BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mengadakan invasi ke India, dimulai dengan penyerbuan Dinasti Ummayah 711-713 M, dilanjutkan oleh Dinasti Ghazni (962-1186 M), dan Ghuri (1186-1206 M) , barulah berdiri kesultanan Delhi (1206-1526). Kesultanan ini dimulai oleh Awal Kekuasaan Turki (1206-1290 M) , Dinasti Khalji (1290-1320 M), Dinasti Tughluq (1320-1414), Dinast Sayyid (1414-1451 M), dan Dinasti Lodi (1451-1526 M). Dinasti ini berakhir karena kematian Ibrahim Lodi II dalam peperangan melawan Babur. Dengan kemenangannya Babur mendirikan kerajaan Mughal untuk pertama kalinya. Kondisi India saat itu terpisah-pisah dalam beberapa propinsi yang berdaulat. Daerah-daerah itu belum seluruhnya ditundukkan oleh Babur, sebab meninggal pada tahun 1530 M. Ia digantikan putera pertamanya, Humayun. Keadaan kacau tersebut, diperburuk dengan pembagian wilayah kepada saudara-saudaranya, Kamran, Hindal, dan Askari. Sementara Humayun memerintah dalam kondisi labil, Sher Shah pemimpin dari suku Afghan telah merebut Bihar dan Bangla di wilayah Timur.
Sher Shah dapat dengan mudah mengalahkan dan mengusirnya dari India, karena tidak adanya dukungan yang kuat dari saudara-saudaranya. Setelah kemenangannnya yang gemilang 1539 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai sultan baru dengan mendirikan Dinasti Sur. Meskipun dinastinya hanya merupakan intervensi masa transisi sejarah India, akan tetapi mampu meninggalkan lembaran sejarah yang patut dicatat dengan tinta emas.
Kebijakan Sher Shah sangat menakjubkan dan tak kunjung hilang menjadi sebuah landasan bagi kebesaran dinasti selanjutnya, Mughal. Pada kenyataannya antara Sher Shah dan Akbar sering dipertentangkan mengenai siapa yang pertama-tama membangun India. Hal ini menjadi pilihan yang sulit bagi para penulis sejarah, jika saja Sher Shah dapat hidup lebih lama, maka kebesaran Mughal tidak akan muncul dalam hitungan sejarah.
Fondasi yang ia bangun mengantarkan Akbar berhasil memimpin Dinasti Mughal menjadi peradaban yang spektakuler India. Ia memerintah hanya selama lima tahun, akan tetapi mampu membangun pemerintahan yang kokoh di India. Kebesaran negara dibangun atas kebijakan yang moderat, toleran, inklusif, sesuai dengan kondisi masyarakat India yang pluralistik dan sentralistik.
Sher Shah adalah salah satu figur terbaik di India pada zaman pertengahan dan seorang yang cakap memerintah. Perpaduan antara kecerdasan yang luar biasa dan kejelian sebagai negarawan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan penguasa. Ia melakukan pembaruan besar-besaran di segala bidang yang sistemnya merupakan perkembangan alamiah dari sistem tradisi lama yang diperuntukkan rakyatnya, serta kokohnya dinasti yang dipimpinnya.
Sher Shah sebagai pribadi dan sebagai seorang raja mampu menciptakan moralitas dan loyalitas terhadap rakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian teori poltiknya bertujuan menciptakan sebuah tatanan sosial yang mengantarkan manusia sejalan dengan perintah-perintah Allah dengan meningkatkan kebajikan moral dalam otoritas pemerintahan. Sher Shah mewujudkan prinsip-prinsip egaliter, dalam kehidupan India yang kosmopolitan, merupakan langkah tepat untuk mensikapi realitas India yang mayoritas umat Hindu.
Sher Shah sebagai pemimpin mampu membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi siapa saja. Seluruh kebijakannya, selalu mendasarkan kemashlahatan dan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya. Kemajuan yang pesat, dan semua kebijakan Sher Shah ini meninggalkan kesan kehebatan, kemegahan, dan kemuliaan dalam mewujudkan kebudayaan spektakuler di India.
Penelitian ini membahas bagaimana reformasi pemerintahan yang dilakukan Sher Shah berikut hasil-hasil dari kebijakan tersebut. Reformasi Pemerintahan Sher Sher perlu dikaji dalam segala bidang, karena terbukti dengan kebijakan tersebut mampu membawa dinastinya menjadi salah satu peradaban terbesar pada zamannya. Kebijakan yang tidak hanya membawa kemegahan bagi dinasti yang dipimpinnya, tetapi bagi dinasti selanjutnya, bahkan kebijakan di India sampai saat ini, walaupun dalam perjalananya mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Kehebatan yang tidak hanya diakui oleh sejarawan Intelektual Muslim saja tetapi sejarawan di luar Islam.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pokok pembahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Sher Shah dengan reformasi pemerintahan yang dipimpinnya. Kajian terhadap kebijakan kenegaraan ini difokuskan pada konsep reformasi totalnya, menghasilkan suatu tatanan masyarakat madani yang belum pernah dicapai para pendahulunya di India. Sebagai kepala pemerintahan, ia mampu mengorganisir administrasi pemerintahan secara seimbang bagi kepentingan rakyat.
Penelitian ini menelusuri lebih dalam rangkaian konsep yang menjadi rencana dan aktifitas Sher Shah untuk mengembangkan kebijakan pemerintahannya tahun 1540-1545 M. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi India sebelum Sher Shah memerintah ?
2. Apa yang melatar belakangi Sher Shah menerapkan kebijakan reformasi totalnya ?
3. Bagaimana wujud reformasi dan kebijakan pemerintahan Sher Shah ?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan Pemerintahan Sher Shah terhadap negara, rakyat, dan peradaban yang dibangunnya.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Latar belakang Sher Shah Suri membawa pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pemerintahan di India.
2. Mengetahui kebijakan-kebijakan yang ditempuh Sher Shah Suri dalam menjalankan roda pemerintahannya.
3. Mengetahui perkembangan peradaban India, setelah dilakukannya kebijakan reformasi totalnya selama lima tahun Sher Shah Suri memerintah.
Kajian ini bermanfaat bagi kalangan para cendekiawan Islam khususnya, dan masyarakat Islam pada umumnya, yang dapat digunakan untuk :
1. Menambah khasanah keilmuan Islam mengenai sistem pemerintahan Sher Shah dalam teks Indonesia.
2. Mempermudah kalangan ilmuwan sejarah dan intelektual pada umumnya menemukan literatur pemerintahan Sher Shah yang disajikan dalam teks bahasa Indonesia secara menyeluruh.
3. Menambah bukti sejarah bahwasannya Islam tidak disebarkan hanya dengan kekerasan seperti dalam Pemerintahan Sher Shah pada masa abad pertengahan.
4. Menambah arsip dan data sejarah tentang Pemerintahan Sher Shah dalam teks bahasa Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi kajian selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
Peradaban yang berhasil dibangun Sher Shah terhadap dinasti yang dipimpinnya, merupakan prestasi yang gemilang pada zamannya. Konsep pemerintahannya ini mampu menunjukkan kebesaran dan kemegahan dinastinya, secara totalitas, baik dari kondisi rakyatnya yang plural, maupun kebijakan pemerintahannya.
Gaya kepemimpinan yang kharismatik menggugah peneliti untuk lebih dalam mengungkap gagasan reformasinya. Kajian ini diharapkan mampu menjawab fenomena pemerintahan yang muncul saat ini. Ada beberapa buku literatur Inggris yang membahas sejarah pemerintahan Sher Shah, akan tetapi tidak membahas secara komprehensif (menyeluruh ) dan tersendiri.
Buku karangan Nirod Bhusan Roy, The Successors of Sher Shah, terbitan Dacca, Alexandra Press, memaparkan pemerintahan Sher Shah dan penerusnya. Akan tetapi didalamnya lebih banyak menjelaskan para penerus Sher Shah daripada pemerintahan yang berhasil dibangunnya.
K. Ali, History of India , Pakistan, and Bangladesh, yang diterbitkan oleh Ali Publication, menguraikan perebutan kekuasaan antara Humayun dengan Sher Shah, hingga kembalinya Humayun berkuasa, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya dengan kejayaan Mughal.
Selanjutnya karya Mahomed Kasim Feristha, Tarikhe- Feristha, terjemahan John Bringgs History of the Rise of the Mahomedan in India till the Year A.D 1612, yang diterbitkan oleh Oriental Reprint Coorporation. Buku ini menggambarkan kronologi hidup Sher Shah sejak terjadinya konflik dengan keluarganya hingga menuju awal karir sebagai penguasa. Buku ini menceritakan secara detail asal usul pribadi Sher Shah sebagai seorang yang luar biasa kecerdasannya dan bakat kepemimpinnannya, akan tetapi tidak mampu dipertahankan generasi penerusnya.
H.M Elliot dalam karyanya, The History of India as Told by Its Own Historians Vol. IV, yang diterbitkan oleh Trubner and Co, London. Buku ini menjelaskan asal usul, awal karir, hingga pertempuran dalam menguasai kota-kota penting di India, hingga menjadi sultan. Akan tetapi dalam buku ini tidak dijelaskan kebijakan pembaharuan yang dilakukan Sher Shah, kelebihannya dalam buku ini disertai penjelasan sejarawan lain untuk menguatkan fakta.
Tabaqat-e-Akbari buku karya Khwajah Nizamuddin Ahmad, terjemahan Brajendra Nath De, diterbitkan oleh Low Price Publication, Delhi. Dalam satu babnya mengambarkan secara jelas dan detail mengenai asal usul latar belakang lembaga-lembaga yang berhasil dibangun Sher Shah. Kelebihan buku ini dibanding referensi lainnya adalah adanya perbandingan pendapat antara sejarawan India asli dengan yang lainnya berikut argumentasi dalam catatan kakinya bahkan bibliografi dari sumber lain sehingga memudahkan peneliti menelusuri data selanjutnya.
Buku yang ditulis oleh Sayid Athar Abbas Rizvi, adalah Religious and Intelektual History of Muslim in Akbar’s Reign, yang diterbitkan oleh Munshiram Manoharlal Publisher, PVT. LTD. Buku ini berisi mengenai aliran teologi dan pendidikan yang mempengaruhi kepibadian Sher Shah. Masih banyak literatur bahasa Inggris yang memuat sejarah Sher Shah, tetapi tidak disajikan secara tuntas dan menyeluruh dalam satu buku secara tersendiri, kebanyakan hanya merupakan satu bab saja.
Ada dua buah buku berbahasa Indonesia karya Sheikh Mohd Iqbal, Misi Islam, terjemahan Sumarno, diterbitkan oleh Gunung jati. Dalam buku ini memuat sedikit pendapat para ahli sejarah terhadap reputasi yang dibangun Sher Shah.
Selanjutnya karya Anwar Ahmad Qadri, Sebuah Potret Teori dan Praktek Keadilan dalam Sejarah Muslim, yang diterbitkan oleh Rosdakarya.Buku ini menjelaskan lembaga admistrasi Sher Shah secara umum.
Karena beberapa buku dalam bahasa Indoneia sangat terbatas dalam membahas permasalahan ini, maka penulis memandang perlu mengadakan penelitian terhadap pembaharuan Sher Shah di India.
Karya ini jelas sangat berbeda dengan karya-karya yang ada sebelumnya. Di samping belum ada sebuah karya yang spesifik membahas kajian ini seperti Ali Sodikin, “Peradaban Islam Di Asia Selatan,” dalam Siti Maryam dkk, SEjrah Peradaban Islam, Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern.Diterbitkan oleh Fakultas Adab dan LESFI, membicarakan Sher Shah hanya setengah alenia saja. Sedangkan dalam HAMKA, Sejarah Umat Islam III, hanya membahas sekitar satu alenia saja.
Selanjutnya dalam makalah M. Abdul Karim, Pembaharuan Sher Shah Suri (Telaah Historis Terhadap Sistem Pemerintahan 1540-1545 M), yang mendiskripsikan pemerintahan dan kebijakan Sher Shah, akan tetapi belum disertai analisis dengan menggunakan metode yang lebih mendalam terhadap pembaharuan Sher Shah.
E. Landasan Teori
Penelitian ini mendiskripsikan dan menganalisis proses pertumbuhan pemerintahan Sher Shah, serta pengaruhnya terhadap rakyat yang dipimpinnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah, yaitu suatu pendekatan untuk mencari penjelasan di masa lampau, mencakup masa lebih kurang lima tahun, antara sekitar tahun 1540 M, sebagai awal tampuk kekuasaan, sampai tahun 1545 M, ketika Sher Shah meninggal sebagai tanda runtuhnya kejayaan dinasti yang dipimpinnya.
Dengan pendekatan sejarah ini, dapat menghasilkan sebuah penjelasan tentang berbagai hal mengenai perkembangan dan pengaruh kebijakan administrasi Sher Shah terhadap negaranya. Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan. Pendekatan antropologis digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status, gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup, dan sebagainya.
Peneliti menganggap reformasi pemerintahan Sher Shah sebagai fenomena politik. Dalam proses politik kepemimpinan merupakan faktor penentu dan senantiasa menjadi tolak ukur. Tipe kepemimpinannya ini masuk dalam kategori legal kharismatik (Max Weber) yaitu otoritas yang diambil berdasarkan kharisma dan wibawa seseorang. Hal ini terlihat dari kronologi awal memulai karir, hingga keberhasilannya memegang tampuk kekuasaan diperoleh dengan bakat dan kecerdasan yang dimiliki bukan dari turun temurun.
Dalam kajian ini perlu digambarkan dengan pendekatan behavioral, yakni analisis yang tidak hanya ditujukan kepada peristiwanya saja. Akan tetapi tertuju pada perilaku sejarah dalam kondisi nyata, serta sikap pelaku dalam menafsirkan situasi yang dihadapi. Penafsiran ini memunculkan kejadian yang menimbulkan konsekuensi dari tindakan pelaku sejarah. Berkenaan dengan hal tersebut reaksi Sher Shah sebagai pemimpin menghasilkan sebuah interpretasi terhadap zamannya, sehingga memunculkan pembaharuan pemerintahan bagi negaranya.
