BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
lembaga pendidikan, guru merupakan orang terdepan dalam memajukan dunia
pendidikan, karena gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik.
Keberhasilan anak didik banyak sekali ditentukan oleh bagaimana cara guru
mengelola proses belajar mengajar. Guru dihadapkan pada suatu tuntutan tugas
yaitu pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu keberadaan guru sangat
menentukan keberhasilan di bidang pendidikan.
Keberhasilan
pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari kerja keras dan
tanggung jawab seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik
merupakan tugas utama seorang guru, disamping tugas lain yang ditentukan oleh
kepala sekolah. Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam proses
pendidikan umumnya dan proses belajar mengajar khususnya. Keaktifan anak dalam
belajar mengajar sangat ditentukan oleh seorang guru yang mempunyai dedikasi
tinggi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu semangat kerja
yang tinggi dari guru-guru merupakan persyaratan yang tidak dapat diabaikan
lagi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Semangat
kerja dapat mempengaruhi kerja seseorang, sebab apabila guru bersemangat dengan
pekerjaannya akan menunjukkan kemampuan kerja yang lebih baik. Purwanto
(1995:60) menyatakan bahwa semangat merupakan “Reaksi emosional dan mental dari
seseorang terhadap pekerjaannya yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pekerjaannya”.
Semangat
kerja penting dalam mendukung pelaksanaan tugas seseorang. Semangat kerja
adalah suatu kegiatan yang dikerjakan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan,
sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat dikerjakan dengan cepat dan
tepat, Purwanto (1995:60) menyatakan bahwa:
Dilihat
dari sudut administrasi pendidikan semangat kerja adalah suatu disposisi pada
orang-orang di dalam suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkah laku dan
berbuat dengan cara-cara yang produktif bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan
dari pada organisasi atau usaha pendidikan.
Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa semangat kerja guru mempengaruhi produktifitas
suatu organisiasi. Dengan demikian semangat kerja dalam suatu organisasi baik
sebagai anggota organisasi maupun sebagai pimpinan perlu ditingkatkan, sehingga
semua kamponen yang ada mempunyai semangat kerja yang tinggi dalam pelaksanaan
tugas dan setiap pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan
produktifitas kerja pun akan meningkat.
Banyak
faktor yang mempengaruhi semangat kerja diantaranya faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor Internal antara lain: motivasi, sikap, dan minat terhadap
pekerjaan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah pimpinan, lingkungan kerja,
komunikasi, fasilitas kerja dan sebagainya.
Komunikasi
dalam organisasi merupakan salah satu
faktor penentu dan mendorong pegawai untuk bekerja
sebaik-baiknya dan penuh semangat kerja. Sebab tanpa komunikasi dalam
organisasi, maka lambat laun organisasi akan mengalami kematian.
Komunikasi
organisasi yang efektif, diduga akan berdampak pada semangat kerja bagi guru.
Mengingat begitu pentingnya peranan komunikasi organisasi bagi peningkatan
prestasi kerja dan semangat kerja, maka masalah komunikasi dalam lembaga
pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius.
Namun
pada SD Negeri Di Kecamatan Palembayan terlihat adanya guru yang kurang
semangat kerjanya, dengan gejala masih ada guru yang kurang disiplin dalam
menjalankan tugas, merasa bosan dengan tugas yang diterimanya, kurang bergairah
dalam menjalankan tugas, tingkat absensi yang cukup tinggi dan kurangnya
keakraban antara personil sekolah. Disamping itu juga kelihatan bahwa
komunikasi organisasi yang kurang efektif, komunikasi lebih banyak bersifat
formal. Informasi yang diterima guru sering terlambat, pesan yang diterima guru
kurang jelas, komunikasi organisasi bersifat tertutup. Hal ini merupakan
fenomena kurang lancarnya komunikasi organisasi.
Permasalahan yang
kelihatan tersebut tidak dapat dibiarkan terus menerus karena akan berdampak
pada hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan komunikasi
organisasi dengan semangat kerja guru di sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palembayan.
B. Pembatasan Masalah.
Semangat
kerja yang dirasakan oleh guru (pegawai) menurut Nawawi (1987:131) dipengaruhi
oleh : 1). Minat/perhatian terhadap pekerjaan, 2). Upah /gaji, 3). Nilai
pekerjaan itu sendiri 4). Suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan,
5). Penempatan pegawai, dan. 6). Status pegawai.
