BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum dalam dunia pendidikan seorang pendidik
menduduki posisi yang sangat utama
sebagai pembentuk kepribadian anak didik. Posisi ini lebih utama dipegang oleh
seorang guru agama yang mengajarkan aspek-aspek ajaran islam pada peserta didik
yang diasuhnya.
Hal ini sesuai dengan dikatakan M.. Arifin yang
mengatakan guru agama adalah: “Seorang
yang bertanggung jawab sebagai pendukung sebenar-benarnya akan kebenaran
cita-cita agama sehingga dirinya dimata anak didik betul-betul merupakan
personifikasi dari agama yang diajarkan”.[1]
Dengan demikian tugas
guru agama secara nyata daam proses belajar mengajar adalah membantu
perkembangan sikap, mental dan emosi anak didik. Selain itu guru agama harus
dapat menciptakan situasi belajar yang dinamis dan bertanggung jawab terhadap
proses pendidikan anak didik.
Peranan dan tugas guru agama dalam proses belajar
mengajar tidak hanya terbatas pada penyampaian ilmu keagaman saja, akan tetapi
lebih jauh guru agama bertanggung jawab terhadap seluruh perkembangan kepribadian peserta didik.
Dengan demikian, jelas bahwa guru agama mempunyai
peranan penting dalam membina, mendidik dan mengarahkan anak didik. Di samping
mengajarkan berbagai ilmu penngetahuan, sekaligus menanamkan nilai-nilai moral
dan akhlakul karimah.
Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru agama harus
memiliki kompetensi yaitu kemampuan keguruan yang harus dimiliki seorang pendidik. Kompetensi
guru merupakan kesatuan dari berbagai keterampilan dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan tugas dan fungsi
pendidik dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Kalau dilihat kompetensi yang harus dimiliki guru
agama cukup banyak. Dari sekian banyak kompetensi tersebut, salah satu kompetansi yang harus dimiliki
guru agama adalah kompetensi pribadi (Personal).
Kompetensi pribadi adalah keseluruhan individu yang terdiri dari unsur
fisik dan psikis.[2]
Berdasarkan hal itu kepribadian merupakan masalah yang bersifat abstrak, yang
hanya dapat dilihat melalui penampilan, ucapan, cara berpakaian dan dalam
menghadapi setiap persoalan baik ringan maupun berat[3].
Untuk menjadi pendidik dan pengajar di lembaga
pendidikan perlu suatu bentuk
kepribadian yang ideal sebagai pendidik. Guru agama sebagai seorang
pendidik harus mempunyai kepribadian yang ideal sebagai pendidik,
kepribadian yang patut diteladani serta
sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber
intensifikasi bagi peserta didik.
Dilihat dari perspektif
islam, ternyata kompetensi pribadi juga di tempatkan sebagai karakteristik
terpenting yang harus dimiliki seorang guru. Bahkan kepribadian guru ini lebih
diutamakan dari kompetensi profesional atau penguasaan ilmu pengetahuan. Hal
ini sebagai mana dijelaskan oleh Al-Ghazali:
“ Perbuatan,
prilaku, akhlak dan kepribadian guru adalah lebih pentimg dari ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian seorang
guru akan diteladani dan ditiru oleh anak didik, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja, baik lansung maupu tidak lansung”.[4]
Dengan demikian semakin jelas bahwa kompetensi pribadi
merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki seorang guru profesional.
Dengan perkataan lain seorang guru profesional harus mencerminkan dalam
kehidupannya sifat-sifat keutamaan yang dapat mengantarkannya pada sosok yang
dapat diteladani dan dihormati.
Cece Wijaya dan. Tabrani Rusyan menyatakan bahwa kemampuan
kepribadian pendidik itu adalah:
1.
Kemantapan dan integritas pribadi
2.
Peka terhadap perubahan dan
pembaharuan
3.
Berpikir alternatif
4.
Adil, jujur dan objektif
5.
Berdisipli dalam melaksanakan
tugas
6.
Ulet dan tekun kerja
7.
Berusaha memperoleh hasil kerja
yang sebaik-baiknya
8.
Simpatik, menarik, luwes,
bijaksana dan sederhana dalam bertindak
9.
