BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan Agama yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia di ats dunia.
Agama
Islam mengandung suatu aspek dalam mengatur hubungan manusia dengan khalik,
manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan Makhluk Allah SWT. Untuk
itulah ajaran Islam harus dikembangkan dan dimulai dari dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.[1]
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Syu’ara ayat 214 yang berbunyi :
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ (الشعرى : 214)
Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (QS. Asy-Syu’ara : 214)
Ayat di atas mengandung pengertian bahwa pendidikan harus
ditanamkan lebih dahulu mulai dari keluarga, dalam hal ini peranan orang tua
wajiba menanamkan pendidikan ke agamaan pada anak-anak, dengan kata lain
keluargalah sebagai tempat pertama kali untuk mendapatkan pendidikan agama
untuk kehidupan dunianya dan akhirat.
Untuk
melaksanakan penanaman jiwa agama tersebut maka salah satu jalan yang dapat
ditempuh adalah melalui pendidikan terutama pendidikan agama. Ajaran agama
Islam mewajibkan setiap kaum muslimin laki-laki maupun perempuan untuk menuntut
ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum kedua mempunyai kedudukan yang penting
bagi manusia, setelah menanami pendidikan agama Islam secara keseluruhan
terwujudlah kepribadian membuatnya insan kamil.[2]
Pendidikan
merupakan suatu hal yang esensial dalam kehidupan manusia karena kebutuhan
terhadap pendidikan berguna untuk mengembangkan aspek jasmaniah juga untuk
mengarahkan kemampuan dasar yaitu fitrah yang ada dalam diri manusia.
Seorang
filosof kenamaan yaitu Al Farabi menjelaskan bahwa pendidikan itu seharusnya
“memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek secara spiritual,
intelektual, ilmiah, menuju kearah perbaikan dan kesempurnaan”.[3]
Faktor
terbesar yang membuat manusia itu mulia adalah karna ia berilmu, dengan ilmu
manusia dapat hidup tenang dan tentram, iman dan taqwa dapat ditingkatkan juga
dengan ilmu, apakah ia diperoleh melalui lembaga formal atau non formal,
sehingga Allah SWT meninggikan derajat orang – orang yang berilmu pengetahuan.
Firman
Allah dalam surat Al mujadallah :
يَرْفَعِ
اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (المجادلة :11)
Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
al-Mujadallah : 11)
Dr. Mahmud Yunus mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah :
“Tujuan
pendidikan Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda dan orang dewasa supaya
menjadi mukmin sejati, beriman teguh beramal saleh, berakhlak mulia sehingga
menjadi anggota masyarakat yang hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada
Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah air bahkan sesama umat manusia”.[4]
Berdasarkan
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan
membangun manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, bermasyarakat, serta
bertingkah laku sesuai dengan norma agama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.[5]
Apabila
dilihat lebih jauh, pendidikan juga ditinjau dari dua aspek yaitu aspek
pandangan masyarakat dan dari aspek individu itu sendiri, bahwa pendidi4kan
merupakan pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda sehingga
dalam masyarakat tetap berkelanjutan sedangkan aspek individu itu sendiri
mengandung pengertian bahwa pendidikan untuk mengembangkan potensi anak didik.
Setiap orang mempunyai bakat yang kalau tidak dikembangkan anak tidak dapat
mengalami kemajuan baik jasmani ataupun rohani.
Untuk
tercapainya tujuan tersebut tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan
mendidik, untuk membantu anak didik didalam perkembangan daya-dayanya dan di
dalam penetapan nilai-nilai.[6]
Dengan kondisi era globalisasi saat ini salah satu cara yang terbaik adalah
melalui lembaga pendidikan agama Islam yang dapat memenuhi tuntutan ajaran
Islam dan Akhlak Islam merupakan benteng moralitas bangsa dari zaman ke zaman.[7]
Lembaga
tersebut ialah pesantren, madrasah-madrasah yang secara umum bertujuan untuk
menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Salah satu
madrasah yang mempunyai tujuan tersebut adalah madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah
yang didirikan pada tahun 1940 yang berada di V Suku Candung Kecamatan Candung
Kabupaten Agam Sumatera Barat di bawah pimpinan Sjech Ahmad Taher. Setelah
meninggalnya Sjech Ahmad Taher tanggal 13 Juli 1962, akhirnya mengalami
kemunduran karena kekurangan dana dan tenaga pengajar. Madrasah Miftahul Ulumi
Syar’iyah tutup tahun 1977. Setelah tidak berjalan selama 15 tahun, pada tahun
1991 dihidupkan kembali atas dasar inisiatif masyarakat, yaitu kepala desa,
ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai yang bertujuan untuk menjadikan siswa
yang berakhlak baik, mencetak kader ulama dan mendalami kitab standar.