Legitimasi kekuasaan Sher Shah yang diimplementasikan dalam kebijakan reformasi totalnya, tentu saja mempunyai tujuan tertentu terhadap negaranya, jika hal ini dilihat dari teori yang diungkapkan oleh Nicollo Machiavelli (1469-1527 ) dalam bukunya I’I Principle, bahwasannya seorang penguasa dalam suatu negara selain bertujuan untuk kekuasaan juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk kepentingan, kehormatan, dan kebahagiaan bangsanya.
Machiavelli tidak menyetujui kebudayan dan agama sebagai tujuan negara, karena semua itu akan melemahkan raja yang memerintah negaranya. Penguasa harus mempunyai sifat serigala, yaitu dapat mengetahui dan membongkar rahasia yang akan merobohkan negaranya, serta sifat singa, yaitu harus dapat menakhlukkan orang lain yang mau menggulingkan kekuasaannya. Dengan kata lain sebuah negara akan lebih kuat dan maju , serta rakyat akan lebih bahagia apabila negara itu dipimpin oleh seorang singa daripada seratus tikus.
Selaras apa yang dikemukakan Machiavelli tersebut, sifat serigala diperlukan untuk menghadapi musuh-musuhnya, serta singa diperlukan untuk mengatur dan membangun rakyatnya yang labil. Perlakuan terhadap warga non muslim merupakan bukti nyata bahwa Sher Shah tidak mendasarkan kekuasaannya pada satu golongan tertentu.
Suatu peristiwa (moment) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik pasti akan menghadapi suatu tantangan. Tantangan ini yang dikatakan Arnold Toynbee sebagai challenge, artinya pada saat pertama kali menjadi raja Sher Shah mendapatkan tantangan dari rakyatnya yang masih berada di bawah kekuasaan Humayun. Untuk menjawab tantangan tersebut, ia memunculkan respons (tanggapan), dengan membentuk good governance (tata pemerintahan yang baik) diawal pemerintahanya. Kondisi yang semula kacau menjadi aman, tentram, dan makmur. Respon (jawaban) yang tepat inilah membuat rakyat India dengan sendirinya berpihak, tunduk dan patuh dengan kepemimpinan Sher Shah.
F. Metode Penelitian
Penyusunan sejarah merupakan bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-peristiwa manusia yang telah terjadi pada masa lalu. Metode sejarah digunakan dalam rangka merekonstruksi masa lampau dari fenomena yang diteliti. Karena penelitian ini adalah penelitian literatur, maka dalam rangka mengungkapkan kebijakan-kebijakan Sher Shah digunakan langkah sebagai berikut :
a. Langkah pertama, pengumpulan sumber (heuristik) sebagai bahan baku untuk merekonstruksi fenomena sejarah yang menjadi fokus kajian ini. Pengumpulan data atau sumber dilakukan melalui kepustakaan (library research), yaitu dengan penelusuran bahan dokumen, buku-buku, artikel, jurnal, majalah, makalah, dan katalog di beberapa perpustakaan serta mencatat sumber-sumber terkait yang digunakan dalam studi-studi sebelumnya.
b. Langkah kedua penelitian adalah secara verikatif (pengujian). Sumber-sumber itu kemudian diuji keaslian (otentitas) dan kesahihannya (kredibilitas), melalui kritik ekstern dan intern sumber, dengan menguraikan dan mengecek silang data-data (cross chek) yang ada dari berbagai sumber tersebut. Dari pengujian ini diambil data-data yang paling dapat dipercaya.
c. Langkah ketiga yaitu metode interpretasi (penafsiran), karena tanpa penafsiran data tidak dapat bicara. Interpretasi itu sendiri bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama teori disusunlah fakta itu dalam interpretasi yang menyeluruh secara obyektif.
d. Sebagai langkah terakhir adalah historiografi. Historiografi merupakan penyusunan yang didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau. Penyusunan ini selalu sfakta, sehingga muncul hubungan rasional antara fakta-fakta yang ada, tersaji dengan utuh dan berkesinambungan kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri atas lima bab yang disusun secara sistematis untuk memperoleh pemahaman secara menyeluruh. Bab I, berisi pendahuluan merupakan pengantar dalam bab selanjutnya. Bab ini memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan sistematika pembahasan, yang dijadikan landasan bagi pembahasan selanjutnya.
Bab II, berisi gambaran umum mengenai latar belakang stuktur kehidupan masyarakat India setelah masuknya Islam hingga menjelang berdirinya pemerintahan Sher Shah. Bab ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kehidupan yang melatar belakangi berdirinya pemerintahan tersebut.
Bab III, mendiskripsikan berdirinya pemerintahan Dinasti Sur dengan menguraikan tentang asal-usul Sher Shah, awal karir hingga keberhasilannya memegang tampuk kekuasaan di India. Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum biografi Sher Shah latar belakang karirnya.
Bab IV, merupakan inti dari pembahasan, yakni mengenai kebijakan-kebijakan pembaruan Sher Shah, dengan menguraikan pokok-pokok kebijakan yang berhasil diwujudkan Sher Shah dalam melakukan reformasi pemerintahannya. Dalam bab ini terdapat penjelasan yang utuh mengenai reformasi yang dilakukan Sher Shah.
Bab V, menguraikan pengaruh reformasi Sher Shah terhadap kondisi pemerintahan di India dan masyarakat yang dipimpinnya, bahkan dampak lebih luas terhadap dunia luar. Bab ini membuktikan kehebatan reformasi Sher Shah yang diakui oleh para ahli sejarah kontemporer.
Bab VI adalah penutup, berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merangkum secara singkat berbagai hal penting yang merupakan jawaban dari permasalahan, sedangkan saran adalah hikmah yang dapat diambil dalam peristiwa ini agar dapat digunakan sebagai petunjuk bagi penguasa muslim, dan dorongan untuk dapat memunculkan penelitian yang lebih lengkap dan sempurna terhadap permasalahan ini.
BAB II
KONDISI INDIA SEBELUM SHER SHAH MEMERINTAH
Reformasi pemerintahan Sher Shah merupakan sebuah hasil pemikiran atas kondisi realitas anak benua India yang heterogen dan mempunyai kecenderungan budaya yang assimilatif. Pemikiran itu kemudian memunculkan sebuah hasil kebijakan pemerintahan yang berbeda dengan pola-pola pemerintahan para pendahulunya, dianggap tidak cukup mengakomodir kepentingan rakyat. Dalam bab ini, penulis menjelaskan kecenderungan yang berkembang dalam pemerintahan dan masyarakat India sejak datangnya Islam hingga masa sebelum Sher Shah memerintah.
A. Politik dan Pemerintahan
India secara geografis lebih terlihat sebagai anak benua dari pada sebagai sebuah negara. Kondisi fisik ini menyebabkan India terpecah-pecah menjadi sejumlah pemerintahan lokal yang berdaulat. Oleh karena itu menjelang invasi muslim, secara politik perpecahan ini menjadi alasan utama terjadinya konflik sepanjang sejarah India, di antara dua kecenderungan sistem pemerintahan, yaitu : sistem sentralistik atau desentralistik. Kondisi semacam ini membuat sebagian besar penguasa muslim gagal membentuk kesatuan politik yang kokoh di sana.
Sejarah Islam di anak benua ini bermula ketika Muhammad bin Qasim, berhasil menaklukan Sind, di wilayah Barat Daya India, pada tahun 711 M. Dalam waktu empat tahun ia mampu meletakkan tatanan masyarakat yang baik dan harmonis. Invasi selanjutnya terjadi tiga abad kemudian dilakukan oleh rezim militer Turki, yang dianggap sebagai penaklukan paling menentukan bagi penyebaran peradaban Islam di India. Dinasti Ghazni di bawah pimpinan Sultan Mahmud, berhasil mengembangkan kedudukan Islam di Punjab, wilayah Utara India 1020-1026 M. Ekspansi yang dilakukan Sultan Mahmud lebih terlihat sebagai kepentingan politik semata, daripada menyebarkan Islam secara damai.
Pada akhir abad XII M, kedudukan Dinasti Ghazni diganti oleh kelompok kesukuan, di wilayah Barat Daya pegunungan setempat, mendirikan Dinasti Ghuri (1186 M). Dinasti ini mengawali penaklukkan sistemik terhadap India. Muhammad Ghuri membangun pemerintahan yang lebih kokoh, karena India dijadikan sebagai daerah takhlukkan tetap, tidak seperti yang dilakukan oleh Mahmud Ghaznawi. Pada masa pemerintahan ini lebih bersifat eksklusif, terlihat dengan adanya perekrutan orang pribumi dan mantan pejabat dari Dinasti Ghazni sebagai pegawai pemerintahan.
Muhammad Ghuri meninggal pada 1206 M. Panglima jendralnya yang bernama Quthbuddin Aibak (1206-1210 M), melanjutkan kekuasaanya di India. Dia adalah sultan pertama yang membangun Awal Kekuasaan Turki, dengan Dinasti Mamluk. Quwwat al-Islam adalah salah satu masjid yang mengingatkan kita terhadap pemerintahannya, dan Qutub Minar dibangun atas nama guru agamanya, Shekh Quthubuddin Bakhtiar Kaki. Ia hanya mampu memimpin India hanya dalam waktu empat tahun dan meninggal pada tahun 1210 M.
Awal kekuasaan Turki yang di bentuk oleh Kuthbuddin Aibak ini, dilanjutkan menantunya Ithumish (1211-1236 M). Dia menyempurnakan Kutb Minar, dengan menambah air mancur yang tingginya mencapai 238 kaki. Dia berjasa melanjutkan perluasan kekuasaan Islam ke sebelah utara (Malwa) dan menyelamatkan negerinya dari serangan Mongol secara diplomatis. Keberaniannya menghadapi invasi Mongol dalam jumlah besar, dilakukan untuk menjaga kondisi India dari perpecahan. Ia sering disebut sebagai pendiri kesultanan Delhi yang sesungguhnya. Sultan Iltutmish mengambil langkah luar biasa dengan menunjuk anak perempuanya, Raziyahuddin sebagai penerusnya.Ia merupakan ratu perempuan pertama dalam sejarah Kesultanan Delhi, akan tetapi kepemimpinnnya tidak mendapat dukungan dari para bangsawan istana yang menyebabkan pemerintahan ini tidak dapat berahan lama.
Setelah Raziyahuddin jatuh, kondisi politik India semakin memburuk, hingga beberapa kepemimpinan silih berganti. Pemimpin terakhir dari dinasti ini adalah Balban. Balban melanjutkan pemerintahan dengan memperkokoh militer dan pemerintahan yang didasarkan pada kultur Persia. Ia membentuk sistem peradilan dan memerintahkan pembangunan administrasi militer yang efektif. Akan tetapi ia tidak melakukan ekspansi, karena selain banyak terjadi pemberontakan di dalam negara, ia lebih memusatkan kekuasaannya ke dalam sistem pemerintahannya saja. Setelah Balban meninggal, ternyata tidak ada penerusnya yang cakap memerintah India.
Kemudian Jalaudin Khalji 1290 M, naik tahta mendirikan Dinasti Khalji. Akan tetapi ia terbunuh ketika sedang dalam perjalanan. Dilanjutkan keponakan sekaligus menantunya, Allaudin Khilji (1296-1316). Ia menjadi raja karena dukungan dari para bangsawan. Pada awal pemerintahannya hampir seluruh India dapat ditaklukkan termasuk wilayah Deccan. Allaudin termasuk sebagai salah satu sultan terbesar sepanjang sejarah India.
Dinasti Khalji nyaris tak dapat bangkit lagi sesudah Allaudin Khalji meninggal, sehingga Dinasti ini dapat dengan mudah digantikan oleh Dinasti Tuglaq yang berkuasa hampir seratus tahun (1320-1414 M). Penguasa pertama adalah Ghiyatsuddin Tughlaq hanya memerintah selama lima tahun. Ia memulai karirnya sebagai seorang budak Turki yang memberontak kemudian naik menjadi gubernur Punjab. Tahun 1320-1325 Maka menunjukkan ia memindahkan ibukota propinsi dari Dekkan kesebuah tempat kira-kira empat mil jauhnya ke timur yang disebut Tughlakabad.
Ghiyatsuddin digantikan anaknya yang bernama Muhammad Tughlaq (1325-1351 M). Ia adalah raja yang cerdas, jendral yang berbakat, dan orang yang pantang menyerah. Ia adalah sultan yang pertama mengangkat warga non muslim dalam tugas kemiliteran, administrasi pemerintahan, dan mengijinkan pembagunan kuil-kuil. Dia menetapkan sistem pajak tetap. Dia menambah pajaks sewa tanah antara Sungai Gangga dan Sungai Jamuna, di beberapa distrik. Ia adalah sultan yang jenius dan paling tinggi tingkat pengetahuannya dari pemimpin Delhi sejak invasi muslim. Pada tahun 1351 M ia meninggal ketika negara dilanda pemberontakan di wilayah Bangla, Gujarat, Sind, dan Deccan.
Mumammad ibn Tughlaq digantikan penerusnya yang bernama Firuz Shah Tughlaq. Ia adalah penguasa yang bermurah hati, halus, teguh hati. Semasa kepemimpinannya ia telah menyatakan kedaulatanya sebagian di Bangla dan Deccan. Dia membangun banyak fasilitas umum bagi rakyatnya, seperti bendungan, irrigasi, tanks, penginapan, masjid, sekolah, rumah sakit, dan jembatan. Firuz Shah juga memberlakukan jizya, bagi orang-orang non muslim. Pada masa pemerintahnnya banyak orang Hindu masuk Islam Akan tetapi kaum Brahmana dibebaskan tidak membayar jizya. Setelah kematian Firuz Shah tahun 1388 M, penggantinya tidak ada yang mampu menggantikan posisinya sehingga Khizr Khan menguasai politik di Delhi pada tahun 1414 M.
