04 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Islam merupakan Agama yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di ats dunia.

Agama Islam mengandung suatu aspek dalam mengatur hubungan manusia dengan khalik, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan Makhluk Allah SWT. Untuk itulah ajaran Islam harus dikembangkan dan dimulai dari dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.[1] Allah SWT berfirman dalam surat Al-Syu’ara ayat 214 yang berbunyi :
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ (الشعرى : 214)
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (QS. Asy-Syu’ara : 214)
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa pendidikan harus ditanamkan lebih dahulu mulai dari keluarga, dalam hal ini peranan orang tua wajiba menanamkan pendidikan ke agamaan pada anak-anak, dengan kata lain keluargalah sebagai tempat pertama kali untuk mendapatkan pendidikan agama untuk kehidupan dunianya dan akhirat.
Untuk melaksanakan penanaman jiwa agama tersebut maka salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan terutama pendidikan agama. Ajaran agama Islam mewajibkan setiap kaum muslimin laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum kedua mempunyai kedudukan yang penting bagi manusia, setelah menanami pendidikan agama Islam secara keseluruhan terwujudlah kepribadian membuatnya insan kamil.[2]
Pendidikan merupakan suatu hal yang esensial dalam kehidupan manusia karena kebutuhan terhadap pendidikan berguna untuk mengembangkan aspek jasmaniah juga untuk mengarahkan kemampuan dasar yaitu fitrah yang ada dalam diri manusia.
Seorang filosof kenamaan yaitu Al Farabi menjelaskan bahwa pendidikan itu seharusnya “memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek secara spiritual, intelektual, ilmiah, menuju kearah perbaikan dan kesempurnaan”.[3]
Faktor terbesar yang membuat manusia itu mulia adalah karna ia berilmu, dengan ilmu manusia dapat hidup tenang dan tentram, iman dan taqwa dapat ditingkatkan juga dengan ilmu, apakah ia diperoleh melalui lembaga formal atau non formal, sehingga Allah SWT meninggikan derajat orang – orang yang berilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam surat Al mujadallah :
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة :11)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujadallah : 11)
Dr. Mahmud Yunus mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah :
“Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda dan orang dewasa supaya menjadi mukmin sejati, beriman teguh beramal saleh, berakhlak mulia sehingga menjadi anggota masyarakat yang hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah air bahkan sesama umat manusia”.[4]
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan membangun manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, bermasyarakat, serta bertingkah laku sesuai dengan norma agama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.[5]
Apabila dilihat lebih jauh, pendidikan juga ditinjau dari dua aspek yaitu aspek pandangan masyarakat dan dari aspek individu itu sendiri, bahwa pendidi4kan merupakan pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda sehingga dalam masyarakat tetap berkelanjutan sedangkan aspek individu itu sendiri mengandung pengertian bahwa pendidikan untuk mengembangkan potensi anak didik. Setiap orang mempunyai bakat yang kalau tidak dikembangkan anak tidak dapat mengalami kemajuan baik jasmani ataupun rohani.
Untuk tercapainya tujuan tersebut tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan mendidik, untuk membantu anak didik didalam perkembangan daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai.[6] Dengan kondisi era globalisasi saat ini salah satu cara yang terbaik adalah melalui lembaga pendidikan agama Islam yang dapat memenuhi tuntutan ajaran Islam dan Akhlak Islam merupakan benteng moralitas bangsa dari zaman ke zaman.[7]
Lembaga tersebut ialah pesantren, madrasah-madrasah yang secara umum bertujuan untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Salah satu madrasah yang mempunyai tujuan tersebut adalah madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah yang didirikan pada tahun 1940 yang berada di V Suku Candung Kecamatan Candung Kabupaten Agam Sumatera Barat di bawah pimpinan Sjech Ahmad Taher. Setelah meninggalnya Sjech Ahmad Taher tanggal 13 Juli 1962, akhirnya mengalami kemunduran karena kekurangan dana dan tenaga pengajar. Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah tutup tahun 1977. Setelah tidak berjalan selama 15 tahun, pada tahun 1991 dihidupkan kembali atas dasar inisiatif masyarakat, yaitu kepala desa, ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai yang bertujuan untuk menjadikan siswa yang berakhlak baik, mencetak kader ulama dan mendalami kitab standar.
