BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Menurut Undang–Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa : Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara. Kegiatan belajar
mengajar merupakan aktivitas paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.
Hal ini dikarenakan dengan melalui kegiatan belajar mengajar tujuan pendidikan
dapat tercapai yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa. Selanjutnya,
undang-undang System Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengemukakan
tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan
proses pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan jalur non
formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dimulai dari jenjang
terendah hingga tertinggi yang harus ditempuh dengan serangkaian persyaratan
tertentu jika naik kejenjang selanjutnya. Pendidikan nonformal merupakan
jenjang pendidikan yang diperoleh dalam sebuah lembaga pendidikan yang
berorentasi memberi dan meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
berkopetensi dalam meraih kesuksesan hidup.
Keberhasilan suatu pendidikan salah
satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung.
Selain itu, proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada siswa dan
guru. Guru dituntut untuk menerapkan suasana belajar mengajar yang efektif.
Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses
belajar mengajar. Sehingga keberhasilan belajar dalam bidang kognitif, afektif, dan pskomotorik dapat tercapai.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran
wajib yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar,
bahkan mulai diperkenalkan pada siswa taman kanak–kanak sampai kejenjang
perguruan tinggi. Hal ini dimaksud agar siswa tidak merasa asing dengan materi
ajar matematika dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari–hari. Oleh
karena itu matematika mempunyai peranan besar dalam menunjang ilmu pengetahuan
dan teknologi serta diharapkan dapat memberikan kosntribusi yang berarti
terutama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan dalam bidang pendidikan juga telah
banyak dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
seperti peningkatan kopetensi guru, penataran, seminar-seminar, dan melengkapi
sarana dan prasarana sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai yang diharapkan, namun
realitanya sekarang, mutu pendidikan matematika dirasakan masih kurang dan
belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil ujian mid
semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi tahun pelajaran 2011/2012,
sebagian besar hasil belajar siswa masih belum mencapai standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Tabel 1: Presentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Pada Pelajaran Matematika
siswa Kelas VIII SMP Negeri 7
Bukittinggi Tahun Pelajaran 2011/2012
kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Nilai
rata – rata kelas
|
Persentase
KKM
70
|
Persentase
KKM < 70
|
VIII.A
|
32
|
55,31
|
19%
|
81%
|
VIII.B
|
32
|
56,88
|
22%
|
78%
|
VIII.C
|
30
|
49,6
|
0%
|
100%
|
VIII.D
|
32
|
52,25
|
5%
|
95%
|
VIII.E
|
32
|
52,63
|
16%
|
84%
|
(
Sumber: guru bidang studi matematika kelas VIII SMP N 7 Bukittinggi)
Saat peneliti melakukan observasi di SMP N 7
Bukittinggi pada bulan november 2011, bahwa dalam penyampaian materi, guru menggunakan
pembelajaran konvensional yaitu pada awal pembelajaran dilaksanakan dengan
ceramah, kemudian Tanya jawab, lalu diberikan beberapa soal dan siswa diminta
penyelesaian soal tersebut. Model pembelajaran ini membuat siswa bersifat
pasif, hanya sebahagian siswa yang dapat memahami materi dengan baik sedangkan
sebahagian besar yang lainnya hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru.
