LANDASAN TEORITIS
Remedial Teaching
1.
Pengertian
Remedial Teaching
Proses pembelajaran pada umumnya bertujuan agar siswa dapat
memahami hasil belajar yang sebaik-baiknya. Apabila hasil yang dicapai tidak
memuaskan, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat membantu agar
tercapai hasil belajar yang diharapkan.
Salah satu langkah perbaikan yang dapat ditempuh oleh guru dalam
rangka mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik adalah dengan
mengadakan remedial teaching. Untuk memahami remedial teaching
maka terlebih dahulu dibahas pengertian remedial menurut para pakar pendidikan.
a.
Menurut Rahman
Natawijaya, remedial adalah “bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau
membuat menjadi baik”.[1]
b.
Menurut Uzer
Usman, “dalam remedial teaching yang disembuhkan, yang diperbaiki atau
yang dibetulkan adalah keseluruhan proses pembelajaran, meliputi cara mengajar,
metode mengajar, materi mengajar, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan
yang turut serta mempengaruhi proses pembelajaran”.[2]
c.
Menurut Abin
Syamsudin Makmun, remedial teaching adalah usaha guru untuk menciptakan
suatu yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu mampu mengembangkan
dirinya seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan melalui suatu proses interaksi yang terencana,
terorganisasi, terarah, terkoordinir dan terkontrol dengan lebih objektif
individu dan kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan
lingkungan.[3]
d.
Ischak
SW dan Warji R mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
Remedial adalah studi kasus tersendiri
untuk mengatasi siswa yang lamban, mengalami kesulitan atau kegagalan belajar
yang mencakup:
a)
Faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan atau kegagalan siswa dalam belajar.
b)
Langkah-langkah
perkiraan, mungkin tidaknya dilakukan kegiatan untuk mengatasi kesulitan atau
kegagalan belajar.
c)
Alternatif
penyembuhan yang mana dipakai untuk mengatasi kesulitan atau kegagalan itu.[4]
e.
M.
Entang berpendapat bahwa:
Pengajaran
upaya untuk menemukan kelemahan yang dialami oleh seseorang dengan cara yang
sistematis berdasarkan gejala yang nampak seperti nilai prestasi hasil belajar
yang rendah, tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran, kurang motivasi dalam
mengerjakan tugas dan sebagainya. Studi tersebut hendaknya diarahkan kepada
penemuan letak faktor penyebabnya, baik yang terletak pada diri siswa itu
sendiri maupun yang berasal dari luar diri siswa yang bersangkutan. Bila hal
tersebut telah ditemukan, haruslah direncanakan alternatif cara memberikan
bantuan yang tepat atau merupakan segala usaha yang dilakukan untuk memahami
dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor yang menyebabkannya
serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasinya, baik secara
pencagahan atau preventif, cara penyembuhan atau kuratif maupun secara
pengembangan atau developmental berdasarkan informasi yang objektif dan
selengkap mungkin.[5]
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa remedial
teaching merupakan suatu usaha guru yang dilakukan dalam rangka membantu
meningkatkan kualitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan berdasarkan perencanaan dan kondisi siswa. Proses bantuan lebih
ditekankan pada usaha perbaikan cara belajar mengajar, penyesuaian materi
pelajaran dan penyembuhan atas kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi.
2.
Ciri-ciri
Remedial Teaching
Pengajaran remedial teaching sifatnya lebih khusus dari
pengajaran lainnya, karena pelaksanaan pengajaran ini disesuaikan dengan jenis
dan sifat kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Dengan remedial teaching,
siswa yang mengalami kesulitan belajardapat mencapai hasil yangan diharapkan sesuai dengan kemampuannya. Untuk
lebih jelasnya berikut ini dikemukakan ciri-ciri remedial teaching
Menurut Moh. User Usman dan Lilis Setiawati yaitu:
a.
Dilakukan setelah
diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai
dengan jenis, sifat, dan latar belakang.
b.
Dilakukan sesuai
dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
c.
Metode yang
digunakan bersifat diferencial disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar
belakang kesulitan belajar.
d.