Namun
kalau dilihat secara keberhasilan yang dicapai oleh Madrasah Miftahul Ulumi
Syar'iah belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena keberhasilan tersebut
tidak terlepas dari tanggung jawab pendidikan baik pendidikan tersebut mencakup
pendidikan rohaniah maupun jasmaniah. Diantara pendidikan rohani yang diberikan
kepada anak didik adalah pendidikan ibadah, diantara ibadah yang merupakan
pembinaan rohani adalah ibadah shalat, dengan segala tata cara dan seluk
beluknya. Ibadah shalat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT,
yang hukumnya adalah fardu a’in bagi setiap muslim, namun masih banyak pelajar
agama yang melalaikan ibadah shalat, baik dari segi waktu, pelaksanaan maupun
shalat berjama'ah, sedangkan ibadah shalat mempunyai peranan yang sangat
penting untuk keberhasilan pendidikan di sekolah agama.
Saat
ini Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah mempunyai 175 orang siswa dan 38 orang
majelis guru dengan kondisi madrasah yang sudah maju dari segi fisik bangunan
maupun dari segi pengajaran, akan tetapi dari segi pembinaan dan pelaksanaan
ibadah sholat siswa jauh dari yang diharapkan, walaupun telah diterapkan
kewajiban sholat berjamaah pada seluruh siswa. Seharusnya siswa di Madrasah
Miftahul Ulumi Syar’iah yang telah mendapatkan pembinaan yang efektif, akan
lebih baik dari pengamalan nilai-nilai agama termasuk pengamalan ibadah shalat
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan
latar belakang diatas, penulis menjadi tertarik untuk meneliti faktor-faktor
apa saja yang melatar belakangi kenapa di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah
tersebut siswanya tidak mengamalkan shalat dengan semestinya dengan judul "PENYEBAB
PELAJAR AGAMA MELALAIKAN IBADAH SHALAT (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Ulumi
Syar'iah).
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat menulis
rumuskan masalah pokoknya sebagai berikut : Kenapa Siswa-siswa atau anak didik
di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah melalaikan ibadah shalat ?
2. Batasan
Masalah
Dari masalah yang begitu luas tidak mungkin semuanya
penulis teliti, disebabkan keterbatasan waktu, tenaga dan fasilitas untuk itu
penulis batasi masalah ini : Faktor-faktor penyebab yang melatar belakangi
siswa melalaikan ibadah shalat di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah.
C. Penjelasan Judul
Untuk
menyatukan persepsi pembaca dan penulis dalam memahami masalah ini, maka
penulis akan menjelaskan pengertian kata (istilah dan judul) sekaligus, yaitu :
Penyebab : Hal-hal
yang menyebabkan sesuatu. Yang penulis maksud adalah hal-hal apa saja yang
menyebabkan siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah melalaikan ibadah shalat.[8]
Pelajar Agama : Anak
didik, murid dan siswa. Yang penulis maksud murid atau siswa Madrasah Miftahul
Ulumi Syar'iah.[9]
Lalai : Lengah,
kurang hati-hati. Yang penulis maksud mengapa siswa Madrasah Miftahul Ulumi
Syar'iah tidak mengindahkan kewajiban dalam melaksanakan ibadah shalat.[10]
Ibadah : Kebaktian
semata-mata kepada tuhan, perbuatan yang menyatakan bakti kepada tuhan , salah
satu ibadat yaitu shalat. [11]
Shalat : Salah
satu ibadah yang mengandung do’a, diawali takbir dan diakhiri dengan salam.[12]
Adapun
pengertian judul ini adalah suatu penelitian tentang Faktor-faktor yang melatar
belakangi siswa melalaikan ibadah shalat di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian
a. Untuk
mengetahui pelaksanaan dan pengamalan ibadah shalat siswa di Madrasah Miftahul
Ulum Syar'iah.
