SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PSIKOLOGI AGAMA
Sesungguhnya dalam kitab suci setiap agama, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh agama. Dalam al Qur’an misalnya, banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang yang beriman dan sebaliknya orang kafir, sikap, tingkah laku, do’a-do’a, bahkan mengenai kesehatan mental pun. Begitu juga dengan kitab-kitab suci agama lainnya yang juga menuliskan tentang psikologi jiwa penganutnya.
Karena itu, untuk menentukan dengan pasti kapan agama itu mulai
diteliti secara psikologis agak sukar, barangkali tidak mungkin. Karena dalam agama itu sendiri sudah terkandung ilmu jiwa bahkan sebagian besar dari ajaran agama merupakan bimbingan yang tidak dapat dilepaskan dari kejiwaan.
diteliti secara psikologis agak sukar, barangkali tidak mungkin. Karena dalam agama itu sendiri sudah terkandung ilmu jiwa bahkan sebagian besar dari ajaran agama merupakan bimbingan yang tidak dapat dilepaskan dari kejiwaan.
Dapat dikatakan bahwa yang mula-mula berani mengemukakan hasil penelitiannya secara ilmiah tentang agama adalah adalah Frazer dan Taylor. Mereka membentangkan bermacam-macam agama primitif dan menemukan persamaan yang sangat jelas antara berbagai bentuk ibadah pada agam Kristen dan ibadah-ibadah orang-orang primitif, seperti pengorbanan karena dosa warisan, hari kebangkitan dan sebagainya. Hhasil penelitian ini membangkitkan perhatian para ahli untuk memandang agama sebagai suatu aspek kehidupan manusia yang dapat diteliti dan dipelajari seperti aspek-aspek lainnya dalam kehidupan manusia.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa ahli yang mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu jiwa agama:
1. Edwin Diller Starbuck
Dapat dikatakan bahwa gerakan baru terhadap penelitian ilmiah dalam bidang Ilmu Jiwa Agama dimulai dengan tegas pada tahun 1899 yaitu dengan keluarnya buku Starbuck pada tahun 1988 yang berjudul “The psychology of Religion, an Empirical Study of the Growth of Religious Consciousness” buku yang mengupas pertumbuhan perasaan agama pada seseorang.
Starbuck merupakan murid dari William James, akan tetapi ilmunya tentang Ilmu Jiwa Agama melampaui gurunya. Sehingga dapat dikatakan perhatian James timbul dan berkembang karena hasil karya muridnya.
2. George Albert Coe
Dia menggunakan hypotis dalam usahanya untuk mencari hubungan antara reaksi-reaksi agamis dengan watak (temperamen). Bukunya terbit pada tahun 1900 dengan judul “The Spiritual Live”. Dalam bukunya ia menekankan tentang konversi.
3. James H Leuba
Ia termasuk orang yang pertama kali meneliti agama dari segi ilmu jiwa. Ia mempunyai pandangan objektif, sehingga ia berusaha keras untuk menjauhkan ilmu jiwa agama dari unsur-unsur kepercayaan. Ia berpendapat bahwa tidak ada gunanya mendefinisikan agama, karena itu hanya merupakan kepandaian orang bersilat lidah.
Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist vol. XI Januari 1901 dengan judul “Introduction to a Psychological Study of Religion”. Kemudian pada tahu 1912 diterbitkannya buku dengan judul “A Psychological Study of Religion”.
4. Stanley Hall
Stanley hall juga menggunakan cara-cara yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran materaialistis. Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada tahun 1904, ditemukan persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis lain. Maka umur dimana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur itu pulalah timbul perasaan-perasaan agama yang ekstrim. Pendapat-pendapatnya tersebut terdapat dalam bukunya “Adolescence”, vol II ch. XIV dan “Jesus the Christ”, 1917.