Dilaksanakan melalui
kerja sama berbagai pihak, guru, pembimbing, konselor, dan sebagainya.
e.
Pendekatan dan
teknik lebih diferencial artinya disesuaikan dengan keadaan siswa.
f.
Alat evaluasi
yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.[6]
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengajaran remedial
teaching dengan dengan pengajaran biasa. Hal ini terlihat dari ciri-ciri
pelaksanaanya. Pertama adalah remedial teaching dilakukan setelah
diketahui kesulitan belajar siswa, sehingga jenis layanan atau bantuan yang
diberikan sesuai dengan jenis kesulitan, sifat, dan latar belakang siswa
tersebut. Yang kedua dari pelaksanaan remedial teaching adalah indikator
pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Demikian juga dengan pemilihan metode pada pengajaran remedial
teaching sebagai salah satu cirinya adalah bahwa metode yang digunakan
disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa.
Hal ini juga menjadi ciri program pengajaran, ini yang membedakan
nya dengan program pengajaran lainnya bahwa pengajaran remedial teaching
dilaksanakan melalui kerja sama berbagai pihak, guru pembimbing, konselor dan
sebagainya. Demikian juga pendekatan dan teknik pengajaran serta alat yang
digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang dipilih
oleh guru disesuaikan dengan keadan siswa.
3.
Tujuan
Remedial Teaching
Dalam arti luas atau ideal, remedial teaching bertujuan
memberikan bantuan baik berupa perlakuan pengajaran maupun berupa bimbingan
dalam upaya mengatasi kasus-kasus yang dihadapi siswa. Bantuan yang berupa
perlakuan dalam pengajaran dalam proses belajar mengajar, misalnya berupa; modul,
metode mengajar dan sebagainya. Sedangkan bantuan yang berupa bimbingan lebih
banyak menekankan kepada kesejahteraan mental siswa. Kemudian dalam arti sempit
atau operasional, remedial teaching ini bertujuan untuk memberikan
bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lambat, sulit, gagal
belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang
diberikan.[7]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari remedial
teaching ini adalah untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar, dengan bantuan tersebut mereka dapat mencapai tingkat penguasaan
dari materi yang ditetapkan.
Secara umum, tujuan remedial teaching tidaklah berbeda dengan tujuan pembelajaran
pada umumnya yaitu agar setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Menurut Rahman Natawijaya,tujuan remedial
teaching adalah:
a.
Agar siswa
memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi belajar yang meliputi segi
kekuatannya, segi kelemahannya, jenis dan sifat kesulitannya.
b.
Agar siswa
dapat merubah dan memperbaiki cara-cara belajar yang lebih baik sesuai dengan
kesulitan yang dimilikinya.
c.
Agar siswa
dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi
kesulitan belajarnya.
d.
Agar siswa
dapat mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang
kesulitannya.
e.
Agar siswa
dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baru dapat mendorong tercapainya
hasil belajar yang lebih baik.
f.
Agar siswa
dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan.[8]
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami terdapat enam bentuk
tujuan dari remedial teaching. Tujuan yang pertama dari pelaksanaan remedial
teaching adalah agar siswa memahami dirinya, khususnya yang menyangkut
prestasi belajarnya. Pemahaman ini meliputi segi kekuatan yang dimiliki siswa
tersebut, seperti dalam segi materi apa yang lebih menarik bagi dirinya, serta
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dalam belajar, sehingga dikemudian hari
siswa tersebut dapat lebih mudah memahami pelajaran dan lebih berprestasi.
Dari pemahaman yang telah
diperoleh siswa atas kelebihan dan
kekurangannya,yang ditunjuk guru melalui remedial teaching yang
dilaksanakan,diharapkan siswa dapat merubah atau memperbaiki cara-cara belajar
yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapinya. Terjadinya perubahan
cara belajar inilah yang menjadi tujuan remedial teaching.
Tujuan remedial teaching selanjutnya adalah agar siswa dapat
memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan
belajarnya. Hal ini dapat diwujudkan setelah guru mengenali bentuk kesulitan
siswa maupun kelemahan siswa. Berdasarkan data-data tersebut kemudian guru dapat memilihkan
materi dan fasilitas belajar yang tetap untuk mengatasi kesulitan belajar pada
siswanya.
