan sangat penting dalam situasi seperti itu. Karena dakwah adalah upaya mengajak orang untuk kembali atau tetap pada jalan Allah dengan mengoptimalkan segala kemampuan diri untuk selalu, menjunjung tinggi perintahnya dan menjaubi larangannya. Tugas dan tanggung jwab berdakwah disinyalir dalam al-Qur'an, "Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf ,mencegah dari yang mungkar" (Q.S. Ali Imran: 110).
Dakwah yang dilaksanakan Rasulullah saw tidak hanya berorientasi panda rohaniah semata, sehingga Islam dianggap sebagai agama yang hanya mengurus hubungan manusia. dangan Tuhan saja, akan tetapi di batik itu Rasulullah saw juga melakukan kegiatan dakwah dalam aspek non-raohaniah. Kegiatan dakwah tersebut termasuk pads aspek, mu'amalah, moral, sosial, dan lain sebagainya. Masalah-masalah sosial (patologi sosial) juga merupakan bagian dari masalah dakwah dalam rangka membangun masyarakat madani.
Dengan demikian minimal dakwah itu dapat memberikan kesadaran kepada orang-orang miskin dan memberikan motivasi kerja yang kuat sehingga paradigma mereka berubah dari melakukan perubuatan perbuatan kurang baik menjadi lebih baik, dari sekedar mengharap dari bantuan orang lain menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
B. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Menurut Munandar Soelaeman bahwa kemiskinan adalah kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan
Miskin berbeda dengan fakir, miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetap, tetapi tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarganya, sedangkan fakir tidak memiliki suatu perkerjaan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (pangan, pakaian, tempat berteduh, pendidikan dan kesehatan).
C. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
1. Faktor penyebab kemiskinan
Suatu pristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari mempunyai hubungan sebab akibat. Begitu juga dengan kemiskinan yang dialami seseorang tentu juga mempunyai sebab akibat. Oleh karena itu akan diuraikan beberapa faktor penyebab kemiskinan, yaitu:
a. Malas bekerja
Islam memandang berusaha (bekerja) sebagai cara yang paling utama untuk mendapatkan reski demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan memandang berdosa bagi orang yang mampu berusaha tapi tidak mau berusaha. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa kemalasan adalah salah satu ”musuh”atau sifat buruk (qabihah) yang harus diperangi.
Islam melarang keras seorang muslim menjadi pengangguran apalagi menjadi beban bagi orang lain padahal ia mampu berusaha. Dan sebaliknya, islam memotivasi umatnya untuk bekerja keras hal ini dapat diperhatikan dalam al-Qur’an surat al-Jum’ah ayat 10:
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
اِ نَّ اللهَ كـَـتـَـبَ عَلـَيْكـُمُ السَّعْيَ فـَا سْعَوْا
Sesungguhnya Allah mewajibkan kamu berusaha, oleh sebab itu hendaklah kamu rajin berusaha (HR.Thabrani dari Ibnu Abbas)
Jadi bekerja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Allah telah menetapkan rezkinya. Untuk kita, namun rezki itu tidak mungkin didapat kalau tidak bekerja. Ayat di atas jelas menganjurkan supaya kita bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
b. Cacat fisik atau mental
Merupakan salah satu penyebab membuat orang jatuh miskin. Sebab orang yang tidak sehat jasmani atau rohaninya tidak akan bisa bekerja sebaik mungkin sebagaimana orang yang memiliki kesempurnaan jasmani dan rohani. Misalnya buta, patah kaki, lumpuh dan lain-lain.
Adapun penyebab yang lain adalah sebagai berikut:
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah : malas bekerja, cacat mental, rendahnya pendidikan keluarga, kebijakan pemerintah, perang, dan struktur sosial dan lain sebagainya.
