Bagian
Kelima
Manajemen
Dakwah
Pendahuluan
Usaha dakwah yang
dilakukan untuk menyebarluaskan dan merealisasikan ajaran Islam di
tengah-tengah masyarakat, merupakan kewajiban seluruh umat Islam sesuai dengan kemampuannya, baik
dilakukan secara pribadi maupun dengan kerjasama dalam satu wadah atau disebut
dengan organisasi dakwah. Dimana dakwah berlangsung secara terorganisir
sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang artinya: “Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.” (Departemen Agama, 1971:21)
Kewajiban
melaksanakan dakwah yang terpikul dipundak sebagian kaum muslimin yang
ditujukan kepada ulama dan pemimpin-pemimpin
Islam dan orang-orang yang berkompeten untuk melakukannya, sebagai sumber daya
yang berkualitas yang menggerakkan organisasi dakwah. Dimana tujuan organisasi
dakwah pada hakekatnya menggemban tujuan
dakwah itu sendiri.
Dakwah merupakan ikhtiar
untuk menanamkan keyakinan, menumbuhkan sikap dan mendorong perilaku manusia
menurut nilai-nilai ajaran Islam untuk menjadi kenyataan dalam kehidupan
pribadi, keluarga masyarakat sehingga menjadi umat yang terbaik (Khairul
Ummah) yaitu Ummatan Wasatha (umat yang adil dan terpilih). Dengan demikian
tujuan dakwah adalah mengaktuallisasikan
nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, berkeluarga
dan masyarakat sehingga terwujud umat yang sejahtera lahir dan batin bahagia
didunia dan akhirat. (Zaini Muchtarom, 1996:4).
Dewasa ini persoalan
umat semakin hari semakin bertambah rumit dan kompleks sebagai sasaran dakwah,
apalagi dalam perkembangan ilmu dan teknologi, akan membawa pengaruh besar
dalam kehidupan umat baik dari segi cara berpikir, bersikap maupun bertingkah
laku. Kadang kala lebih diwarnai dengan gaya hidup yang Materialistis,
Komsumtif, Hedonistik, dan sebagainya.
Kondisi yang demikian
mengandung indikasi bahwa persoalan dakwah akan semakin berat dan meningkat.
Untuk penanggulangan dakwah tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri dan sambil
lalu, tetapi hendaklah dilakukan secara bekerjasama dalam satu kesatuan yang
teratur rapi. Hal ini menghendaki adanya tenaga-tenaga terampil dan mampu untuk
mengelola dan mengatur pelaksanaan dakwah atau disebut dengan manajemen dakwah.
Kemampuan itu dimulai dari mengidentifikasikan masalah menyusun rencana yang
tepat, mengorganisir para pelaksana (sumber daya manusia) dan daya lainnya yang
tersedia, menggerakkan kepada pencapaian tujuan dan melakukan penggendalian
atau pengawasan terhadap tindakan-tindakan dakwah.
Manajemen sangat
diperlukan dalam mencapai tujuan dakwah,
karena manajemen merupakan suatu sistem dan metode atau teknik untuk melakukan
pengelolaan yang baik, mendapatkan hasil yang memuaskan, menghindarkan
perbuatan yang merugikan dan mubazir, menghindari kesalahan dan kekeliruan dan
upaya untuk menegak kebenaran dalam suatu lembaga. Semua itu akan terwujud jika
manajemen tersebut sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
al-Qur’an dan Hadis. Seperti efesiensi yang mengajarkan kepada manusia untuk tidak boros, seimbang,
pencapaian manfaat dan adil. Dalam
bekerja dan mengambil keputusan hendaklah memegang prinsip berfikir positif,
bermusyawarah, disiplin, kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif dan
sebagainya.
Nilai-nilai Islam
akan bertahan lama dan membudaya dalam kehidupan individu lembaga dan
masyarakat jika dipelihara dan dikembangkan melalui manajemen yang rapi,
sebagaimana yang dikemukan Amrullah
Ahmad (1993) : bahwa dakwah Islam adalah kegiatan hasil akhirnya bahkan
ditentukan oleh pengelolaan ketika dakwah sedang berlangsung tetapi telah melembaganya nilai-nilai Islam
pada peringkat kenyataan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. Nilai-nilai
Islam akan bertahan lama dan membudaya jika terjadi pemeliharaan dan berkesinambungan dengan organisasi dan
manajemen yang rapi.