Bersifat terbuka
10. Kreatif
11. Berwibawa.[5]
Bila dilihat sifat-sifat kepribadian yang di kemukakan
diatas, maka dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus mempunyai kepribadian
yang baik dan terintegrasi, bisa mengontrol emosi dan menempatkan masalah pada
tempatnya. Karena guru sebagai manusia biasa, ia tidak akan terlepas dari
berbagai kesulitan dalam berumah tangga dan lainnya, di sini di tuntut
ketabahannya, supaya tidak membawa masalah itu kedalam tugasnya sebagai
pendidik.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik
dan pengajar guru agama harus memiliki syarat-syarat kepribadian. Karena
pribadi seorang guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses
mengajar sebab guru merupakan figur sentral peserta didik ketika di sekolah.
Akan tetapi pada saat sekarang ini guru agama kurang memiliki kompetensi kepribadian.
Hal ini terlihat dimana guru agama dalam melaksanakan tugasnya hanya sekedar
memberikan pengetahuan agama kepada siswa dan kurang memperhatikan pembinaan
sikap dan kepribadian siswa. Disebabkan karena seorang guru memiliki jam
terbang dalam mengajar (hanya sekedar mencari gaji) sehingga seorang
guru tidak dapat menampilkan kepribadian yang utama dihadapan peserta didiknya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Achmad Lutjito yang mengatakan bahwa :
“Dewasa ini
masih banyak guru agama islam mengambil
jalan pintas dan paling mudah yaitu dengan pendidikan agama Islam lebih sebagai
pengajaran dari pada sebagai pendidikan, sehingga pendekatan yang di pakainya
adalah pendekatan ilmu yang lebih menyentuh ranah kognitif. Akibat yang mulai
di harapkan dari pendekatan seperti itu adalah bahwa peserta didiknya akan
memupuk bahan agama sebagai bahan pengetahuan kuantitatif dan kualitatif dalam
pembentukan pribadi.”[6]
Dari kutipan di atas terlihat bahwa kompetensi pribadi
yang di miliki seorang guru agama telah mengalami kemunduran. Pelajaran agama
islam yang di berikan lebih bersifat kognitif atau penguasaan pengetahuan
agama, dari pada pembentukan pribadi anak didik. Di samping itu masih banyak
guru agaam islam yang tidak menampilkan kepribadian islami, yang dapat
memberikan contoh teladan bagi anak didiknya.
Berdasarkan observasi awal penulis di SMK Pembina
Bangsa Bukittinggi, sebuah institusi pendidikan. yang mengajarkan pendidikan
agama sebagai mata pelajaran wajib di sekolah itu, dibawah bimbingan seorang
guru agama. Dimana dalam melaksanakan tugasnya,, guru agama belum melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kompetensi personal
yang harus di miliki oleh seorang guru.
Hal ini di dukung dengan pendapat beberapa orang siswa
yang mengatakan bahwa “Guru agama kurang memiliki kompetensi personal (kepribadian)
hal ini terlihat dimana terdapat kecendrungan guru agama yang memberikan
perhatian lebih kepada siswa yang berprestasi, yang menimbulkan kecemburuan
sosial bagi siswa-siswi lain. ”Dan dalam melaksanakan tugasnya guru agama hanya
melepaskan tanggung jawab dalam menyampaikan pengetahuan kepada anak didik.
Pernyataan diatas dikuatkan dengan hasil wawancara
penulis dengan salah seorang guru agama
yang menyatakan bahwa : “Saya datang ke sekolah hanya pada jam pelajaran
saya saja dan saya juga jarang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah.”[7]
Dilihat dari kondisi diatas terlihat bahwa guru agama
kurang memiliki kompetensi personal. Padahal untuk tercapainya tujuan
pembejaran secara efektif dan hasil belajar yang maksimal, sangat bergantung
pada kompetensi personal yang dimiliki oleh seorang guru. Dilihat dari hasil
belajar siswa, terlihat bahwa para siswa mendapatkan nilai pendidikan agama
yang sedang dan sedikit sekali yang mendapatkan nilai rendah.
Berdasarkan pernyataan diatas penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh kepribadian guru agama terhadap hasil
belajar siswa. Penelitian ini diformulasikan dalam sebuah skripsi yang
berjudul: “PENGARUH KOMPETENSI PERSONAL GURU AGAMA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA SMK PB BUKITTINGGI”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Agar permasalahan ini terarah dan mencapai sasaran
yang dituju maka penulis merumuskan
masalah yaitu : “Bagaimana pengaruh kompetensi personal guru agama
terhadap hasil belajar siswa.” Setelah dirumuskan masalah diatas penulis
memberi batasan yaitu :
1.