Namun kalau dilihat secara keberhasilan yang dicapai oleh Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena keberhasilan tersebut tidak terlepas dari tanggung jawab pendidikan baik pendidikan tersebut mencakup pendidikan rohaniah maupun jasmaniah. Diantara pendidikan rohani yang diberikan kepada anak didik adalah pendidikan ibadah, diantara ibadah yang merupakan pembinaan rohani adalah ibadah shalat, dengan segala tata cara dan seluk beluknya. Ibadah shalat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT, yang hukumnya adalah fardu a’in bagi setiap muslim, namun masih banyak pelajar agama yang melalaikan ibadah shalat, baik dari segi waktu, pelaksanaan maupun shalat berjama'ah, sedangkan ibadah shalat mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan pendidikan di sekolah agama.
Saat ini Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah mempunyai 175 orang siswa dan 38 orang majelis guru dengan kondisi madrasah yang sudah maju dari segi fisik bangunan maupun dari segi pengajaran, akan tetapi dari segi pembinaan dan pelaksanaan ibadah sholat siswa jauh dari yang diharapkan, walaupun telah diterapkan kewajiban sholat berjamaah pada seluruh siswa. Seharusnya siswa di Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iah yang telah mendapatkan pembinaan yang efektif, akan lebih baik dari pengamalan nilai-nilai agama termasuk pengamalan ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan latar belakang diatas, penulis menjadi tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi kenapa di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah tersebut siswanya tidak mengamalkan shalat dengan semestinya dengan judul "PENYEBAB PELAJAR AGAMA MELALAIKAN IBADAH SHALAT (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah).
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat menulis rumuskan masalah pokoknya sebagai berikut : Kenapa Siswa-siswa atau anak didik di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah melalaikan ibadah shalat ?
2.      Batasan Masalah
Dari masalah yang begitu luas tidak mungkin semuanya penulis teliti, disebabkan keterbatasan waktu, tenaga dan fasilitas untuk itu penulis batasi masalah ini : Faktor-faktor penyebab yang melatar belakangi siswa melalaikan ibadah shalat di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah.
C.    Penjelasan Judul
Untuk menyatukan persepsi pembaca dan penulis dalam memahami masalah ini, maka penulis akan menjelaskan pengertian kata (istilah dan judul) sekaligus, yaitu :
Penyebab               : Hal-hal yang menyebabkan sesuatu. Yang penulis maksud adalah hal-hal apa saja yang menyebabkan siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah melalaikan ibadah shalat.[8]
Pelajar Agama        : Anak didik, murid dan siswa. Yang penulis maksud murid atau siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah.[9]
Lalai                       : Lengah, kurang hati-hati. Yang penulis maksud mengapa siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah tidak mengindahkan kewajiban dalam melaksanakan ibadah shalat.[10]
Ibadah                    : Kebaktian semata-mata kepada tuhan, perbuatan yang menyatakan bakti kepada tuhan , salah satu ibadat yaitu shalat. [11]
Shalat                     : Salah satu ibadah yang mengandung do’a, diawali takbir dan diakhiri dengan salam.[12]
Adapun pengertian judul ini adalah suatu penelitian tentang Faktor-faktor yang melatar belakangi siswa melalaikan ibadah shalat di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah.
D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui pelaksanaan dan pengamalan ibadah shalat siswa di Madrasah Miftahul Ulum Syar'iah.
b.      Untuk mengetahui faktor penyebab siswa melalaikan ibadah shalat.
c.       Untuk mengetahui usaha penyempurnaan pengamalan ibadah siswa
2. Kegunaan penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini kegunaan yang hendak penulis capai :
a.       Sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di bidang pendidikan agama Islam pada jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
b.      Sebagai sumbangan penulis bagi pihak lembaga pendidikan Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah dengan harapan dapat membantu literatur keagamaan khususnya menyangkut usaha Madrasah dalam pengamalan ibadah shalat terhadap siswa
c.       Menambah wawasan penulis yang berhubungan dengan ilmu pendidikan Islam

