05 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara. Kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Hal ini dikarenakan dengan melalui kegiatan belajar mengajar tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa. Selanjutnya, undang-undang System Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengemukakan tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk  berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan jalur non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dimulai dari jenjang terendah hingga tertinggi yang harus ditempuh dengan serangkaian persyaratan tertentu jika naik kejenjang selanjutnya. Pendidikan nonformal merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dalam sebuah lembaga pendidikan yang berorentasi memberi dan meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkopetensi dalam meraih kesuksesan hidup.
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu, proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada siswa dan guru. Guru dituntut untuk menerapkan suasana belajar mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga keberhasilan belajar dalam bidang kognitif, afektif, dan pskomotorik dapat tercapai.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar, bahkan mulai diperkenalkan pada siswa taman kanak–kanak sampai kejenjang perguruan tinggi. Hal ini dimaksud agar siswa tidak merasa asing dengan materi ajar matematika dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari–hari. Oleh karena itu matematika mempunyai peranan besar dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat memberikan kosntribusi yang berarti terutama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan dalam bidang pendidikan juga telah banyak dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti peningkatan kopetensi guru, penataran, seminar-seminar, dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan, namun realitanya sekarang, mutu pendidikan matematika dirasakan masih kurang dan belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil ujian mid semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi tahun pelajaran 2011/2012, sebagian besar hasil belajar siswa masih belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Tabel 1: Presentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Pada Pelajaran Matematika siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi Tahun Pelajaran 2011/2012

kelas
Jumlah
Siswa
Nilai rata – rata kelas
Persentase KKM  70
Persentase KKM < 70
VIII.A
32
55,31
19%
81%
VIII.B
32
56,88
22%
78%
VIII.C
30
49,6
0%
100%
VIII.D
32
52,25
5%
95%
VIII.E
32
52,63
16%
84%
 ( Sumber: guru bidang studi matematika kelas VIII SMP N 7 Bukittinggi)

Saat peneliti melakukan observasi di SMP N 7 Bukittinggi pada bulan november 2011, bahwa dalam penyampaian materi, guru menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pada awal pembelajaran dilaksanakan dengan ceramah, kemudian Tanya jawab, lalu diberikan beberapa soal dan siswa diminta penyelesaian soal tersebut. Model pembelajaran ini membuat siswa bersifat pasif, hanya sebahagian siswa yang dapat memahami materi dengan baik sedangkan sebahagian besar yang lainnya hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Karena banyaknya yang kurang memahami, sehingga aktivitas belajar matematika siswa berkurang, siswa banyak melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran matematika misalnya bermenung, membolak balik buku tanpa tahu apa yang harus dikerjakan, berbicara dengan teman sebangkunya karena sama–sama tidak mengerti. Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa tidak mampu untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru yang telah dijelaskan oleh guru, bahkan siswa tidak mendapatkan konsep inti dari pelajaran yang baru dipelajari, dan mereka tidak mampu melakukan pemahaman secara komprehensif, berfikir secara logis, kritis, dan sistematis. Selain menggunakan pembelajaran konvensional, kurang adanya pendekatan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dan sebagian siswa juga tidak ingin tau tentang materi yang diberikan oleh guru padahal guru telah memberikan materi sebaik mungkin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi matematika, beliau mengatakan bahwa materi dasar siswa sewaktu SD kurang dipahami sehingga susah untuk memberikan materi awal, banyak siswa yang tidak ingin tau tentang materi yang diberikan, dan dalam belajar kelompok siswa yang ingin belajar hanyalah siswa yang pintar saja sedangkan siswa yang lain hanya menerima nilai dari teman yang pintar saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka berpendapat bahwa matematika merupakan momok yang sangat menakutkan, terlalu banyak rumus sehingga susah untuk dihafal, dalam menyelesaikan soal cerita, Soalnya susah untuk dipahami.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka seorang guru diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat melibatkan para siswa secara aktif, membantu mereka untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa serta dapat meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.
Menurut Slameto tugas guru berpusat pada :
1.    Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang,
2.    Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memedai,
3.    Membantu perkembangan aspek–aspek pribadi seperti sikap, nilai–nilai, dan penyesuaian diri. Demikian lah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat meransang sisiswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan[1].

 Minat atau aktivitas siswa dapat di tumbuhkembangkan sendiri oleh masing–masing siswa dan guru. Apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri[2]. Jika minat belajar siswa tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa meningkat dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik. Seorang siswa seharusnya tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, tetapi seorang siswa harus terampil dalam proses belajar mengajar. Menurut John Holt (1967), belajar akan semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal–hal berikut:
1.    Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri
2.    Memberi contoh–contoh
3.    Mengenalnya dalam berbagai samaran dan kondisi
4.    Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain
5.    Menggunakannya dengan berbagai cara
6.    Memperkirakannya berapa konsekuensinya
7.    Mengungkapkan lawan atau kebalikannya[3]

 Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar menyebabkan pelajaran itu lebih berarti dan bermakna. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan mempergunakan model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas siswa belajar dan aktif dalam proses belajar mengajar.
Banyak sekali model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran aktif  tipe quiz team.
Model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, dimana siswa dibagi kedalam beberapa team. Pada awal pembelajaran guru mengenalkan materi kepada siswa, setelah materi diperkenalkan maka Semua aggota team bersama-sama mempelajari materi yang diberikan oleh guru, saling memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut. Setiap team bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz  jawaban, kemudian diadakan suatu quiz (pertandingan) akademis antar team, team A memberikan quiz kepada team B, team B kepada team C, begitu seterusnya sehingga setiap team mendapatkan quiz dan menjawab quiz dari team yang lain. Jika quiz yang diberikan tidak mampu dijawab oleh suatu team tertentu maka team yang lain diperbolehkan untuk menjawabnya, dan jika team yang lain juga tidak mampu untuk menjawabnya maka team yang memberikan quiz yang akan menjelaskan jawabannya. Jika siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa yang mengerti memberi tahu kepada siswa yang belum mengerti, maka tidak akan ada siswa yang merasa segan untuk bertanya, tidak akan ada siswa yang merasa paling pintar, dan semua siswa akan saling mendengarkan serta akan saling memberikan arahan.
Jika model pembelajaran tipe quiz team ini dilaksanakan secara tepat dan benar, maka akan menghasilkan peserta didik yang mampu memahami dan memaknai suatu peristiwa. Serta, apabila dalam proses pembelajaran dibuat menyenangkan, dimana menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan minat belajar siswa serta pemahaman siswa pada pelajaran matematika, maka siswa akan merasa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Selain itu, siswa akan senantiasa aktif belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan, siswa akan mampu mengaitkan pelajaran dalam kehidupan mereka sehari–hari dan siswa akan memiliki minat untuk belajar matematika sehingga aktivitas dan hasil belajar matematika siswa akan meningkat.p
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE QUIZ TEAM  PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 BUKITTINGGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebaggai berikut:
1.    Hasil belajar matematika siswa rendah
2.    Pembelajaran masih menggunakan metode konvensional
3.    Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kurang
4.    Minat siswa dalam belajar matematika kurang.
C.   Batasan Masalah
Agar lebih terfokus dan terperincinya pembahasan ini, maka penulis membatasi masalah pada aktivitas belajar siswa kurang dan hasil belajar matematika siswa rendah.
D.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masah dan batasan masalah yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.    Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi?
2.    Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team  lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pemblajaran konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi ?

E.  Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami proposal ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1.    Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (active learning merupakan pembelajaran yang mengarahkan kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[4]
2.      Tipe Quiz Team
Model Pembelajaran tipe quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam pembelajaran tipe quiz team ini siswa dibagi menjadi beberapa team. Setiap siswa dalam team bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz jawaban singkat, dan team yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan[5].
3.    Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sangat didominasi oleh guru, guru menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyak materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar, dan lain–lain sepenuhnya ada ditangan guru[6]. Pembelajaran konvensional yang penulis maksud disini adalah pembelajaran dengan metode ekspositori yang nantinya akan diterapkan dikelas kontrol.
4.    Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah keikut sertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental[7]. pada penelitian ini, aktivitas yang diteliti meliputi : Mendengarkan/memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan, dan meringkas materi pembelajaran.
5.    Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu gambaran tentang kemampuan siswa dalam memenuhi tahapan dalam pencapaian pengalaman yang dia peroleh ketika seseorang telah selesai mengikuti suatu pembelajaran[8]. Hasil belajar yang penulis maksud disini adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar siswa, dimana tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai, memaknai dari pelajaran yang diberikan setelah menerapkan model pembelajaran tipe quiz team.