Karena banyaknya yang kurang memahami, sehingga aktivitas belajar matematika siswa
berkurang, siswa banyak melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan
pembelajaran matematika misalnya bermenung, membolak balik buku tanpa tahu apa
yang harus dikerjakan, berbicara dengan teman sebangkunya karena sama–sama
tidak mengerti. Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa tidak mampu
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru yang telah dijelaskan oleh guru,
bahkan siswa tidak mendapatkan konsep inti dari pelajaran yang baru dipelajari,
dan mereka tidak mampu melakukan pemahaman secara komprehensif, berfikir secara logis,
kritis, dan sistematis. Selain
menggunakan pembelajaran konvensional, kurang adanya pendekatan antara guru
dengan siswa dalam proses belajar mengajar dan sebagian siswa juga tidak ingin
tau tentang materi yang diberikan oleh guru padahal guru telah memberikan
materi sebaik mungkin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang
guru bidang studi matematika, beliau mengatakan bahwa materi dasar siswa
sewaktu SD kurang dipahami sehingga susah untuk memberikan materi awal, banyak siswa
yang tidak ingin tau tentang materi yang diberikan, dan dalam belajar kelompok siswa
yang ingin belajar hanyalah siswa yang pintar saja sedangkan siswa yang lain
hanya menerima nilai dari teman yang pintar saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa,
mereka berpendapat bahwa matematika merupakan momok yang sangat menakutkan,
terlalu banyak rumus sehingga susah untuk dihafal, dalam menyelesaikan soal
cerita, Soalnya susah untuk dipahami.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka seorang
guru diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat melibatkan
para siswa secara aktif, membantu mereka untuk dapat mengaitkan materi
pelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa serta dapat meningkatkan minat, aktivitas
dan hasil belajar siswa.
Menurut Slameto tugas guru berpusat pada :
1.
Mendidik
dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang,
2.
Memberi
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memedai,
3.
Membantu
perkembangan aspek–aspek pribadi seperti sikap, nilai–nilai, dan penyesuaian
diri. Demikian lah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai
penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab
akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan
proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat meransang sisiswa untuk
belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan
tujuan[1].
Minat atau aktivitas siswa dapat di
tumbuhkembangkan sendiri oleh masing–masing siswa dan guru. Apa yang dilihat
seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri[2].
Jika minat belajar siswa tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa meningkat
dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik. Seorang siswa seharusnya
tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, tetapi seorang siswa
harus terampil dalam proses belajar mengajar. Menurut John Holt (1967), belajar
akan semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal–hal berikut:
1.
Mengungkapkan
informasi dengan bahasa mereka sendiri
2.
Memberi
contoh–contoh
3.
Mengenalnya
dalam berbagai samaran dan kondisi
4.
Melihat
hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain
5.
Menggunakannya
dengan berbagai cara
6.
Memperkirakannya
berapa konsekuensinya
7.
Mengungkapkan
lawan atau kebalikannya[3]
Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar menyebabkan pelajaran itu lebih berarti dan bermakna. Salah
satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan mempergunakan model pembelajaran
yang dapat membangkitkan aktivitas siswa belajar dan aktif dalam proses belajar
mengajar.
Banyak sekali model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar, salah satu model pembelajaran yang
dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran aktif tipe quiz
team.
Model pembelajaran aktif tipe quiz team merupakan salah satu pembelajaran aktif yang dikembangkan
oleh Mel Silberman, dimana siswa dibagi kedalam beberapa team. Pada awal
pembelajaran guru mengenalkan materi kepada siswa, setelah materi diperkenalkan
maka Semua aggota team bersama-sama mempelajari materi yang diberikan oleh
guru, saling memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk
memahami materi tersebut. Setiap team bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz jawaban, kemudian diadakan suatu quiz
(pertandingan) akademis antar team, team A memberikan quiz kepada team B, team
B kepada team C, begitu seterusnya sehingga setiap team mendapatkan quiz dan
menjawab quiz dari team yang lain. Jika quiz yang diberikan tidak mampu dijawab
oleh suatu team tertentu maka team yang lain diperbolehkan untuk menjawabnya,
dan jika team yang lain juga tidak mampu untuk menjawabnya maka team yang
memberikan quiz yang akan menjelaskan jawabannya. Jika siswa yang pandai
mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa yang mengerti memberi tahu kepada siswa
yang belum mengerti, maka tidak akan ada siswa yang merasa segan untuk
bertanya, tidak akan ada siswa yang merasa paling pintar, dan semua siswa akan
saling mendengarkan serta akan saling memberikan arahan.