Tujuan selanjutnya adalah agar siswa dapat mengatasi
hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya. Setelah
siswa mengenali sifat ataupun bentuk kesulitan yang dialaminya,maka informasi
ini merupakan langkah awal bagi siswa untuk mengatasi hambatan belajar yang
dialaminya.
Agar siswa dapat mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan yang baru
dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik, merupakan bentuk
tujuan yang hendak dicapai guru dengan program remedial teaching. Hal
ini bisa direalisasikan setelah siswa dapat memahami sisi kekurangan dari
aktifitas belajar yang selama ini dijalaninya. Yang juga menjadi tujuan dari
pengajaran remedial adalah agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar
yang diberikan. Dengan penyadaran yang telah dilakukan guru sebagai salah satu
tahap remedial teaching maka tujuan ini dapat dicapai.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwasannya tujuan remedial
teaching pada dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan tujuan pengajaran biasa,
yaitu sama-sama mengoptimalkan keberhasilan siswa dalam pencapaian target dari
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Perbedaan tujuan remedial
teaching dengan pengajaran biasa dapat kita lihat dari segi sasaran
pelaksanaannya, yaitu remedial teaching ditujuakan bagi siswa yang
mengalamikesulitan dalam belajarnya sehingga tidak mampu mencapai standar
minimal dari keberhasilan proses pembelajaran, siswa yang mengalami kesulitan
belajar dapat mencapai prestasi belajarnya melalui perbaikan proses pembelajaran
yaitu pada remedial teaching.
4.
Prosedur
Remedial Teaching
Remedial teaching merupakan
salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pelayanan
bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha
diagnostik kesulitan pembelajaran, Secara umum prosedur remedial teaching
menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, yaitu: (1) Penelaahan kasus, (2) Pilihan
alternatif tindakan, (3) Layanan penyuluhan, (4) Pelaksanaan remedial, (5) Post
test pengukuran kembali hasil belajar, (6) Re-evaluasi atau Re-diagnostik.[9]
Masing-masing prosedur tersebut di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1) Penelaahan kasus
Penelaahan kasus yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru
dalam melihat permasalahan yang dialami oleh siswa. Penelaahan kasus ini
merupakan tahap fundamental dalam kegiatan remedial teaching karena
merupakn landasan pangkal untuk menentukan langkah selanjutnya, dengan sasaran
pokok:
a.
Diperolehnya
gambaran yang lebih defenitif mengenai karakteristik dan permasalahan kasus
b.
Diperolehnya
gambaran yang lebih defenitif mengenai fasilitas alternatif tindakan remedial
yang direkomendasikan.[10]
Berdasarkan uraian di atas, kegiatan awal pelaksanaan remedial
teaching difokuskan kepada langkah rasional atas hasil diagnostik yang
telah dialakukan. Jadi, kegiatan ini merupakan pengecekan atau penelitian ulang
terhadap:
1.
Mengecek
kebenaran dan pelengkapan informasi data
2.
Relevansi
antara tafsiran dan kesimpulan data
3.
Mengecek
ulang informasi yang telah dikumpulkan
4.
Fleksibilitas
dari setiap alternative tindakan remedial yang direkomendasikan.[11]
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelaahan kasus
yaitu:
1)
Mengidentifikasi
bentuk-bentuk kasus yaitu siswa mangalami kesulitan belajar seperti siswa malas
dalam belajar, kurang motivasi, hasil belajar rendah.
Merujuk kepada
pendapat Hallen yang mengutip penadapat Moh Surya sebagai berikut: indikasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah :
1.
Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok
siswa kelas.
2.
Hasil usaha
yang dicapai dalam belajar tidak seimbang dengan yang dilakukan walaupun
berusaha dengan giat tetapi juga mencapai nilai-nilai yang rendah.
3.
Menunjukkan
sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, mentang, berpura-pura, dusta dan
sebaginya.
4.
Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan seperti bolos, datang terlambat, tidak mengerjakan
pekerjaan rumah(PR), menganggu di dalam dan di luar kelas.
5.
Lambat
melakukan tugas-tugas kegiatan belajar dan lambat menyelasaikan tugas dengan
waktu yang tersedia.
6.
Menunjukkan
gejala emosional seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira
dalam menghadapi situasi tertentu misalnya mendapat nilai rendah, tidak
menunjukkan sikap penyesalan.[12]
2) Melihat faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar seperti foktor yang berasal dari
siswa itu sendiri, dari segi proses pembelajaran dan segi lingkungan.
Menurut pendapat Mustaqim dan Abdul Wahib, faktor yang dapat
menyebabkan siswa kesulitan dalam belajar atau bermasalah dalam belajar, yaitu:
“faktor internal atau faktor yang berasal dari kondisi siswa itu sendiri, hal
ini bisa berasal dari kelainan fisik maupun psikis, dan faktor eksternal yaitu faktor
yang hadir di luar diri siswa, sebab eksternal berpangkal dari keluarga,
pergaulan, salah asuh ataupun pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.[13]
3) Melihat letak kelemahan kesulitan belajarnya seperti apakah pada
sebahagian besar atau pada keseluruhan bidang studi, pada bidang studi tertentu
saja, dan pada unit tertentu dari suatu bidang studi saja.
4) Menentukan tingkat mana siswa
mengalami kesulitan belajar dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan
yaitu kognitif (hafalan, permasalahan, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi), afektif (penghargaan, pendalaman dan penyadaran), psikomotor (pola
gerak gerik keterampilan prilaku umum, prilaku khusus dan komunikatif).[14]
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mencapai sasaran pokok dari
penelaahan kasus, guru selayaknya melakukan pengecekan ulang dari informasi
yang telah dikumpulkan. Hal yang perlu diteliti ulang oleh guru adalah
kebenaran dan kelengkapan informasi data. Data-data yang diperoleh untuk
menggambarkan karakteristik kasus dan permasalahan siswa dicek kembali sehingga
kebenarannya dapat dipercaya.
Hal yang perlu diteliti ulang adalah hubungan antara tafsiran dan
kesimpulan yang diperoleh guru dari penelaahan kasus yang dilakukan sehingga
kesimpulan yang utuh mencakup seluruh masalah siswa.
Kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah belajar siswa harus didukung
dengan data yang lengkap bukan rekayasa guru, maka sebelum penetapan kesimpulan
tentang kasus yang ditelaah guru hendaknya mengecek ulang informasi yang telah
dikumpulkannya. Selanjutnya, hal yang perlu dicek ulang olek guru sehingga
penelaahan kasus dapat mencapai tujuan yang diinginkan adalah guru hendaknya
meneliti fleksibilitas dari setiap alternatif tindakan remedial yang
direkomendasikannya.
(2) Pilihan Alternatif Tindakan
Pilihan alternatif tindakan adalah suatu keputusan yang diambil
oleh seorang guru pada langkah pemilihan alternatif tindakan yang mana sasaran
pokoknya adalah membuat keputusan pilihan alternatif mana yang dapat ditempuh
berdasarkan pertimbangan rasional yang seksama.
Selanjutnya, guru perlu memperhatikan pelaksanaan remedial teaching,
menentukan alternatif tindakan. Langkah
ini merupakan lanjutan dari langkah pertama. Jadi dari hasil penelaahan kasus
yang dilakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua
hal pokok, yaitu :
1)
Apakah
kasus ini selain memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola
strategi/ metode/ teknik belajar yang sesuai dan juga diharapkan kepada
hambatan-hambatan lain.
2)
Kasus
hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola strategi /
metode / teknik belajar yang sesuai.[15]
3)
Kasus
yang bersangkutan telah memiliki kecendrungan kearah kemampuan menemukan dan
mengembangkan pola strategi/ metode/ teknik belajar yang sesuai.[16]
Adapun langkah-langkah yang ditempuh guru dalam pemilihan
alternatif tindakan adalah :
1)
Mengidentifikasi
bentuk-bentuk alternatif tindakan yaitu mengelompokkan siswa apakah siswa
tersebut termasuk kasus ringan, sedang atau berat.