Begitu
kompleknya faktor yang mempengaruhi semangat kerja, dalam penelitian ini
penulis membatasi hanya pada faktor komunikasi. Karena faktor tersebut yang
dominan di lapangan. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: komunikasi
organisasi sebagai variabel bebas (X) dan semangat kerja sebagai veriabel
terikat (Y).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka masalah pokok yang diteliti dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana komunikasi organisasi
yang berlangsung di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
2.
Bagaimana semangat kerja guru di
sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
3.
Apakah ada hubungan antara
komunikasi organisasi, dengan semangat kerja guru di sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Palembayan.
D. Tujuan Penelitian.
Sesuai
dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui komunikasi
organisasi yang terjadi di sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan,
2.
Untuk mngetahui semangat kerja
guru di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
3.
Untuk mengetahui hubungan
komunikasi organisasi dengan semangat kerja guru di Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Palembayan.
E. Hipotesis.
Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu "terdapat hubungan yang berarti
antara komunikasi organisasi dengan semangat kerja guru di Sekolah Dasar Negeri
di Kecamatan Palembayan".
F. Asumsi.
1.
Komunikasi merupakan urat nadi
kegiatan dalam organisasi untuk mendapat informasi di sekolah.
2.
Semangat kerja guru perlu dibina
dalam rangka meningkatkan produktifitas di sekolah
3.
Semangat
kerja dapat dibina salah satunya dengan mengembangkan komunikasi organisasi
yang menyenangkan
G. Kegunaan Penelitian.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi:
1.
Kepala sekolah untuk dapat
melakukan komunikasi organisasi yang baik dan efektif, serta mampu meningkatkan
semangat kerja guru.
2.
Guru dalam upaya meningkatkan
komunikasi organisasi sehingga mencapai semangat kerja yang diharapkan.
3.
Kepala Dinas dan Pengawas
Pendidikan dalam upaya pembinaan terhadap personil sekolah dalam hal
menciptakan komunikasi organisasi yang baik, efektif, untuk meningkatkan
semangat kerja guru yang diharapkan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Semangat Kerja.
a. Pengertian.
Semangat
kerja merupakan modal dasar yang sangat penting dimiliki seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas. Karena semangat kerja merupakan aktifitas psikologis yang
mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan lebih keras untuk mencapai
tujuan tertentu.
Semangat
kerja disebut juga dengan moril kerja dan kegairahan kerja. Antara istilah
moral, semangat dan kegairahan kerja sulit untuk mengambil batasannya. Karena
antara ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jadi semangat kerja
merupakan istilah yang dipergunakan secara luas sehingga sukar digambarkan arti
sesungguhnya.
Sehubungan
dengan semangat kerja, Moekijat (1983: 138) mejelaskan sebagai berikut:
Suasana
keseluruhan yang dirasakan samar-samar oleh anggota suatu kelompok
masyarakat/organisasi, sehingga apabila orang-orang dalam suatu organisasi
merasa baik, bahagia, optimis, maka kebanyakan orang menggambarkan orang-orang
dalam organisasi tersebut mempunyai moril atau semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya jika mereka suka membantah, menyakitikan hati, kelihatan aneh,
merasa dalam kesulitan dan tidak tenang, maka keadaan mereka menggambarkan
semangat kerja yang rendah.
Selanjutnya Moekijat (1983 : 140)
mengatakan bahwa:
Dengan
adanya semangat kerja yang tinggi akan memberikan sikap-sikap positif:
kesetiaan, kegembiraan, kerjasama dan ketaatan terhadap kewajibannya atau
disiplin terhadap peraturan-peraturan.
Mempertegas
pengertian semangat kerja di atas Kighton dalam Moekijat (1974 : 201)
menjelaskan bahwa “ semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang
untuk bekerja sama dengan giat dan konsekwen dalam mengejar tujuan bersama”.