Jika model pembelajaran tipe quiz team ini dilaksanakan secara tepat dan benar, maka akan
menghasilkan peserta didik yang mampu memahami dan memaknai suatu peristiwa.
Serta, apabila dalam proses pembelajaran dibuat menyenangkan, dimana
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan minat belajar
siswa serta pemahaman siswa pada pelajaran matematika, maka siswa akan merasa
lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Selain itu, siswa
akan senantiasa aktif belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh
nilai yang tinggi dalam pertandingan, siswa akan mampu mengaitkan pelajaran
dalam kehidupan mereka sehari–hari dan siswa akan memiliki minat untuk belajar
matematika sehingga aktivitas dan hasil belajar matematika siswa akan
meningkat.p
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE QUIZ
TEAM PADA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 7 BUKITTINGGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebaggai berikut:
1. Hasil
belajar matematika siswa rendah
2. Pembelajaran
masih menggunakan metode konvensional
3. Aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika kurang
4. Minat
siswa dalam belajar matematika kurang.
C. Batasan Masalah
Agar lebih
terfokus dan terperincinya pembahasan ini, maka penulis membatasi masalah pada aktivitas
belajar siswa kurang dan hasil belajar matematika siswa rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masah dan batasan masalah yang telah di uraikan diatas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah
aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi?
2. Apakah
hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang
mengikuti pemblajaran konvensional di
Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi ?
E. Defenisi
Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami proposal
ini, maka peneliti akan menjelaskan
beberapa istilah dibawah ini:
1. Pembelajaran
Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (active learning merupakan pembelajaran
yang mengarahkan kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[4]
2.
Tipe Quiz Team
Model Pembelajaran tipe quiz team merupakan model pembelajaran
aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam pembelajaran tipe quiz team ini siswa dibagi menjadi
beberapa team. Setiap siswa dalam team bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz
jawaban singkat, dan team yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa
catatan[5].
3. Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang sangat didominasi oleh guru, guru menentukan semua kegiatan
pembelajaran. Banyak materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran,
kecepatan guru mengajar, dan lain–lain sepenuhnya ada ditangan guru[6].
Pembelajaran konvensional yang penulis maksud disini adalah pembelajaran dengan
metode ekspositori yang nantinya akan diterapkan dikelas kontrol.
4. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah keikut sertaan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan
tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental[7].
pada penelitian ini, aktivitas yang diteliti meliputi : Mendengarkan/memperhatikan, bertanya, menjawab
pertanyaan, dan meringkas materi pembelajaran.
5. Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan suatu
gambaran tentang kemampuan siswa dalam memenuhi tahapan dalam pencapaian
pengalaman yang dia peroleh ketika seseorang telah selesai mengikuti suatu
pembelajaran[8].
Hasil belajar yang penulis maksud disini adalah gambaran kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar siswa, dimana tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai, memaknai dari pelajaran
yang diberikan setelah menerapkan model pembelajaran tipe quiz team.
F. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk
:
1. Mengetahui
aktivitas belajar siswa selama mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi
2. Mengetahui
hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team lebih baik dari pada siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional di Kelas VIII SMP Negeri 7 Bukittinggi.
G. Manfaat
Penelitian
1. Pedoman bagi penulis sebagai calon guru dalam
pembelajaran matematika dimasa mendatang khususnya dalam menerapkan model
pembelajaran aktif (active learning)
tipe quiz team.
2.
Sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan
matematika dimasa yang akan datang.
3.
Sebagai
masukan bagi guru matematika khususnya dalam meningkatkan mutu proses belajar
mengajar di SMP N 7 Bukittinggi.
4.
Memberikan
pengalaman belajar bagi siswa, dimana biasanya gurulah yang menyajikan materi
dan penjelasan penyelesaian soal kepada mereka, namun dengan menerapkan model
pembelajaran aktif (active learning)
tipe quiz team ini siswa diberi
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka dengan cara mereka sendiri
dibawah bimbingan guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Dan Pembelajaran
1.