2)
Menentukan
karakteristik alternatif tindakan.Menentukan prinsip-prinsip dari
alternatif tindakan seperti efektifitas,
efisiensi, dan keserasian.[17]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alternatif tindakan itu
adalah suatu keputusan yang diambil oleh seorang guru pada langkah pemilihan
alternatif tindakan. Sasaran pokonya adalah membuat keputusan pilihan
alternatif tindakan mana yang dapat ditempuh berdasarkan pertimbangan rasional
yang seksama.
Untuk menentukan karakteristik kasus yang akan diselesaikan tersebut
maka kasus dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu berat, sedang, dan ringan.
Kasus yang ringan yaitu bila siswa belum menemukan cara belajar yang baik,
kasus yang sedang yaitu bila siswa telah mampu menemukan pola belajar tetapi
belum berhasil karena ada hambatan psikologis, sedangkan kasus yang berat yaitu
siswa yang belum memiliki cara belajar yang baik dan memiliki hambatan
emosional.[18]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menelaah
kasus yang ringan, tindakan yang diberikan adalah memberikan remedial
teaching, kalau kasusnya sedang dan berat maka sebelum diberikan remedial
teaching tindakan yang diambil adalah memberikan layanan konseling terlebih
dahulu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang mempengaruhi cara belajarnya.
(3) Layanan Penyuluhan
Layanan penyuluhan adalah suatu layanan yang diberikan kepada siswa
agar terciptanya kesehatan mental siswa. Langkah ini pada dasarnya bersifat
pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran
remedial. Oleh karena itu, sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini
adalah terciptanya kesehatan mental siswa, dalam artian siswa terlepas dari
hambatan dan ketegangan bathinnya dan kemudian siap sedia untuk melakukan
kegiatan belajar secara wajar dan realitas.[19]
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam layanan penyuluhan ini
adalah: (1) Memanggil siswa yang bersangkutan, (2) Lalu minta keterangan pada
guru bidang studi, (3) Dan minta keterangan kepada wali kelas, (4) Dan minta
keterangan kepada orang tua siswa,(5) Kemudian menyerahkan kepada guru BK. Jadi
layanan penyuluhan ini mengusahakan agar siswa yang bermasalah tersebut
terlepas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga siswa siap
menghadapi kegiatan pembelajaran.
(4) Pelaksanaan Remedial
Pelaksanaan remedial adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
untuk memperbaiki cara belajar agar tercapainya peningkatan prestasi atau
kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan
pengulangan, pengayaan, dan percepatan.
1) Pengulangan
Pengulangan dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan
diagnostiknya, yaitu :
a)
Pada
setiap akhir pertemuan.
b)
Pada
setiap akhir unit pelajaran
c)
Pada
setiap akhir unit program studi
Waktu dan cara pelaksanaannya :
a)
Diadakan
pertemuan kelas biasa berikutnya, bila sebagian/seluruh kelas mengalami
kesulitan sama, dengan bahan pengajaran sama, latihan/penugasan/soal sejenis
dan diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan ke arah
kriteria keberhasilan.
b)
Diadakan
di luar jam pertemuan biasa, bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah siswa
tertentu (waktu sore, waktu istirahat dan sebagainya) atau diberikan pekerjaan
rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri.
c)
Diadakan
kelas remedial (kelas khusus), bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus
dengan bimbingan khusus, atau diadakan pengulangan total kalau ternyata dibawah
kriteria keberhasilan minimum.
2) Pengayaan
Layanan ini dikenakakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan
secara akademik mungkin termasuk berbakat, dengan cara :
a)
Pemberian
tugas/pekerjaan rumah
b)
Pemberian
tugas/soal dikerjakan di kelas
3)
Percepatan (akselerasi)
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan
psikososial (ego emosional).
a)
Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul
dibandingkan kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi.
b)
Bila
hanya beberapa bidang studi untuk bidang studi ini dapat diteruskan
Adapun
metode yang harus dilakukan dalam program remedial teaching adalah :
a.