Dalam kegiatan usaha
kerjasama di abad modern ini orang selalu menggunakan dan menerapkan manajemen
baik, dalam organisasi profit making yang
lebih beroreantasi kepada keuntungan dan laba, maupun organisasi non
profit making yang lebih mengutamakan pelayanan masyarakat. Organisasi
dakwah yang termasuk non profit
making yang lebih mengutamakan
pelayanan masyarakat dalam bidang keagamaan, mengaktuallisasikan nilai-nilai
ajaran Islam dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah kehidupan umat, untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Untuk mencapai tujuan
dakwah secara efektif dan efesien perlu
adanya manajemen, sebab tanpa manajemen tujuan tersebut rumit dan sulit
untuk dicapai.
Maka dalam tulisan
yang sederhana ini hanya akan dibahas bagaimana penerapan fungsi-fungsi
manajemen dalam proses pelaksanaan dakwah. Pembahasan ini dibatasi pada :
konsep dasar manajemen dakwah,
unsur-unsur manajemen dakwah dan
proses/fungsi manajemen dakwah.
Konsep Dasar Manajemen Dakwah
Untuk melihat konsep
dasar tentang manajemen dakwah akan dikemukan tentang pengertian manajemen dan
dakwah.
1. Pengertian
Manajemen
Manajemen
merupakan suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menetukan
serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan malalui pemanfaatan sumber daya
manusia serta sumber daya lainnya. (G.R. Terry, 1984:4).
Sedangkan
menurut Robbin, manajemen adalah the process of efficientcy complated with
and other people. ( 1984 :5 ). “Manajemen adalah suatu proses membuat
serangkaian kegiatan menjadi efesien untuk mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan
orang lain.”
Menurut
Komaruddin manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk
mencapai tujuan yang telah dikalkulasikan dengan bantuan sejumlah sumber dengan
cara efesiensi dan efektif. (1994:511). Sejalan
dengan ini Malayu Hasibuan merumuskan pula bahwa manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya
lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari
pengertian manajemen di atas dapat diketahui bahwa manajemen mencakup ilmu dan
seni adanya sumber daya dan tujuan yang
akan dicapai.
a. Manajemen
sebagai ilmu dan seni
Manajemen sebagai ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang sistematis dan
diterima menurut pengertian kebenaran
umum dan universal. Selain ilmu-ilmu manajemen yang didapat, dipelajari dan
diterapkan. Manajemen sebagai seni merupakan kreativitas pribadi yang kuat yang
disertai dengan kemampuan dan
keterampilan dalam menyesuaikan keadaan dan lingkungan untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
b. Manajemen
sebagai proses
Proses itu mencakup bagaimana cara mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan berbagai sumber untuk
mencapai tujuan organisasi dengan melibatkan orang, teknik, informasi dan struktur
yang telah dirancang. Proses utama dan sangat
sensial adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan penggendalian.
J.R. Terry menyebutkan proses ini sebagai fungsi manajemen.
c. Manajemen
sumber daya
Untuk melaksanakan aktivitas – aktivitas
dalam manajemen
diperlukan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia
merupakan titik sentral dari manjemen, tanpa sumber daya manusia manajemen
tidak berarti apa-apa. Sedangkan yang
dimaksud sumber daya lainnya adalah alat-alat yang digunakan dalam
manajemen seperti uang, mesin, material dan sebagainya.
d. Adapun
tujuan yang akan dicapai.
Tujuan hendaklah ditetapkan secara logis, rasional, realitas dan
ideal sesuai dengan potensi yang
dimiliki organisasi. Tujuan itu harus jelas sehingga dapat dipahami oleh seluruh
anggota organisasi. Tercapai atau tidaknya tujuan sangat ditentukan oleh
kemampuan manajer dalam mempergunakan segala potensi yang ada.
2. Pengertian
Dakwah.
Dakwah
adalah mengajak manusia kedalam sistem Islam
secara menyeluruh baik lisan
maupun kemampuan atas perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan ajaran Islam
menjadi kenyataan dalam kehidupan syakhshiyah, usrah dan umat Islam dalam semua segi kehidupan
secara berjamaah sehingga terwujudnya khairul ummah. (Departemen Agama,
1994).
Jadi
dakwah adalah mengajak manusia ke dalam sistem Islam, untuk merealisasikan
ajaran Islam dalam seluruh kehidupan terwujudnya khairul ummah, umat
yang terbaik dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Setalah
diketahui pengertian manajemen dan dakwah dapatlah diperoleh konsep dasar
manajemen dakwah. Manajemen dakwah
merupakan suatu ilmu, seni dan mengatur proses mulai dari menyusun perencanaan,
melaksanakan pengorganisasian segala sumber daya yang ada sesuai dengan
kebutuhan organisasi, menggerakkan segala sumber daya serta melakukan
pengawasan terhadap tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan dakwah.