2. Dampak kemiskinan
a. Kemiskinan membahayakan akidah
Kemiskinan merupakan bahaya yang besar terhadap keyakinan dan kepercayaan. Khususnya kemiskinan yang sangat parah yang dihadapi oleh mereka yang berada di lingkungan orang-orang yang kaya egoistis di mana orang kaya itu sama sekali tidak mau tahu dengan kemiskinan yang diderita seseorang. Di saat itulah kemiskinan akan mengundang keraguan terhadap peraturan Allah dan menimbulkan kepercayaan kepada adanya ketidakadilan dalam pembagian rezki.
Inilah keguncangan yang ditimbulkan oleh kemiskinan dan kemelaratan. Orang yang tidak mempunyai sesuatu yang akan dimakannya, tentu akan mendorongnya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan agama seperti mencuri, menodong, merampok dan sebagainya. Bahkan mungkin menganggap bahwa Allah tidak memberikan rezki kepadanya sebagaimana diberikan kepada orang kaya.
كـَا دَ الـْفـَقـْرُ ا َ نْ يَّكـُوْ نَ كـُفـْرً ا
“Kemiskinan dapat menyebabkan kekafiran”
Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan kemiskinan dan kemelaratan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap akidah seseorang. Sebab dengan kemiskinan seseorang bisa kafir dan tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai norma-norma agama.
b. Kemiskinan membahayakan akhlak dan moral
Di samping membahayakan terhadap akidah kemiskinan juga membahayakan segi etika dan moral. Banyak orang yang mengalami kemiskinan merasa kecewa dan putus asa. Sehingga mendorong mereka melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai luhur atau akhlak yang mulia. Kemiskinan dapat mendorong seseorang melakukan tindakan asusila seperti pelacuran demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian kita sering mendengar semboyan yang berbunyi “ rintihan perut lebih hebat dari rintihan nurani”. Dan akan lebih berbahaya lagi, apabila frustasi dan kekecewaan mereka tidak dapat dikuasai maka timbullah sikap masa bodoh terhadap nilai-nilai etika dan segi-segi nilai agamanya.
c. Membahayakan keluarga
kemiskinan merupakan ancaman terhadap keluarga, baik dalam segi pembentukan, kelansungan, keharmonisannya. Dari sisi pembentukan keluarga, kemiskinan merupakan salah satu rintangan besar bagi para pemuda untuk melangsungkan perkawinan di samping dipenuhinya berbagai syarat seperti mahar, nafkah, dan kemandirian ekonomi. Sebab itulah, al-Qur’an menasehati mereka yang menghadapi kesulitan itu agar menjaga diri dan bersabar samapai kekuatan ekonominya memungkinkan. Firman Allah dalam surat an-Nur ayat 33:
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.
Jelaslah, Islam mengakui adanya dampak ekonomi terhadap prilaku manusia. Bahkan, kadang-kadang faktor ekonomi yang mengalahkan dorongan fitrah manusia, seperti rasa kebapakan. Di samping itu, banyak lagi faktor yang berpengaruh terhadap prilaku manusia dinataranya agama, akhlak, moral dan sosial. Yang ingin dipertegas adalah kemiskinan adalah bisa mendorong seseorang untuk membunuh anak sendiri.
d. Membahayakan ketentraman masyarakat.
Kemiskinan merupakan bahaya terhadap keamanan dan ketentraman masyarakat. Sebab kemiskinan itu adakalanya terjadi ketidak seimbangan antara pengahasilan dan pengeluaran.
Akan tetapi, apabila kemiskina itu terjadi karena ketidakadilan distribusi antara mereka, maka akan bisa terjadi perampasan hak antara sebagian mereka atas sebagian yang lain. Sehingga timbullah keguncangan-kegoncangan dalam masyarakat dan hilang rasa solidaritas, rasa cinta-mencintai serta hilang pula rasa hormat menghormati antara sesama masyarakat.