Bagaimana pengaruh kedisiplinan
guru agama dalam melaksanakan tugas
terhadap hasil belajar siswa.
2.
Bagaimana pengaruh kewibawaan guru
agama terhadap hasil belajar siswa.
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh
kedisiplinan guru agama dalam melaksanakan tugas terhadap hasil belajar siswa
2.
Untuk mengetahui pengaruh
kewibawaan guru terhadap hasil belajar siswa.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.
Untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan agama islam (S.PdI) pada jurusan tarbiyah
STAIN Syech M.Djamil Djambek Bukittinggi.
2.
Sebagai sumbangan pemikiran bagi
calon guru dan guru untuk lebih membekali dirinya dengan keahlian mengajar dan
mendidik sehingga ia menjadi guru professional.
3.
Sebagai bahan acuan bagi penulis
secara pribadi dalam menerapkan kompetensi personal untuk terjun dalam dunia
pendidikan.
D. Penjelasan Judul
Agar terhindar dari kesalah tafsiran pembaca dalam memahami maksud yang
terkandung dalam judul, maka penulis akan menjelaskan istilah tertentu yang
terdapat dalam judul sebagai berikut:
Pengaruh :
Daya yang timbul dari sesuatu yang
ikut membentuk (melahirkan akibat )
sesuatu (yang lain).[8]
Kompetensi : Seperangkat
kemampuan keguruan yang harus dimiliki
seorang pendidik.
Personal : Adalah
kepribadian yang secara etimologi berasal dari bahasa latin personare, yang
berarti mengeluarkan suara. Menurut ahli psikologi kata personal dipakai untuk menunjukan tentang sesuatu yang nyata
dan dapat dipercaya mengenai individu itu. Sedangkan secara terminology ada
beberapa pendapat :
Menurut Hartman susunan yang terinteraksikan dari
ciri-ciri umum seorang individu sebagaimana
yang dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperhatikan pada orang
lain.[9]
Yang penulis makdsudkan adalah kepribadian dalam arti ciri khas yang mesti ada
pada seorang guru.
Guru agama : Seorang
yang telah mengkhususkan dirinya untuk melakukan kegiatan menyampaikan ajaran
agama kepada seseorang, kelompok atau kelas.[10] Yang dimaksud disini adalah guru bidang studi
agama islam.
Hasil Belajar: Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar.[11]
Yang dimaksud disini pengalaman belajar khususnya dalam mata pelajaran agama
Islam .
Siswa : Setiap
orang atau sekolompok orang yang menjalankan akativitas pendidikan. Yang
penulis maksud adalah siswa yang menjalankan kativitas pendidikan di sekolah .
Adapun makna dari judul secara keseluruhan adalah
daya yang timbul dari kepribadian guru atau ciri khas yang ada pada seorang
guru, bagaimana pengaruhnya terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar mereka.
E. Hipotesis
1.
Hipotesis Alternatif (Ha)
Adalah pengaruh yang signifikan antara kompetensi
kepribadian guru dengan hasil belajar siswa.
2.
Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak pengaruh yang signifikan antara kompetensi
kepribadian guru dengan hasil belajar siswa.
F. Metodologi Penelitian
1.
Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian
korelatif yang bersifat eksploratif yang bertujuan untuk mengatur secara luas
tentang sebab dan hal yang mempengaruhi sesuatu.
2.
Penentuan lokasi
Dalam Penentuan lokasi, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh kepribadian guru agama
dalam menunjang pendidikan siswa..,penulis menetapkan tempat penelitian di SMK
Pembina Bangsa Jln. Syekh M.Djamil Djambek Pasar bawah Bukittinggi.
Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini sebagai
tempat penelitian, karena pada lokasi ini penulis menemukan permasalahan mengenai
kompetensi personal guru, dimana pada lokasi ini terlihat jelas guru agama kurang menerapkan kompetensi
personal dalam pendidikan siswa. Oleh karena itu penulis merasa permasalahan
itu perlu untuk dipecahkan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.