Unsur-unsur Manajemen Dakwah
Sebagaimana
yang telah dibicarakan terdahulu bahwa manajemen selalu dikaitkan dengan usaha
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tujuan yang akan
dicapai dengan adanya manajemen dakwah ini tidak terlepas dari tujuan dakwah
itu sendiri, yaitu kegiatan bersama untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dan
ajaran Islam dalam amar ma’ruf nahi munkar untuk kehidupan manusia baik di dunia maupun
di akhirat nantinya. Dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan tersebut
digunakan unsur manajemen (tool of management).
S.P.
Hasibuan mengemukan unsur-unsur manajemen yang dirumuskan dengan 6 M, yaitu :
1. Men, tenaga
kerja manusia baik tenaga kerja ekslusif maupun operatif.
2. Money, uang
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang Method, cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan
3. Material,
bahan-bahan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Machines,
mesin-mesin
atau alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan.
5. Market,
pasar
untuk menjual out-put dan jasa-jasa yang dihasilkan. (1987:21).
Dalam
kegiatan manajemen, unsur-unsur tersebut saling terkait dan menunjang satu sama
lainnya, dalam arti tidak dapat diabaikan salah satu unsur yang ada, jika
tujuan tercapai secara efektif dan
efesien.
Bila
dianalisa unsur-unsur yang ada atau yang digunakan dalam manajemen merupakan
adanya keserasian dan kesamaan dengan unsur-unsur
dakwah. Hal ini dapat dilihat dalam proses pelaksanaan dakwah semua unsur ini
tidak dapat diabaikan dan harus mnejadi perhatian penuh bagi penyelenggaraan
dakwah sebagaimana pula halnya dengan unsur-unsur yang digunakan dalam
manajemen.
Manajemen sebagai suatu proses kegiatan untuk
mencapai tujuan akan dimanfaatkan oleh berbagai organisasi termasuk didalamnya
organisasi dakwah, sebab lembaga dakwah tidak akan bisa menjalankan
aktivitasnya dengan baik tanpa adanya manajemen dakwah.
Menggunakan manajemen berarti harus
memerlukan unsur-unsur yang ada dalam manajemen dan memegang atau mengatur
pelaksanaan tidak terlepas dari unsur-unsur dakwah yang dikemukan oleh Abdul
Karim Zaidan (1975:6)
Artinya adalah subjek
dakwah, objek dakwah, metode dakwah, dan media dakwah.
1. Subjek
dakwah, yaitu pelaksana dakwah disebut dengan da’i, juru dakwah, mubaligh dan
khatib.
2. Objek
dakwah, yaitu sasaran dakwah, kepada siapa dakwah itu disampaikan atau disebut
dengan audiens dakwah seperti jama’ah, masyarakat dan sebagainya.
3. Materi
dakwah atau ideologi dakwah, yaitu ajaran itu sendiri yang berpegang kepada
Al-Qur’an dan Sunnah
4. Metode
dakwah, yaitu cara dan tekhnik yang digunakan dalam berdakwah.
5. Media
dakwah, yaitu alat yang menghubung ide atau umat atau alat yang digunakan untuk
berdakwah.
Setelah dikemukan
unsur-unsur manajemen dan faktor-faktor dakwah, tidak salah kiranya bila
penulis mencoba untuk mengkaitkan keduanya sebagai unsur dari manajemen dakwah
yang harus dan mau tidak mau akan digunakan dalam manajemen dakwah.
1. Men
atau
tenaga kerja manusia.
Manusia dalam
proses dakwah merupakan pelaksana dakwah
atau subjek dakwah yang bertindak sebagai orang yang memimpin atau mengatur
kegiatan dakwah dan juga orang-orang yang secara langsung berhadapan dengan
masyarakat seperti muballigh dan khatib.
Faktor manusia
merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen dakwah, sehingga berhasil
atau tidaknya suatu manajemen tergantung kepada kemampuan yang dimiliki manajer
untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.
Manusia mempunyai watak, sikap, aspirasi, keinginan, perilaku dan potensi yang berbeda-beda. Keadaan demikian akan
berlangsung terus dimasa yang akan datang sehingga tantangan yang paling utama
bagi manajer bagaimana menjawab masalah
yang demikian dalam manajemen.