Sehubungan dengan pengertian semangat kerja, Nawawi (1987 : 122) mengemukakan
bahwa:
Suasana batin yang mempengaruhi tujuan individu atau organisasi,
suasana batin ini terwujud dalam aktivitas-aktivitas individu pada saat
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana dimaksud berupa perasaan
senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah, dan bersemangat atau
tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Dalam
beberapa definisi di atas terkandung pengertian-pengertian bahwa, semangat
kerja adalah gejala psikologi baik berupa perasaan, sikap, suasana batin
seseorang pada saat individu tersebut melaksanakan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Dimana suasana tersebut dapat berupa perasaan senang dalam bekerja
untuk giat dan konsekwen dalam mencapai tujuan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Banyak
faktor yang mepengaruhi semangat kerja, diantaranya faktor hubungan antara
pimpinan dengan bawahan, dan antara sesama bawahan. Apabila hubungan sesama
pegawai baik, maka semua pegawai yang ada bekerja dengan senang hati dan nampak
bergairah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya yang pada
akhirnya semangat kerja akan dirasakan.
Semangat
kerja yang dirasakan guru menurut Purwanto (1995: 61) dipengaruhi oleh : 1).
Adanya tingkat kehidupan yang layak, 2). Adanya kondisi-kondisi kerja yang
menyenangkan, 4). Suasana dan rasa kekeluargaan, 5). Perlakuan yang adil dari
atasan, 6). Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan
jasa-jasa yang diperbuatnya, 7). Terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran
untuk ingin berkembang, 8). Kesempatan berpartisifasi, berkomunikasi dalam
organisasi dan diikut sertakan dalam menentukan kebijakan (Policy), 9).
Kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Adapun
faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai menurut Nawawi (1987: 131)
adalah: a.) minat/ perhatian terhadap pekerjaan, b) upah / gaji, c) nilai
pekerjaan itu sendiri, d) suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan,
e) penempatan pegawai, dan f) status sosial.
Burt dalam
Anaroga (1998 : 83) menyatakan bahwa faktor-faktor semangat kerja yaitu: a)
faktor hubungan antara keryawan, antara lain; hubungan langsung antara manajer
dengan karyawan, hubungan sosial diantara karyawan, faktor psikis dan kondisi
kerja, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja, b) faktor-faktor
individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin, c)
faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga
karyawan, rekreasi pendidikan.
Garton
(1976 : 114) yang mengutip hasil temuan Nefier mengatakan bahwa ada 12 faktor
yang terkait dengan semangat kerja yaitu: 1) Pengertian dan penghargaan guru
sebagai satu individu, 2) Kepercayaan guru terhadap kompetensi profesional
administrasi, 3) Dukungan yang diterima guru dalam menanggulangi
masalah-masalah disiplin, 4). Persepsi guru dalam merumuskan kebijaksanaan yang
akan mempengaruhi mereka, 5) Perlengkapan dan fasilitas, 6) Tugas-tugas mengajar
yang setaraf dengan tingkat pendidikan, 7)Distribusi tugas-tugas ekstra
kurikuler yang adil dan pantas, 8) Latihan profesional yang diselenggarakan
melelui suatu program latihan dan jabatan, 9) jaminan kerja, 10) Distribusi
bukan mengajar yang adil dan merata, 11) Kebijakan yang layak tentang cuti, 12)
Bagi yang sebanding dengan latar belakang propesi yang dibutuhkan. Davis (1996
: 151) mengemukakan bahwa: “ Apabila komunikasi efektif, ia dapat mendorong
timbulnya prestasi yang lebih baik dan semangat kerja”.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa banyaknya faktor yang
mempengaruhi semangat kerja yang antara lain: pekerjaan itu sendiri, hubungan
antara karyawan, jaminan finansial, penempatan pegawai, hubungan kemanusiaan,
kepercayaan, dukungan, kebijakan dan fasilitas, dan terlihat bahwa komunikasi
organisasi merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi semangat kerja.
c. Ciri-ciri Semangat Kerja.
Ciri-ciri
semangat kerja dapat dilihat dari beberapa pandapat ahli. Wijaya (1995 : 71) mengemukakan,
tinggi rendahnya semangat kerja akan terlihat dari ciri-ciri antara laian “
rasa tanggung jawab dan disiplin kerja, rasa solidaritas, penghormatan dan
kepercayaan kepada atasan.”
Selanjutnya
Puwanto (1995 : 61) berpendapat:
Rasa kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, sifat-sifat dapat dipercaya
dan kesanggupan bekerja sama menjadi ciri-ciri dari semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya semangat kerja yang rendah dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut: percekcokkan yang terus menerus, kurang sanggup menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan, dan frekwensi absensi yang tinggi.