Khizr Khan adalah pendiri Dinasti Sayyid yang pertama. Ia meninggal pada tahun 1421M. Sebagai penggantinya, Sultan Mubarak Shah, akan tetapi pada tahun 1434 M ia mati terbunuh. Ia digantikan Muhammad Shah, keponakannya. Ia memimpin hampir 12 tahun. Muhammad Shah digantikan oleh anaknya, Allaudin Alam Shah, merupakan raja terakhir dan terlemah dalam dinastinya. Ia secara suka rela menyerahkan tahtanya ke Bahlul Lodi, pendiri Dinasti Lodi.
Bahlul Lodi I naik tahta pada tahun 1451 M. Ia berusaha memulihkan reputasi muslim di India. Aksinya yang menonjol adalah penakhlukkan Jaunpur. Ia bertahta selama 38 tahun dan meninggal pada tahun 1489 M. Nizam Khan putera kedua Bahlul Lodi I naik tahta dengan gelar Sikandar Lodi. Ia adalah seorang administrator ulung, dengan melakukan operasi, dan berhasil melawan negara-negara Rajput, kemudian memindahkan ibukota ke Agra. Salah satu generasi penerus dari Timur, Babur, menyatakan kedaulatan di Wilayah India Utara, dan meletakkan fondasi bagi kekuasaan Turki baru.
Ketika Babur pendiri kerajaan Mughal, terakhir menaklukkan India pada 1526 M, di sana tidak ada kekuasaan yang terpusat. Dari negara-negara berdaulat itu, yang masuk daerah penting berada, di Delhi, Gujarat, Malwa, Mewar, Khandesh, Punjab, Sind, dan Khasmir, dan Jaunpur.
Pada saat Babur mengadakan invasi, Ibrahim Lodi II adalah sultan terakhir dari Kesultanan Delhi. Dia merupakan pemerintah yang lemah dan tidak cakap. Kerajaan Lodi luasnya hanya meliputi Bhera sampai ke Bihar tetapi secara nyata yang masuk dalam kekuasaan wilayah ini hanya Delhi, Agra, Doab, Bhera, dan Chandri, Sind, serta Multan, di bagian Barat, Jaunpur, Bangla dan Orissa di wilayah timur telah menuntut kemerdekaaan mereka. Sebagian besar pejabat pemerintahan Ibrahim muak dengan perilakunya yang sombong dan kasar. Mereka mengadakan pemberontakan secara terbuka. Rezim ini berakhir dengan meninggalnya Ibrahim Lodi II oleh Babur, pada tahun 1526 M dalam Perang Panipat I.
Di awal pembentukan Dinasti Mughal Babur mencoba menaklukan wilayah yang berdaulat tersebut kedalam satu kesatuan pemerintahan yang terpusat. Ekspansinya ke India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat, yaitu Ibrahim Lodi di Lahore. Tahun 1226 M ia berhasil menguasai Punjab dan meneruskannya ke Delhi tahun 1526 M. Akan tetapi sebelum berhasil mewujudkan cita-citanya itu ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 26 Desember 1530. Sebelum meninggal, Babur telah menunjuk anak pertamanya, Humayun, untuk menggantikannya (15430-1556 M).
Humayun seorang yang lemah dan tidak cakap memerintah, sehingga banyak terjadi pemberontakan terhadap kerajaan Mughal. Bahkan negara-negara yang berhasil ditakhlukkan oleh Babur kembali terpecah-pecah menjadi sejumlah pemerintahan yang berdaulat. Kondisi pemerintahan India bertambah kacau dan labil. Dalam masa transisi seperti inilah Sher Shah muncul dengan reformasinya memperbaiki pemerintahahan India.
B. Sosial dan Budaya
India menjadi wilayah kekuasaan muslim pertama kali tidak dilakukan dengan jalan kekerasan, akan tetapi dengan cara-cara damai (Penetration Pacifique). Islam hadir sebagai sebuah ajaran yang menawarkan konsep keadilan dan persamaan derajat, bertolak belakang dengan kondisi sosial budaya masyarakat India yang terbelenggu dengan sistem kasta. Ajaran ini sesuai dengan hadis Nabi s.a.w :
ايها ا لنا س كلكم من ا د م و ا د م من تر ا ب لا فضل لعر بى على ا عجمى ا لا با لتقو ى ا لا نسا ن سو ا سى كا سنا ن ا لمشط
“Hai manusia masing-masing orang diantara kamu keturunan Adam dan Adam terbuat dari sari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab melebihi orang-orang non Arab kecuali karena taqwa. Manusia itu mempunyai hak seperti gigi sisir.”
Sebelum Islam datang, suku bangsa Rajput memegang peran yang dominan terhadap perubahan kehidupan sosial, yang seringkali digerakkan atas dogma-dogma agama. Tentu saja gambaran sosial budaya pra Islam di India akan lebih diwarnai dengan kehidupan pemimpin suku, bangsawan, dan para brahmana yang memegang kendali terhadap hukum yang belaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
India telah menjadi sebuah peradaban di mana kekuatan dan kekayaan terpusat di tangan bangsawan atau kepala suku membangun kekerabatan dan status sosial didasarkan oleh leluhur mereka secara turun temurun. Budaya ini diterima masyarakat dan berlangsung tanpa adanya campur tangan pihak luar. Semangat kesukuan, merupakan bentuk kekerabatan yang paling kuat untuk menjaga keberlangsungan hubungan masing-masing suku.
Peperangan tampaknya menjadi pilihan yang ideal untuk mempertahankan pengaruh kekuatan mereka. Gaya kehidupan yang keras sarat dengan kebengisan berlangsung terus menerus hingga datangnya pemakhlukkan bangsa Arab. Banyak sumber yang mengatakan sebagian orang Hindu, Jat, Meds yang telah lama menderita tekanan dari pemerintahan lokal, mereka bergembira dengan datangnya para penakhluk. Menjelang masuknya Islam, agama Jain tidak populer dan agama Budha sedang menurun. Agama Hindu adalah agama paling penting bagi rakyat india, dan hampir semua raja yang sedang berkuasa mneganut agama tersebut.
Walaupun penakhlukan bangsa Arab di Sind, selanjutnya tidak banyak menghasilkan pengaruh politik, dan hal ini diungkapkan oleh Stanley Poole bahwa,”The Arab conqured Sind, but the conquest was only an episode in the history of India and of Islam, a triump without result.”, tetapi penakhlukan ini penting dilihat dari sudut pandang budaya. Di samping membantu pertukaran gagasan pemikiran, juga memfasilitasi penyebaran benih-benih kebudayan Islam di tanah mancanegara (India). Disamping pertukaran pemikiran, India menjadi pertemuan arus bawah beberapa pengetahuan baru, philosophy, obat-obatan, matematika, dan astronomi.
Kebudayaan inilah yang kemudian membawa peradaban Islam termasyur bukan hanya di tanah airnya sendiri, tetapi juga ke Eropa. Pertemuan dua kebudayaan ini membawa pertumbuhan peradaban yang spektakuler. Arab hidup berdampingan di samping dengan pengikut Hindu suku bangsa untuk beberapa tahun dalam kaedaan damai dan bersahabat. India dibangun secara perlahan-lahan oleh Islam dengan menggabungkan semangat dua budaya yang menekankan prinsip kemasyarakatan, universalitas kehidupan yang dikerjakan oleh masing-masing pengikut kepercayaan. Kemajemukan kepercayaan merupakan sebuah sumber dari spiritual India yang bertemu dengan visi dari Tuhan yang satu yang meninggalkan perincian dan perbedaan dari upacara dan model penyembahan yang diperkenalkan oleh Islam.
Tugas membentuk sebuah kultur kosmopolitan selanjutnya menjadi tugas sejumlah rezim muslim propinsial. Di Bangla para penulis sufi dan penguasa muslim menggunakan bahasa lokal. Kesusastraan Hindu klasik, Mahabarata dan kesusastraan Klasik Arab, Persia, termasuk kisah-kisah yang berasal dari Bangsa Arab diterjemahkan kedalam bahasa Bangla atas perintah penguasa muslim. Beberapa pujangga muslim juga menggunakan peristilahan yang dipinjamkan dari bahasa Arab dan Persia. Sintesis bahasa dan kesusastraan ini menjadi basis bagi tumbuhnya sebuah bahasa Gujarat (1407-1572 M) mengembangkan bahasa regional sebagai pengganti bahasa Sansekerta dan Persia.
Sejumlah penakhlukkan Muslim, menyebabkan ulama, penulis, sufi, pujangga, dan Intelektual muslim berhamburan menuju India, mengorganisir perguruan, Khanqah, dan membuka jalan bagi konversi masyarakat India ke agama Islam. Gelombang konversi juga dipengaruhi oleh tumbuh berkembangnya beberapa kota. Kota-kota tersebut menghancurkan perbatasan kasta dan geografis bagi sebuah interakssi sosial. Di India utara Khanqah merupakan pusat bagi kelahiran bahasa Urdu sebagai lingua franca antara muslim dengan non muslim.
Nama urdu terbentuk pada abad VIII, diperoleh dari bahasa Turki lama “Ordu” yang secara langsung merupakan bahasa Changtay Turki atau di serap dari bahasa Mongol ” Orda” yang dalam bahasa Inggris Modern di sebut sebagai “Horde”. Bahasa ini pertama kali dipergunakan oleh Khizr Khan pada awal abad XIV, dan pada awal abad XVII, tetapi kata-kata itu digunakan oleh kalangan tentara bukan masyarakat umum. Hingga bahasa ini mengalami perkembangan selanjutnya, ketika pasukan tentara Turki mendapat kesulitan berinteraksi dengan masyarakat diluar tenda perkemahan. Kemudian bahasa ini secara luas digunakan sebagai bahasa masyarakat, hingga sampai saat ini.
Apapun jenis mekanisme sosial bagi penyebaran Islam, pengaruh sufi merupakan faktor paling penting. Ajaran dan praktek sufi juga selaras dengan konsep metafisika Hindu tentang alam semesta ini. Bahkan kaum sufi tidak sepenuhnya menolak pemujaan tehadap dewa-dewa lokal di tengah-tengah dan berdampingan dengan peribadatan Islam. Bahkan pemujaan makam para sufi dari perayaan tahunan (haul) mereka selaras dengan sejumlah perayaan hari besar dalam kalender Hindu. Kebanyakan sultan senang melaksanakan acara-acara dan perayaan agamanya, tetapi tidak pernah memaksakan agama pada rakyatnya. Di Bangla dan Punjab umat muslim turut memperingati beberapa perayaan Hindu, beribadah di beberapa tempat suci Hindu, melaksanakan sesajen pada dewa Hindu, dan menyelenggarakan perkawinan dengan pola tradisi Hindu.
Berdasarkan catatan dan bukti-bukti terlihat bahwa umat Hindu tidak hanya diperlakukan secara adil, tetapi juga secara royal. Status mereka termauk golongan yang harus diperhatikan dan dilindungi meskipun beberapa candi hancur ketika terrjadinya penyerangan militer dan beberapa tekanan terhadap Hindu agar mereka tunduk dan patuh. Mereka diberikan kebebasan penuh dalam memilih agama dan merayakan upacara-upacara keagamaan selama masa kesultanan Delhi.
Demikian, gambaran kultur keagamaan di mana batas-batas antara Islam dan Hinduisme lebih fleksibel dibandingkan sebagaimana terkandung di dalam doktin formalnya. Islam yang memasuki lingkungan kultur masyarakat India pada umumnya melalui asimilasi mereka yang telah memeluk Islam menjadi identitas komunal dan keyakinan keagamaan dan melalui bentuk-bentuk tertentu yang diasimilasikan menjadi kultur pribumi.
C. Kondisi Ekonomi
Secara geografis letak India sangat stategis, karena dilalui dua jalur perdagangan Internasional, yaitu di wilayah utara terdapat jalur sutra yang menghubungkan dari China sampai Asia Barat. Sedangkan di sebelah selatan jalur perdagangan rempah-rempah antara Asia Tenggara sampai dengan Timur Jauh dan negara-negara sekitar Laut Tengah. Sedangkan perdagangan internal terpusat berada di wilayah Barat Daya yaitu di pelabuhan Debal (Sind), Gujarat, dan Chittagong (Bangla). Deccan sudah mempunyai tempat penjualan sendiri di wilayah barat dan timur pantai. Jauh sebelum Islam datang, India sudah dikenal oleh para pedagang sebagai tempat persinggahan. Mereka membawa barang dagangan dari India berupa hasil bumi, hasil industri tekstil, seperti pakaian , kain dan sebagainya. Keberadaan jalur perdagangan ini memungkinkan masyarakat India berinteraksi dengan dunia luar. Kenyataannya, perdagangan merupakan penggerak utama arus ekonomi bangsa India. India terdiri atas tiga unit perdangan, setiap unit memiliki barang dagangan utama yang berbeda. Export utama dari pelabuhan Gujarat dan Bangla adalah tekstil, katun, gula, sutra, benang nila, benang sutra, dan beras, kain moslin dari Dekkan, batu mulia, marmer, kayu sandal (cendani) dan kayu ebony. Dari wilayah Selatan India, rempah-rempah dan mutiara.
Letak yang srategis ini mendorong bangsa India berinteraksi dengan dunia luar. Islam pertama kali mendapatkan kedudukannya di Barat Daya pantai Malabar terutama Keras (Kadangalur), Chitor, Calicut melalui laut,untuk menjalin hubungan dagang antara India dan negara- negara asing Eropa. Setelah itu pedagang Islam menyebar ke seluruh tepi pantai di Mahasutra, kemudian mereka membangun perkampungan Arab dan menikah dengan wanita India dan menutup kasta mereka. Kemudian, Arab menaklukkan Sind pada awal abad VII, India bertambah terbuka terhadap pengaruh muslim, hingga akhirnya muncul kesultanan Delhi yang membangun pemerintahan independen pada tahun 1206 M. Bagaimanapun sebagian besar invasi muslim telah mengubah warna kehidupan sosial India dari berbagai aspek kehidupan, begitu juga aspek ekonomi.
