05 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum, merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuannya, nilai serta sikap dan keterampilannya.[1]Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk Transfer of Knowledge (transfer ilmu) akan tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian termasuk sikap dan keterampilan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan itu pada dasarnya bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak didik agar menjadi lebih baik dan sempurna dari segala aspek baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan.
Di dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah, guru merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting bagi terselenggaranya proses pendidikan, ak saja jalinan komunikasi dan interaksi yang berlangsung antara guru dengan murid. Oleh karenanya guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terselenggaranya proses pendidikan yang baik, terutama dalam membentuk dan mengembangkan semua aspek kepribadian siswa agar menjadi lebih baik, terutama dalam membentuk dan mengembangkan semua aspek kepribadian siswa agar menjadi lebih baik dan sempurna.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, guru seyogyanya memiliki kemampuan-kemampuan praktis dna teoritis yang baik dalam bidang tugasnya. Antara kemampuan tersebut ialah kemampuan dalam merumuskan dan menerapkan komponen-komponen kegiatan belajar yang mencakup tujuan, materi, strategi (metode dan media), kurikulum dan evaluasi.[2]
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan, yang sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan. Demikianlah pula untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan disampaikan kepada siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya. Selanjutnya guru dituntut untuk dapat mempergunakan dan memilih strategi yang tepat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik dari segi pemilihan metode maupun dalam penggunaan metode maupun dalam penggunaan media. Selain itu juga guru harus mengetahui kurikulum,  karena tanpa adanya kurikulum kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tidak akan baik karena itu kurikulum sangat berfungsi sekali untuk acuan dan pedoman dalam mengajar,  pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tahap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah materi yang telah diberikan. Dengan demikian sebagai konsep dalam pengajaran tanpa adanya kurikulum Proses Belajar Mengajar tidak akan baik.
Namun salah satu cara menentukan keberhasilan adalah dengan evaluasi, karena evaluasi sangat penting untuk meneliti hasil proses belajar siswa.
Untuk mengetahui kesulitan yang melekat pada Proses Belajar Mengajar itu, evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, karena evaluasi bertujuan untuk melihat usaha belajar yang efektif, Evaluasi sangat bermutu sekali akan mengacu pada semua aspek-aspek belajar, baik aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor. Samsul Nisar menjelaskan kegunaan dan fungsi evaluasi di antaranya :
1.       Untuk membantu pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.
2.       Untuk membantu peserta didik untuk mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik.
3.       Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan, benar-benar tepat atau tidak dengan sikap pendidikan guru maupun anak didik.
4.       Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan, apakah bahan pelajaran perlu di ulang atau tidak.3
Secara khusus tujuan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran baik dalam aspek afektif maupun psikomotor.
Dalam pendidika Islam evalausi lebih ditekankan pada pengusaan sikap (afektif dan psikomotorik) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampaun peserta didik yang secara garis besarnya meliputi : sikap dan pengalamannya terhadap hubungan pribadi dengan Allah, hubungan dirinya dengan masyarakat. Kemampuan dasar tersebut dapat dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sejauh mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi lahiriyah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dan sejauh mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup masyarakt seperti sikap terhadap oran tuanya. Sikap terhadap gurunya, temannya, seluruh tujuan tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan evaluasi yang mengacu pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah.
Seperti terdapat pada dalam Surat Luqman ayat : 17
يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصابك إن ذلك من عزم الأمور( لقمان : 17)
Hai anakku, dirikanlah sembahyang dan surahlah manusia mengerjakan yang baik cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Lukman : 17)