b. Untuk
mengetahui faktor penyebab siswa melalaikan ibadah shalat.
c. Untuk
mengetahui usaha penyempurnaan pengamalan ibadah siswa
2. Kegunaan
penelitian
Dalam
melaksanakan penelitian ini kegunaan yang hendak penulis capai :
a. Sebagai salah
satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di bidang pendidikan agama Islam pada
jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil
Djambek Bukittinggi
b. Sebagai
sumbangan penulis bagi pihak lembaga pendidikan Madrasah Miftahul Ulumi
Syar'iah dengan harapan dapat membantu literatur keagamaan khususnya menyangkut
usaha Madrasah dalam pengamalan ibadah shalat terhadap siswa
c. Menambah
wawasan penulis yang berhubungan dengan ilmu pendidikan Islam
E. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini ada dua metode yang penulis gunakan yaitu :
1. Metode Library Research sebagai landasan kerangka teoritis bagi penulis dengan melakukan studi kepustakaan.
2. Metode Field Research yaitu suatu metode dengan jalan melakukan penelitian lapangan atau sekolah dengan mengumpulkan data-data yang sesuai dengan pembahasan. Untuk mencapai tujuan, sehingga mendapatkan hasil yang baik dan tepat, maka penulis memakai metode deskriptif, yaitu menggambarkan apa adanya sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh di lapangan. [13]
1) Observasi.
Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan sumbangan yang
sangat penting sekali dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi
tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti.[14]
Dan untuk mencari data, objek yang penulis observasi adalah pengamalan ibadah
shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah
2) Angket
adalah rangkaian pertanyaan yang diberikan respoden secara tertulis mengenai
sesuatu masalah yang diteliti.[15]
Daftar pertanyaan ini diberikan langsung kepada siswa tentang pelaksanaan
ibadah shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
3) Wawancara
adalah mengadakan proses tanya jawab langsung dengan responden untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan.[16]
Wawancara ini dilakukan terhadap orang tua dan guru tentang pelaksanaan ibadah
shalat siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
3. Sumber
Data
Dalam penelitian ini penulis akan
mencari dan mengumpulkan data-data berupa :
a. Data
Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari Kepala Sekolah,
majelis guru dan siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah.
b. Data
sekunder
Data ini berasal dari bahan perpustakaan yang digunakan
untuk menguji data primer; data ini penulis gunakan sebagai data pendukung. Di
samping itu, penulis mengambil data sekunder dari beberapa orang tua siswa.
4. Populasi
dan Sampel
- Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian,
nilai maupun hal-hal yang terjadi. [17]
Populasi penelitian ini adalah siswa Madrasah Miftahul Ulumi Syar’iyah, Kepala
Sekolah, guru dan orang tua siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
TABEL
1
POPULASI
No
|
Populasi
|
Jumlah
|
1.
|
Siswa
|
175
Orang
|
2.
|
Kepala
Sekolah
|
1
Orang
|
3.
|
Guru
|
38
Orang
|
4.
|
Orang
Tua
|
175
Orang
|
Jumlah
|
389
Orang
|
b.
Sampel
Sedangkan sampel,
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[18] Dalam penetapan
sampel penulis memakai teori Suharsimi Arikunto yaitu, “Untuk sekedar
ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”.[19] Karena populasi
di sini lebih dari 100, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel
secara acak (random sampling) dari populasi yang ada sebanyak 25 %,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL
2
SAMPEL
No
|
Sampel
|
Jumlah
|
1.
|
Siswa
|
30
Orang
|
2.
|
Kepala
Sekolah
|
1
Orang
|
3.
|
Guru
|
9
Orang
|
4.
|
Orang
Tua
|
30
Orang
|
Jumlah
|
70
Orang
|
5.
Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang lengkap dan tepat, di samping sumber data, juga ditentukan
oleh alat atau tekhnik pengumpulan data. Adapun pengumpulan data yang penulis
pergunakan adalah sebagai berikut :
6.