Jadi, selama dalam kehidupan masyarakat masih terdapat perbedaan sosial yang mencolok, gubuk-gubuk kecil bersampingan dengan gedung-gedung mewah dengan pagar yang menjulang tinggi akan mengundang timbulnya gejolak dada yang penuh kebencian, sehingga terjadilah gangguan terhadap keamanan dan ketentraman masyarakat.
e. Membahayakan terhadap kejayaan umat
Kemiskinan juga akan mengancam kejayaan umat, kemerdekaan bangsa dan negara. Seseorang yang senantiasa dicekam oleh kelaparan tidak akan mungkin terlintas dalam pikirannnya untuk berjuang mempertahankan atau membela tanah airnya dan mempertahankan kehormatan bangsanya.
Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa negara dan masyarakatnya tidak menaruh perhatian padanya. Di saat takut dia tidak mendapat perlindungan dan disaat lapar ia tidak diberi makan bahkan bangsanya tidak pernah memberikan pertolongan untuk melepsnya dari beban kemiskinan dan kemelaratan yang melandanya. Dengan demikian, dia akan enggan untuk berjuang. Akibatnya kejayaan suatu umat atau bangsa tidak akan terwujud. Jadi, kemiskinan dan kemelaratan yang melanda rakyat bisa menimbulkan bahaya terhadap suatu kejayaan suatu bangsa.
Jadi, dampak dari kemiskinan adalah kemiskinan membahayakan akidah, kemiskinan membahayakan akhlak dan moral, membahayakan keluarga, membahayakan ketentraman masyarakat, dan membahayakan terhadap kejayaan umat
D. Kebudayaan Kemiskinan
Kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian, dan sekaligus juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka di dalam masyarakat yang berstrata kelas, sangat individualistis dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meraih sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas. Sebenarnya, banyak ciri kebudayaan kemiskinan yang dapat dipandang sebagai perwujudan dari usaha pemecahan setempat terhadap masalah-masalah yang tak teratasi karena tidak terpenuhi syarat-syarat tertentu dari lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang ada, atau karena atau ketidaksanggupan atau ketidakpedulian dan kecurigaan terhadap lembaga-lembaga dan pranata-pranata tersebut. Misalnya, mereka yang tidak sanggup memperoleh kredit bank terpaksa mencari sumber lain dari kalangan mereka sendiri dengan mengorganisasi bantuan kredit resmi tanpa bunga.
Masalah kemiskinan harus dilihat secara integral, tidak hanya cukup dilihat dari aspek ekonomi melainkan juga harus dilihat dari sudut sosial budaya. Kemiskinan secara struktural merupakan kemiskinan yang diderita oleh suatu masyarakat karena struktur sosial masyarakat yang mengakibatkan sebagian mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Tetapi karena ia tidak bisa untuk mendapatkannya, mungkin karena tidak adanya kemampuan untuk menggunakan hal tersebut dan mungkin juga karena telah dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Polarisasi ekonomi sering mengakibatkan terjadinya polarisasi sosial. Ini disebabkan oleh proses yang cendrung mementingkan persaingan dan keunggulan sehingga orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Keadaan demikian dapat berakibat fatal terhadap kehidupan seseorang, sebab mereka merasa tersisih dan tanpa ada harapan dalam hidupnya sering tidak menampakkan jalan keluar dari kemelut yang dihadapinya.
Bila diperhatikan dari sisi lain yang paling berat dalam usaha pengentasan kemiskinan ini adalah karena banyaknya masyarakat kita yang melihat kemiskinan sebagai suatu budaya dari mereka. Hidup serba kekurangan sudah menjadi tradisi yang pada kenyatannya sering menghambat laju pembangunan. Mereka menganggap bahwa pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah akan bisa merusak merusak daerah dan adat istiadatnya. Karenanya mereka itu tidak mau menerima perubahan yang sifatnya membangun itu. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah itu.
