SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
A.
Pendahuluan.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait,
baik secara substansial maupun secara historis, karena kelahiran ilmu tidak
lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan
filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola fikir bangsa Yunani dan umat
manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani
dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini
dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormatidan sekaligus
ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola fikir yang selalu tergantung
pada dewa diubah menjadi pola fikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola fikir mitosentris ke logosentris
membawa implikasi yang besar. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini
ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan ini melahirkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan mulai dari zaman Yunani kuno sampai dengan
zaman modern. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya huku-hukum alam dan
teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad
raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos).
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat dapat dibagi
dalam empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas ciri pemikiran yang
dominan pada waktu itu. Pertama,
adalah zamanYunani Kuno atau periode klasik, ciri pemikiran filsafat adalah
kosmosentris yakni para filosof masa ini mempertanakan asal-usul alam semesta
dan jagad raya. Kedua, adalah zaman
abad pertengahan, ciri pemikiran abad ini teosentris, yakni para filosof pada
masa ini memakai pemikiran filsafat untk memperkuat dogma-dogma agama
Kristiani.[1]
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para
filosof menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, yang disebut
antroposentris. Keempat, adalah zaman
abad Kontemporer, ciri pokok pemikiran zaman ini ialah logosentris, artinya
teks menjadi tema sentral pada diskusi para filosof.[2]
Makalah ini akan mencoba menguraikan secara ringkas
sejarah perkembangan filsafat pada periode klasik dan periode pertengahan.
Paparan dikemukana secara singkat latar belakang kelahiran masing-masing
periode, ciri-ciri pokok pemikirannya beserta filosof-filosof yang berpengaruh
dominan, dan pengaruh masing-masing periode terhadap perkembangan pemikiran
kemanusiaan pada umumnya.
B.
Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Periode Klasik.
1.
Masa sebelum Socrates.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dijadikan
sebagai pangkal sejarah filsafat barat. Hal ini karena dunia barat dalam alam
berpikirnya selalu mengacu pada pikiran Yunani. Kelahiran pemikiran filsafat di
dunia barat diawali pada abad ke-6 sebelum masehi dengan ditandai runtuhnya
mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi konsep pembenaran
terhadap setiap gejala alam. Mereka mencari tahu tentang asal mula alam dengan
segala isinya.
Menurut Poedjawijatna bahwa ahl pikir yang berusaha
mencari intisari alam melalui pikiran belaka itu yang tertua adalah terdapat di
kota kecil Miletos, pada abad keenam sebelum masehi dengan beberapa tokoh
filsafat[3]
antara lain adalah :
1)
Thales (624 – 548 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan
arche (asal-mula) dari segala sesuatu, pendapatnya didukung oleh kenyataan bawa
air meresapi seuruh benda-benda di jagad raya ini.[4]
2)
Anaximandros (611 – 545 SM) meyakini bahwa asa mula dari
segala sesuatu adalah apeiron yaitu
sesuatu yang tidak terbatas. [5]
3)
Anaximenes (588-524 SM) mengatakan bahwa asas- mula
segala sesuatu itu adalah udara, keyakinannya ini didukung oleh kenyataan bahwa
udara merupakan unsur vital kehidupan.[6]
4)
Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu
dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas
berubah menjadi dingin. Ungkapan yang terkenalnya adalah panta rhei uden menei
(semuanya mengalir dan tidak adam sesuatu pun yang tinggal mantap). Ia
menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukan bahannya
melainkan penyebabnya, yaitu api. Api dapat mengeraskan adonan roti, dan disisi
lain dapt melunakkan es. Maka api meupakan simbol perubahan.[7]
5)
Parmenides (515-440 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa
gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya, realitas merupakan
keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia menegaskan yang
ada itu ada. Itulah satu-satunya kebenaran.[8]
6)
Demokritos (460-370) merupakan pemikir penting Yunani
dalam rangka perkemabngan ilmu pengetahuan. Ia menegaskan realitas terdiri dari
banyak unsur yang disebutnya dengan atom, berasal dari kata a = tidak, dan tomos = terbagi/terpisahkan. Pandangan Demokritos merupakan ckal
bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan biologi.[9]
Menurut Demokritus bahwa bergeraknya atom-ataom di ruang kosong mengakibatkan
tabrakan atom. Karena betuk atom berbeda-beda, maka menyebabkan terbentuknya
rangkaian atom yang berkelompok-kelompok dan akhirnya menyatu dalam bentuk
kosmos. Terbentuknya kosmos dari bukan berarti atom mengalalmi perubahan,
tetapi yang berubah hanyalah tumpukan, kombinasi, pengelompokkan dan pemisahan,
serta substansi karena terjadi perubahan ruang (tempat). Democritos mengatakan,
hanya kesesuaian atomlah yang menyebabkan dapat berproses menjadi bumi.[10]
Dari beberapa tokoh filsafat diatas dengan dengan
beraneka-ragam teorinya terlihat bahwa orang Yunani berusaha memberikan
deskripsi yang rasional dari masalah-masalah yang mereka hadapi, termasuk
memikirkan tentang asal-mula amam semesta. Pemahaman ini sebelumnya dilakukan
secara mistis, sesuai dengan mitologi yang berkembang. Dalam pengembangan
selanjutnya, teori Democritos yang paling dominan dibandingkan dengan teori
Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Teori-teorinya memberikan corak dan
semangat bagi perumus teori-teori modern. Di sinilah kelebihan bangsa Yunani,
yang mampu memberikan spirit bagi lahirnya teori-teori canggih kemudian.
2.
Masa Socrates.
Socrates lahir di athena (469 SM) dari bapak seorang juru
pahat dan ibu seorang bidan. Ia amat cerdas pikirannya dan berpendidikan tinggi,
tetapi konon kabar parasnya amat jelek. Begitu juga dengan istrinya bernama
Xantippe yang sangat cantik tetapi amat judes. Tahun 399 SM dijatuhi hukuman mati: harus minum racun
karena diaanggap telah meracuni jiwa pemuda.[11] Ajaran Socrates dipusatkan kepada manusia. Ia
mencari pengetahuan yang murni dan sebenarnya, yakni pengetahuan sejati. Adapun
caranya adalah dengan mengamat-amati yang konkrit dengan bermacam-macam
coraknya,kemudian dihilangkan yang berbeda, maka muncul yang sama sehingga
timbul pengertian yang sejati. Metode ini disebut majeutike (kebidanan). Misalnya tingkah laku yang bermacam-macam yang berani, timbullah
pengertian “keberanian”. Begitu juga dari bermacam-macam yang baik, maka
timbullah pengertian “kebaikan”[12].
Hal ini dilakukannya dengan cara tanya jawab (dialoge) untuk membidani lahirnya
pengertian-pengertian baru yang sejati. Menurutnya kebenaran sejati adalah
Tuhan.
3.
Masa Sesudah Socrates.
Filsafat sebelum Socrates mengarahkan perhatiannya kepada
alam, tetapi filsafat setelah Socrates bukan hanya alam, tetapi juga manusia.
Cara peenyelidikan yang dilakukan para filsosof Yunani pada masa ini sangat
terpengaruh sekali oleh Socrates, sehingga sudah layak, bahwa Socrates dianggap
batas dalam alam pikiran Yunani. Jadi bukanlah batas waktu semata-mata
melainkan batas aliran.[13] Socrates-lah
yang mendorong manusia untuk menyelidiki manusia dalam keseluruhannya. Ia mulai
menghargai perbedaan rohani dan jasmani pada manusia. Beberapa pemikir pada
masa ini antara lain:
1)
Plato.
Lahir
tahun 427 SM dari keluarga bangsawan, kemudian mengikuti ajaran Socrates dengan
taat. Sepeninggalan gurunya banyak buku yang ditulisnya. Ia aktif dalam
pengembangan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus, yang disebut “Academia”.