Berdasarkan kandungan ayat di atas bahwa evaluasi menurut ajaran Islam sangat di anjurkan, karena apabila anak telah mengetahui ajaran tentang perintah shalat maka orang tua harus menasehati dan memperhatikan bagaimana anak dalam mengerjakan shalat.
Menurut Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya, bahwa tujuan pendidikan itu harus mengacau pada tiga bagian ranah yang melekat pada diri peserta didik yaitu : ranah proses berpikir, ranah sikap, ranah keterampilan, maka dalam evaluasi belajar tiga komponen tersebut menjadi sasaran dalam evaluasi belajar, apakah peserta didik sudah memahami semua materi dan bagaimana pengalaman peserta didik terhadap bahan yang telah diajarkan. Kalau melihat Taksonomi Bloom tersebut hilangnya salah satu ranah dalam evaluasi akan menyebabkan gagalnya upaya evaluasi, konsep evaluasi dalam pendidikan bersifat menyeluruh tidak hanya terfokus pada aspek kognitifkan saja, tetapi ketiga aspek tersebut harus dilaksanakan.
Bila dilihat dari aspek afektif sangat penting sekali karena aspek apektif dari materi pelajaran yang diberikan dan mempengaruhi tingkah laku anak didik, contohnya bila dilihat dalam materi pelajaran aqidah akhlak yaitu bagaimana anak bisa menghormati orang tua, bahkan gurunya dan bagaimana pergaulannya sesama temannya apakah ia ada membicarakan tentang nilai-nilai ke Islam dan atau berbicara hampa. Untuk itu harus memahami tentang evaluasi kalau pemahaman saja yang didapat oleh anak, sementara tingkah lakunya tidak diperhatikan, maka guru belumlah dikatakan sebagai orang yang berkompetensi. Begitu juga dengan aspek psikomotor bahwa guru harus memperhatikan reaksi anak terhadap materi yang sudah diberikan contohnya dalam mata pelajaran aqidah akhlak juga bagaimana respon anak apabila telah datang waktu shalat.
Pemilihan lokasi penelitian di MTI Bayur karena penulis melihat bahwa guru dalam mengadakan evaluasi, baru mencakup satu aspek saja yaitu aspek kognitif, sedangkan ketiga aspeknya disumbangkan yaitu aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Oleh sebab itu kejanggalan-kejanggalan ini membutuhkan penelitian apalagi penulis merasakan setelah melanjutkan pendidikan terasa kelemahan tersebut di sekolah asal penulis ini.
Keyataan di lapangan khusus di sekolah secara umum dilembaga – lembaga pendidikan langkah evaluasi yang dilaksanakan lebih cederung mengarah pada aspek kognitif saja misalnya pekerjaan rumah, ulangan / ujian semester, orang memperhatikan aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Begitu juga berdasarkan pengamatan penulis di Madrasah Tarbiyah Bayur pada umumnya guru dalam mengevaluasi hanya satu aspek saja yaitu aspek kognitif, khusus dibidang studi aqidah akhlak, padahal tujuan dari aqidah akhlak itu sendiri yaitu : untuk membentuk pribadi anak didik mempunyai iman dan taqwa dan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan anak didik berakhlak mulia, anak dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-sehari lebih ditekankan bidang studi aqidah akhlak adalah karena aqidah itu sendiri ditekankan untuk membentuk akhlak manusia menjadi insan kamil, dan dapat mengamalkan materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membutuhkan evaluasi aspek-aspek lain selain aspek kognitif, yaitu aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini di MTI Bayur dari tidak adanya evaluasi lain di luar lokal yang diarahkan kepada anak didik oleh sebab itu kiranya guru harus memperhatikan ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan survei awal penulis terjadinya hal tersebut yaitu guru belum memperhatikan evaluasi aspek afektif dan aspek psikomotorik, karena disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi antara lain : guru kurang memahami evaluasi seperti tidak biasa visi – visi soal, dan tidak memiliki program pengajaran dan kepala sekolah kurang melakukan penilaian setiap saat baik terhadap guru, terhadap perkembangan program pengajaran, begitu juga waktu tidak memadai untuk melaksanakan tes afektif dan psikomotorik. Permasalahannya, bahwa berdasarkan observasi penulis dan wawancara guru dengan guru bidang studi aqidah akhlak tidak menilai siswa atau mengadakan evaluasi afektif seperti penilaian dengan mewawancarai, tentang  materi yang diberikan, dan saat itulah guru mengadakan evaluasi aspek afektif dan begitu juga dengan aspek psikomotorik, guru tidak ada mempraktekkan kepada siswa bagaimana shalat tentang mayat, seharusnya guru menyuruh untuk mempraktekkan sampai dimana pemahaman dan pengamalan materi yang diajarkan, karena penulis melihat bahwa ada siswa di MTI yang tidak bisa mempratekkan dilapangan. Padahal ia telah memahami materi yang diajarkan oleh guru, jadi itulah yang menjadi permasalahan. Berdasarkan hal tersebut guru seharusnya memahami tentang evaluasi afektif dan aspek psikomotorik dan tidak aspek kognitif saja, karena dalam pendidikan Islam lebih ditekankan aspek apfektif dan aspek psikomotorik ketimbang aspek kognotif.
Berdasarkan kenyataan tersebut penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara lebih jauh lagi dalam sebuah skipsi yang berjudul : Langkah Penerapan Evaluasi Aspek Afektif Dan Aspek Psikomotorik Di MTI Bayur Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
Agar lebih terarahnya kajian dari latar  belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah yaitu : bagaimana langkah penerapan evaluasi aspek afektif dan psikomotorik oleh guru bidang studi aqidah akhlak di MTI Bayur.
Untuk menghindari penyimpangan masalah pokok yang dimaksudkan dalam penulisan ini maka penulis akan membatasi dua hal :
1.      Langkah penerapan evalausi aspek afektif dan aspek psikomotorik
2.      Kendala-kendalah dan solusi penerapan aspek afektif dan aspek psikomotorik