E. Indikator-Indikator Miskin
Kasus tentang kemiskinan 1
Di daerah Cempaka Mata Air Kota Padang, ada sepasang suami isteri yang bernama Rusneti dan Asril yang mempunyai 5 orang anak. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Rusneti harus banting tulang sebagai buruh cuci. Di usianya yang kini 54 tahun, tenaganya tidak cukup kuat untuk mengayunkan tangan. Penghasilannya sebagai tukang cuci, hanya Rp 150 ribu perbulan. Terpaksa di kuat-kuatkan, wanita asal Tarusan, Pesisir Selatan itu menuturkan rumah yang ditempati saat ini masih hutang pada toko bangunan. Hutangannya Rp 1,5 juta. Baru dilunasi Rp 500 ribu. Sebelumnya, dia dan keluarganya sempat tinggal di rumah kontrakan. Tetapi tidak sanggup membayar, tuan rumah suruh angkat kaki, seorang masyarakat di lokasi tempat kontrakan memintanya untuk menempati lahan yang kosong dengan cacatan Rusneti harus membayar seharga 1 emas sebagai balas jasanya.
Suaminya Asril, tidak bisa lagi bekerja sejak kecelakaan kerja, saat menjadi buruh di pelabuhan Teluk Bayur dengan kondisi keluarganya saat ini mustahil Asril bisa memberikan hidup yang lebih baik untuk anak-anaknya. Usianya yang renta dan pendidikan rendah sulit baginya mendapatkan pekerjaan layak. Agar dapur keluarganya tetap mengepul Asril menjual hasil kebun pepaya dibelakang rumahnya untuk membeli beras jika sedang tidak berbuah, tak jarang dia dan 5 orang anaknya tidur dengan perut kosong.
Untung saja keluarga ini tercatat sebagai penerima beras raskin dari pemerintah kelurahan setiap bulan, meski jumlahnya tak sebanding dengan kebutuhannya sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat dilihat pula indikator miskin seseorang dapat dilihat yaitu:
a. Tidak mempunyai penghasilan yang tidak cukup
Untuk mengolah dan mengembangkan usaha, dia tidak memiliki kemampuan untuk itu, sebab untuk mengembangkan usahanya butuh dana yang banyak. Padahal dana yang diperlukan tidak ada. Dan jika dilakukan peminjaman ke bank, syarat-syarat untuk meminjamnya tidak lengkap. Apa lagi kalau pekerjaan yang di lakukan hanya bisa memperoleh gaji yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokok, maka Dengan demikian sulit baginya untuk mendapatkan penghasilan cukup.
b. Tidak mempunyai tempat tinggal yang pasti.
Untuk mendapatkan rumah ia harus melunasi biaya bangunan atau membayar kontrakan bagi yang mengontrak, hal ini akan terus-menerus harus di bayarkan sehingga menambah kesengsaraan bagi masyarakat miskin. Apabila ia sudah memiliki tempat tinggal yang yang jelas maka mungkin ia cukup memikirkan kebutuhan pangan dan lainnya bagi keluarganya.
c. Tingkat pendidikan Mereka Rendah
Dalam usaha peningkatan taraf pendidikan di Indonesia, maka pemerintah kita telah melakukan beberapa cara di antaranya, mengadakan kelompok-kelompok belajar bagi orang yang tidak mungkin lagi menduduki bangku Sekolah Dasar dan mengadakan Wajib Belajar bagi anak-anak yang berusia antara 7-15 tahun. Untuk meningkatkan pendidikan bagi rakyat Indonesia, maka pada saat sekarang pemerintah mewajibkan belajar sembilan tahun.
Jika dikaitkan dengan Islam, maka sebenamya Nabi sudah sejak lama mencanangkan kepada umat Islam wajib belajar seumur hidup, yakni balajar dari ayunan sampai ke liang lahat.
Wajib belajar pada prinsipnya dapat menghilangkan kemiskinan atau kemelaratan, meskipun dala jangka panjang. Karena itu sudah semestinya kita mendukung setiap usaha pemerintah dalam memajukan pendidikan bagi rakyat Indonesia.