Penaklukan muslim memperkenalkan sebuah perekonomian baru yang telah berkembang diwarnai dengan budaya pertanian (agrikultural), urbanisasi, yang terorganisir secara mapan. Artinya, perkembangan arus ekonomi yang didominasi oleh perdagangan dalam masyarakat India, beralih menjadi pertanian dan pengolahan lahan sebagai alternatif pendapatan negara.
Jika pada masa Hindu, penerimaan didasar pada pemegang tanah, wakil dari petani untuk pengolah, aturan raja yang melindunginya, hasil dari pertanian dan pengolahan tanah untuk membayar raja. Pembayaran ini sebagai kewajiban kepada raja dalam kapasitasnya sebagai pemilik dari semua tanah kerajaan. Rakyat hanya berhak mengelola tanah, dan hasil pertanian diserahkan kepada raja sebagai pajak sewa tanah. Sistem pungut pajak seperti ini berlangsung terus menerus berlaku dari penguasa satu ke penguasa yang lain. Kaum buruh tani harus bekerja keras untuk mendapatkan makanan, sementara rakyat kelas bangsawan dan rakyat kelas menengah bergelimang harta dan kemewahan.
BAB III
RIWAYAT HIDUP
A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Sher Shah sering juga disebut sebagai Sher Khan . Ia berasal dari keluarga sederhana, suku Sur, bangsa Afghan . Ia lahir di Bajwara dekat Hoshiarpur pada tahun 1472 M, semasa pemerintahan Bahlul Lodi. Nama aslinya Farid, ketika ia dilahirkan, ayahnya menjadi pelayan Jamal Khan di Hissar, Firosa. Ayahnya bernama Hasan Sur, sedangkan kakeknya bernama Ibrahim Khan. Karena berpindahnya Jamal Khan ke Jaunpur, iapun mengikuti majikannya dan ditugaskan menjadi jagir di daerah parganas Sahsaram, Hoshiarpur, Kwaspur.
Hasan Sur mempunyai empat orang isteri, delapan anak laki-laki, dan seorang anak perempuan. Dari keempat orang isterinya tersebut, ibu dari Sulaiman dan Ahmadlah yang paling berpengaruh terhadap kebijakan ayahnya. Karena tidak mendapatkan perhatian dari ayahnya, ia selalu mendapatkan tekanan dan perlakuan kasar dari ibu tirinya.
Suatu hari timbul pertengkaran hebat antara Farid dan ibutirinya akan tetapi Farid tetap tidak mendapat dukungan ayahnya, bahkan ia diancam pergi dari rumahnya. Farid tidak dapat mentolerir perlakuan ayahnya tersebut, maka akhirnya ia memilih pergi ke Jaunpur. Di Jaunpur Farid mengkonsentrasikan diri untuk belajar kebudayaan dan mengembangkan bakatnya.
Pada waktu singkat ia memperoleh keahlian dalam berbahasa Arab dan Persia. Farid mempelajari kafia, (grammar/tata bahasa) yang disertai dengaan komentar Qazy Shahabud-a-Din. Selain itu ia belajar sejarah kebudayan dari biografi sebagian raja-raja kuno pada masa sebelumnya, serta filsafat. Padahal ayahnya menginginkan Farid belajar agama dan politik. Sejak ia masih muda ia sudah mempunyai tanda-tanda cerdas dipelipisnya, bahkan dari semua orang-orang suku Sur tidak ada orang yang mempunyai bakat dan kebijaksanaan seperti dia.Karena kecerdasanya itulah setelh beranjak dewasa ia dipercaya untuk mengelola parganas milik ayahnya. Keberhasilannya inilah yang membawanya mengawali karirnya sebagai penguasa India.
B. Riwayat Politik
Dengan kemampuan dan kerja keras yang dimilikinya, Jamal Khan, gubernur Jaunpur tertarik untuk mengankat Farid menjadi tuan tanah di sahsaram dan Kwaspur Tandah. Dia dipercaya untuk mengatur ke dua pargana tersebut dan mengatasi permasalahan yang ada disana. Ketika ia menerima kepercayaan itu, Farid mengumpulkan para mukaddaman (pemimpin), muzarian (petani) dengan seluruh buruh, dan semua patwaris (bendahara desa), serta tentara untuk salung bersama-sama membangun kemakmuran wilayah tersebut.
Mereka semua diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan. Bahkan, mereka bebas memilih dalam sistem pembayaran pajak, selagi pajak itu tidak memberatkan kondisi mereka.
Farid juga mengumpulkan para pengukur tanah ( jaribana ), dan pengumpul pajak (muhassilan), serta para Chaudaris (pemimpin suku), bahwa dibawah pemerintahnnya mereka diingatkan untuk tidak melakukan penekannan, pemerasan, kepada para petani da pengolah tanah, karena akan mendapatkan hukuman yang berat. Menurutnya, jika kesejahteraan mereka terlindungi. akan lebih menghasilkan banyak kemakmuran bagi negara.
Farid berhasil membuktikan bakat administrasinya. Dalam waktu yang sangat singkat ia berhasil memakmurkan kedua wilayah tersebut. Kesuksesan administrasi ini dinyatakan Abbas Sarwani, pengarang dari Tarikh-I-Sher shahi, dengan kata-katanya: “ In very short time both pargana became prosperous nd the soliery and peasantry wery alike contended. “
Kemasyuran dan popularitas Farid, menyebar luas sampai ke kerajaan Bihar dan seluruh bangsawan yang ada di negara itu memujinya. Hal ini menimbulkan kecemburuan ibu tirinya, sehingga ayahnya mencari-cari kesalahan agar Farid dipecat dari jabatannya. Farid pergi dan mencari masa depannya sendiri deengan mengawali karirnya menjadi pelayan Bahar Khan Lohani, pemimpin independen di Bihar pada 1522 M.
Kemudian Bahar Khan menjadikan Sher Shah guru dan pengasuh anaknya paling kecil, Jalal Khan. Akan tetapi perkembangan prestasi yang cepat dari Sher Shah menimbulkan kecemburuan para bangsawan Afghan yang lain. Mereka berusaha meracuni reputasi Sher Shah di depan Bahar Khan, agar melawan dan memecatnya.
Pada tahun 1527 M, Sher Shah pergi ke Agra menjadi pelayan Babur. Menjadi pelayan imperium Mughal memberikan kesempatan besar mengembangkan bakatnya. Dia dapat mempelajari tenda perkemahan dan kelemahan Imperium Mughal. Pengusirannya dari Bihar justru memberikan keselamatan bagi penyamaranya. Karena menjadi pelayan Babur ia mempunyai alasan untuk menyerang Bihar, dan merebut kembali jagir ayahnya dari saudara-saudara tirinya. Tahun 1528 mengundurkan diri dari imperium Mughal.
Dengan beratmbah pengalaman Sher Shah kembali bertemu dengan majikan lamanya, Bahar Khan. Ia ditunjuk kembali menjadi guru dan peengawal anaknya, Jalal Khan. Setelah kematian Bahar Khan, jandanya, Dadu Bibi menunjuknyaa menjadi wakil gubernur Bihar. Sebagai wakil Gubernur, Sher Shah banyak memberikan kemajuan administrasi negara, dan pada saat yang saama memperkuat posisinya. Pada tahun 1529, Dadu Bibi meninggal sdangkan Sher sah menjadi pemimpin semu di Bihar.
Tahun 1530, Sher Shah menakhlukkan benteng-benteeng penting di Chunaar. Setelah kematian Taj Khan, penguasa Chunar, ia berunding deeengan jandanya, Lad Malika yang kemudian ia nikahi dan memperoleh kedudukan di benteng Chunaar. Penakhlukkan di Chunar membawanya kedalam konflik langsung dengan Mughal yang saat itu dipimpin oleh Humayun. Pada tahun1531, Humayun bergerak melawan Sher Shah dan akhirnya mengadakan perjanjian.
Pada saat yang sama, Jalal Kahn dari Bihar tumbuh menjadi dewasa dan iri dengan perkembangan kekuasaan Sher Shah. Dia bersekutu dengan bangsawan Bihar mencaru bantuan dari Mahmud Shah, penguasa Bangla, untuk mengancurkan kekuasaan Sher Shah. Tentara sekutu tersebut bertemu dengan Sher Shah di Surajgarh pada 1534 dan beberapa pertempuran terjadi disana, sedangkan kemenagan berada di tangan Sher Shah.
Pda tahun1531, Sher Shah menjadi penguasa Bihar dan menguasai beberapa benteng peertahanan di Chunar. Humayun mendapatkan tanda-tanda bahaya dengan aktivitas yang dilakukan Sher Shah. Dia sekali lagi bergerak menuju Chunar dan melawanya. Pertempuaran inidilakukan dengan empat kali genjatan senjata. Ketika Humayun mengadakan perjanjian perdamaian dengan Sher Shah ia mendapat kabar burur dari Gujarat, bahwa Bahadur Shah membuat kekacauan disana. Sher Shah mengijinkan genjatan senjata di Chunar dan ia akan mengirim anak laki-lakinya Kutb Khan untuk menemani kerajaan Mughal dalam ekspedisinya melawan Bahadur Shah.
Sementara Humayun sibuk berperang melawan Bahadur Shaah di Gujarat, Sher Shah mendapatkan kebebasan untuk memperluas kekuasaanya di Bihar dan Bangla. Pada 1534 M, ia berhasil menakhlukkan Bangla dalam pertempuran Surajgarh II. Pada tahun 1537 ia sekali lagi menyerang Gaur dan mendapatkan kekuasaan secara penuh dengan mendirikan pemerintahan di Bangla.
Pada tahun 1539 Sher Shah Sher shah bertemu kembali dengan Humayun dalam pertempuran di Chausa. Kemenangan Sher shah di Chausa semakin memperkuat kekuasanya, sehingga ia mendapat pengakuan dengan gelar shah. Humayun tidak tinggal diam menerima kekalhan begitu saja. Ia mencoba menyatukan saudar-saudaranya untuk melawan sher shah, tapi tidak berhasil. Akhirnya ia dapat mengumpulkan sejumlah pasukan tentara yang terdiri dari sekitar 90.000 tentara. Akan tetapi sebagian besar anggota pasukannya adalah prajurit yang masih muda dan tidak berpengalama di medan perang. Humayun kembali menyerang Sher Shah di Qanauj pada bulan Mei 1540. Pertempuran tersebut mengakibatkan jatuhnya mahkota dari tangan Humayun ketangan Sher Shah.
BAB IV
PEMBAHARUAN SHER SHAH
Pembaharuan pemerintahan Sher Shah merupakan sebuah kebijakan yang dilakukan untuk mengadakan perbaikan secara besar-besaran ke dalam sistem pemerintahan dengan ide-ide baru. Gagasan-gagasan baru yang diterapkannya sangat berbeda dengan para pendahulunya. Pembaharuannya merupakan perombakan sistem yang belum pernah ada di India yang dimaksudkan untuk mengakomodir kepentingan rakyat yang selama ini tak pernah tersentuh oleh penguasa muslim sebelumnya, karena cenderung mementingkan sebagian golongan saja.
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang Sher Shah menerapkan kebijakan tersebut, dan pokok-pokok dari kebijakan pembaharuan tersebut.
A. Latar Belakang Menerapkan Pembaharuan
Pembaharuan pemerintahan Sher Shah di India merupakan sebuah kebijakan yang tidak muncul begitu saja. Kemunculan kebijakan ini, hasil pembacaan dan pemikiran atas situasi masyarakat India. Kecendrungan mentalitas masyarakat India yang asimilatif dalam kehidupan keberagamaan, dan kekurangpekaan kebanyakan para penguasa muslim sebelum Sher Shah, merupakan salah satu menyebabkan kegagalan membentuk pemerintahan yang kokoh di India. Gagalnya sebagian besar penguasa muslim dalam memahami perbedaan karakter budaya Islam dan Hindu yang ada di masyarakat, menyebabkan penerapan syariat secara ketat dan formal sehingga kurang mengakomodir unsur-unsur lokal dan kepentingan ratyat.
Kemajemukan, dan pluralitas serta kecenderungan budaya yang asimilatif di masyarakat menyadarkannya untuk melakukan kebijakan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, toleran, dan eksklusif. Sher Shah faham bahwa kecenderungan mentalitas masyarakat India dan para penguasa Islam sebelumnya tidak akan bisa diakomodir dengan cara kolot, dan bertentangan. Pengalaman ketika masih muda dalam mengolah jagir di pargana ayahnya tidak pernah terlupakan olehnya. Ia mendapatkan sistem administrasi yang tidak teratur dan pengelolaan pajak tidak benar oleh para pegawai pemerintah.
Perhatian yang besar terhadap administrasi pemerintah tersebut mendorongnya mempelajari sistem administrasi dari penguasa-penguasa besar terdahulu mendorongnya untuk mempelajari tokoh legenda di India. Dari pemahaman atas kecenderungan kondisi masyarakat dan pemerintahan di India ini menghasilkan sebuah gagasan pembaharuan yang sering terkenal dengan reformasi pemerintahan. Menurutnya pengorganisasian negara didasarkan kepada prinsip-prinsip administrasi yang benar membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Pembaharuannya merupakan perombakan pemerintahan para pendahulunya, dengan melakukan berbagai kebijakan baru, yang diimplementasikan ke dalam reformasi pemerintahannya secara total. Ia mempelajari apa yang terbaik bagi rakyatnya, penguasa yang memerintah dengan menjembatani antara kepentingan pegawai pemerintah dengan rakyatnya. Ia menyadari bahwa orang-orang Hindu harus dipersatukan oleh suatu politik keadilan dan toleransi, bahwa pendapatan tanah harus diselesaikan atas dasar keadilan dan kejujuran. Semuanya itu menjadi alasan yang kuat mengapa Sher Shah melakukan reformasi sistem pemerintahan secara besar-besaran.