5. William James
Karyanya dalam ilmu jiwa agama adalah “The Varieties of Religion Experience”. Karya nya tersebut memberikan semangat banyak ahli dalam mengadakan penelitian-penelitian di bidang ilmu jiwa agama. Pada tahun 1904 mulai terbit majalah “The Journal of Religious Psychology” dan The American Journal of Religious Psychology and Education” yang berlangsung sampai tahun 1915.
James berpendapat bahwa seorang ahli jiwa akan dapat meneliti dorongan-dorongan agama pada seseorang seperti mempelajari dorongan-dorongan jiwa lainnya dalam konstruksi pribadi orang tersebut. Hanya saja James menghidangkan bahan-bahan ilmiah yang berharga itu, sekedar bersifat deskriptif saja.
6. George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku “Psychology of Religious Life” yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber agama adalah konflik jiwa dalam diri individu.
7. Fluornoy
Pada tahun 1901 Fluornoy berusaha mengumpulkan semua penelitian psikologis yang pernah dilakukan terhadap agama, sehingga dapat disimpulkannya cara-cara dan metode yang harus digunakan dalam meneliti fakta-fakta tersebut. Diantara prinsip-prinsip yang harus digunakan tersebut adalah:
a. Menjauhkan penelitian dari Transcendance
b. Prinsip mempelajari perkembangan
c. Prinsip perbandingan
d. Prinsip dinamika
8. James B. Pratt
James B Pratt menerbitkan bukunya “The Religious Consciousness” pada tahun 1920. Walaupun sebenarnya ia adalah guru besar dalam ilmu filsafat.
9. Rudolf Otto
Di Jerman terbit pula buku “Das Heilige” oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1923. Yang terpenting dalam buku itu adalah pengalaman-pengalaman psikologis dari pengertian kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam hal ini adalah sembahyang. Buku yang cukup menarik untuk zamannya.
10. Pierre Bovet
Pada tahun 1918 ia adalah mahasiswa di Akademi “J.J Rousseou”, bahwa ia mengadakan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang ada padanya sehingga hasilnya dikumpulkan dalam suatu buku yang berjudul “Le Sentiment Religieux et la Psychologie de L’Enfart”.
METODE PSIKOLOGI AGAMA
Oleh: Qulil Haq, 505 K 070 PK VI
Dalam meneliti psikologi keagamaan seseorang, seorang peneliti membutuhkan beberapa metode dalam melakukan penelitian tersebut. Adapun metode psikologi agama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen pribadi (personal Document)
Yaitu digunakan sebagai untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan bagi seseorang dalam hubungan dengan agama. Untuk memperoleh imformasi mengenai hal dimaksud maka cara yang ditempuh dengan jalan mengumpulkan dokumen pribadi orang-orang yang berupa autobiografi, biografi, tulisan atau pun catatan- catatan yang dibuatnya.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman bartin yang bersifat individual dikala seseorang merasakan sesuatu yang ghaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat memberikan informasi yang lengkap. Selai catatan atau tulisan juga digunakan daftar pertanyaan kepada orang-orang yana akan diteliti
Dalam penerapan metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantara yang banyak dilakukan adalah sebagai berikut:
- Teknik nomothatiic, digunakan untuk menarik kesimpulan sejumlah dokumen yang diteliti.
- Teknik analisis nilai, teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statik.
- Teknik idiography approach, teknik ini digunakan sebagai pelengkap dari teknik nomothatic.
- Teknik penafsiran terhadap sikap, teknik ini digunakan dalampenelitian terhadap biografi tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.
2. 2. Kuesioner dan wawancara
Yaitu suatu metode yang digunakan sebagai untuk mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini memiliki beberapa kelebihan atara lain:
- Dapat memberikan kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera.
- Hasilnya dapat dijadikan dkumen pribadi tentang seseorang serta dapt pula dijadikan data nomothatic.
Setiap metode tentu ada kelemahan disana-sini begitu juga dengan metode ini. Adapu kelamahan adalah sebagi berikut:
- Jawaban yang diberikan terikat oleh pertanyaan hingga responden tak dapat memberikan jawaban secara bebas.