Pendapat
lain Moekijat (1985 : 194) mengemukakan: “semangat kerja rendah adalah terlalu
banyak untuk keluar, atau mereka sering datang terlambat, bahkan mungkin juga
mereka tidak bersikap sopan terhadap pimpinan”.
Pendapat-pendapat
tersebut di atas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
ciri-ciri semangat kerja adalah loyalitas, antusiasme terhadap tugas, disiplin,
inisiatif dan kreatifitas dalam bekerja.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut
yang dijadikan indikator semangat kerja ke dalam penelitian ini adalah
disiplin, tanggung jawab, antusiasme terhadap tugas, dan kerja sama yang
selanjutnya akan dibahas satu-persatu sebagai berikut:
1).
Disiplin.
Disiplin
dapat diartikan tata terhadap peraturan atau berbuat sesuai dengan ketentuan
yang ada. Depdikbut (1990 : 650) mengartikan disiplin: “ketaatan (kepatuhan)
pada peraturan, tata tertib dan sebagainya”. Selanjutnya Nawawi (1987 : 104)
menyatakn Disiplin yaitu: “ kesediaan mematuhi secara sadar peraturan yang
berlaku dalam organisasi kerja”.
Sebagai
organisasi yang memiliki tujuan yang hendak dicapai tentunya memerlukan
personil yang disiplin baik dalam melaksanakan tugas rutin maupun tugas lain
yang dibebankan kepadanya. Guru yang disiplin akan selalu berusaha untuk
melaksanakan semua tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, tepat waktu dan
penuh pangabdian.
Sebagai
organisasi sekolah harus memiliki berbagai ketentuan dan peraturan yang harus
ditaati oleh semua anggotanya. Siagian (1999 : 205) mengemukakan:
... Setiap anggota organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang
harus ditaati oleh anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan
tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan
berbagai ketentuan tersebut.
Jadi guru
yang disiplin tidak hanya melaksanakan tugasnya tetapi juga harus mentaati
peraturan dan ketentuan yang ada. Ketentuan-ketenatuan itu termasuk misalnya
kode etik guru dan norma-norma yang berlaku. Dengan disiplin yang baik dalam
pelaksanaan tugas maka tentu semua tugas yang dibebankan kepadanya terlaksana
dengan baik. Guru-guru yang disiplin akan menjadi teladan yang baik bagi
murid-muridnya.
2). Tanggung jawab
Menurut
Nitisemito (1986 : 11) tanggung jawab artinya bersedia menerima resiko dari
suatu pekerjaan merupakan unsur loyalitas terhadap atasan dan tanggung jawab
dapat menimbulkan gairah dan semangat kerja. Kesetiaan guru merupakan nilai
tersendiri yang pantas terus dibina dan dikembangkan agar mereka merasa
bertanggung jawab terhadap tugas yang pada gilirannya dapat meningkatkan
semangat kerja mereka.
3). Antusiasme terhadap tugas.
Handayaningrat
(1985 : 72) mengemukakan bahwa: “ Antusiasme adalah cara meningkatkan dan
memperhatikan perhatian yang tulus ikhlas dan mengembirakan serta semangat
berkobar-kobar dalam pelaksanaan kewajiban”.
Semangat
yang tinggi dapat dilihat dari antusiasme terhadap tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Semangat kerja yang tinggi akan mendorong guru bekerja dengan tulus
ikhlas, penuh kesadaran tanpa ada rasa terpaksa dan dengan perasaan senang.
Guru yang antusias selalu ceria dan gembira dalam bekerja. Selanjutnya
keceriaan dan kegembiraan dalam pelaksanaan tugas guru tersebut akan membuat
guru tidak bosan dan jenuh dalam melaksanakan tugas rutin yang relatif banyak
dan secara langsung akan dapat mendorong siswa untuk belajar penuh gairah.
4). Kerja Sama.
Menurut Badudu (1996 : 678) “kerja
sama adalah suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama”. Pekerjaan yang
dilakukan oleh beberapa orang bila dapat dikerjakan dengan semangat hasilnya
akan cepat dan baik.
Sehubungan dengan kerja
sama ini, Rifma dan Yuskal (2002 :55) menjelaskan bahwa kerja sama berarti
bekerja bersama-sama kearah tujuan yang sama.