E.     Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini ada dua metode yang penulis gunakan yaitu :

1.  Metode Library Research sebagai landasan kerangka teoritis bagi penulis dengan melakukan studi kepustakaan.

2. Metode Field Research yaitu suatu metode dengan jalan melakukan penelitian lapangan atau sekolah dengan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan pembahasan. Untuk mencapai tujuan, sehingga mendapatkan hasil yang baik dan tepat, maka penulis memakai metode deskriptif, yaitu menggambarkan apa adanya sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh di lapangan. [13]

1)      Observasi. Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti.[14] Dan untuk mencari data, objek yang penulis observasi adalah pengamalan ibadah shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah
2)      Angket adalah rangkaian pertanyaan yang diberikan respoden secara tertulis mengenai sesuatu masalah yang diteliti.[15] Daftar pertanyaan ini diberikan langsung kepada siswa tentang pelaksanaan ibadah shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
3)      Wawancara adalah mengadakan proses tanya jawab langsung dengan responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.[16] Wawancara ini dilakukan terhadap orang tua dan guru tentang pelaksanaan ibadah shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
3.      Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis akan mencari dan mengumpulkan data-data berupa :
a.       Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari Kepala Sekolah, majelis guru dan siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
b.      Data sekunder
Data ini berasal dari bahan perpustakaan yang digunakan untuk menguji data primer; data ini penulis gunakan sebagai data pendukung. Di samping itu, penulis mengambil data sekunder dari beberapa orang tua siswa.
4.      Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. [17] Populasi penelitian ini adalah siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah, Kepala Sekolah, guru dan orang tua siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 1
POPULASI
No
Populasi
Jumlah
1.
Siswa
175 Orang
2.
Kepala Sekolah
1 Orang
3.
Guru
38 Orang
4.
Orang Tua
175 Orang
Jumlah
389 Orang
b.      Sampel
Sedangkan sampel, adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[18] Dalam penetapan sampel penulis memakai teori Suharsimi Arikunto yaitu, “Untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”.[19] Karena populasi di sini lebih dari 100, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel secara acak (random sampling) dari populasi yang ada sebanyak 25 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 2
SAMPEL
No
Sampel
Jumlah
1.
Siswa
30 Orang
2.
Kepala Sekolah
1 Orang
3.
Guru
9 Orang
4.
Orang Tua
30 Orang
Jumlah
70 Orang
5. Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dan tepat, di samping sumber data, juga ditentukan oleh alat atau tekhnik pengumpulan data. Adapun pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut :
6.      Pengolahan Data
a.       Pengolahan Data
1)      Seleksi Data, kalau ada melalui angket, maka ditinjau lagi apakah ada kecocokkan antara yang disebarkan dengan yang diterima.
2)      Klasifikasi data, data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan tekhnik pengumpulan masing-masing.

3)      Mentabelkan data adalah proses perubahan data dari instrumen pengumpulan data menjadi tabel-tabel data di mana data tersebut hendak ditelaah atau diuji secara sistematis. [20]
4)      Menghitung frekuensi dari masing-masing alternatif jawaban dengan merumuskannya sebagai berikut :
F x 100
N
Keterangan :
F  =        Frekwensi
N  =        Jumlah Angket
b.      Data Kualitatif
Dalam tekhnik pengolahan data kualitatif ini digunakan proses berfikir induktif yaitu dalam artian bahwa pengolahan data bertitik tolak dari data yang terkumpul melalui observasi dan wawancara, kemudian disimpulkan. Proses berfikir induktif ini dimulai dari keputusan-keputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil kesimpulan secara umum. Dan dianalisa nanti tidak diperlukan data kualitatif ke dalam data kuantitatif. [21]
7.      Analisa Data
Dalam menganalisa data ini diproses melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a.       Persiapan mencakup :
1)      Mengecek nama dan kelengkapan, identitas pengisi angket.
2)      Mengecek atau memeriksa instrumen pengumpulan data.
3)      Mengecek kelengkapan isian data, jika didapat isian dalam instrumen yang bukan dikehendaki penelitian, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu didrop. [22]
b.      Penerapan data sesuai dengan pedekatan penelitian yaitu untuk data yang diperoleh dalam angket akan memakai tekhnik analisa deskriptif kuantitatif, sedangkan data diperoleh melalui observasi dan wawancara akan memakai tekhnik analisa data deskriptif kualititaf.

F. Sistimatika Pembahasan


Sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah terdiri dari bab-bab dan sub bab.
Bab I                 :    Membicarakan tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, sistimatik pembahasan
Bab II               :    Monografi Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah, sejarah berdirinya Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah, dasar dan tujuan berdirinya Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah, proses pendidikan di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah

Bab III              :    Pendidikan agama Islam dan ibadah shalat : pengertian pendidikan agama Islam, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam, prinsip-prinsip pendidikan agama Islam. Dan ibadah shalat dan seluk beluknya
Bab IV              :    Merupakan hasil penelitian : usaha-usaha guru dalam membina ibadah shalat, penyebab yang melatarbelakangi siswa melalaikan ibadah shalat, analisa penulis
BAB V             :    Kesimpulan dan saran-saran



[1] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 179
[2] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 19
[3] Ali Ashaf, Harizon Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta, Pustaka Firdaus), h. 25
[4] Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Jakarta : Hidakarya Agung, 1978), h. 11
[5] Abu Ahmadi, op.cit., h. 99
[6] Zakiah Derajat, op. cit., h. 34
[7] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, ( Yogkarta : Titian Ilahi Pres, 1997), h. 112
[8] WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1976), h. 275
[9] Ibid., h. 951
[10] Ibid., h. 555
[11] Ibid., h. 364
[12] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), h. 265
[13]Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 310
[14]Sanafiyah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 204
[15]Kholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. Ke-1, h. 76
[16]Sanafiyah Faisal, op. cit., h. 213
[17]Ine I Amirman Yosda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 134
[18] Ibid., h. 117
[19]Suharsimi Arikunto, Prosedure Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 120
[20]Ibid., h. 238
[21]Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 183
[22]Suharsimi Arikunto, Prosedure Penelitian,op. cit., h. 240-244

0 Comment