F.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.    Mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi
2.    Mengetahui hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi.
G.  Manfaat Penelitian
1.    Pedoman bagi penulis sebagai calon guru dalam pembelajaran matematika dimasa mendatang khususnya dalam menerapkan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team.
2.    Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan matematika dimasa yang akan datang.
3.    Sebagai masukan bagi guru matematika khususnya dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar di SMP N 7 Bukittinggi.
4.    Memberikan pengalaman belajar bagi siswa, dimana biasanya gurulah yang menyajikan materi dan penjelasan penyelesaian soal kepada mereka, namun dengan menerapkan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team ini siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dengan cara mereka sendiri dibawah bimbingan guru.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Belajar Dan Pembelajaran
1.    Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, kecakapan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yang memberikan manfaat pada dirinya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sardiman, “bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.[9]
Menurut Ahmadi, “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan, yang artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek kehidupan”.[10]
Menurut Slameto, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.[11]
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku, aspek pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap dalam diri siswa.
2.    Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleksitas pembelajaran tersebut dipandang dari dua sabjek yaitu dari siswa sebagai pelaku dan dari guru sebagai sebagai pembelajar. Menurut Mudjiono, menjelaskan bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang perorang sebagai suatu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.[12]
Pembelajaran menurut Suherman, dkk adalah “ upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara opteamal”[13]. Sehingga proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Selanjutnya menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus–menerus sesuai dengan pengalaman siswa”.[14]
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang terancana, dinamis dan berkembang secara optimal sesuai dengan pengalaman siswa.
Berdasarkan etimologi Perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Menurut Eli Tinggih dalam Suherman, “ilmu diperoleh dengan bernalar akan tetapi matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran”.[15]
Menurut Kline dalam Suherman, mengemukakan “matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”.[16]
Pada pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, hendaknya siswa dapat terlibat aktif didalamnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.  Menurut Cobb dalam Suherman, “belajar matematika bukanlah suatu proses (pengepakan) pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterprestasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual”.[17]
Matematika salah satu bidang studi yang diajarkan dalam dunia pendidikan juga sangat berperan dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan itu sendiri. Menurut Suherman, “bahwa dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan kreatif”.[18] Menurut suherman karekteristik matematika itu adalah :
a.    pembelajaran matematika adalah berjenjang ( bertahap).
b.    pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral.
c.    pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.
d.   pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi[19]
Untuk lebih jelasnya karakteristik yang dikemukakan oleh Suherman ini akan dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:
a.    Pembelajaran matematika adalah berjenjang ( bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau berharap yaitu dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari yang sederhana ke hal yang kompleks, atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.
b.    Pembelajaran  matematika mengikuti metoda spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pelajaran matematika. Metoda spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya pengulangan atau perluasan saja, tetapi harus ada peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral datar.
c.    pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar. Pemahaman konsep–konsep matematika melalui contoh–contoh tentang sifat–sifat yang sama, yang sama dimiliki dan yang tidak memiliki oleh konsep–konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika.
d.   pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran–kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, Tidak ada bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan–pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya.
Jadi pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika dimana siswa diberikan peluang untuk berusaha dan memahami dalam mencari pengalaman tentang matematika secara mendalam dan terstruktur.
3.    Model Pembelajaran Aktif

a.    Pengertian Pembelajar Aktif
Pembelajaran aktif merupakan kegiatan belajar dikelas yang bergantung pada kelompok-kelompok kecil, dimana siswa bekerja sama sebagai team untuk menyelesaikan masalah, tugas, atau penyelesaian sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Silberman, “ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil, seketika balajar aktif, siswa mencari sesuatu, dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk menyelidiki pekerjaan”.[20]
Menurut Dimyati, “pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengarahkan kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[21]
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras. Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik, tapi juga keaktifan psikis.
Berdasarkan penelitian Grinder (1991), “mencatat bahwa  pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 siswa belajar secara aktif selama pengajar menyediakan visual, auditory, dan aktivitas kinestik”.[22]
Menurut Anita Lie, “penyusunan pengetahuan yang terus menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif”.[23]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan  bahwa pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang dijelaskan oleh guru, tapi melakukan atau mencobakan lansung yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
b.   kelompok Belajar Aktif

Pengelompokkan dalam belajar aktif ini adalah pengelompokkan yang heterogen baik dari kemampuan maupun karekteristik lainnya, dengan tujuan dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Sedangkan kepada siswa yang berkemampuan tinggi, kemampuan verbal dalam matematikanya akan meningkat.

Suatu metode pembelajaran terutama dalam belajar aktif, maka kita menggunakan waktu. Menur Silberman, Agar waktu tidak terbuang dengan sia-sia, hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah:
1.      Mulailah tepat waktu
2.      Berilah instruksi secara jelas
3.      Persiapkan informasi visual pada waktunya
4.      Bagikan materi pelajaran dengan cepat
5.      Perlancar laporan team kecil
6.      Jangan biarkan diskusi berjalan sangat lamban
7.      Dapatkan sukarelawan dengan cepat
8.      Bersiaga terhadap team-team yang capek atau lesu
9.      Percepatlah langkah aktivitas dari waktu ke waktu
10.  Dapatkan perhatian kelas yang cepat[24]

Menurut Lie, “pengelompokkan heterogenitas berdasarkan kemampuan akademis dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan pada diagram berikut”:[25]









Tabel 2. Prosedur Penelompokkan Heterogenitas Beradasarkan Kemampuan Akdemis.



Langkah I
Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan akademis
Langkah II
Membentuk team pertama
Langkag III
Membentuk team selanjuttnya
1.      Ani
2.      David
3.     
4.     
5.     
6.     
7.     
8.     
9.     
10.               
11.              Yusuf
12.              Citra
13.              Rini
14.              Basuki
15.               
16.               
17.               
18.               
19.               
20.               
21.               
22.               
23.               
24.              Slamet
25.              Dian
1.         Ani
2.        David
3.    
4.                     Citra    Ani
5.    
6.    

7.                       Dian Rini
8.    
9.    
10.               

11.              Yusuf
12.              Citra
13.              Rini
14.              Basuki
15.               
16.               
17.               
18.               
19.               
20.               
21.               
22.               
23.               
24.              Slamet
25.              Dian
1.    Ani
2.    David
3.     
4.           Yusuf   david
5.     
6.    

7.        Slamet  basuki
8.    
9.    

10.    Yusuf
11.    Citra
12.    Rini
13.    Basuki
14.     
15.     
16.     
17.     
18.     
19.     
20.     
21.     
22.     
23.     
24.    Slamet
25.    Dian

0 Comment