B. Pokok-Pokok Pembaharuan
Reformasi yang dilakukan oleh Sher Shah merupakan perbaikan ulang dan perombakan dari pemerintahan sebelumnya, yang lebih dipusatkan ke dalam pemerintahan. Perbaikan ini dilakukan dengan menerapkan sistem desentralisasi. Desentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana pemerintahaan pusat tidak memegang seluruh kekuasaan, melainkan sebagian kekuasaan itu dilimpahkan kepada penguasa lokal diatur sesuai kepentingan lokal. Untuk mencapai tujuan reformasi tersebut Sher Shah menerapkan kebijakan pemerintahan dengan melakukan good governance atau lebih tepatnya diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik.
Governance adalah sebagai cara pandang baru untuk menggantikan paradigma goverment. Goverment secara konvesional memandang bahwa negara adalah segala-galanya atau sebuah lembaga yang sangat kuat, sentral, dan superior. Sedangkan governance yang dibangun oleh Sher Shah adalah pemerintahan, negara, dan masyarakat berada dalam posisi sejajar secara bersama-sama belajar mengelola pemerintahan.
Pemerintahan desa merupakan birokrasi negara sekaligus sebagai pemerintah lokal yang memiliki posisi dan peran signifikan dalam mengelola pemerintahan lokal. Pemerintahan lokal harus mempunyai kemandirian, artinya desa harus mempunyai ruang untuk menggunakan kewenangan dan keputusan lokal, tanpa harus menunggu instruksi dari pusat. Hal ini berlaku bagi pemerintahan di atas desa (panchayet), kabupaten (suba-i), propinsi (pargana), hingga seterusnya sampai ke pusat.
Masing-masing pemerintahan ini merupakan miniatur dari pemerintahan pusat yang di atur secara struktural pada akhirnya akan bertanggung jawab penuh terhadap pusat. Pertanggungjawabaan ini merupakan suatu bentuk komunikasi dengan pemerintahan pusat dalam rangka mewujudkan kinerja yang efisien dan efektif. Untuk mewujudkan pertanggung jawaban ini, Sher Shah menjalankan fungsi negara untuk setiap tingkat pemerintahan.
Menurut Van Vallenhoven untuk menjaga tata tertib dalam arti mengawasi,mengontrol, supaya negara dan lembaganya dapat menjalankan tugas, harus mempunyai empat fungsi yaitu: regiling (fungsi perundang-undangan), bestuur fungsi pemerintahan, recthprak (fungsi kehakiman), dan fungsi politie (kepolisian), yang semuanya itu disebut catur praja.. Keempat fungsi inilah yang diterapkan dalam kebijakan Sher Shah untuk menopang kokohnya pemerintahan.
B. 1. Administrasi Pemerintahan
Secara umum bentuk administrasi pemerintahan dinastu suri pada prinsipnya berbeda dengan dengan masa sebelumnya. Dengan berbekal kejeniusan alama melihat sekelilingnya, pemerintahan Sher shah adalah pemerintahan yang tidak memafikkanunsur-unsur yang telah dikembangkan penguasa sebelumnya, terutama dalam membentuk pemerintahan yang mengkombinasikan unsur-unsur India dan luar India atau lebih tepatnya ” sistem budaya Arab-Persia dengan latar belakang India.”
B. 1. 1. Administrasi di Wilayah Distrik.
Untuk tujuan efesiensi, seluruh kerajaan dibagi menjadi 47 sarkar atau distrik. Administrasi sarkar, di kepalai oleh dua orang pegawai yang disebut sebagai shiqdar-e- shiqdaran (kepala shiqdar), dan seorang munshif-e-munshifan. (kepala munshif). Kepala munshif mengurusi masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum, dan mengawasi shiqdar di propinsi. Ia adalah pegawai sipil yang bertugas mengawasi kerja amin, menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan batas wilayah propinsi. Ia berfungsi sebagai hakim dalam menyelesaikan permasalahan hukum masyarakat, di bantu oleh seseorang sekretaris dan bendahara yang menjalankan fungsinya masing-masing.
B. 1. 2 Administrasi Propinsi (Pargana)
Pemerintahan propinsi (pargana) merupakan miniatur pemerintahan pusat yang di kepalai oleh bhupati. Berbagai macam departmen pusat ditiru sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut. Ada 113.000 pargana yang berada dalam kekuasaan Sher Shah. Disetiap pargana ada seorang patwaris (bendahara), dan dua orang karkun (juru tulis), seorang pencatat dalam bahasa Hindi (karkun Hindwinawis), dan yang lainnya mencatat dalam bahasa Persi (Karkun Farsinawis). Disamping pegawai tersebut, ada Chaudury, yang berperan sebagai penengah antara rakyat dengan penguasa.
Shiqdar berwenang menjalankan tugas-tugas kepolisian, melaksanakan farman (dekrit) kerajaan, memberikan bantuan militer kepada amin ketika dibutuhkan. Amin bertugas menaksir dan mengumpulkan pajak penghasilan, pajak tanah, dan pajak sewa, yang pertanggung jawabannya langsung dilaporkan ke pemerintah pusat (istana).
B.1.3 Administrasi Desa
Pemerintah desa merupakan birokrasi negara, sekaligus sebagai pemerintah lokal yang mempunyai posisi dan peran signifikan dalam memajukan negara. Sher Shah menjamin tetap berlangsungnya masyrakat desa yang otomom. Sistem administrasi disetiap desa di pimpim oleh suatu dewan yang disebut panchayat. Kepala panchayat dipilih oleh rakyat atas dasar senioritasnya. Apabila terjadi tindak criminal, kemudian kepala panchayat tersebut tidak mampu menangkap pelakunya, maka harus menanggung hukuman baik berupa fisik maupun materi. Untuk menghindari hukuman tersebut setiap kepala desa berusaha keras untuk mengamankan wilayah dari segala bentuk kriminalitas.
B.2 Kebijakan Militer
B.2.1 Sentralisasi Militer
Sher Shah sangat terkesan dengan sistem militer Allaudin Khalji. Meminjam pelajaran darinya, ia menerapkan sistem sentralisasi dalam mengatur pasukan militernya. Tentara harus mengadakan komunikasi langsung dengan raja, dimana sistem ini tidak dapat kita temukan dalam sistem militer Akbar Agung. Sher Shah memusatkan organisasi militer dengan komando tertinggi langsung di tangannya.
Sher Shah mengubah hubungan antara tentara umum dan tentara bangsawan. Tidak ada perbedaan tingkatan diantara keduanya seperti yang dilakukan pada manshabnya Akbar Agung. Dalam hal ini Sher Shah menjadikan keduanya mempunyai tugas dan peran yang sama, yaitu menjaga dan mempertahankan keamanan negara. Ia juga bekerja sama dengan Arid-e-Mamlik, yaitu pegawai pemerintahan yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan membayar, memeriksa tentara, dan mengatur kuda-kuda perang.
Pokok perubahan militer adalah menjalankan dengan keras kedisiplinan dan langkah-langkah yang digunakan untuk mencegah korupsi diantara tentara. Semua tentara secara sendiri-sendiri dikumpulkan oleh kerajaan dan gaji mereka diberikan setelah mereka selesai bertugas. Satu divisi dalam tentara disebut sebagai fauji yang dipimpin oleh seorang faudjar. Sistem pemberian jagir pada komandan militer dihilangkan, dan pegawai militer tidak dapat tinggal di satu tempat lebih dari dua tahun. Sistem pengaturan militer ini ini juga disebut sebagai sistem efisisensi.
B.2.2 Kebijakan Kuda Militer
Kuda militer digunakan untuk perlengkapan perang. Dalam hal ini Sher Shah membedakan antara kuda yang digunakan untuk menggarap lahan pertanian, dengan tanda atau cap. Setiap kuda militer diberi cap sesuai dengan nama masing-masing tentara. Kuda ini digunakan oleh masing-masing tentara untuk mengambil gaji setelah mereka selesai bertugas. Sistem seperti ini menghindari terjadinya korupsi antara tentara, karena cap di kuda ini bersifat permanent. Kuda yang sudah dipergunakan untuk mengambil gaji, tidak dapat dipergunakan orang lain untuk mengambil gaji mereka. Sedangkan untuk kuda pertanian, Sher Shah memberikan tanda melingkar pada tubuh kuda, dan nama jagirdar (pengurus kuda) di satu parganas.
B.2.3 Pembaharuan Kepolisian.
Sistem kepolisian Sher Shah adalah yang paling efisien. Sistem kepolisian yang berdasar pada prinsip-prinsip tanggung jawab lokal. Disetiap desa, kepala suku membentuk tangung jawab untuk mewujudkan perdamaian dan menemukan kejahatan di wilayah desa mereka. Jika banyak terdapat pencuri atau perampok disuatu tempat, dan tidak meninggalkan jejak, kepala suku bersama-sama rakyat berunding, agar dapat menemukan pencurinya. Sistem tanggung jawab lokal menghasilkan keamaan yang efektif dan efisien.
Kepolisian ini dipimpin oleh kotwal atau kepala polisi, yang dibantu oleh muhtasib. Muhtasib adalah petugas yang memeriksa moral masyrakat, menghentikan pelanggaran asuisla, atau mencegah, menghukum aksi serupa yang menganggu serta meresahkan masyarakat. Ia juga bertugas memeriksa dan mengendalikan harga barang di pasar.
Sher Shah tidak hanya melindungi desa dari gangguan pencuri atau perampok, tapi juga menyewa mata-mata untuk menyelidiki gangguan dari para bangsawan yang kemungkinan menekan rakyat dengan menggunakan kekuasaan mereka.
B.3.1 Kebijakan Perekonomian
B.3.1. Kebijakan Pajak Tanah
Kemasyuran Sher Shah sebagai seorang negawan terletak pada reformasi tanahnya. Semasa membantu ayahnya menjadi tuan tanah di Sahsaram. Sher Shah mendapati bahwa sistem pajak tanah yang diterapkan ketika itu tidak didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan.
Para petani miskin dibebani pajak yang berat dan jauh melebihi kemampuan mereka untuk membayar. Tidak lama setelah menjadi penguasa Hindustan, dia memerintahkan sistem pengukuran tanah. Tanah diukur dengan tali berdasarlan satuan Gaj (yard). Setelah survey tanah dilakukan, negara menetapkan pajak sebesar sepertiga hasil produksi (untuk daerah-daerah tertentu seperti Multan diambil pajak seperempat), bergantung pada kesuburaan lahan di tempat itu.
Petani dapat memilih membayar pajak dengan menggunakan uang kontan atau hasil pertanian. Setelah pajak ditetapkan oleh negara. Setiap orang yang mengolah tanah memberikan Kabuliyat (akta kesepakatan / perjanjian) kepada negara dan untuk itu mereka diberi Patta (akta tanah). Dia memerintahkan para pegawai pajaknya untuk bermurah hati pada saat menaksir pajak, tetapi teliti ketika mengumpulkannya.
Sher Shah berjasa besar terhadap kesejahteraan para petani dengan mengurangi atau membatalkan pajak pada muslim paceklik. Dia menganjurkan perbaikan tanaman pertanian dengan sistem tumpang sari dan campur sari, untuk mengantisipasi terjadinya bahaya kelaparan di musim-musim tertentu.
Sistem tumpang sari yang dimaksudkan adalah penanaman dua jenis tanaman pada satu lahan pertanian. Sedangkan sistem campur sari adalah pergantian tanaman yang dilakukan setelah musim panen. Sistem ini sangat efektif untuk memperbaiki kondisi lahan agar tetap baik dan subur. Sher Shah memberikan pinjaman kepada petani sebagai modal untuk mendorong kemakmuran mereka. Sistem efisiensi dalam penyelesaian pajak tanah ini menambah sumber pendapatan negara, yang kemudian dikembangkan oleh Akbar
B.1.4. Kebijakan mata Uang
Sher Shah mengubah kebijakan mata uang yang sebelumnya berada dalam kondisi memprihatinkan. Seringkali terjadi penurunan harga logam dan tidak ada hubungan antara harga emas dengan harga logam lainnya. Sher Shah membangun kembali sistem mata uang secara menyeluruh.
Pertama, ia mencetak banyak koin tembaga, kemudian mengeluarkan koin-koin perak dan tembaga dengan nilai Adhudi (setengah), Shiki (seperempat), Du-ani (seperdelapan), dan Ek-ani (seperenambelas). Dia menetapkan tanka perak standar pada 178 butir.
Koin-koin yang dikeluarkannya ada yang berbentuk persegi dan ada yang lingkaran, bertuliskan nama penguasa dan gelarnya serta nama kas negara yang mencetak koin. Berberapa mata uang bertuliskan nama-nama Khulafa-e-Rasyidhin dalam huruf Dewa Nagari. Ia juga mengeluarkan koin emas. Keberadaan mata uang ini mendorong perdagangan dan perniagaan dengan pihak asing dikemudian hari karena mempermudah pembayaran.
C.2 Kebijakan Perdagangan
Sher Shah lebih banyak memajukan perdagangan. Ia menugaskan duta yang dikirim untuk melakukan transaksi perdagangan dan perniagaan dengan negara luar. Ada dua duta yang bertuigas mengurusi perdaganagan tersebut. Satu orang mengurusi barang dagangan yang masuk ke negara (importir), sedang satunya bertugas menjual barang dagangan komoditi ke luar negara (Eksportir). Pada masa-masa tertentu, Sher Shah menggelar bazaar yang dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada penduduk pribumi menjual dagangannya.Untuk mengendalikan harga barang di pasar, Sher Shah bekerjasama dengan muhtasib, agar tidak terjadi pelonjakan harga yang tidak semestinya.