Jadi, pendidikan rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempersulit memperoleh pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Dari uraian di atas di dijadikan acuan indikator miskin seseorang, tetapi kita juga dapat mengetahuinya juga berdasar pendekatan lain. Di Indonesia, garis kemiskinan BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Selain itu, terdapat garis kemiskinan lainnya, yaitu garis kemiskinan Sajogyo dan garis kemiskinan Esmara. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Kelemahan dari metode ini adalah hanya menggunakan acuan satu harga komoditi dan porsinya dalam anggaran keluarga, bahkan dalam keluarga miskin, menurun secara cepat. Berdasarkan kelemahan tersebut Esmara mencoba untuk menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang dari sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial, seperti yang diungkapkan secara berturut-turut dalam Susenas.
Kasus tentang kemiskinan 2
Sebuah keluarga Di Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto, hidup dalam garis kemiskinan setiap hari dia harus berusaha mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarganya. Lalu datanglah tawaran dari seorang yang bergama kristen protestan memberikan uang, lalu mengajaknya untuk masuk keagamanya.
Karena kurangnya iman dan terayu oleh bujukan orang non muslim itu akhirnya ia murtad, hal ini membuat gempar warga sekitar, karena di ketahui setelah masuk agama kristen protestan ia sering ke gereja. Memang terlihat dari kehidupannya yang dahulu miskin berobah menjadi orang berkecukupan dia tidak lagi cemas membayar uang sekolah anaknya.
Hal ini mengundang prihatin begitu dasyat godaan, ajakan yang mendorong di rinya untuk murtad keluar dari agama Islam. Warga ini berbuat tapi apa mau dikata hal tersebut adalah pilihan hidupnya.
Beberapa waktu yang lalu saya melihat dia sudah punya sepeda motor yang dapat digunakan untuk mengojek di kota Sawahlunto itu. Saya berfikir memang kemiskinan bisa saja membuat orang menjadi kafir.
F. Kemiskinan Sebagai Permasalahan Dakwah
Agama Islam pada dasarnya memotivasi kita untuk hidup kaya. Bahkan ajarannya memerintahkan untuk selalu kita untuk selalu bersedekah seperti orang yang paling kaya dengan adanya harta, umat ini akan mampu membuktikan kesholehan pribadi dan sosial. Kita akan lebih mampu menunaikan rukun iman dan rukun Islam dengan sarana yang sempurna. Karena tidak satupun rukun Islam yang tidak membutuhkan uang. Islam mengajarkan pemeluknya untuk shalat di masjid yang paling suci dan nyaman. Disyari’atkannya ibadah dengan pakaian yang indah dan wangi. Kewajiban zakat dan haji bagi yang mampu. Allah mengutamakan tangan yang di atas dari tangan yang di bawah .
Namun, pada kenyataannya masyarakat Muslim di dunia ini tidak sedikit yang hidup dalam kemiskinan. Padahal mereka memilik sumber daya alam yang sangat melimpah ruah. Dan negara yang mayoritas non muslim Justru hidup makmur dan kaya raga walaupun dengan sumber daya alam yang sangat terbatas, seperti Jepang, Singapura, Korea, Malaysia, dan lain-lain. Kelihatannya ada hal yang harus dibenahi dalam persepsi masyarakat kita, terutama dalam memahami hakekat harta, bisnis dan takdir. Ada di antara mereka yang berpandangan bahwa harta adalah benalu untuk mengenal dan dekat dengan Allah SWT, sehingga mereka tidak memiliki motivasi dan spirit untuk kaya, npalagi untuk menguasai ekonomi dunia. Benarkah Islam mengajarkan demikian? Abdurrahman bin Auf, konglomerat Muslim terkaya dan paling dermawan sepanjang sejarah, pernah mengatakan "bekerjalah untuk diniamu, seakan-akan engkau akan mati besok". Bahkan Umar bin Khattab, pada suatu hari, pernah menghunuskan pedangnya ke leher seorang jama'ah masjid yang kerjanya hanya salat, zikir, do’a saja, tapi ketika lapar dan mau makan, ia meminta dan membani saudaranya yang berjualan dipasaran. Sesungguhnya saudaramu yang berjuangan di pasar lebih baik dan mulia dari anda, yang hanya sholat, zikir dan do’a saja, pergilah segera untuk menjemput rezki dari Allah
G. Strategi Dakwah Dalam Mengatasi Kemiskinan
Sebagai seorang Da'i hendaknya mampu menjadi motivator untuk mendorong dan menggerakkan masyarakat. Tujuan akhir dari dorongan da’i adalah menjadikannya “mandiri” sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, dan terhindar dari kemiskinan.