Untuk menghadapi
permasalahan tersebut, manajer perlu memiliki kemahiran atau keterampilan
managerial. T.Hani Handoko (1997:36-37) menggemukan keterampilan-keterampilan
manajerial menjadi manajer yang efektif :
a. Keterampilan
konseptual (konseptual skills) adalah kemampuan mental untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan
organisasi.
b. Keterampilan
kemanusiaan (human skills) adalah kemampuan untuk bekerja dengan
memahami dan memotivasi orang lain baik sebagai individu ataupun sebagai
kelompok.
c. Keterampilan
administrasi (administration skills) adalah seluruh keterampilan yang
berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, menyusun kepegawaian dan
pengawasan.
d. Keterampilan
Teknik (technical skills) adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan,
prosedur-prosedur alat teknik dari suatu bidang tertentu.
2. Method (metode)
Cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan. Tercapai atau tidaknya tujuan ditentukan oleh metode mana yang tepat digunakan dalam
suatu organisasi. Dalam kegiatan dakwah matode dakwah dapat dilihat dari tiga
sisi yaitu sisi objek, subjek dan mater
3. Money
(uang)
dan machines
Merupakan
biaya yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam manajemen
seperti upah melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam manjemen seperti untuk
upah/gaji karyawan dan mesin-mesin atau alat yang dibutuhkan. Mesin merupakan
alat yang sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan organosaso, sebagai alat
untuk mempermudah manusia untuk mencapai tujuan.
Dalam
kegiatan dakwah adanya uang dan mesin atau alat yang digunakan termasuk media
dakwah. Media dakwah adalah alat yang objektif yang menjadi saluran yanng menghubungkan ide dengan umat, suatu
elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah. (Hamzah
Ya’cub 1986 : 47)
Lebih lanjutnya
Hamzah Ya’cub mengemukan media dakwah dapat dilihat melalui metode dakwah
menurut bentuk penyampaiannya secara garis besar adalah :
a. Lisan,
seperti khutbah, kuliah, seminar, pidato dan sebagainya.
b. Tulisan,
seperti buku, majalah, surat kabar, bulletin dan sebagainya.
c. Lukisan,
seperti gambar-gambar hasil lukisan, foto, film cerita dan sebagainya.
d. Akhlak,
yaitu cara penyampaian dalam bentuk perbuatan seperti menziarahi orang sakit,
kunjungan silahturahmi dan
sebagainya.
Jadi yang
termasuk media dakwah, media cetak dan media elektronik termasuk didalamnya
radio, televisi, internet dan sebagainya.
4. Material
Merupakan
bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam proses dakwah bahan ini bisa dijadikan mateeri dakwah yang
akan disampaikan kepada masyarakat.
Materi dakwah dan
kadang-kadang disebut dengan ideologi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang
dikatakan oleh Mahmud Yunus (1983:37-39), sumber pertama dan utama dakwah (tabligh) adalah ilmu-ilmu
agama Islam, dasar pokok utama adalah tauhid, sedangkan sumber suci murni
adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. sumber pembantu dan kedua untuk dakwah
(tabligh) ialah ilmu-ilmu umum seperti
sejarah umum.
5. Market
Merupakan
pasar tempat menjual output dan produk-produk yang dihasilkan, sedangkan
dalam proses dakwah yang disebut objek dakwah adalah orang-orang yang menerima
dakwah atau yang menjadi sasaran dakwah itu sendiri baik secara individu,
kelompok maupun masyarakat umum.
Proses Manajemen Dakwah
Sebagaiman yang telah
penulis kemukan pada pembahasan terdahulu tentang pengertian manajemen yang
dikemukan oleh J.R Terry, bahwa manajemen itu merupakan suatu proses yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
penggawasan. Tindakan-tindakan atau langkah-langkah ini disebut juga dengan
fungsi manajemen.
Fungsi manajemen
merupakan usaha pokok yang harus dilakukan oleh manajer dengan menggunkan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya yang disebut juga dengan unsur-unsur
manajemen (6.M) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun proses
manajemen dakwah yang penulis kemukakan disini berdasarkan kepada fungsi
manajemen yang dikemukan oleh J.R. Terry, yaitu : perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating) dan
pengawasan (controling).
1. Perencanaan
(planning)
Planning
is the proses of determining objektives and assesing the way these objective
can best be achived. (Robbin, 1984:117). Perencanaan adalah
proses menentukan tujuan dan menetapkan cara-cara yang terbaik mencapai tujuan.
Menentukan tujuan
yang akan dicapai, menetapkan program kerja yang akan dilakukan oleh manajer
dan anggota, memilih cara yang tepat, dan menentukan kapan pekerjaan itu harus
diselesaikan merupakan fungsi utama atau fungsi dasar yang harus dikerjakan
oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi.
Setiap usaha atau
aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu hanya dapat berjalan dengan baik,
efektif dan efisien, bila sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang.