Konsep ketuhanan Plato berpijak pada konsep ide,
yaitu suatu pandangan bahwa terdapat suatu dunia (dunia ide) di balik alam
kenyataan, sebagai hakekat dari segala yang ada.[14]
Artinya,
apa yang kita amati sehari-hari adalah bayangan dari alam ide tersebut, sebagai
sumber segala yang ada yaitu kebaikan dan keburukan. Karena itu, ide-ide tidak
tergantung kepada pemikiran, tetapi pemikiranlah yang bergantung pada ide.
Justru itu, karena ada ide mandirilah pemikiran manusia menjadi mungkin. Ide
tersebut bersifat objektif, bukan subjektif. Ide itu berpusat dan dikendalikan
oleh puncak ide, yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan. Ide kebaikan
itu diformulasikan sebagai Tuhan.
Plato
memandang dunia ide sebagai dunia kenyataan. Ide adalah realitas. Oleh karena
itu filsafat Plato dipandang beraliran idealisme yang realistis.[15]
2)
Aristoteles (384-348 SM).
Lahir
di Stagira 384 SM. Prestasi akademik diperoleh ketika belajar di Athena dan
menjadi murid Plato selama lebih kurang 20 tahun. Ia diangkat menjadi pemimpin
sekolah Academia setelah Plato meinggal. Selain mendirikan sekolah di Assus,
juga menjadi guru Alexander the Great, raja Yunani yang perkasa. Karya-karyanya
mencakup hampir semua disiplin keilmuan yang ada yaitu logika, filsafat alam,
metafisika, etika, politik, retorika, dan sebagainya.
Konsep Ketuhanannya didasarkan pada filsafat fikis, yaitu
keberadaan Tuhan didasarkan pada gerakan alam, yaitu setiap gerakan dalam alam
ini digerakan oleh sesuatu yang tidak bergerak, yaitu Tuhan. Oleh karena itu,
Tuhan sebagai penggerak pertama dan sekaligus sebagai tujuan dari gerak.[16] Selanjutnya
Aristoteles mengatakan bahwa gerakan alam sepenuhnya bergerak menuju kepada
sumber (Tuhan).
Konsep Ketuhanan Aristoteles dengan argumen gerak ini
sangat menarik perhatian filsuf berikutnya, termasuk fisul muslim. Hal ini
ditandai dengan munculnya argumen keberadaan Tuhan di kalangan filsuf muslim yang
disebut argumen gerak (dalil al-harkat).
Sebaliknya di Yunani filsafat mengalami kemunduran karena cenderung memasuki
dunia praktis bahkan berlanjut keduania mistik.
C.
Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Periode Pertengahan.
Pengaruh tradisi
rasional-empirik yang telah di bangun oleh Plato dan kawan-kawannya di Yunani,
telah mengubah dunia motos ke dunia logos. Namun proses ini tidak bertahan lama. Mitos kembali
mengalahkan logos yang telah susah payah dikerjakan oleh para filosof-filosof
besar Yunani.
Setelah Aristoteles
meninggal, Filsafat Yunani kuno menjadi ajaran praksis, bahkan mistis
sebagaimana terlihat dalam ajaran Stoa, Epicuri, dan Plotinus. Bersamaan dengan
runtuhnya kekuasaan Romawi,mengisyaratkan akan datangnya tahapan baru, yaitu
filsafat harus mengabdi kepada agama menjadi semakin nampak. Filsafat Yunani
yang sangat sekuler telah dicairkan dari antinominya dengan doktrik Gerejani.
Filsafat menjadi lebih bercorak teologis.[17] Biara
tidak hanya tempat pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan
intelektual. Sehingga ilmu pengetahuan dihubungkan dengan kitab suci umat
Kristiani dalam bentuk hubungan yang history of scientific progress, yang
mengakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan tidak fleksibel dan terkurung oleh
doktrin agama.