Dalam hal ini, ada beberapa strategi yang harus dilakukan oleh para da’i
a. Mengefektifkan zakat, infak dan sedekah dalam pengentasan kemiskinan
Zakat adalah rukun Islam ketiga yang berupa sejumlah harta tertentu yang terselip dalam kekayaan yang dimiliki secara rill oleh setiap pribadi Muslim yang. diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang¬orang yang berhak atas harta tersebut setelah mencapai nisab dan haul. Ini dimaksudkan guna membersihkan harta kekayaan dan mensucikan jiwa yang dimilikinya.
Jika seseorang mendapat harta kekayaan, maka hendaklah ia pandai menggunakan dan memeliharanya sebab harta tersebut mengandung arti yang bermacam-macam. Amara lain, dalam harta tersebut terdapat hak orang lain yaitu fakir miskin. Di samping itu harta juga mempunyai nilai sosial. Dan berinfak berarti kita telah membantu ekonomi mereka dan sedikit terhindar dari kemiskinan.
b. Pembangunan Ekonomi Islam
Tujuan pembangunan ekonomi sebagaimana yang dijelaskan oleh DR. Fuad Amsyari dalam bukunya "Islam Dimensi Pembangunan Nasional" adalah :
Meningkatnya kesejahteraan ekonomi rakyat supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan yang sering timbal dalam aspek tujuan pembangunan ekonomi ini terletak, pada penjabaran arti kebutuhan hidup rakyat yang ruing lingkupnya sempit menjadi kebutuhan hidup individu anggota masyarakat suatu negara.
Pembangunan ekonomi dilaksanakan dengan kerjasama dan persatuan. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yaitu "Perekonomian di susun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan". Pembangunan ekonomi dalam rangka menghapuskan kemiskinan mesti dilaksanakan dengan jalan bersama antara pemerintah, orang-orang yang mampu dan orang-orang yang mempunyai kedudukan dengan mrsyarakat banyak. Pembangunan ekonomi itu dapat kita laksanakan melalui beberapa bidang, antara lain: bidang pertanian, bidang industri, bidang transmigrasi, bidang perhubungan, bidang tenaga kerja.
c. Etos kerja
Etos adalah pandangan hidup yang khas suatu golongan social Dalam majalah Prisma No. I tahun 1978, disebutkan bahwa etos adalah suatu karakter (dalam suatu pementasan). Sedangkan menurut Geerm etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.
Dari keterangan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa etos kerja Islarni adalah suatu alternatif pengentasan kemiskinan, sebab etos itu merupakan suatu karakter dalam suatu pengentasan. Jika manusia menyadari kekurangan yang dicerminkan dalam tindak tanduk atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, maka kita memerlukan orang lain.
Sekarang ini, sebagian umat Islam belum menduduki martabat yang terhormat sebagai pekerja yang dinamis dan produktif, karena esensi Islam tentang nilai kerja belum dimiliki. Nilai Islam, termasuk masalah kerja dan amal shaleh belum menyatu dalam diri umat sehingga yang nampak adalah kemunduran, pengangguran, kemiskinan dan keterbelakangan. Ini bukan berarti umat Islam belum bekerja, tetapi umat Islam masih berada pada tingkat yang belum mengembirakan. Sementara bagi orang-orang yang telah bekerja belum melaksanakan sebagaimana messtinya nilai-nilai syari'at atau etos kerja menurut tuntutan Islam.