Diskusi
Metode ini digunakan dengan
memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki
kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa. Kebaikan metode ini dalam
rangka pengajaran remedial yaitu sebagai berikut :
1)
Setiap
individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya
2)
Interaksi
dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya diri
3)
Mengembangkan
kerja sama antar pribadi
4)
Menumbuhkan
rasa tanggung jawab
b.
Tanya jawab
Metode ini digunkan dalam rangka
pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya. Serangkaian
tanya jawab dapat membantu siswa dalam memahami dirinya, mengetahui
kelebihan/kekurangannya, memperbaiki cara-cara belajar. Tanya jawab dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok. Metode ini dalam rangka pengajaran remedial
memungkinkan terjalin hubungan guru dan siswa sehingga dapat
·
meningkatkan
motivasi belajar
·
menciptakan
kondisi yang menunjang pelaksanaan penyuluhan
·
menumbuhkan
rasa harga diri
c.
Kerja kelompok
Metode ini dapat hampir sama dan
dapat bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting
adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan
pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
d.
Tutor sebaya
Tutor adalah siswa sebaya yang
ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
hubungan antar teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru dan siswa. Dengan
petunjuk dari guru, tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan .
Pemilihan tutor didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan cukup
disenangi teman-teman. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok
sebagai pengganti guru. Metode tutor memiliki kebaikan sebagai berikut :
·
Adanya
hubungan dekat dan akrab.
·
Bagi
tutor merupakan kegiatan pengayaan.
·
Dapat
meningkatkan rasa tanggung jawan dan kepercayaan diri.
e. Pengajaran
individual
Pengajaran individual adalah
interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi
siswa. Materi yang diberikan dapat berupa pengulangan, materi baru atau
pengayaan dari apa yang telah dimiliki siswa.
Pengajaran individual ini bersifat
teaputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara
belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar, ulet,
rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.
Menurut Muhibbin Syah, ada beberapa langkah perbaikan yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak didik yaitu:
a.
Menganalisa
hasil diagnosis, yaitu menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian
tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesullitan belajar
yang dihadapi siswa.
b.
Mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
c.
Menyusun
program perbaikan, khususnya program remedial teaching.
Dalam pelaksanaan remedial teaching, sasaran pokoknya adalah
tercapainya peningkatan prestasi atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Adapun bentuk yang dapat diberikan
dalam remedial menurut Moh. Uzer dan Lilis Setiawati adalah:
1.
Memberikan
tugas-tugas tambahan dalam pelajaran tertentu.
2.
Mengubah metode
mengajar dengan metode lain yang dipegang lebih sesuai dengan kemampuan siswa.
3.
Meminta teman
sebayanya yang lebih pandai untuk bisa mengatasi kesulitan belajarnya.
4.
Memberikan
latihan-latihan keterampilan tertentu yang mendasari kemampuan belajar siswa.
5.
Mengirim kepada
para ahli seperti ahli pendidikan.
6.
Mengembangkan
bakat-bakat khusus tertentu melalui berbagai kegiatan.
7.
Memindahkan ke
kelompok atau ke kelas atau ke sekolah lain yang bisa membantu.[20]
Slameto menjelaskan
bentuk-bentuk kegiatan remedial tersebut sebagai berikut:
1.
Memberikan buku
pelajaran yang relevan dengan tujuan suatu pengajaran yang bersangkutan.
2.
Tutoring, yaitu
suatu bentuk kegiatan perbaikan yang diselenggarakan secara individual oleh
siswa yang istimewa atau siswa-siswa yang lebih tinggi kelasnya kepada siswa
yang belum menguasai tujuan pelajaran pada satuan pelajaran tertentu.
3.
Kerja kelompok,
yaitu bentuk perbaikan yang dilakukan siswa secara berkelompok dalam mendiskusikan
kesulitan-kesulitan mereka berkaitan dengan meteri pelajaran pada stuan
pelajaran tertentu.
4.