- Sulit untuk menyusun pertanyaan yang mengandung tingkat relevansi yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang khusus untuk hal itu.
- Kadang-kadang sering terjadi salah penafsiran terhadap pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertanyaan sesuai untuk semua orang.
- Untuk memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya jalinan kerjasama yang baik dari si penanya.
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
A. Psilkologi Agama Dalam Lintasan Sejarah
Untuk mengetahui secara pasti kapan agama diteliti secara psikologi memang agak sulit, sebab dalam agama itu sendiri telah terkandung didalamnya pengaruh agama terhadap jiwa. Bahkan dalam kitab- kitab suci setiap agama banyak menerangkan tentang proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh agama. Dalam Al Qur’an misalnya, terdapat ayat- ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang- orang yang beriman atau sebaliknya, orang- orang kafir, sikap, tingkah laku dan doa- doa. Disamping itu juga terdapat ayat- ayat yang berbicara tentang kesehatan mental, penyakit dan gangguan kejiwaan serta kelainan sifat dan sikap yang terjadi karena kegoncangan kejiwaan sekaligus tentang perawatan jiwa.
Contoh lain adalah proses pencarian Tuhan yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Dalam kisah tersebut dilukiskan bagaimana proses konversi terjadi. Dalam kitab- kitab suci lain pun kita dapati proses dan peristiwa keagamaan, seperti yang terjadi dalam diri tokoh agama Budha, Sidharta Gautama atau dalam agama Shinto yang memitoskan kaisar jepang sebagai keturunan matahari yang membuat penganutnya sedemikian mendalam ketaatannya kepada kaisar, sehinga mereka rela mengorbankan nyawanya dalam Perang Dunia II demi kaisar.
B. Pendekatan Ilmiah Dalam Psikologi Agama
Dalam perkembangannya, psikologi agama tidak hanya mengkaji kehidupan secara umum tapi juga masalah- masalah khusus. Pembahasan tentang kesadaran beragama misalnya, dikupas oleh B. Pratt dalam bukunya the Religious Consciousness, sedangkan Rudolf Otto membahas sembahyang. Perkembangan beragama pun tidak luput dari kajian para ahli psikologi agama. Piere Binet adalah salah satu tokoh psikologi agama awal yang membahas tentang perkembangan jiwa keberagamaan. Menurut Binet, agama pada anak- anak tidak beada dengan agama pada orang dewasa. Pada anak- anak dimana mungkin dialami oleh orang dewasa, seperti merasa kagum dalam menyaksikan alam ini, adanya kebaikan yang tak terlihat, kepercayaan akan kesalahan dan sebagian dari pengalaman itu merupakan fakta- fakta asli yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
C. Kajian Psikologi Agama Di Kawasan Timur
Dalam Dunia Timur tidak mau ketinggalan. Abdul Mun’in Abdul Aziz al Malighy misalnya, juga menulis kajian perkembangan jiwa beragama pada anak- anak dan remaja. Sementara didaratan anak benua Asia dan India juga terbit buku- buku yang berkaitan dengan psikologi agama. Jalaluddin menyebut judul buku berikut pengarangnya antara lain: The Song of God: Baghavad Gita.
Sedang di Indonesia, sekitar tahun 1970-an tulisan tentang psikologi agama baru muncul. Karya yang patut dikedepankan adalah: Ilmu Jiwa Agama oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Agama dan Kesehatan Jiwa oleh prof. Dr. Aulia (1961), Islam dan Psikosomatik oleh S.S. Djami’an, Pengalaman dan Motivasi Beragama oleh Nico Syukur Dister, Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa oleh Dadang Hawari dan sebagainya. Dalam buku yang disebut terakhir misalnya, meskipun yang menjadi pembahasan mengenai kedokteran jiwa, akan tetapi membahas pula aspek- aspek agama atau spiritual dalam kaitannya dengan jiwa seseorang.
0 Comment