Di antara tujuan bekerja muslim adalah :
a. mengharapkan mardhatillah
b. Semua pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seorang mukmin baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi pada hakikatnya tertuju pada suatu titik falsafah hidup seotrang muslini yakni mencari keridhaan Allah.
c. Memenuhi kebutuhan hidup
d. Memenuhi nafkah keluarga
e. Amal sosial (sedekah)
Salah satu tujuan kerja dalam Islam adalah untuk melakukan aural sosial seperti sedekah. Islam senantiasa memerintahkan manusia agar selalu berbuat kebaikan di mana saja berada.
Jadi dari penjelasan di atas ada beberapa strategi dakwah yaitu memaksimalkan zakat, sedekat, pembangunan ekonomi Islam dan peningkatan etos kerja, etos kerja dengan tujuan mengharapkan mardhatillah, mencari keridhaan Allah, mencukupi kebutuhan, memenuhi nafkah keluarga amal sosial (sedekah).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (pangan, pakaian, tempat berteduh, pendidikan dan kesehatan).
Faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah : malas bekerja, cacat mental, rendahnya pendidikan keluarga, kebijakan pemerintah, perang, dan struktur sosial dan lain sebagainya. Sedangkan dampak dari kemiskinan adalah kemiskinan membahayakan akidah, kemiskinan membahayakan akhlak dan moral, membahayakan keluarga, membahayakan ketentraman masyarakat, dan membahayakan terhadap kejayaan umat
Indikator miskin dapat dilihat dari tidak mempunyai penghasilan yang tidak cukup, tidak mempunyai tempat tinggal yang pasti, tingkat pendidikan mereka rendah
Strategi dakwah yaitu memaksimalkan zakat, sedekat, pembangunan ekonomi Islam dan peningkatan etos kerja, etos kerja dengan tujuan mengharapkan mardhatillah, mencari keridhaan Allah, mencukupi kebutuhan, memenuhi nafkah keluarga amal sosial (sedekah).
B. Saran
Kemiskinan bisa saja terjadi di setiap waktu dan tempat, pola hidup dan kebiasaan yang sesuai dengan nilai Islam akan mendorong manusia selamat dari kemiskinan, sebagai juru dakwah mari kita dorong umat untuk dapat hidup “mandiri” sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amsyar, Fuad, Islam datum Dimensi Pembangunan Nasional, Surabaya: Bina Ilmu. 2002.
Badruzzaman,Dimahethi, Panduan Kuliah Agama Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo , 2004.
Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta : Erlangga, 1983.
Hamba, Anton, pendekatan ekosistem dalam penanggulangan kemiskinan: refleksi penanggulangan kemiskinan di Sulawesi tengah dalam HS hasibuan compiled ) membangun ekonomi kerakyakan padang, 2006.
Ekspress, Padang , Senin 18 April 2011.
Fuad Amsyari. Islam datum Dimensi Pembangunan Nasional, (Surabaya: Bina Ilmu ), 2002.
Poerwadirminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1984
Simanjuntak, Patologi Sosial, (Bandung :Tarsito), 1985.
Suparlan, Parsudi, Kemiskinan Di perkotaan, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,) 1995.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.
Soelaeman, Munandar, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Eresco, 1993.
Sukito, Writmo, Etos Social, Prisma, no. I I tahun 1978
Suparlan,Parsudi, Kemiskinan Di perkotaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1995
Qardhawi, Yusuf, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta :Gema Insani Press, 1995
Writmo Sukito, Etas Social, Prisma, no. I I tahun 1978
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://www.scribd.com/doc/14597304
0 Comment