Demikian pula usaha dakwah Islam yang mencakup segala segi kehidupan yang sangat
luas, hal ini tentu akan berlangsung secara efektif dan efisien bilamana
sebelumnya telah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.
Dengan adanya
perencanaan maka sumber daya manusia atau tenaga pelaksana dakwah yang
diperlukan sumber lainnya seperti alat-alat pelengkap dan fasilitas yang
digunakan dapat diketahui apakah dimiliki oleh organisasi atau tidak, jika
tidak tentunya dilengkapi. Disisi lain adanya perencanaan akan mempermudahkan
manajer dakwah dalam melaksanakan aktivitasnya.
Perencanaan dapat
memberi arah atau pedoman bagi pelaksana yang tidak terduplikasi serta
menetapkan standar dan memberikan kemungkinan pengendalian. Tanpa perencanaan
berarti seorang manajer bekerja tanpa arah dan tujuan bahkan ibarat orang yang
berjalan ditengah hutan belantara.
Mengingat pentingnya
perencanaan dalam proses kegiatan
dakwah, menurut Ek. Mukhtar Effendy (1996)
dalam menyusun perencanaan terdapat tujuah proses perencanaan yaitu :
1. Forecasting,
penaksiran atau perkiraan yang sistematis tentang sesuatu yang akan terjadi
dimasa yang akan datang dengan dasar teksiran terhadap data yang ada.
2. Objectives
adalah
tujuan atau nilai-nilai yang akan dicapai oleh organisasi. Tujuan
organisasi haruslah jelas, realisasinya
dan dapat diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi supaya
mereka dapat mengerjakan dan berpartisipasi dengan penuh kesadaran.
3. Polices
adalah
prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang relatif permanen dan
terus-menerus setidak-tidaknya dalam membuat dan menjalankan rencana tersebut.
4. Programmes, adalah
suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksankan polices dalam
pencapaian tujuan.
5. Schedules
adalah
pembagian program menurut deretan waktu
yang menunjukan suatu kegiatan yang
harus diselesaikan.
6. Prosedures, adalah
suatu gambaran sifat dan metode atau cara tentang bagaimana melaksanakan suatu
pekerjaan.
7. Budget, adalah
suatu perkiraan dan taksiran yang harus dikeluarkan dan hasil yang diharapkan
pada akan datang untuk itu dinyatakan dalam waktu, uang, material atau
unit-unit kerja.
Menurut
Rasyad Shaleh (1997:45) langkah-langkah perencanaan adalah :
a. Perkiraan
dan perhitungan masa depan.
b. Penentuan
dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
c. Penetapan
tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya.
d. Penetapan
metode
e. Penetuan
dan penjadwalan waktu.
f.
Penetapan lokasi.
g. Penetapan
biaya, fasilitas dan faktor-faktor lain yang diperlukan.
Kegiatan atau
langkah-langkah tersebut diatas dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut
perkiraan dan perhitungan masa depan (pore casting) merupakan penaksiran
atau perkiraan sesuatu yang akan terjadi. Di dalam istilah manajemen diartikan
sebagai suatu sistem perkiraan yang sistematis dan yang paling mungkin
memperoleh sesuatu dimasa depan dengan dasar taksiran terhadap data-data yang
ada.
Untuk memperkirakan apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang pemimpin dakwah haruslah dapat
merumuskan kondisi sekarang dengan tujuan yang akan dicapai. Apakah tersedia
sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan perkiraan dan
perhitungan masa depan dalam perencanaan dakwah untuk memberi informasi yang
akan dijadikan pertimbangan dalam membuat keputusan. Untuk itu pemimpin dakwah
harus mampu mengumpulkan data yang akurat dengan jalan melakukan penelitian
baik intern organisasi maupun ekstern. Dengan demikian rencana yang telah
dibuat dapat diterapkan untuk mencapai tujuan dakwah.
Penentuan dan
perumusan sasaran yang telah ditetapkan merupakan hal yang sangat penting dalam
melaksanakan dakwah. Sebab tanpa sasaran yang jelas organisasi akan menggunakan
sumber daya secara tidak efektif dan tujuan dakwah tidak akan tercapai.untuk
itu sasaran dan tujuan yang akan dicapai haruslah dirumuskan dengan jelas
sehingga dapat dimengerti oleh semua pelaksana dakwah. Bila sasaran tujuan
tidak dirumuskan secara jelas akan terjadilah penafsiran yang berbeda-beda yang
akhirnya akan menimbulkan kesimpang siuran dalam kegiatan dakwah.
Penentuan tindakan
dakwah dalam prioritas pelaksanaan, setelah jelas sasaran kemudian dijabarkan
tindakan-tindakan nyata atau program kerja dalam berbagai aktifitas.