C.    Penjelasan Judul
Untuk menghindari keraguan dan kesalahpahaman memahami judul skripsi ini penulis akan menjelaskan bebera istilah yang ada didalamnya.
Evaluasi                        :  Suatu kegiatan yang disengaja oleh guru untuk memperoleh kepastian mengenai keberhasil belajar anak didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai yang ia lakukan dalam pengajaran.4 Yang  penulis maksud adalah evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikannya sudah dikuasai atau belum oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan..
                                         Evaluasi tidak dipisahkan dengan kegiatan pengajaran maak bagi guru harus mengetahui langkah pelaksanaan evaluasi aspek afektif dan aspek psikomotorik dan bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai anak didik tentang materi dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan.
Aspek Afektif               :  Ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai yang ada pada seseorang yang dapat terjadi perubahannya bila ia telah memiliki penguasaan kognitif.5 Yang penulis maksud adalah apabila seseorang setelah menerima pengetahuannya maka ia dapat menganggap mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek Psikomotorik     :  Ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak ke arah yang lebih baik untuk mengerjakan setelah memberikan pelajaran, apakah ia mampu untuk memenahi dirinya bahkan orang lain.
Berdasarkan penjelasan istilah di atas maka maksud dari judul skipsi ini adalah : bagaimana langkah dalam pelaksanaan evaluasi aspek afektif dan aspek psikomotorik oleh guru bidanh studi aqidah akhlak di MTI Bayur dengan teori yang dimilikinya.

D.    Tujuan dan Kegunaan Pembahasan
Titik tolak dari latar belakang di atas maka tujuan pembahasan skipsi ini adalah :
1.       Untuk mengetahui langkah evaluasi aspek afektif hasil belajar siswa oleh guru bidang studi di MTI Bayur.
2.       Untuk mengetahui langkah evaluasi aspek psikomotorik oleh guru bidang studi di MTI Bayur.
     Adapun kegunaan dari pembahasan skipsi ini adalah :
1.       Untuk memberikan gambaran atau tambahana kepada STAIN khususnya jurusan Tarbiyah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
2.       Untuk memberikan umpan balik kepada guru, untuk memperbaiki cara evaluasi.

E.     Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berupaya mengumpulkan bahan, data atau informasi yang dapat dijadikan materi bahan acuan penulisan skripsi ini yang dibutuhkan demi suksesnya dan terwujudnya tujuan yang dimaksud.
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan bahan dan data melalaui sumber yaitu :
1.      Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan kejadian yang terjadi di lapangan sesuai dengan kenyataan, dan teori yang telah dikemukakan
2.      Lokasi Penelitian
Sebagai penentuan lokasi, penulis menetapkan di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Bayur, karena MTI Bayur merupakan sebuah lembaga pendidikan agama yang berbentuk Madrasah yang berada di Nagari Bayur, Kecamatan Tanjung Raya Maninjau Kabupaten Agam yang berdiri semenjak tahun 1930.
3.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi adalah semua nilai baik dari hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.6
Dalam pembahasan ini populasinya adalah siswa kelas I, II, III, Aliyah di MTI Bayur sebanyak 278 orang untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut :







Tebel I
Populasi

No
Klasifikasi
Jumlah
1.
Siswa Kelas I MTS
72   orang
2.
Siswa Kelas II MTS
54   orang
3.
Siswa Kelas III MTS
49   orang
4.
Siswa kelas I Aliyah
30   orang
5.
Siswa kelas II Aliyah
 28  orang
6.
Siswa kelas III Aliyah
42   orang
7.

Guru Bidang Studi Aqidah Akhlah

  1   orang
8.