Sesuai dengan V.A Smith,” Sher Shah mendapat gelar kehormatan karena membangun sistem reformsi pendapatan yang diteruskan pada masa Mughal, diteruskan pada masa Mughal, dipertahankan oleh East India Company sampai 1835, yang disesuaikan dengan system pajak pendapatan Inggris.”
B.4. Kebijakan Hukum dan Peradilan
Sher Shah mempunyai perhatian besar terhadap keadilan. Dia bersemboyan bahwasanya keadilan adalah ritual keagaman yang paling utama. Dia sendiri berperan sebagai pemegang kekuasaan pengadilan tertinggi dan kasus-kasus yang melibatkan para bangsawan ataupun pegawai pemerintah selalu ditangani langsung olehnya. Dia memutuskan perkara secara adil, tidak terkecuali kepada sanak framili dan para bagsawan, jika mereka melakukan tindak kejahatan .
Kepala Qazi kerajaan adalah kepala departemen peradilan. Di wilayah propinsi, gugatan masyarakat diperiksa oleh Amin, sementara para Qazi dan Mir-e-Adal mengurus kasus-kasus kriminal di Dar-e-Aalat (pengadilan). Untuk kasusu-kasus yang melibatkan penganut agama Hindu, penangananya ada ditangan para Panchayat desa.
B.5. Kesejahteraan rakyat
Usaha Sher Shah yang sangat terkenal dalam rangka menjamin kesejahtteraan rakyatnya adalah mendirikan institusi-institusi kesehatan yang memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat umum (Langgar-e-Fuqra). Pemerintah membiayai dapur umum yang disediakan untuk masyarakat yang tidak mampu dan mereka yang sedang dalam perjalanan jauh. Dalam bidang pendidikan, pemerintah menggaji guru-guru agama dan memberikan beasiswa bagi murid-murid.
Pemerintah wajib mengganti rugi kerusakan yang ditimbulkan ketka tentara yang menuju medan pernag melewati jalan–jalan sempit ditengah-tengah sawah. Atas pengaduan rakyat, dicocokan dengan laporan mata-mata hasil survei, mereka diberikan ganti rugi. Dengan demikian Sher Shah sangat memperhatikan keadilan rakyatnya.
Ia mengeluarkan farman (dekrit) agar pemerintah memperhatikan orang-orang miskin yang tidak punya makanan. Sebagai konsekuensi dari dekrit tersebut, para petugas berkeliling desa untuk memeriksa keadaan rakyat baik pada waktu siang maupun malam. Sultan sendiri mengantar makanan kepada rakyat yang sangat membutuhkan.
B.6. Kebijakan Bangunan
Kemasyuran Sher Shah diwujudkan dalam pembangunan bagi pelayanan umum. Untuk melayani pengelana miskin, pedagang, musafir, ia membangun tempat istirahat di jalan pada setiap jarak dua mil dan satu mil yang panjangnya dari Punjab ke Sonargaon (Ibukota Bangla, sekitar 50 mil jarak dari Dhaka sekarang). Juga sepanjang jalan dari Agra ke Burhanpur dan Chitor, serta dari Lahore ke Multan (Grand Trunk Road). Masing masing penginapan dipisahkan pondok kecil untuk oarng Hindu dan Muslim. Disedikan tempat air, tempat tidur, dan makanan, dan padi untuk kuda. Masing-masing rumah penginapan (caravansaris), disediakan dua kuda sebagai transportasi mengirim kabar atau berita. Disepanjang jalan sisi kanan kirinya ditanami pohon buah-buahan sehingga jalanna menjadi rindang.
Ia juga membangun Musoleum yaitu bangunan makam yang sangat tyerkenal kemegahannya untuk kakeknya, ayahnya, dan untuk dirinya sendiri sebagai legitimasi bentuk pemerintahan yang agung. Bangunan ini mempunyai luas 250 kaki, dan tinggi 150 kaki, yang dipadukan dengan beberapa pengungkapan artistik disekelilingnya makam ini dibangun batu-batu halus yang dihiasi dengan warna-warna utama, didominasi oleh intan putih dan emas berkilauan mempertontonkan kemegahannya.
B.7. Kebijakan Agama.
Agama Hindu diakui oleh negara dan sangat dihormati oleh Sher Shah. Disamping untuk orang-orang Islam, Sher Shah juga membangun tempat-tempat peristirahatan ditepi-tepi jalan untuk orang-orang Brahman sebagai pengurusnya.
Sher Shah adalah seorang penguasa yang taat beragama, namun ia tidak buta agama dalam arti tidak merendahkan agama lain, bahkan menghargai mereka. Ia adalah pemipin yang dekat dengan rakyat dari hati ke hati. Ia menyadari bahwa hanya dengan keadilan dan toleransi orang-orang Hindu bisa disatukan dalam pemerintahannya. Ia sangat peduli rakyatnya tanpa memandang ras, suku, ataupun agama mereka.
Melalui lembaga amal yang didirikannya, Sher Shah memberi uang kepada ulama-ulama intelek dengan bermurah hati. Ia selalu mengatakan para iman dan Shadhu (orang suci menurut agama Hindu) wajib diberi gaji oleh setiap penguasa, sebab menurutnya merekalah kunci keamanan, keselamatan, dan kemakmuran negara. Melalui mata-mata, Sher Shah memantau tingkah laku para Amin yang kemungkinan menerima suap dari iman dan Shadhu supaya mereka diberi tanah lebih. Untuk memberantas praktek korupsi tersebut, ia mengeluarkan farman (dekrit) agar orang-orang yang seharusnya berhak atas suatu lahan jangan sampai dirugikan.
Orang-orang Brahman dan pemuka-pemuka agama dari agama lain banyak yang diangkat dalam jabatan yang tinggi. Para pemuka agama diberikan bantuan dana dan honorarium. Disisi lain, semua biaya untuk pengurusan madrasah dan masjid ditanggung oleh pemerintah. Kebijakan keagaman yang dibuat oleh Sher Shah jauh lebih berhasil daripada kebijakan yang dibuat oleh Akbar. Kebijakan keagaman Akbar dimusuhi umat Islam sedangkan Sher Shah membuat jembatan antara Islam dan Hindu.
BAB V
PENGARUH REFORMASI SHER SHAH
Berbagai kebijakan reformasi yang dilakukan oleh Sher Shah ternyata memberi dampak positif bagi kemajuan pemerintahan Dinasti Suri yang dipimpinnya secara umum saat itu. Reformasi itu secara langsung telah mampu meluaskan basis pemerintahan secara administratif, maupun politis, serta mampu menjamin, melindungi keyakinan, perasaan, adat istiadat, budaya, dan aspirasi rakyatnya.
Ia membangun pemerintahan tidak atas dasar kekerasan militer tetapi pada kerjasama dan keinginan rakyatnya. Dia juga tidak membedakan rakyatnya atas dasar agama dan suku. Reformasi pemerintahanya diterapkan bagi semua golongan masyarakat sehingga mereka merasa aman mengekspresikan berbagai kreatifitas, dan aktifitas kebudayaan, yang mampu menciptakan Good Governance (tata pemerintahan yang baik.)
Pembaharuanya mengutamakan toleransi dan memberikan kesempatan yang sama dalam pemerintahan terhadap semua golongan masyarakat, Tidak ada hal yang akan timbul kecuali sebuah pemerintahan yang makmur dan maju dalam berbagai bidang kehidupan. Inilah yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pemerintahan di India yang dijelaskan di bawah ini.
A. Pengaruh Terhadap Kondisi Sosial India
Seperti yang telah disebutkan sebelumya, masyarakat India terbagi dalam empat kasta. Interaksi antara kasta-kasta tersebut bersifat inklusif (tertutup) antara satu golongan dengan yang lain. Pembagian hak dan
kewajiban didasarkan pemilikan kasta seseorang, artinya kelayakan hidup sangat bergantung pada strata sosial orang itu berada. Perlakuan yang tidak adil bagi strata rendah dan pengistimewaan terhadap strata tinggi mengakibatkan hubungan keduanya tidak harmonis.
Bahkan ketika para penguasa Islam bertahta masih banyak terdapat pengistimewaan terhadap golongan-golongan tertentu. Umat Islam dan Hindu mendapatkan perlakuan yang berbeda diskriminasi ras dan agama menjadi warna kehidupan India saat itu. Kemudian, Sher Shah mengubah hubungan itu menjadi sebuah interaksi yang diajarkan Islam mengenai persaudaran universal. Sher Shah kemudian dalam memerintah tidak mengistimewakan rakyat yang satu dengan lainnya. Mereka semua memiliki kewajiban yang sama dalam membangun negara dan mempertahankannya.
Ia memperlakukan Umat Hindu dengan baik dan mengangkat mereka menjadi pegawai pemerintahan berdampingaan dengan orang Islam. Bahkan sering seorang yang berasal dari rakyat biasa naik ke posisi tertinggi dalam pemerintahan berkat jasa-jasa dan kemampuanya. Mengingat Sher Shah sendiri mengawali karirnya bukan berasal dari putera seorang bangsawan. Ia mengawali karirnya dari seorang pegawai reendahan seperti disebutkan dalam bab sebelumnya.
Latar belakang itulah yang kemudian menjadikan alasan yang kuat untuk memperlakukan rakyatnya dengan bagian yang sama. Hasilnya, Sher Shah mampu mewujudkan sebuah interaksi yang luar biasa diantara masing-masing pihak. Timbul kepuasaan bagi rakyat yang dipimpinnya, baik Hindu maupun Islam serta penganut kepercayan lainnya, sehingga mereka selalu loyal dalam mengabdi kepada negara. Tidak adanya keberpihakan sama sekali terhadap satu golongan saja membuat masyarakat hidup dalam ketentraman dan keadilan. Umat Islam menghormati umat Hindu, begitu pula sebaliknya. Mereka hidup berdampingan tanpa mengahadapi tekananya dari penguasa. Reformasi yang dilakukannya ternyata mampu menjembatani jiwa umat Islam dan Hindu, bahkan berdampak lebih luas tidak hanya satu aspek saja tetapi secara struktural mengubah interaksi budaya keduanya
B. Kondisi Politik dan Pemerintahan
Kekacauan politik sering terjadi di India, karena tidak ada kesatuan politik dari wilayah-wilayah penting membentuk negara kecil yang independen. Para penguasa Islam selalu gagal menyatukan wilayah tersebut, dikarenakan mereka memaksakan sebuah sentralisasi keekuasaan pada satu tangan, yaitu pemerintahan pusat, seperti dibahas dalam bab sebelumnya.
Secara umum bentuk administrasi Dinasti Sur pada prinsipnya berbeda dengan masa sebelumnya, Dengan berbekal kejeniusan alami ia melihat keadaan sekelilingnya. Pemerintahan Sher Shah adalah pemerintahan yang tidak menafikkan unsur-unsur yang telah dikembangkan oleh penguasa sebelumnya. Sher Shah membentuk suatu pemerintahan yang mengembangkan unsur-unsur India dan luar India atau lebih tepatnya” sistem budaya Arab-Persia dengan latar belakang budaya India.
Pada masa pemerintahannya, Sher Shah melakukan perubahan sistem pelimpahan wewenang, dan sebagian kekuasaan, kepada pemerintahan daerah bahkan sampai ke pemerintah desa. Kekuasaan tidak berada pada satu tangan saja, akan tetapi ada kontrol dari departement yang dibangun Sher Shah sesuai dengan fungsi mereka masing-masing. Pegawai pada departement pusat bertanggung jawab terhadap masalah administrasi, keuangan, hukum, peradilan dan kemiliteran serta keamanan daerah puasat. Sedangkan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh wali atau gubernur bertugas mengatur administrasi sipil, militer, keuangan dipropinsinya. Ia membagun keamanan lokal dan memberikan bantuan kepada pemerintahan pusat apabila diperlukan.
Tanggung jawab keamanan lokal sepenuhnya berada dalam kekuasaannya. Begitu juga unit terkecil desa, pejabat-pejabat desa, yang biasanya di serahkan kepada kepala, suku atau pemuka agama Hindu, harus dapat mengatasi pemasalahan yang ada di wilayahnya. Kemudian wilayah desa ini memberikan pertanggung jawaban kepada wilayah, departemen, propinsi, begitu selanjutnya departemen propinsi memberikan pertanggung jawaban kepada pemerintah pusat. Sistem tanggung jawab ini menghasilkan komunikasi yang efisien dan efektif antara rakyat dengan negara. Dengan demikian tidak berlebihan bahwa kebijakan Sher Shah dijalankan atas dasar by the people, from the people, dan for the people.
C. Terhadap dunia Luar
Para sejarawan memujinya dan mengatakan bahwa pemerintahannya merupakan masa keemasan bagi India. Seorang bangsa Afghan yang menyelamatkan India dengan mengekspresikan kecerdasan dan bakat administrasinya. Mr Keene berkata, “ No government,….not even the British has shown so much wisdom as this Pathan.” Padahal Inggriss merupakan sebuah negara pertama yang memiliki admistrasi terbaik dan teratur sepanjang sejarah dunia. Hanya dengan waktu yang lima tahun administrasi yang dibangun Sher Shah mampu mengalahkan sistem administrasi Inggris yang berusia ratusan tahun.
Pendapat ini didukung oleh sejarawah lain Mr. Sharma yang mengatakan
” It would be unfair to compare him (Sher Shah) with Henry VII in his dealing with the feudal nobility, with Frederick William I of Prusia in the cara he bestowed upon both military organization and civil administration, with Kautalya and Machiavelli in his practical outlook and political principles, and with asoka in his benevolent intentions and solictude for welfar of all classes of subjects.”
Dengan kemampuan, kecerdasan dan usaha reformasinya , serta niat baik untuk membangun kesejahteraan rakyatnya, Sher Shah jadi hidup abadi. Dalam hal ini ia mengungguli Akbar sebab sebagian kebijakan Akbar merugikan atau meresahkan sebagian kaum muslim bahwa kebijakan akbar berat sebelah. Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan Akbar adalah atas fondasi Sher Shah.