Perencanaan haruslah mampu mempertimbangkan beberapa alternatif, mana tindakan
dakwah yang paling pokok dan paling penting untuk dilaksanakan terlebih dahulu,
inilah yang diprioritaskan atau menjadi urutan pertama yang harus dikerjakan.
Kemudian baru tindakan/ pekerjaan yang berikutnya sesuai dengan sasaran yang
dicapai.
Metode dakwah
merupakan cara bagaimana dakwah itu dilaksanakan. Dengan mempergunakan metode
yang tepat dan benar kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik dan tujuan
dakwah akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Metode dakwah yang akan
ditetapkan tentu dapat dilihat dari berbagai sisi baik dari sisi subjek dakwah, objek dakwah maupun
materi dakwah. Dengan demikian metode dakwah yang digunakan itu benar-benar
dapat mendukung untuk mewujudkan tujuan dakwah.
Penentuan dan
penjadwalan waktu mempunyai arti penting dalam proses dakwah, maka dalam
pelaksanaan perlu ditentukan kapan waktunya dan berapa lama waktu yang
diperlukan untuk satu kegiatan sehingga kegiatan yang dilakukan tepat pada
waktunya. Adanya penentuan waktu dan penjadwalan waktu akan dapat mempermudah
pimpinan untuk mengorganisasikan kegiatan pengurusan terhadap proses dakwah.
Penetapan lokasi atau
tempat dakwah sangat ditentukan oleh bebrapa faktor yaitu acara kegiatan dakwah
yang dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat perlengkapan
yang diperlukan serta keadan lingkungan. Penentuan lokasi yang tepat akan
berpengaruh kepada proses dakwah. Oleh karena itu lokasi harus mendapat
perhatian dalam perencaan dakwah.
Kelancaran kegiatan
dakwah akan ditentukan oleh faktor tenaga, biaya dan fasilitas atau alat-alat
yang digunakan, untuk itu dalam perencanaan perlu diperkirakan apakah
organisasi memiliki sumber daya-sumber daya yang diperlukan. Dengan demikian
perencanaan yang ditetapkan dapat disesuaikan dengan biaya, fasilitas yang
dibutuhkan untuk kegiatan dakwah.
2. Pengorganisasian
(organizing)
Pengorganisasian
adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat, tugas-tugas dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (Sondang.P.Siagian, 1988:81)
Pengorganisasian merupakan proses yang dinamis, sedangkan
organisais merupakan hal yang statis yang menggambarkan hubungan-hubungan yang
ada di dalamnya. Dan organisasi adalah sebagai alat atau adah tempat manajer
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapain tujuan yang diinginkan.
Pengorganisasian diartikan penentuan pekerjaaan yang harus dilaksanakan,
pengelompokan tugas-tugas dan pekerjaan setiap anggota organisasi serta penentuan hubungan-hubungan sebagai
suatu kesatuan yang utuh.
Pengoganisasian
sangat menentukan sekali tentang keberadaan organisasi. Pengorganisian yang
baik tersusun dan tertata dengan rapi akan mencerminkan dakwah yang abik. Maka
dalam mewujudkan organisasi yang handal, pengorganisasian mutlak dilakukan oleh
pimpina dakwah atau manajer. Rosyad Shaleh
(1977:77) mengemukakan pengorganisasian dakwah adalah “rangkaian aktivitas
menyusun kerangka menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dengan jalan
membagi dan menggelompokan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan
dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara sumber-sumber organisasi atau
petugas”.
Pengorganisasian
mempunyai arti dalam proses dakwah sebab dengan adanya dakwah penentuan
penggelompokan kerja dan jelasnya jalinan kerja koordinasi atas bagian dalam
organisasi dakwah akan mempermudah pemimpin dalam melaksanakan tugasnya dan
tujuannya mudah dicapai. Untuk melakukan pengorganisasian dakwah yang baik
sesuai dengan efinisi diatas, maka pemimpin/manajer dapat memperdomani
langkah-langkah seperti yang dikemukan Ernest Dale (Nanang Fattah,1996)
a. Membagi
dan menggolongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesulitan-kesulitan tertentu.
b. Menentukan
dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksanaan
atau da’i untuk melakukan tugas tersebut.
c. Memberikan
wewenang pada masing-masing pelaksana.
d. Menetapkan
jalinan hubungan.
Pembagian
dan penggolongan tindakan dalam
organisasi dakwah terlihat dengan adanya
bidang-bidang atau departemen-departemen seperti bagian tabligh, pendidikan,
ekonomi dan sebagainya.