Belajar
Belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, kecakapan, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang. Belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya yang memberikan manfaat pada dirinya.
Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sardiman, “bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.[9]
Menurut
Ahmadi, “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
pelatihan, yang artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek
kehidupan”.[10]
Menurut
Slameto, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.[11]
Dari
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan dalam tingkah laku, aspek pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap dalam diri siswa.
2.
Pembelajaran
Matematika
Pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks. Kompleksitas pembelajaran tersebut dipandang dari dua sabjek yaitu
dari siswa sebagai pelaku dan dari guru sebagai sebagai pembelajar. Menurut
Mudjiono, menjelaskan bahwa “pembelajaran merupakan suatu proses yang
melibatkan manusia secara orang perorang sebagai suatu kesatuan organisasi
sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.[12]
Pembelajaran menurut Suherman, dkk
adalah “ upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara opteamal”[13].
Sehingga proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan
bersifat rekayasa perilaku. Selanjutnya menurut Wina Sanjaya, “pembelajaran
adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus–menerus sesuai dengan
pengalaman siswa”.[14]
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang terancana,
dinamis dan berkembang secara optimal sesuai dengan pengalaman siswa.
Berdasarkan etimologi Perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Menurut Eli Tinggih dalam Suherman,
“ilmu diperoleh dengan bernalar akan tetapi matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran)
sedangkan ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau eksperimen
disamping penalaran”.[15]
Menurut Kline dalam
Suherman, mengemukakan “matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam”.[16]
Pada pembelajaran khususnya pembelajaran
matematika, hendaknya siswa dapat terlibat aktif didalamnya, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Menurut
Cobb dalam Suherman, “belajar matematika bukanlah suatu proses (pengepakan)
pengetahuan secara hati-hati, melainkan hal mengorganisir aktivitas, dimana
kegiatan ini diinterprestasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir
konseptual”.[17]
Matematika salah satu bidang studi yang
diajarkan dalam dunia pendidikan juga sangat berperan dalam menunjang kemajuan
ilmu pengetahuan dan pendidikan itu sendiri. Menurut Suherman, “bahwa dua hal
penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah
pembentukan sifat yaitu pola pikir kritis dan kreatif”.[18]
Menurut suherman karekteristik matematika itu adalah :
a.
pembelajaran
matematika adalah berjenjang ( bertahap).
b.
pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral.
c.
pembelajaran
matematika menekankan pola pikir deduktif.
d.
pembelajaran
matematika menganut kebenaran konsistensi[19]
Untuk lebih jelasnya karakteristik yang
dikemukakan oleh Suherman ini akan dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:
a.
Pembelajaran matematika adalah
berjenjang ( bertahap)
Bahan kajian matematika diajarkan secara
berjenjang atau berharap yaitu dimulai dari hal yang konkrit dilanjutkan ke hal
yang abstrak, dari yang sederhana ke hal yang kompleks, atau bisa dikatakan
dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar.
b.
Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral
Dalam setiap memperkenalkan konsep atau
bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari
siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah
dipelajari, sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam
bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pelajaran
matematika. Metoda spiral bukanlah
mengajarkan konsep hanya pengulangan atau perluasan saja, tetapi harus ada
peningkatan. Spiralnya harus spiral naik bukan spiral datar.
c.
pembelajaran matematika menekankan
pola pikir deduktif
Matematika adalah ilmu deduktif,
matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Namun demikian kita harus dapat
memilih pendekatan yang cocok dengan kondisi anak didik yang kita ajar.
Pemahaman konsep–konsep matematika melalui contoh–contoh tentang sifat–sifat
yang sama, yang sama dimiliki dan yang tidak memiliki oleh konsep–konsep
tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika.
d. pembelajaran
matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran dalam matematika sesuai dengan
struktur deduktif aksiomatiknya.