Jadi jelaslah bahwa
dalam suatu organisasi di sekolah perlu mengupayakan kerja sama dengan baik sehingga memungkinkan
guru dapat melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab
2.
Komunikasi
a.
Pengertian
Pengertian komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan
sudut pandang mereka. Forsdale dalam Muhammad (2002 :2) mengatakan
"komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu,
sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat diartikan, dipelihara dan diubah".
Sejalan dengan pendapat di atas Davis (1991 :150) mengatakan "Komunikasi adalah penyampain informasi
dan pengertian dari satu orang kepada orang lain". Komunikasi merupakan
suatu cara menyampaikan buah fikiran perasaan dan nilai kepada orang lain,
sehingga orang itu dapat menerima dan
memahaminya dengan baik.
Selanjutnya Kelley dalam Muhammad
(2002 :2) mengemukakan "komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dala bentuk verbal untuk mengubah tingkahlaku orang
lain".
Dari beberapa pendapat di atas
jelaslah bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses atau penyampaian
informasi, gagasan, ide-ide dari seseorang kepada seseorang atau kelompok dalam
bentuk verbal atau non verbal yaitu mengubah tingkahlaku sipenerima pesan, baik secara pribadi maupun kelompok yang ada didalam organisasi
tersebut
b.
Komponen
Komunikasi
Dalam proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam
diri seseorang dan diantara dua orang atau lebih pada organisasi, maka kelihatan bahwa ada
bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi yang terjadi yaitu
pengirim pesan, pesan, saluran, penerima pesan dan balikan. Selanjutnya akan
dibahas secara ringkas
1. Pengirim pesan
Pengirim pesan dalam organisasi adalah orang atau individu yang
mengirimkan pesan baik dari atasan pada bawahan, bawahan pada atasan atau
sesama bawahan. Menurut Muhammad (2002 :17) menyatakan bahwa "pesan atau
informasi akan dikirimkan berasal dari otak sipengirim pesan". Pada setiap
individu terdapat kemungkinan pesan yang tidak terbatas jumlahnya oleh sebab
itu pengirim pesan perlu memiliki dan mempertimbangkan pesan yang akan
disampaikan
2. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada sipenerima dalam
bentuk verbal atau non verbal. Menurut Muhammad (2002 :68) mengemukakan bahwa
"pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek,
kejadian yang dihasilkan interaksi oleh
orang lain". Jadi pesan yang berkenaan dengan tugas dalam suatu organisasi
sangat terkait dengan produksi organisasi, pelayanan dan kegiatan khusus yang
berkenaan dengan kelancaran organisasi
dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Saluran
Menurut Muhamad (2002:18) "saluran adalah : jalan yang dilalui
pesan dari sipengirim dengan sipenerima" dalam menyampaikan pesan kepada
atasan, bawahan atas sesama bawahan dapat terjadi secara langsung atau melalui
alat perentara yaitu melalui surat, radio, video, surat kabar, dan lain-lain.
Disamping itu penerima pesan juga dapat menggunakan alat indera dalam menerima
informasi. Melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, alat peraba, dan alat
pengecap pesan dapat diartikan
4. Penerima pesan
Penerima pesan adalah :orang yang menganalisa dan menginterprestasi isi
pesan yang diterimanya. Penerima pesan
yang baik terikat sekali dengan kelengkapan alat tubuh seseorang, sebab
penerima pesan akan terganggu apabila salah satu alat tubuh rusak, seperti
gangguan pendengaran atau penglihatan atau sebainya.
5. Balikan
Aksi yang diterima dapat memberikan reaksi pada pengirim pesan sebagai
respon atau balikan dari pesan yang diterima seseorang. Komunikasi antara
anggota organisasi harus jelas agar komunikasi berjalan efektif dalam arti
bahwa pesan yang diterima harus sama dengan maksud dari pengirim pesan
c.
Proses
Komunikasi
Proses komunikasi kepentingannya sangat besar dalam organisasi
karena komunikasi yang terjadi dapat
membawa perubahan. Di sekolah akan terjadi tukar menukar pesan di antara Kepala
Sekolah dengan majelis guru dan pegawai lainnya. Penyampaian suatu pesan dapat
terjadi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi antara personil sekolah
terjadi berkepanjangan dan bersifat dinamis karena selalu mengalami perubahan.