Sumber data
Sumber data ini penulis kelompokkan menjadi dua bagian
yaitu:
a.
Sumber data primer (data pokok)
yang menjadi penelitian. Data ini di peroleh melalui kepala sekolah, siswa dan
guru. Baik yang di lakukan melalui observasi maupun wawancara maksudnya adalah
penulis langsung mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap kepala sekolah
dan guru agama.
b.
Sumber data sekunder
Data yang diperoleh dari bahan perpustakaan yang digunakan untuk
menunjang dan melengkapi data primer.
Data skunder ini penulis pakai untuk menguji data primer yang penulis
gunakan sebagai data pendukung.
4.
Populasi dan sample
a.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[12]
Yang menjadi sumber data dalam penyelesaian masalah. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah siswa SMK Pembangunan Bangsa dan guru agama yang
mengajar di sana.
Untuk lebih jelas penulis uraikan pada tabel dibawah ini :
No.
|
Sumber
Data Yang Akan
Diteliti
|
Jumlah
|
1.
|
Kepala Sekolah
|
1 orang
|
2.
|
Guru Agama
|
2 orang
|
3.
|
Siswa Kelas II
|
150 orang
|
4.
|
Siswa Kelas III
|
200 orang
|
|
JUMLAH
|
353 orang
|
b.
Sampel
Yang dimaksud dengan sample
ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[13]
Dalam penelitian ini ada dua bentuk teknik pengambilan yang penulis gunakan yaitu
:
1)
Pengambilan sample terhadap guru
mata pelajaran ditetapkan dengan sample probalitas yaitu semua populasi berhak
dijadikan sample, dengan menggunakan teknik total sampling.[14]
2)
Pengambilan sample terhadap siswa,
penulis menggunakan teknik random sampling terhadap semua populasi yang ada.
Karena populasinya terlalu banyak, dalam skripsi ini penulis hanya mengambil
sebanyak 25%. Pengambilan sample ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Suharsini Arikunto: Apabila yang menjadi populasi kurang dari 100
orang, maka peneliti dapat menjadikan semuanya sebagai sample. Dan apabila
lebih dari 100 orang maka ambil 10 % s/d 15 % atau lebih.[15]
Berdasarkan pada
pendapat di atas, karena jumlah populasinya lebih dari 100 orang, untuk lebih
efesien dan efektifnya penelitian dan mengingat waktu serta biaya penulis yang
terbatas maka penulis mengambil sample sebanyak 25 % dari siswa kelas I, dan 25
% siswa kelas II. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No.
|
Sumber Data Yang
Diteliti
|
Jumlah
|
1.
|
Kepala
Sekolah
|
1 orang
|
2.
|
Guru
agama
|
2 orang
|
3.
|
Siswa
kls I
|
38 orang
|
4.
|
Siswa
kls II
|
40 orang
|
|
Jumlah
|
81 orang
|
|
|
|
5.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis
menggunakan empat cara, yaitu :
a.
Observasi
Kalau pengumpulan data observasi langsung akan memberi
sumbangan yang sangat penting dalam penelitian ini. Jenis-jenis informasi
tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti.[16]
Pengamatan tersebut dilakukan terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini yang
menjadi objeknya adalah seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan di SMK
Pembina Bangsa.
b.
Wawancara
Responden mengemukakan
informasinya secara lisan dalam hubungan tatap muka dengan peneliti.[17]
Dalam hal ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah dan guru agama.
c.
Angket
Adalah suatu daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau
bidang pertanyaan yang akan diteliti. [18]
Angket ini ditujukan kepada siswa kls I dan siswa kls II.
d.
Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari data tertulis seperti nilai
rapor,data perkembangan siswa dan data perkembangan pendidikan di SMK PB
Bukittinggi
6.
Teknik Pengolahan data
Data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan untuk
selanjutnya diolah dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Seleksi data, kalau data melalui
angket ditinjau lagi apakah ada kecocokan antara yang disebarkan dengan yang
diterima kembali
b.
Klasifikasi data, data yang
diperoleh dikumpulkan sesuai dengan teknik pengumpulan data masing-masing.
c.
Mentabel data, adalah proses
mengubah data dari instrumen pengumpulan data menjadi tabel-tabel data, dimana
tabel tersebut hendak ditelaah dan diuji secara sistematis.[19]
d.