Kondisi ajaran
Kristiani yang menempatkan kitab sucinya dengan ilmu pengetahuan dalam bentuk
hubungan history of scientific progress ini. Belakangan oleh pengikut agama
Muhammad (Islam) menajdi ilham penting, sehingga dalam pengikut ajaran agama
terakhir ini, hubungan kitab sucu dengan ilmu pengetahuan ditempatkan dalam
bentuk social psychology (psykologi sosial) dan tidak history of scientific
progress (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan).[18]
Pengikut Kristus yang fanatik terhadap mitologi menjadi
penentang yang sangat kuat terhadap perkembangan rasionalisme yang telah
dibangun oleeh filosof awal di Yunani. Pengikut Kristus sering membperdebatkan
hasil kajian ilmiah dan filsafat yang dibangun oleh manusia pada masa
sebelumnya. Sehingga dunia kembali mengalami masa kegelapan dan masyarakat
dunia kemabli dikalahkan oleh mite-mite.
Satu-satunya perpustakaan Iskandaria di bakar oleh
orang-orang yang sangat fanatik terhadap agama mitologis, yaitu kaum Nasrani
yang memiliki watak yang tidak imliah. Seorang wanita yang cantik dan cerdas
bernama Hypatia, harus rela menjadi korban kaum Gerjawan Kristen yang sedang
mengkonsolidasikan dirinya di Patikan untuk menolak dan melawan paganism (sebagai sistem ritus). Hypatia
dibunuh dengan alasan karena menolak lamaran setiap laki-laki bangsawan dan
kaum Gerejawan. Penolakan Hypatia dilatarbelakangi keinginannya untuk
mencurakan segala pikirannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ia ingin
menghabiskan waktunya di perpustaan. Ia berdiri di atas kuatnya masyarakat yang
menolak terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, hal ini
dianggap dan disamakan dengan paganism. Oleh karena itu, setiap orang yang
mencari, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dianggap mencari dan mengembangkan
paganisme.
Akhirnya pada sautu perjalanan menuju perpustakaan,
Hypatia dicegat oleh segerombolan kaum Gerejawan. Ia diturunkan dari kereta
kudanya dan dibunuh, kemudian dikelupasi dagingnya serta tualng-tulangnya
dibakar. Semua miliknya dimusnahkan dan karya-karyanya dihancurkan serta
namanya dilupakan. Sedangkan uskup agung Iskandaria bernama Cryl yang
memerintahkan untuk membunuh Hypatia diberi kehormatan oleh gereja kristen
sebagai orang suci atau santo.[19]
Ketika mayoritas masyarakat mengambil sikap pandang yang
demikian jauh dari filsafat, bukan berarti filsafat otomatis mati dan tidak
berkembang dalam lintasan sejarah dunia. Sejarah mencatat di masa partistik ini
muncul tokoh dan ilmuwan yang konsen terhadap persoalan filsafat meskipun dalam
jumlah yang sangat sedikit sekali dan hampir tidak punya pengaruh terhadap
kecenderungan masyarakat yang mitologis. Tokoh filsafat masa pertengahan ini
adalah PLITONUS (204-269 M) dan Augustine (354-430 M) yang telah berpengaruh
cupuk signifikan terhadap pemikiran-pemikiran filosofis masyarkat Muslim,
khususnya tentang ciri keesaan Tuhan. Pemikiran kedua tokoh ini juga sangat
mempengaruhi terhadap pemikiran filosofis yang dibangun oleh Anselm (1033-2209
M) dan Thomas Aquinas (1225-1274 M) di abad pertengahan.
1.
Augustine.
Augustine
atau sering disebut Agustinus, waktu mudanya ia menyelami filsafat yang
bermacam-macam coraknya, dan dalam beragama ia juga mengenal bemacam aliran.
Pada umur 33 tahun ia menjadi Katolik. Buku-buku karyanya tidak semata-mata
memuat filsafat, tetapi juga meruapakan perengangan agama.