Masing-masing
bagian ini merumuskan bagian tertentu sesuai dengan bidang-bidang dan kepadanya
diberikan wewenang untuk melaksanakannya. Dan setiap bagian dan aktifitas yang
dilakukan adalah untuk mencapai tujuan organisasi, maka antara bagian tersebut
tidak terdapat tumpang tindih kegiatan–kegiatan yang dilakukan dengan
bagian-bagian yang ada.
3. Penggerakan
(actualing)
Apabila
perencanaan organisasi dan personalia sudah ada, maka fungsi penggerakan dapat
dilaksanakan dalam proses dakwah. Penggerakkan merupakan fungsi yang terpenting
dan inti dari maanajemen, bagaimanapun baiknya, suatu rencana, tersedianya
sumber-sumber tanpa digerakan tidak akan berarti apa-apa.
Penggerakan
adalah keseluruhan usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien efektif dan ekonomis. (sondang.p siagian, 1988:128).
Masalah
pergerakan berkaitan erat dengan manusia merupakan masalah yang paling kompleks
dan sulit dilakukan. Manusia inti dari administrasi dan manajemen. Tujuan organisasi
adalah untuk meningkatkan mutu manusia, tepat atau tidaknya starategi untuk
mencapai tujuan tak akan bermakna apabila tidak diterima dan dilaksanakan oleh
manusia. Ringkasnya pergerakan dakwah tidak akan ada jika tidak dilalui oleh
manusia.
Untuk pergerakan
dakwah dituntut kemampuan dan keterampilan pemimpin dakwah untuk memberikan
motivasi serta membimbing pelaksana dakwah agar mau bekerja dengan ikhlas,
mengkoordinir dan menjalin pengertian di antara mereka.
Adapun
langkah-langkah penggerakan dakwah adalah:
a. Pemberian
motivasi.
b. Pembimbingan.
c. Penjalinan
hubungan.
d. Penyelenggaraan
komunikasi.
e. Pengembangan
atau peningkatan pelaksanaan. (Rosyida shaleh, 1977:112).
Pemberian motivasi
dalam manajemen dakwah ditujukan kepada sumber daya manusia umumnya dan bawahan
sebagai pelaksana dakwah khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara
mengarahkan pelaksanaan dakwah agar dapat bekerja dengan ikhlas dan diridhai
oleh Allah untuk mencapai tujuan dakwah.
Untuk itu pimpinan
dapat melakukannya dengan cara mengikutsertakan dalam proses pengambilan
keputusan, memberikan informasi yang lengkap, pengakuan dan penghargaan
terhadap sumber daya yang telah diberikan. Suasana yang menyenangkan,
penampilan yang tepat sesuai dengan bakat dan keahliannya dan pedelegasian wewenang
dengan jelas.
Pembimbingan
merupakan tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas
dakwah sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan lain yang
telah digariskan. Pembimbingan yang dilakukan terhadap pelaksana dapat
dilakukan dengan jalan memberikan perintah atau petunjuk usaha lainnya yang
bersifat mempengaruhi mereka dan menetapkan arah tindakan mereka.
Perintah yang
diberikan secara lisan dan tulisan harus jelas, mungkin dapat dikerjakan,
diberikan satu persatu, diberikan sesuai dengan kemampuan orang yang akan
melaksanakan dan perintah harus diberikan oleh satu tangan.
Penjalinan hubungan
sebagai usaha mewujudkan harmonisasi dan sinkronisasi dalam kegiatan dakwah.
Adanya koordinasi akan dapat mencegah terjadinya kekacauan dan kekosongan dalam
aktifitas dakwah. Cara yang dapat digunakan dalam rangka menjalin hubungan
antara pelaksana dakwah adalah mengadakan musyawarah, wawancara dengan para
pelaksana, adanya buku pedoman dan tata kerja. Jalinan hubungan yang baik haruslah
melalui komunikasi yang efektif.
Penyelenggaraan
komunikasi antara pimpinan dengan para pelaksana dakwah adalah dalam penyatuan
visi dan persepsi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam proses
penyelenggaraan dakwah. Komunikasi pemimpin dengan pelaksana dapat berjalan
dengan efektif dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: memilih informasi
yang akan dikomunikasikan, mengetahui cara menyampaikan informasi yaitu jelas
dan lengkap, konsisten, tepat waktu, dapat dipergunakan tepat pada waktunya dan
jelas siapa yang dituju, mengenal dengan baik pihak penerima komunikasi serta
membangkitkan perhatian pihak penerima informasi.