Menghitung frekuensi atau
mempresentasekan
e.
Sistem korelasi, yaitu hasil data
yang sudah di dapat, kemudian ditelaah dengan rumus korelasi product momen.
Setelah semua data diolah maka penulis
menganalisa data tersebut dengan cara sebagai berikut :
1)
Metode deduktif yaitu pembahasan
dimulai dari fakta yang bersifat umum, kemudian kesimpulannya bersifat khusus.
2)
Teknik korelasi yaitu suatu teknik
untuk mengetahui hubungan antara dua variable
Untuk melihat hubungannya penulis memakai kriteria sebagai berikut :
0,00 - 0,20 :
Hubungannya sangat rendah
0,20- 0,40 : Hubungannya
rendah
0,40 – 0,70 : Hubungannya
sedang atau cukup
0,70 –0,90 : Hubungannya
tinggi
0,90 –1,00 : Hubungannya
sangat tinggi.[20]
3)
Pengkorelasian, untuk mencari (menghitung)
dan memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi “ r ” Product
Momen. Dengan menggunakan rumus
R xy = Nå XY-(å X)
(sXY)
{Nå
X – (å
c2 )}
{Nå
Y (å
g2)}
Keterangan :
R : Indeks Korelasi “ r “ Product Moment
N : Jumlah siswa
å : Symbol sigma
X : Nilai kepribadian
Y : Nilai rapor
c2 : Skor nilai x yang di kuadratkan
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan
pembahasan skripsi ini, penulis membaginya dalam beberapa pokok bahasan dan
secara garis besar terdiri dari empat bab :
Bab I Memuat beberapa pokok pikiran yang mendasari
pembahasan secara keseluruhan yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan
masalah dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan penelitian,
hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Akan memaparkan
tentang kompetensi kepribadian guru dan hasil
belajar siswa.
Bab III Akan dibahas
tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari monografi SMK PB
Bukittinggi, gambaran data tentang kompetensi personal guru terhadap hasil
belajar siswa serta pembahasan khusus tentang penelitian.
Bab IV berisi kesimpulan
dari seluruh rangkaian penelitian beserta saran- saran.
OUT LINE
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D.
Penjelasan Judul
E.
Hipotesis
F.
Metodologi Penelitian
G.
Sistematika Penulisan
BAB II : KOMPETENSI
KEPRIBADIAN GURU DAN HASIL BELAJAR
A.
Kompetensi Kepribadian Guru
1.
Pengertian Kepribadian Guru
2.
Aspek Kepribadian Guru
B.
Hasil Belajar
1.
Pengertian Hasil Belajar
2.
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
BAB III : HASIL
PENELITIAN
A.
Monografi SMK PB Bukittinggi
B.
Pengaruh Tanggung Guru Dalam
Melaksanakan Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa
A.
Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap
Hasil Belajar Siswa
BAB IV : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
[1] M.
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama dilingkungan keluarga,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1977) Hal, 121
[2]
Syaiful Bahkri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, (
Surabaya: Usaha Nasional,1994), hal. 59
[3]
Zakiah Darajat, Kepribadiannn Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet.
3, h.16
[4]
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h. 56
[5]
Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan, Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1991), h.13
[6]
H.M.Chabib Thiha,ed, Reformasi Filsafat Pendididkan Islam,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,1996), h. 313
[7]
Data ini adalah hasil wawancara langsung penulis dengan salah seorang
guru agama yang mengajar di SMK Pembina Bangsa.
[8]
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia,(Jakarta
: Balai Pustaka, 1997), Cet. 9, h. 666
[10]
Acharnis, Pedoman Guru Agama SLTA , (Jakarta: 1982/1983) h.38
[11]
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1999), Cet. 6, h.
[12]
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993),Cet.9, h. 7
[13] Ibid,
h. 102
[14]
Sanafiah, Metode Riset dan Aplikasinya Dalam Pemasaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h. 56
[15]
Suharsini Arikunto, Pengantar Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
h. 67
[16]
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982), h. 204
[17] Ibid,
h. 213
[18]
Kholip Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997), Cet I, h. 76
[19]
Sanafiah Faisal, Op.Cit, h. 238
[20]
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT.Raja
Grafindo, 1998), Cet 2, h. 180
[21]
Ibid, h. 191
0 Comment