Dalam logikanya Augustine memerangi skepsis. Skepsis itu
mnurut pendapatnya mengandung pertentangan, dan kemustahilan. Skepsis
mengajurkan keragu-raguan tentang segala-galanya. Menurutnya siapa yang
berpikir , tentulah ia ada, jadi ada kepastian padanya.[20]
Dalam antropologia dan etika, Augustine berpendapat
dengan menjawab pertanyaan: Apakah manusia itu? Jawabnya : menurut badannya
manusia termasuk alam jasmani, tetapi karena jiwaanya ia termasuk rohani. Oleh
karena ia jasmani, maka terikatlah ia, harus mengalami perubahan, sengsara dan
terlibat dalam waktu. Sebalinya oleh karena ia termasuk alam rohani, maka
dengan budinya ia mencari kebenarana yang baka, dan dengan kehendaknya mencari
kebaikan yang sempurna. Itulah sebabnya pada manusia terdapat pertentangan
antara jasmani dan rohani. Yang menjadi tugas manusia adalah menaklukkan yang
jasmani kepada rohani dengan mempergunakan kehendaknya yang merdeka. Tetapi
jnganlah mengira, bahwa yang jasmani itu jahat.
Kejahatan atau dosa terletak pada kehendak yang bebas.
Jika kehendak itu memilih yang jasmani serta dengan demikian memustahilkan
jalanya kepada Tuhan, maka berdosalah ia. Jadi dosa atau jahat itu berdasarkan
atas ketiadaan yang baik. Demikian pendapat augustine tentang antropogia dan
etika.[21]
Bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan?
Segala makhluk merupakan patisipasi (ikut serta) kepada
idea-idea Tuhan. Adapun partisipasi manusia berbeda dengan paerisipasi makhluk
lainnya. Makhluk lain partisipasinya pasif, sedangkan manusia partisipasinya
aktif. Keaktifan manusia pada Tuhannya adalah dengan mengenal Tuhan dengan
kasih mesra berdasarkan cinta. Adapun cinta merupakan partisipasi kebaikan
Tuhan. Ada Tuhan, terdapat pada ada segala sesuatunya. Tuhan mengatur segala
sesuatu yang ada dalam alam ciptaannya.
2.
Thomas Aquinas.
Thomas dilhirkan dekat kota Aquino, tahun 1225. Sebab itu ia sering disebut
Thomas Aquinas. Masa mudanya ia menajdi murid Albertus di Paris. Kemudian ia
mengukuti jejak gurunya dan menjadi pembesar pada Ordonya di Jerman, dan
mengajar di perguruan tinggi di sana.
Fisalfat Aristoteles direnungkan secara mendalam oleh
Thomas Aquinas, tanpa ragu-ragu ia mengambil filsafat Aristoteles sebagai dasar
dalam berfilsafat. Ia membuang hal-hal yang tidak pas dengan ajaran kristiani
dan menambahkan hal-hal baru, sehingga filsafatnya melahirkan suatu aliran yang
bercorak Thomisme, yang menjadi ciri khas filsafat pada zaman pertengahan.
Thomas dalam hal terjadinya alam semesta menganut teori
penciptaan, artinya Tuhan menciptakan alam semesta. Dengan tindakan mencipta,
Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketadaan. Karena segala sesuatu timbul oleh
penciptaan Tuhan, maka segala sesuatu juga ambil bagian dalam kebaikan Tuhan.
Selanjutnya penciptaan itu bukan merupakan tindakan pada suatu saat tertentu,
yang sesuad itu ciptaan tersebut utnuk seterusnya dibiarkan mengadu nasibnya
sendiri. Mencipta berarti secara terus menerus menghasilkan dan memelihara
ciptaan.[22]
Tuhan menciptakan alam semesta serta waktu dari keabadian, gagasana penciptaan
tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci mengajarkan bahwa alam semsta
berawal mula, tetapi filsafat tidak membuktikan hal itu, sepeti halnya juga
filsafat tidak bisa membuktikan bahwa alam semsta tidak berawal mula.