Pengajaran
berprogram, yaitu bentuk kegiatan yang dilakukan siswa melalui bahan pelajaran
tertulis yang telah dipersiapkan untuk siswa agar bisa belajar sendiri dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang dialami pada satuan pelajaran tertentu.
5.
Mengerjakan
kembali, yaitu bentuk perbaikan dengan mengajar siswa secara kelompok untuk
mengulangi pelajaran yang belum dikuasainya.
6.
Penggunaan
lembaran kerja, yaitu bentuk kegiatan perbaikan yang dilakukan dengan cara
menyediakan kegiatan-kegiatan untuk dikerjakan oleh siswa menurut
petunjuk–petunjuk yang telah diberikan.
7.
Audio visual,
yaitu kegiatan perbaikan yang dilakukan secara kelompok dengan memberikan
penekanan pada metode dan auditif.
8.
Permainan
akademik, yaitu bentuk perbaikan secara kelompok yang dilakukan dengan cara
pemecahan masalah.
9.
Latihan
kelompok secara efektif, yaitu kegiatan pebaikan yang dilakukan dengan cara
kelompok yang penekanannya pada kegiatan-kegiatan emosional.
10. Permainan kartu, yaitu bentuk kegiatan perbaikan secara individual
yang diberikan kepada siswa untuk mengulangi terminologi, fakta, konsep atau
prinsip yang terdapat pada satuan pelajaran tertentu yang sedang diperbaiki.[21]
Dari kutipan di atas jelas bahwa kegiatan remedial ini adalah dalam
rangka menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi oleh siswa dalam berbagai
bentuk baik yang dilakukan secara individual maupun kelompok dengan
memanfaatkan orang lain.
Dalam pelaksanaanya, semua bentuk kegiatan perbaikan atau remedial
tersebut bukan berarti harus diterapkan semuanya melainkan dapat dipilih salah
satu atau beberapa bentuk yang sesuai dengan masalah yang di hadapi oleh siswa,
waktu, fasilitas serta kemampuan guru yang bersangkutan. Sehingga kegiatan
perbaikan yang dilaksanakan tersebut benar-benar efektif untuk mengatasi
masalah belajar yang dihadapi oleh siswa.
Adapun bentuk lain yang dapat diberikan dalam remedial teaching
menurut Zulkifli adalah:
1)
Pemberian
pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang
dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes atau pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan apabila
sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau
mengalami kesulitan belajar. Pedidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan media yang lebih tepat.
2)
Pemberian
bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan, Dalam hal pembelajaran
klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak
lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan
perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. System tutorial
dilaksanakan apabila terdapat beberapa peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar.
3)
Pemberian tugas
dan latihan-latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan
dalm mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberikan latihan secara
intensif untuk membantu penguasaan kompetensi yang ditetapkan.
4)
Pemanfaatan
tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kemampuan belajar
tinggi. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya
yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan mampu mengatasi
kesulitannya.[22]
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan remedial teaching,
sasaran pokonya adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa
tersebut bisa terlepas dari kesulitan tersebut dan dapat mengahadapi
pembelajaran secara efektif.
(5) Post-test pengukuran kembali hasil belajar
Proses pengukuran kembali
hasil belajar yang dimaksud adalah pengukuran terhadap perubahan pada diri
siswa yang bersangkutan, apakah dia sudah dapat mencapai apa yang telah
direncanakan dalam kegiatan remedial teaching atau belum.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh guru adalah sama dengan apa
yang digunakan pada waktu post-test dari PBM.
Jadi post-test pengukuran kembali hasil belajar yang dimaksud
adalah pengukuran terhadap perubahan yang ada pada diri siswa. Oleh karena itu,
untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengukuran terhadap prestasinya kembali
dengan alat tes sumatif seperti yang digunakan pada proses belajar mengajar
yang sesungguhnya.
(6) Re-evaluasi atau Re-diagnostik
Re-evaluasi dan Re-diagnostik adalah suatu tindakan yang dilakukan
guru untuk membandingkan hasil post-test dengan hasil post-test awal.