Sesuai dengan V.A Smith,” Sher Shah mendapat gelar kehormatan karena membangun sistem reformsi pendapatan yang diteruskan pada masa Mughal, diteruskan pada masa Mughal, dipertahankan oleh East India Company sampai 1835, yang disesuaikan dengan system pajak pendapatan Inggris.”
BAB V
PENGARUH REFORMASI SHER SHAH
Berbagai kebijakan reformasi yang dilakukan oleh Sher Shah ternyata memberi dampak positif bagi kemajuan pemerintahan Dinasti Suri yang dipimpinnya secara umum saat itu. Reformasi itu secara langsung telah mampu meluasaan basis pemerintahan secara administrati,f maupun politis, serta mampu menjamin, melindungi keyakinan, perasaan, adat istiadat, budaya, dan aspirasi rakyatnya.
Ia membangun pemerintahan tidak atas dasar kekerasan militer tetapi pada kerjasama dan keinginan rakyatnya. Dia juga tidak membedakan rakyatnya atas dasar agama dan suku. Reformasi pemerintahanya diterapkan bagi semua golongan masyarakat sehingga mereka merasa aman mengekspresikan berbagai kreatifitas, dan aktifitas kebudayaan, yang mampu menciptakan Good Governance (tata pemerintahan yang baik.)
Pembaharuanya mengutamakan toleransi dan memberikan kesempatan yang sama dalam pemerintahan terhadap semua golongan masyarakat, Tidak ada hal yang akan timbul kecuali sebuah pemerintahan yang makmur dan maju dalam berbagai bidang kehidupan. Inilah yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pemerintahan di India yang dijelaskan di bawah ini.
A. Pengaruh Terhadap Kondisi Sosial India
Seperti yang telah disebutkan sebelumya, masyarakat India terbagi dalam empat kasta. Interaksi antara kasta-kasta tersebut bersifat inklusif (tertutup) antara satu golongan dengan yang lain. Pembagian hak dan kewajiban didasarkan pemilikan kasta seseorang, artinya kelayakan hidup sangat bergantung pada strata sosial orang itu berada. Perlakuan yang tidak adil bagi strata rendah dan pengistimewaan terhadap strata tinggi mengakibatkan hubungan keduanya tidak harmonis.
Bahkan ketika para penguasa Islam bertahta masih banyak terdapat pengistimewaan terhadap golongan-golongan tertentu. Umat Islam dan Hindu mendapatkan perlakuan yang berbeda diskriminasi ras dan agama menjadi warna kehidupan india saat itu. Kemudian, Sher Shah mengubah hubungan itu menjadi sebuah interaksi yang diajarkan Islam mengenai persaudaran universal. Sher Shah kemudian dalam memerintah tidak mengistimewakan rakyat yang satu dengan lainnya. Mereka semua memiliki kewajiban yang sama dalam membangun negara dan mempertahankannya.
Ia memperlakukan Umat Hindu dengan baik dan mengangkat mereka menjadi pegawai pemerintahan berdampingaan dengan orang Islam. Bahkan sering seorang yang berasal dari rakyat biasa naik ke posisi tertinggi dalam pemerintahan berkat jasa-jasa dan kemampuanya. Mengingat Sher Shah sendiri mengawali karirnya bukan berasal dari putera seorang bangsawan. Ia mengawali karirnya dari seorang pegawai reendahan seperti disebutkan dalam bab sebelumnya.
Latar belakang itulah yang kemudian menjadikan alasan yang kuat untuk memperlakukan rakyatnya dengan bagian yang sama. Hasilnya, Sher Shah mampu mewujudkan sebuah interaksi yang luar biasa diantara masing-masing pihak. Timbul kepuasaan bagi rakyat yang dipimpinnya, baik Hindu maupun Islam serta penganut kepercayan lainnya, sehingga mereka selalu loyal dalam mengabdi kepada negara. Tidak adanya keberpihakan sama sekali terhadap satu golongan saja membuat masyarakat hidup dalam ketentraman dan keadilan. Umat Islam menghormati umat Hindu, begitu pula sebaliknya. Mereka hidup berdampingan tanpa mengahadapi tekananya dari penguasa. Reformasi yang dilakukannya ternyata mampu menjembatani jiwa umat Islam dan Hindu,bahkan berdampak lebih luas tidak hanya satu aspek saja tetapi secara struktural mengubah interaksi budaya keduanya
B. Kondisi Politik dan Pemerintahan
Kekacauan politik sering terjadi di India, karena tidak ada kesatuan politik dari wilayah-wilayah penting membentuk negara kecil yang independen. Para penguasa Islam selalu gagal menyatukan wilayah tersebut, dikarenakan mereka memaksakan sebuah sentralisasi keekuasaan pada satu tangan, yaitu pemerintahan pusat, seperti dibahas dalam bab sebelumnya.
Secara umum bentuk administrasi Dinasti Sur pada prinsipnya berbeda dengan masa sebelumnya, Dengan berbekal kejeniusan alami ia melihat keadaan sekelilingnya. Pemerintahan Sher Shah adalah pemerintahan yang tidak menafikkan unsur-unsur yang telah dikembangkan oleh penguasa sebelumnya. Sher Shah membentuk suatu pemerintahan yang mengembangkan unsur-unsur India dan luar India atau lebih tepatnya” sistem budaya Arab-Persia dengan latar belakang budaya India.
Pada masa pemerintahannya, Sher Shah melakukan perubahan sistem pelimpahan wewenang, dan sebagian kekuasaan, kepada pemerintahan daerah bahkan sampai ke pemerintah desa. Kekuasaan tidak berada pada satu tangan saja, akan tetapi ada kontrol dari departement yang dibangun Sher Shah sesuai dengan fungsi mereka masing-masing. Pegawai pada departement pusat bertanggung jawab terhadap masalah administrasi, keuangan, hukum, peradilan dan kemiliteran serta keamanan daerah puasat. Sedangkan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh wali atau gubernur bertugas mengatur administrasi sipil, militer, keuangan dipropinsinya. Ia membagun keamanan lokal dan memberikan bantuan kepada pemerintahan pusat apabila diperlukan.
Tanggung jawab keamanan lokal sepenuhnya berada dalam kekuasaannya. Begitu juga unit terkecil desa, pejabat-pejabat desa, yang biasanya di serahkan kepada kepala, suku atau pemuka agama Hindu, harus dapat mengatasi pemasalahan yang ada di wilayahnya. Kemudian wilayah desa ini memberikan pertanggung jawaban kepada wilayah, departemen, propinsi, begitu selanjutnya departemen propinsi memberikan pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat. Sistem tanggung jawab ini menghasilkan komunikasi yang efisien dan efektif antara rakyat dengan negara. Dengan demikian tidak berlebihan bahwa kebijakan Sher Shah dijalankan atas dasar by the people, from the people,e dan for the people.
C. Terhadap dunia Luar
Para sejarawan memujinya dan mengatakan bahwa pemerintahannya merupakan masa keemasan bagi India. Seorang bangsa Afghan yang menyelamatkan India dengan mengekspresikan kecerdasan dan bakat administrasinya. Mr Keene berkata, “ No government,….not even the British has shown so much wisdom as this Pathan.” Padahal Inggriss merupakan sebuah negara pertama yang memiliki admistrasi terbaik dan teratur sepanjang sejarah dunia. Hanya dengan waktu yang lima tahun administrasi yang dibangun Sher Shah mampu mengalahkan sistem administrasi Inggris yang berusia ratusaan tahun.
Pendapat ini didukung oleh sejarawah lain Mr. Sharma yang mengatakan
” It would be unfair to compare him (Sher Shah) with Henry VII in his dealing with the feudal nobility, with Frederick William I of Prusia in the cara he bestowed upon both military organization and civil administration, with Kautalya and Machiavelli in his practical outlook and political principles, and with asoka in his benevolent intentions and solictude for welfar of all classes of subjects.”
Dengan kemampuan, kecerdasan dan usaha reformasinya , serta niat baik untuk membangun kesejahteraan rakyatnya, Sher Shah jadi hidup abadi. Dalam hal ini ia mengungguli Akbar sebab sebagian kebijakan Akbar merugikan atau meresahkan sebagian kaum muslim bahwa kebijakan akbar berat sebelah. Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan Akbar adalah atas fondasi Sher Shah.
BAB V
PENGARUH REFORMASI SHER SHAH
Berbagai kebijakan reformasi yang dilakukan oleh Sher Shah ternyata memberi dampak positif bagi kemajuan pemerintahan Dinasti Suri yang dipimpinnya secara umum saat itu. Reformasi itu secara langsung telah mampu meluasaan basis pemerintahan secara administrati,f maupun politis, serta mampu menjamin, melindungi keyakinan, perasaan, adat istiadat, budaya, dan aspirasi rakyatnya.
Ia membangun pemerintahan tidak atas dasar kekerasan militer tetapi pada kerjasama dan keinginan rakyatnya. Dia juga tidak membedakan rakyatnya atas dasar agama dan suku. Reformasi pemerintahanya diterapkan bagi semua golongan masyarakat sehingga mereka merasa aman mengekspresikan berbagai kreatifitas, dan aktifitas kebudayaan, yang mampu menciptakan Good Governance (tata pemerintahan yang baik.)
Pembaharuanya mengutamakan toleransi dan memberikan kesempatan yang sama dalam pemerintahan terhadap semua golongan masyarakat, Tidak ada hal yang akan timbul kecuali sebuah pemerintahan yang makmur dan maju dalam berbagai bidang kehidupan. Inilah yang kemudian memberikan pengaruh terhadap pemerintahan di India yang dijelaskan di bawah ini.
A. Pengaruh Terhadap Kondisi Sosial India
Seperti yang telah disebutkan sebelumya, masyarakat India terbagi dalam empat kasta. Interaksi antara kasta-kasta tersebut bersifat inklusif (tertutup) antara satu golongan dengan yang lain. Pembagian hak dan kewajiban didasarkan pemilikan kasta seseorang, artinya kelayakan hidup sangat bergantung pada strata sosial orang itu berada. Perlakuan yang tidak adil bagi strata rendah dan pengistimewaan terhadap strata tinggi mengakibatkan hubungan keduanya tidak harmonis.
Bahkan ketika para penguasa Islam bertahta masih banyak terdapat pengistimewaan terhadap golongan-golongan tertentu. Umat Islam dan Hindu mendapatkan perlakuan yang berbeda diskriminasi ras dan agama menjadi warna kehidupan india saat itu. Kemudian, Sher Shah mengubah hubungan itu menjadi sebuah interaksi yang diajarkan Islam mengenai persaudaran universal. Sher Shah kemudian dalam memerintah tidak mengistimewakan rakyat yang satu dengan lainnya. Mereka semua memiliki kewajiban yang sama dalam membangun negara dan mempertahankannya.
Ia memperlakukan Umat Hindu dengan baik dan mengangkat mereka menjadi pegawai pemerintahan berdampingaan dengan orang Islam. Bahkan sering seorang yang berasal dari rakyat biasa naik ke posisi tertinggi dalam pemerintahan berkat jasa-jasa dan kemampuanya. Mengingat Sher Shah sendiri mengawali karirnya bukan berasal dari putera seorang bangsawan. Ia mengawali karirnya dari seorang pegawai reendahan seperti disebutkan dalam bab sebelumnya.
Latar belakang itulah yang kemudian menjadikan alasan yang kuat untuk memperlakukan rakyatnya dengan bagian yang sama. Hasilnya, Sher Shah mampu mewujudkan sebuah interaksi yang luar biasa diantara masing-masing pihak. Timbul kepuasaan bagi rakyat yang dipimpinnya, baik Hindu maupun Islam serta penganut kepercayan lainnya, sehingga mereka selalu loyal dalam mengabdi kepada negara. Tidak adanya keberpihakan sama sekali terhadap satu golongan saja membuat masyarakat hidup dalam ketentraman dan keadilan. Umat Islam menghormati umat Hindu, begitu pula sebaliknya. Mereka hidup berdampingan tanpa mengahadapi tekananya dari penguasa. Reformasi yang dilakukannya ternyata mampu menjembatani jiwa umat Islam dan Hindu,bahkan berdampak lebih luas tidak hanya satu aspek saja tetapi secara struktural mengubah interaksi budaya keduanya
B. Kondisi Politik dan Pemerintahan
Kekacauan politik sering terjadi di India, karena tidak ada kesatuan politik dari wilayah-wilayah penting membentuk negara kecil yang independen. Para penguasa Islam selalu gagal menyatukan wilayah tersebut, dikarenakan mereka memaksakan sebuah sentralisasi keekuasaan pada satu tangan, yaitu pemerintahan pusat, seperti dibahas dalam bab sebelumnya.
Secara umum bentuk administrasi Dinasti Sur pada prinsipnya berbeda dengan masa sebelumnya, Dengan berbekal kejeniusan alami ia melihat keadaan sekelilingnya. Pemerintahan Sher Shah adalah pemerintahan yang tidak menafikkan unsur-unsur yang telah dikembangkan oleh penguasa sebelumnya. Sher Shah membentuk suatu pemerintahan yang mengembangkan unsur-unsur India dan luar India atau lebih tepatnya” sistem budaya Arab-Persia dengan latar belakang budaya India.
Pada masa pemerintahannya, Sher Shah melakukan perubahan sistem pelimpahan wewenang, dan sebagian kekuasaan, kepada pemerintahan daerah bahkan sampai ke pemerintah desa. Kekuasaan tidak berada pada satu tangan saja, akan tetapi ada kontrol dari departement yang dibangun Sher Shah sesuai dengan fungsi mereka masing-masing. Pegawai pada departement pusat bertanggung jawab terhadap masalah administrasi, keuangan, hukum, peradilan dan kemiliteran serta keamanan daerah puasat. Sedangkan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh wali atau gubernur bertugas mengatur administrasi sipil, militer, keuangan dipropinsinya. Ia membagun keamanan lokal dan memberikan bantuan kepada pemerintahan pusat apabila diperlukan.