Pengolahan Data
a.
Pengolahan Data
1)
Seleksi Data, kalau ada
melalui angket, maka ditinjau lagi apakah ada kecocokkan antara yang disebarkan
dengan yang diterima.
2)
Klasifikasi data, data yang
diperoleh dikelompokkan sesuai dengan tekhnik pengumpulan masing-masing.
3)
Mentabelkan data adalah
proses perubahan data dari instrumen pengumpulan data menjadi tabel-tabel data
di mana data tersebut hendak ditelaah atau diuji secara sistematis. [20]
4)
Menghitung
frekuensi dari masing-masing alternatif jawaban dengan merumuskannya sebagai
berikut :
F x 100
N
Keterangan
:
F = Frekwensi
N = Jumlah
Angket
b. Data Kualitatif
Dalam tekhnik
pengolahan data kualitatif ini digunakan proses berfikir induktif yaitu dalam
artian bahwa pengolahan data bertitik tolak dari data yang terkumpul melalui
observasi dan wawancara, kemudian disimpulkan. Proses berfikir induktif ini
dimulai dari keputusan-keputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil
kesimpulan secara umum. Dan dianalisa nanti tidak diperlukan data kualitatif ke
dalam data kuantitatif. [21]
7. Analisa Data
Dalam menganalisa
data ini diproses melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Persiapan mencakup :
1) Mengecek nama dan kelengkapan, identitas pengisi angket.
2) Mengecek atau memeriksa instrumen pengumpulan data.
3) Mengecek kelengkapan isian data, jika didapat isian dalam
instrumen yang bukan dikehendaki penelitian, padahal isian yang diharapkan
tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu didrop. [22]
b. Penerapan data sesuai dengan pedekatan penelitian yaitu untuk
data yang diperoleh dalam angket akan memakai tekhnik analisa deskriptif
kuantitatif, sedangkan data diperoleh melalui observasi dan wawancara akan
memakai tekhnik analisa data deskriptif kualititaf.
F. Sistimatika Pembahasan
Sistematika
yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah terdiri dari bab-bab dan sub
bab.
Bab I : Membicarakan
tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul,
tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, sistimatik pembahasan
Bab II : Monografi
Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah, sejarah berdirinya Madrasah Miftahul Ulumi
Syar'iah, dasar dan tujuan berdirinya Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah, proses
pendidikan di Madrasah Miftahul Ulumi Syar'iah
Bab III : Pendidikan
agama Islam dan ibadah shalat : pengertian pendidikan agama Islam, dasar dan
tujuan pendidikan agama Islam, prinsip-prinsip pendidikan agama Islam. Dan
ibadah shalat dan seluk beluknya
Bab IV : Merupakan
hasil penelitian : usaha-usaha guru dalam membina ibadah shalat, penyebab yang
melatarbelakangi siswa melalaikan ibadah shalat, analisa penulis
BAB V : Kesimpulan dan saran-saran
[1] Abu Ahmadi, Ilmu
Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 179
[2] Zakiah Darajat, Ilmu
Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 19
[3] Ali Ashaf, Harizon
Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta, Pustaka Firdaus), h. 25
[4] Mahmud Yunus, Metodik
Khusus Pendidikan Agama, ( Jakarta : Hidakarya Agung, 1978), h. 11
[6] Zakiah Derajat, op.
cit., h. 34
[7] Faisal Ismail, Paradigma
Kebudayaan Islam, ( Yogkarta : Titian Ilahi Pres, 1997), h. 112
[8] WJS.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1976), h. 275
[9] Ibid., h.
951
[10] Ibid., h.
555
[11] Ibid., h.
364
[12] Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1993), h. 265
[13]Suharsimi
Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 310
[14]Sanafiyah Faisal,
Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h.
204
[15]Kholid Narbuko
dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
Cet. Ke-1, h. 76
[16]Sanafiyah Faisal,
op. cit., h. 213
[17]Ine I Amirman
Yosda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1993), h. 134
[19]Suharsimi
Arikunto, Prosedure Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 120
[21]Soekidjo
Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), h. 183
[22]Suharsimi
Arikunto, Prosedure Penelitian,op. cit., h. 240-244
0 Comment