Re-evaluasi dan Re-diagnostik ini dilakukan untuk membandingkan dengan
post-test yang telah dilakukan sebelumnya dengan kriteria seperti pada proses
belajar mengajar yang sesungguhnya.
Dari hasil pengukuran pada langkah sebelumnya akan diperoleh
kemungkinan-kemungkinan yaitu:
1)
Kasus
menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan
mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
2)
Kasus
menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya namun masih
dianggap belum memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.
3)
Kasus
belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya maupun
dalam kemampuan penyesuaian dirinya.[23]
Adapun langkah-langkah re-evaluasi atau re-diagnotik ini dilakukan
setelah melihat hasil dari post-test pengukuran atau membandingkan hasil dengan
yang semula, apakah menunjukkan peningkatan atau belum sepenuhnya menunjukkan
perubahan sesuai dengan KKM yang diharapkan.
5.
Fungsi
Remedial Teaching
Selain mempunyai tujuan tertentu, pengajaran remedial juga
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Fungsi tersebut sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Adapun kegiatan remedial tersebut mempunyai beberapa fungsi
yaitu:
1)
Fungsi
Korektif, yaitu memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru. Jadi
maksud dari fungsi korektif ini adalah mengoreksi, memperbaiki, atau
membetulkan segala sesuatu yang berkaitan dengan segala kegiatan belajar yang
belum memenuhi atau mencapai target yang telah ditentukan.
2)
Fungsi
Pemahaman, siswa diharapkan mampu memahami masalah-masalah lain yang terkait dalam
belajar, khususnya memahami materi pelajaran yang belum dipahami. Selain itu
juga dapat membuat guru lebih memahami keadaan siswanya sehingga dapat lebih
cepat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.
3)
Fungsi
Penyesuaian, yaitu kegiatan remedial ini diharapkan siswa mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan yang ada dalam proses belajar mengajar, yakni menguasai
materi pelajaran yang diharapkan. Selain itu siswa dituntut untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang akan membawa siswa kepada pencapaian tujuan
pengajaran secara optimal.
4)
Fungsi
Akselarasi, maksudnya adalah pengajaran perbaikan dapat mempercepat proses
belajar, baik dari segi waktu maupun materi.
5)
Fungsi
Terapeutik, apabila merujuk kepada pengertian remedial yaitu memperbaiki, dan
bila dikaitkan dengan fungsi terapeutik.
Maka kegiatan
remedial dapat mengoreksi, membetulkan, menyesuaikan, lebih memahami dan
mempercepat pencapaian tujuan dari proses belajar mengajar, sehingga pada
akhirnya pengetahuan dan keterampilan siswa meningkat dan memiliki hasil
belajar yang lebih baik.[24]
[1] Rahman
Natawijaya, Pengajaran Remedial, (Jakarta: Depdikbud, 1984), h. 5
[2] Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawan, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), h. 103
[3] Abin Syamsudin
Makmun, Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000), h. 345
[4] Ischak SW dan
Warji R, Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:
Liberti, 1991), h. 33-34
[5] M Entang, Diagnosa
kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial, (Jakarta: Dep. P dan K, 1984),
h. 10
[6] Moh. Uzer
Usman dan Lilis, Op. Cit, h. 103-104
[7] http://leedzabout.blogspot.com/2009/02/disini-ada-makalah-tentang-remedial.html
[8] B. Suyosubroto
Op. Cit, h. 8
[9] Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati, Op. Cit, h. 105-108
[10] Abin Syamsudin
Makmun, Op.Cit, h. 345
[11] Ibid, h.346
[12] Hallen A, Bimbingan
dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 129
[13] M. Dalyono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1997), h. 140
[14] Abin Syamsudin
Makmun Loc. Cip, h. 347
[15] Ibid,h.
348
[16] http://teknik-mesin06.blogspot.com/2009/01/prosedur-pengajaran-remedial.html
[17] Abin Syamsudin
Makmun, Op.Cit, h.389
[19] Ibid, h. 350
[20] Ibid., h.
107
[21] Slameto,
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 201-202
[22] http://st290171.sitekno.com/?pg=article=5428
[23] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi
Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 354
0 Comment