Kebenaran–kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, Tidak ada bertentangan
antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap
benar bila didasarkan atas pernyataan–pernyataan terdahulu yang telah diterima
kebenarannya.
Jadi pembelajaran matematika adalah
suatu proses pembelajaran yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan
belajar matematika dimana siswa diberikan peluang untuk berusaha dan memahami
dalam mencari pengalaman tentang matematika secara mendalam dan terstruktur.
3.
Model
Pembelajaran Aktif
a.
Pengertian
Pembelajar Aktif
Pembelajaran
aktif merupakan kegiatan belajar dikelas yang bergantung pada kelompok-kelompok
kecil, dimana siswa bekerja sama sebagai team untuk menyelesaikan masalah,
tugas, atau penyelesaian sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut
Silberman, “ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa
rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil, seketika
balajar aktif, siswa mencari sesuatu, dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan
informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara untuk menyelidiki
pekerjaan”.[20]
Menurut
Dimyati, “pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengarahkan kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.[21]
Belajar
aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah,
bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan
berfikir keras. Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan
melakukan sesuatu dengan aktif, keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik,
tapi juga keaktifan psikis.
Berdasarkan
penelitian Grinder (1991), “mencatat bahwa
pada setiap grup dari 30 siswa, rata-rata 22 siswa belajar secara aktif
selama pengajar menyediakan visual,
auditory, dan aktivitas kinestik”.[22]
Menurut
Anita Lie, “penyusunan pengetahuan yang terus menerus menempatkan siswa sebagai
peserta yang aktif”.[23]
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang mana siswa tidak hanya
sekedar mendengarkan informasi yang dijelaskan oleh guru, tapi melakukan atau
mencobakan lansung yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
b.
kelompok
Belajar Aktif
Pengelompokkan
dalam belajar aktif ini adalah pengelompokkan yang heterogen baik dari
kemampuan maupun karekteristik lainnya, dengan tujuan dapat memberikan
keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Sedangkan kepada siswa
yang berkemampuan tinggi, kemampuan verbal dalam matematikanya akan meningkat.
Suatu
metode pembelajaran terutama dalam belajar aktif, maka kita menggunakan waktu.
Menur Silberman, Agar waktu tidak terbuang dengan sia-sia, hal-hal yang perlu
dilakukan oleh seorang guru adalah:
1.
Mulailah
tepat waktu
2.
Berilah
instruksi secara jelas
3.
Persiapkan
informasi visual pada waktunya
4.
Bagikan
materi pelajaran dengan cepat
5.
Perlancar
laporan team kecil
6.
Jangan
biarkan diskusi berjalan sangat lamban
7.
Dapatkan
sukarelawan dengan cepat
8.
Bersiaga
terhadap team-team yang capek atau lesu
9.
Percepatlah
langkah aktivitas dari waktu ke waktu
10.
Dapatkan
perhatian kelas yang cepat[24]
Menurut
Lie, “pengelompokkan heterogenitas
berdasarkan kemampuan akademis dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti
yang dikemukakan pada diagram berikut”:[25]
Tabel 2. Prosedur Penelompokkan Heterogenitas Beradasarkan Kemampuan Akdemis.
Langkah I
Mengurutkan siswa
berdasarkan kemampuan akademis
|
Langkah II
Membentuk team
pertama
|
Langkag III
Membentuk team
selanjuttnya
|
1.
Ani
2.
David
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Slamet
25.
Dian
|
1.
Ani
2.
David
3.
4.
Citra Ani
5.
6.
7.
Dian Rini
8.
9.
10.
11.
Yusuf
12.
Citra
13.
Rini
14.
Basuki
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Slamet
25.
Dian
|
1.
Ani
2.
David
3.
4.
Yusuf
david
5.
6.
7.
Slamet
basuki
8.
9.
10.
Yusuf
11.
Citra
12.
Rini
13.
Basuki
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Slamet
25.
Dian
|
0 Comment