Tanggung jawab keamanan lokal sepenuhnya berada dalam kekuasaannya. Begitu juga unit terkecil desa, pejabat-pejabat desa, yang biasanya di serahkan kepada kepala, suku atau pemuka agama Hindu, harus dapat mengatasi pemasalahan yang ada di wilayahnya. Kemudian wilayah desa ini memberikan pertanggung jawaban kepada wilayah, departemen, propinsi, begitu selanjutnya departemen propinsi memberikan pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat. Sistem tanggung jawab ini menghasilkan komunikasi yang efisien dan efektif antara rakyat dengan negara. Dengan demikian tidak berlebihan bahwa kebijakan Sher Shah dijalankan atas dasar by the people, from the people,e dan for the people.
C. Terhadap dunia Luar
Para sejarawan memujinya dan mengatakan bahwa pemerintahannya merupakan masa keemasan bagi India. Seorang bangsa Afghan yang menyelamatkan India dengan mengekspresikan kecerdasan dan bakat administrasinya. Mr Keene berkata, “ No government,….not even the British has shown so much wisdom as this Pathan.” Padahal Inggriss merupakan sebuah negara pertama yang memiliki admistrasi terbaik dan teratur sepanjang sejarah dunia. Hanya dengan waktu yang lima tahun administrasi yang dibangun Sher Shah mampu mengalahkan sistem administrasi Inggris yang berusia ratusaan tahun.
Pendapat ini didukung oleh sejarawah lain Mr. Sharma yang mengatakan
” It would be unfair to compare him (Sher Shah) with Henry VII in his dealing with the feudal nobility, with Frederick William I of Prusia in the cara he bestowed upon both military organization and civil administration, with Kautalya and Machiavelli in his practical outlook and political principles, and with asoka in his benevolent intentions and solictude for welfar of all classes of subjects.”
Dengan kemampuan, kecerdasan dan usaha reformasinya , serta niat baik untuk membangun kesejahteraan rakyatnya, Sher Shah jadi hidup abadi. Dalam hal ini ia mengungguli Akbar sebab sebagian kebijakan Akbar merugikan atau meresahkan sebagian kaum muslim bahwa kebijakan akbar berat sebelah. Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan Akbar adalah atas fondasi Sher Shah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Abdul Hai, Maulana Hakim Syed. India During Muslim. terjemahan Mohiuddin Ahmad. Lucknow India : Academy of Islamic Research and Publication, 1977.
Abu, Umar.An-I, dkk. The Tabaqat-I-Nasiri. terjemahan Raverty Major H.G. New Delhi : Oriental book Reprint Coorporation, 1985.
Ahmad, Khawajah Nizamuddin. The Tabaqat-I- Akbari. terjemahan Brajendra Naath De, ed. By Bauni Prasat. Vol. II, Delhi : Low Price Publication, 1992.
Ahmed, Akbar S. Living Islam. terjemahan Nawawi Rambe. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta : Widjaya, 1979.
Ahmad, Aziz. An Intelectual History of Islam in India. Edinburgh : Edinburgh University Press, 1969.
Alfian, T. Ibrahim. Disiplin Sejarah Dalam Rekonstruksi Masa Lampau Untuk Menyongsong Masa Depan, “ Lokakarya Nasional Pengajaran Sejarah arsitektur ke-4, Yogyakarta, 23-24 April 1999.
Ali, A. Yusuf. The Making of India. London: A& C Black Ltd., 1925.
Ali Shjahbana, S Takdir, dkk. Sumbangan Islam Kepada Sains & Peradaban Dunia, Bandung: Yayasan Nuansa & Cendekia, 2001.
Ali,K. History of India, Pakistan, And Bangladesh. Dhaka : Ali Publications, 1980.
Arnold, Thomas W. The Preaching of Islam. terjemahan Nawawi Rambe, Sejarah Da’wah Islam. Jakarta : Widjaya , 1979.
Babur, Zahiruddin Muhammad. Babur Nama. terjemahan John Leyden dan Wiliam Erskine. Babur : Memoir of Zehir-ed-Din Muhammed Babur. London : Oxford University Press, 1921.
Berkofer, Jr. Robert. A Behavioral Approach To Historical Analysis. New York: The Fee Press, 1971.
Brown, E.G. A Literary History of Persia Vol III. Cambridge: Cambridge University Press, 1964.
Budiharjo, Miriam. Pendekatanpendekatan dalam Ilmu Politik. Jakarta: Jurnal Ilmu Politik, 2001.
Bosworth, C.E., The Islamic Dynasties. Edinburg Univerty Press : Clark Constanble Ltd,1967.
Clifford, Mary Louise. Potrait of The Nations Series. New York : JB. Lippincott Company, 1962.
Crooke, William. Islam In India or The Qanun-I-Islam. ed. GA. Herklots, London : Curzon Press Ltd., 1972.
Dunbar, Sir George. History of India From Earliest Time to the Present Day. London: Ivol Nicholsory and Watson Limited, 1997.
Elliot, H. M., History of India As told by Its Historians Vol II & Vol IV. London : Trubner Co, 1877.
Fazl. Abu E. terjemahan H. Beveridge. The Akbar Nama Vol I. Delhi: Low Price Publication,1862.
Ferishta, Mahomed Kasim (Abu Qasim Ferishta). terjemahan John Briggs, History of the Rise of Mahomedan Power In India Vol. II. New Delhi : Oriental Books Reprint Coorporation, 1981.
Gengse, James H., A History of India: From The Earliest Times to The Present Day. London : Mac Millan & Co, 1951.
Gottchalk, Louis, terjemahan : Nugroho Notosusanto : Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Press,1969.
Griffiths, Sir Percieval. The British Impact on India. London : Mac Donald, 1952.
Haekal, Muhammad Husain. Muhammad. Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1995.
…….., Abu Bakar. Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1995.
Hai, Maulana Hakim Syed Abdul. India During Muslim Rule. Lucknow: India Academy of Islamic Research and Publication, 1977.
HAMKA. Sejarah Umat Islam III. Jakarta : Bulan Bintang, 1981.
Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. terjemahan : Djahdan Humam, Jogjakarta: Kota Kembang, 1997.
Hasan, Masdudul. History of Islam Classical Periode 1206- 1900. Delhi: Adam Publisher, 1993.
Henter, W.W, Ba. LL D. Famine Aspect In Bangla Districk. Ludgate Hill: Trubner & Co, 1874.
Hodgson, Marshal G.S. The Venture of Islam : Consciens and History in a World Civilization, The Gun Powder Empire and Modern Times. London : The University of Chicago Press, 1974.
Holt, P. M., Ann K. S. Lambton, and Bernard Lewis. The Cambridge History of Islam Vol III. Cambridge : Cambridge University Press, 1970.
Hunter, W. William. A Brief History of Indian People. Oxford: Claderon Press, 1893.
Hunton, W.H. History of India from The Earliest Times to The Present Day. London: Society for Promoting Christian Knowledge, 1917.
Ikram, S.M., Muslim Civilization in India. ed. Ainslie T. Embree. New York : Columbia University Press, 1964.
Iqbal, Sheikh Mohammad. terjemahan : Sumarno , Misi Islam. Jakarta : Gunung Jati, 1993.
Karim, M Abdul. Kontribusi Muhammad Bin Qasim Dalam Penakhlukkan Sind. Jurnal :Thaqafiyat, Vol 2 no.2 edisi Juli-Desember tahun 2001.
……,Sejarah Islam di India. Jogjakarta : Bunga Grafies Production, 2003.
……,”Peradaban Islam di Anak Benua India” dalam Siti Maryam. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern. Jogjakarta: Fakultas Adab dan LESFI, 2002.
……,”Peranan Islam Dalam perjuangan Kemerdekaan RI.” Jakarta: IAIN Sunan Kalijaga (Thesisi S2), 1986.
……,”Pembaharuan Sher Shah Suri di India (Telaah Historis Terhadap Sisitem Pemerintahan di India 1540-1545 M). Makalah disampaikan Diskusi Ilmiah Dosen Tetap IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, 17 Oktober 2003.
Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta; PT Gramedia Pustakaa Utama, 1992.
Keene, H.G. History Of India: From The Earliest Times to The End of The Nineteenth Century Vol. I. Edinburg : Jhon Grant, 1906.
Keightley,Thomas. History of The India : From The Earliest Time to The Present Day. London : Whittaker & Co. Ave Maria Lane, 1897.
K. Hitti, Phillip. History of The Arabs. London : Mac Millan press LTD, 1974
.
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia, 1989
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta : Bentang Budaya, 1995.
……….Metodologi Sejarah. Jogjakarta : Tiara Wacana, 19954
Lapidus, Ira, M. History of Muslim Societies terjemahan : Ghufron A. Mas’adi, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999.
Lewis, Bernard. Islam from The Prophet Muhammad to The Capture of Constantinople II. Oxford : Oxford University Press, 1987.
Mahmudunasir, Syed. Islam : It’s Concept And History. New Delhi: Kitab Bhavan, 1981.
Majmudar, R.C. An Advanced History of India. London : MacMillan & co. Ltd., 1948.
Mujeeb, M. The Indian Muslim. New Delhi : Munshiram Manoharlal Publisher PVT. LTD, 1985.
Mulia T.S.G. India, Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta : Balai Pustaka, 1952.
Murry, John. History of India : The Hindu And Mahomedan Periods. London : ; Hon Monstuart Elphin Store, 1857.
Nadwi, S. Abdul Hasan Ali. Islam and The World. Lucknow : Academy of Islamic Research, 1982.
Naspur, Kewal Motwani. A Conflict of Culture. Bombay : Naspur University Press, 1949.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid. Jakarta : UI Press, 1981.
Nehru, Jawaharlal. The Discovery of India. London : Meredian Books, 1950.
Pamudji, S. Pelaksana Asas Desentralisasi dan Otonomi Daerah Dalam Sistem Administrasi NKRI. Jakarta: Jurnal Ilmu Politik, 2001.
Poerwadarminto, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud, 1978.
………,Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Poerwantara & Hugiono. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Bina Aksara, 1987.
Poole, Stanley Lane. Medieval India Under Mahomedan Rule (A.D. 712-1764). New York: Haskell House Publisher Ltd, 1970.
Powell-Price, J.C. A History of India. London : Thomas Nelsons & Sons Ltd.,1955.
Prasad, Iswari. A Short History Muslim Rule In India. Allahabad : The Indian Press, Ltd. 1963.
¬¬
………..,Distiguished Historian of Medieval India. Allahabad : The Indian Press, Ltd. 1963.
Qadri, Anwar Ahmad. Sebuah Potret : Teori dan Praktek Keadilan Dalam Sejarah Pemerintahan Muslim. Yogyakarta : PL2M, 1987.
Qureshi, Istiaq Husain. The Administration of Sultan Delhi. New Delhi : Oriental Book Reprint coorporation, 1971.
Rawlinson, H.G. India A Short Cultural History. New York : Frederick A Preger, 1952.
Rizvi, Sayid Athar Abbas. History Relegious And Intelectual of The Muslims In Akbar’s Reign. New Delhi : Munshiram Manoharlal Publisher, PVT. LTD, 1976.
Roy, Nirod Bhusan. The Successor of Sher Shah. Dhaka: Alexandria Press, 1976.
Saksena, Ram Babu. A History of Urdu Literature. Allahabad: Ram Narainal Publisher and Bookseller, 1927.
Saunders, J.J. A History of Medieval Islam. London: Routledge and Kegan Paul, 1983, 1983.
Scimmel, Annimarie. Islam in The Indian Sub Continent. Netherland: E. J Brill Leiden, 1980.
Sharma, Sri Ram. Mughal Goverment and Administration. Bombay : Hind Kitabs Limited, 1951
Siddiqui, Iqtidar Husain. Islam And Muslim In South Asia : Historical Perspective. New Delhi : Adam Pubhlisher and Distributor Chitti Qabar, 1987.
……….,Mughal Relation With The Ruling Elite. New Delhi : Munshiram Manoharlal Publisher Pvt. Ltd, 1983.
Smith, Vincent, A. The Oxford History of India From The Earliest Times To The Present The End of 1911. Oxford: Claderon Press.1921.
Sodikin, Ali.” Peradaban Islam di Asia Selatan dan Imperialisme Barat.” dalam Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Masa Modern. Jogjakarta: Fakultas Adab & LESFI, 2002.
Sokkah, Umar Assasuddin. Din- I-Ilahi : Kontroversi Keberagamaan Sultan Akbar Agung (India 1560-1605). Yogyakarta : Ittaqa Press, 1994.
Spear, Percivial. A History of India Vol II. London : Penguin Books, 1978.
Strreusard, Douglas E. The Formation of The Mughal Empire. Delhi : Oxford University Press, 1989.
Sulastry, Y.M. Tata Negara. Yogyakarta : Muria Baru, 1996.
Surachmad, Winarno. Dasar Technik Research. Bandung : CV. Transito, 1975.
Suseno, Ahmad. IRE for Research Empowerment Jogja: Pemerintahan Desa. Jogjakarta : IRE Press, 2003.
Skykes, Sir Percy. A History of Afghanistan. New Delhi: Oriental Books Reprint Coorporation, 1940.
Taufik Abdullah dan Abdurrachman Suripmiharjo. Ilmu Sejarah dan Historiografi Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia, 1985.
Toynbee, Arnold. A Studi of History. London : Oxford University Press, 1956.
Tripati, R.P. Some Aspect of Muslim Administration. Allahabad : Central Book Depot, 1986.
Turabian, Kate, L. A Manual for Writers of Term Pappers, Thesis, and Dissertations. Chicago : The University of Chicago Press, 1973.
Yatim, Badri. Historiografi Islam. Jakarta : Logos, 1995.
0 Comment