D.
Kesimpulan.
1.
Filsafat dan ilmu saling terkait, karena kelahiran ilmu
tidan terlepas dari peran filsafat, dan sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafat. Filsafat teah merubah pola pikir bangsa Yunani dari
pandangan mitos ke logos. Perubahan ini melahirkan berbagai cabng ilmu
pengetahuan sejak zaman Yunani kuno sampai dengan zaman modern.
2.
Perkembangan filsafat barat dibagi ke dalam empat periode
berdasarkan ciri pemikirannya, yaitu zaman Yunani kuno (klasik), zaman
pertengahan, zaman modern, dan zaman kontemporer.
3.
Sejarah perkembangan filsafat ilmu periode klasik terbagi
ke alam tiga bagian yaitu: masa sebelum Socrates, masa Socrates, dan masa
sesudah Socrates.
a.
Masa sebelum Socrates.
Pada
masa ini orang mencoba memikirkan asal mula kejadian alam, sehingga lahir
pemikiran-pemikiran baru tentang alam dan mulai meninggalkan mite-mite yang
berkembang masa itu. Pemikir-pemikir masa ini adalah:
1)
Thales (624-548 SM) menyimpulkan bahwa unsur materi alam itu
beasal dari air.
2)
Anaximandros (611-545 SM) menyimpulkan bahwa asal-mula
segala sesuatu adalah sesuatu yang tidak terbatas (aperion).
3)
Anaximenes (588-524 SM) menyimpulkan bahwa asal mula
segala sesuatu adalah udara.
4)
Heraklitos (540-480 SM) menyimpulkan asal-mula segala
sesuatu dapat berubah karena penyebabnya, yaitu api.
5)
Parmenides (515-440 SM) bahwa gerak dan perubahan tidak
mungkin terjadi, yang ada keseluruhan yang bersatu.
6)
Demokritos (460-370 SM) menyimpulkan bahwa segala sesuatu
terdiri atas atom-atom. Ini merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika,
kimia, dan biologi.
b.
Masa Socrates.
Ia
mengembangkan pemikirannya tidak terhadap alam tetapi terpusat pada manusia
dengan menggunakan metode Majeutika (kebidanan). Dia mencari
pengertian-pengertian melalui dialog, dari dialog dapat menyimpulkan
kebenaran-kebenaran yang sejati. Menurutnya kebenaran sejati adalah Tuhan.
c.
Masa sesudah Socrates.
Filsafat
setelah masa Socrates terpusat pada alam dan manusia. Beberapa tokoh masa ini
antara lain Plato dengan pemikirannya tentang ide, dan Aristoteles dengan pola
pemikiran ketuhanannya.
4.
Sejarah perkembangan filsafat periode pertengahan.
Perkembangan
filsafat pada masa pertengahan terjadi kemunduran karena sangat dipengaruhi
oleh perkembangan agama kristen. Semua pemikiran harus disesuaikan dengan
seluruh ajaran kristiani, sehingga jika ada orang yang berusaha mengembangkan
ilmu pengetahuan berdasarkan realitas dianggap menyimpang dari dari aturan-aturan
kristiani. Tokohnya antara lain Augustine dengan penyeimbangan antara jasmani
dan rohani. Tokoh lainnya adalah Thomas Aquinas yang mengadopsi pemikiran
gurunya : Aristoteles tetapi setiap yang tida cocok dengan ajaran agama
kristiani ditinggalkannya. Semua pemikirannya merupakan siar kristiani.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005 Cet ke-2
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu: Dari Hakekat menuju Nilai,
Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2004, Cet I
Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum,Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001
Imam Barnadib , Filsafat
Pendidikan sistem dan Metode, Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta, 1984
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992.
Mustansyir, Rizal, dkk, Filasafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003, Cet. III
Poedjawijatna, Pembimbing
Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan, 1980, Cet ke-5.
0 Comment