Kepala Sekolah

  1   orang

Jumlah

278 orang


b.      Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang di ambil dengan menggunakan tekhnik tertentu.7Dalam hal ini Suharsimi Arikunto berpendapat sebagai berikut : “Maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, jika selanjutnya  subjeknya besar dari 100 dapat diambil antara 10% sampai 25%.
Penulis hanya mengambil populasi kelas II dan kelas III Aliyah sebanyak 70 orang secara purposif randon sampel alasannya, karena kelas II, III Aliyah sudah mengetahui kondisi dan pengalaman belajar dengan guru yang bersangkutan sedangkan kelas I MTS sampai kelas I Aliyah belum mengenali proses belajar mengajar dilingkungan sekolahnya dan tidak mengerti apa yang akan penulis berikan sesuai dengan angket yang akan diisikan.
Berdaarkan pendapat di atas maka penulis menetapkan sampel, populasi 70 orang siswa yaitu kelas II dan III dengan menggunakan teknik purposif random sampel yakni mengambil sampel dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata atau daerah, tetapi berdasarkan tujuan tertentu populisi random sampel ini ditujukan pada kelas II dan III Aliyah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel II
Sampel

No
Klasifikasi
Jumlah
1.
Siswa Kelas II Aliyah
28  orang
2.
Siswa Kelas III Aliyah
42  orang
3.
Guru Aqidah Akhlak
   1 orang
4.
Kepala Sekolah
   1 orang

Jumlah

 72 orang

4.      Sumber Data
a.       Data Primer yaitu : data yang diperoleh sendiri secara mentah dari objek penelitian.8Yang penulis maksud adalah data yang diperoleh dari guru bidang studi, Kepala Sekolah siswa.
b.      Data Sekunder yaitu : data yang diperoleh dari bahan perpustakaan untuk melengkapi data primer. Adapun data sekunder yang penulis gunakan adalah data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

5.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan teknik yaitu :
a.       Observasi, sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek, hal ini ditunjukkan kepada guru bidang studi aqidah akhlak yaitu bagaimana langkah evaluasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
b.      Wawancara terstruktur, ditujuksn kepada guru bidang studi aqidah akhlak, dan kepala sekolah.
c.       Angker, ditujukan kepada siswa, apakah ia setelah menerima materi ada perubahan kearah yang lebih baik.
6.      Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka penulis membaginya kepada dua kelompok yaitu :
a.       Data yang bersifat kualitatif
Data ini penulis peroleh dari responden melalui wawancara. Cara menganalisanya dengan mengadakan seleksi terhadap jawaban yang diberikan, mengklasifikasikan kemudian merumuskannya dalam bentuk kata-kata.
b.      Data yang bersifat Kuantitatif
Data ini penulis peroleh dari responden melalui angket yang penulis sebarkan kepada siswa. Cara mengolah dan menganalisanya penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Seleksi data yang telah terkumpul
2.      Mengklasifikasikan masalah pada sebuah tabel
3.      Mengadakan perhitungan
4.      Menghitung frekuensi (F) dari masing-masing alternatif jawaban untuk semua item.
5.      Menghitung presentasenya (%) dari masing-masing frekuensi, dengan rumus 



 


  P =        x 100 %


            Keterangan :
            P = Angka Presentase
            F = Frekuesi yang sedang dicari
            N = Jumlah Frekuensi / banyaknya individu9
6.      Mengadakan interpretasi dan analisa data dalam bentuk kalimat sederhana.
7.      Mengambil kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :

0 %

: Tidak ada sama sekali
1 %
- 25 %
: Sedikit sekali
25,01%
- 49,9%
: Sebahagian kecil
50 %

: Separoh
50 %, 01%
- 75 %
: Sebahagian Besar
75,01%
- 99,9
: Pada umumnya
100 %

: Seluruhnya10

F.     Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mulai dari bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, metodologi penelitian dan sistematikan penulisan.
Pada Bab II berisikan pembahasan tentang pengertian evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, fungsi evaluasi, objek evaluasi, ruang lingkup evaluasi hasil belajar, tekhnik evaluasi, langkah evaluasi aspek dan psikomotor.
Pada Bab III analisa hasil penelitian yang terdiri dari sejarah monografi MTI Bayur, langkah yang dilakukan guru dalam evaluasi aspek afektif dan aspek psikomotor.
Bab IV merupakan penutup yang berisikan kesimpulan saran.



[1] Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) Cet. Ke-1. h.60
[2] Mode Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), Cet.ke 1, h
3  Samasul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Inter Masa, 2002, Cet ke-2 h. 78-79
4 Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Semarang : PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet ke 1, h.40
5 Ibid..,42
6 Amirul Hadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 1983), h. 35
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Bina Aksara, 1998), h        .107       
8 Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet ke-2h.87
9 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,  (Jakarta: Raja Grafindo,1988), Cet. ke-2, h.40
10 Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Bandung : Usaha Nasional, 1982), h.119

0 Comment