Pengembangan atau
peningkatan pelaksana dakwah terkait dengan kesadaran, kemampuan dan
keterampilan para pelaksana dakwah. Dalam metode pengembangan tersebut dapat
dilakukan dengan metode demonstrasi, metode konfrensi, metode seminar, metode
bacaan yang khusus direncanakan, metode pemecahan masalah dan sebagainya.
4. Pengawasan(controling)
Pengawasan
(control) adalah seluruh kegiatan mulai dari penelitian serta pengamatan
yang teliti terhadap perjalanan rencana dengan menggunakan rencana yang ada
serta standar yang dibutuhkan serta memberikan dan mengoreksi penyimpangan
rencana dan standar serta penilaian
terhadap hasil pekerjaan dibandingkan (comparisasi) dengan masukan (input)
yang ada atau keluaran (out-put) yang dihasilkan. (Ek.Muchtar Effendi,
1996:116). Pengawasan dilakikan mulai dari awal dibuatnya rencana sampai kepada
pelaksanaan rencana, untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan ditujukan untuk melihat dan
mengoreksi jika terdapat penyimpangan dari rencana serta sekaligus
memberika penilaian terhadap hasil kerja
dilakukan.
Dalam
proses pelaksanaan dakwah pengawasan dan penilaian mempunyai kedudukan dan
peranan yang sangat penting karena ia merupakan alat pengaman dan sekaligus
dinamisator jalannya proses dakwah terselenggara atau tidak, berhasil atau
tidak kegiatan dakwah akan terlihat dari fungsi pengawasan dan evaluasi.
Para ahli
mengemukakan pendapat tentang proses proses pengawasan yaitu :
a. Ek.
Mukhtar Efendi ( 1996 : 16)
Mengemukakan
kontrol terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan
standar sebagai ukuran untuk pengawasan.
2. Pengukuran
dan pengamatan terhadap berjalannya operasi berdasarkan rencana yang ditentukan.
3. Penafsiran
dan perbandingan hasil yang ada dengan standar yang diminta.
4. Melakukan
tindakan koreksi terhadap penyimpangan
5. Perbandingan
hasil akhir dengan masukan (input) yang telah terjadi.
b. Abd.
Rosyad Saleh
Mengemukakan
proses pengendalian pengawasan dakwah terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menetapkan
standar (alat pengukur)
2. Mengadakan
pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan tugas dakwah yang telah
ditetapkan.
3. Membandingkan
antara pelaksanaan tugas dan standar.
4. Mengadakan
tindakan-tindakan perbaikan atau pembetulan.
Langkah
pertama dalam proses, pengawasan dan penilaian dakwah adalah menentukan standar
yang menjadi ukuran atau pola pelaksanaan kegiatan, dengan demikian baru dapat
dikatakan apakah dakwah berjalan dengan baik, kurang berhasil atau mengalami
kegagalan total. Standar dapat diperoleh dari rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dalam
frase pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan tugas-tugas dakwah yang telah ditetapkan. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni peninjauan langsung oleh pimpinan
baik laporan secara tertulis, secara lisan dan laporan dengan penelitian
terhadap hal-hal yang istimewa atau pengecualian. Pengawasan atau pengendalian
ini dapat dilakukan dengan cara preventif, refresif, tengah proses penyimpangan
yang terjadi berkala dan mendadak.
Setelah
pimpinan dakwah memperoleh informasi yang lengkap tentang pelaksanaan dakwah
dan hasilnya maka berikutnya membandingkan hasil yang nyata dengan hasil yang
harus dicapai dapat diadakan penilaian
apakah proses dakwah berjalan dengan baik atau telah terjadi deviasi atau
penyimpangan.
Jika dari
hasil penilaian ternyata ditemui penyimpangan, maka perlu diadakan tindakan perbaikan
dan pembetulan. Tindakan perbaikan hanya dapat dijalan dengan cepat, bila
pemimpin mengetahui dengan jelas penyebab terjadinya penyimpangan itu, untuk
itu pemimpin harus mengadakan penelitian dengan cermat.
Penutup
Manajemen
dakwah adalah salah satu proses menyusun perencanaan, melakukan dan
melaksanakan, menggerakan sumber daya yang ada dan melaksanakan pengawasan
untuk mencapai tujuan dakwah.
Untuk
mengelola kegiatan dakwah diperlukan manajemen. Seorang manejer akan berhasil
dalam melaksanakan tugasnya jika ia dapat melaksanakan proses-proses dalam
fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengendalian. Kemudian penulis mohon saran dan kritikan kepada peserta
diskusi dan pembaca sekalian dalam kesempurnaan makalah ini sehingga ada
manfaatnya untuk kita semua.
0 Comment