Untuk lebih memahami informasi tentang kelancara tugas di sekolah seringkali
penyampaian informasi tersebut diulang, bahkan perlu setiap guru memiliki buku
notulen kelas, guna mencatat informasi penting menyangkut kelancaran dinas guru
maupun Kepala Sekolah. Muhammad (2002:68) menyatakan "suatu organisasi
adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar
pesan diantara anggotanya". Demikian pula di sekolah, antara kepala
sekolah dengan guru, antara guru dengan rekan kerja lainnya perlu adanya proses
komunikasi yang terarah dalam pembinaan terhadap kerja bawahan terutama sekali
informasi mengenai kepegawaian, kesiswaan, kurikulum, pengelolaan keuangan
sekolah, pemanfaatan sarana dan prasarana, dan perlunya pengembangan hubungan
sekolah dan masyarakat untuk kelancaran pendidikan.
Berdasarkan keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjadi pada organisasi di sekolah
perlu ditingkatkan, karena merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terus-menerus dalam suatu
organisasi serta dapat menimbulkan suatu perubahan.
3.
Komunikasi Organisasi.
a. Pengertian.
Pengertian
komunikasi organisasi banyak dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan sudut
pandang mereka. Redding dan Sanborn dalam Muhammad (2002 : 65) Menyatakan:
“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks”. Komunikasi organisasi merupakan suatu penyampaian
buah fikiran, perasaan dan nilai kepada orang lain, segingga orang itu memahami
dan menerimanya dengan baik sejalan dengan pendapat di atas Sendjaja (1993 :8)
mengemukakan “ Komunikasi organisasi adalah suatu proses yang terjadi di dalam
diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.
Selanjutnya
Goldhaber dalam Muhammad (2002 : 67) mengemukakan: “ Komunikasi organisai
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Dari
beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian informasi, tukar menukar pesan, gagasan, ide-ide dalam
satu jaringan hubungan antara seseorang kepada seseorang atau kelompok untuk
mengubah tingkah laku sipenerima pesan, baik secara pribadi meupun kelompok
yang ada dalam organisasi tersebut.
b. Pentingnya Komunikasi Organisasi.
Komunikasi
merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam organisasi. Organisasi tidak
mungkin berjalan lancar tanpa komunikasi, apabila komunikasi organisasi tidak
ada pimpinan tidak dapat memberikan dan menerima masukan informasi, koordinasi
kerja tidak mungkin dilakukan, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang
dilakukan rekan sekerjanya dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan/
kegagalan komunikasi. Wekley (1988 : 70) mengatakan: “ komunikasi merupakan
suatu proses yang fital dalam organisasi, karena komunikasi diperlukan bagi
efektifitas kapemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan maupun
konflik serta proses-proses organisasi”. Oleh karena itu komunikasi organisasi
yang efektif perlu diciptakan agar terjadi interaksi yang serasi antara atasan
dengan bawahan, dan antara sesama anggota organisasi. Begitu juga dalam penyelenggaraan organisasi
disekolah diperlukan komunikasi yang efektif agar dapat menunjang keberhasilan
sekolah. Dengan diharapkan produk
pendidikan akan meningkat.
Dengan
adanya komunikasi yang efektif merupakan usaha untuk menciptakan suasana saling
pengertian, melancarkan kegiatan, memangkitkan kesadaran, dan idealisme serta
memotivasi untuk bekerja lebih keras lagi, sehingga mendorong semangat kerja.
c. Jenis Pesan Yang di Kominukasikan.
Jenis
pesan yang dikomunikasikan dalam suatu organisasi dapat dalam bentuk perintah,
informasi, teguran, instruksi, pengarah, nasehat, ajuran, koordinasi, saran dan
ide. Menurut Wekley (1988 : 78-85) jenis pesan meliputi: “pengarahan
perintah-perintah, indokrinasi, inspirasi, evaluasi dan laporan, saran-saran,
rekomendasi, usulan, pendapat-pendapat, keluhan-keluhan, permintaan, serta
koordinasi dan pemecahan masalah”. Sementara itu Muhammad (2002 : 47-124)
mengemukakan pesan biasanya berhubungan dengan: “pengarahan, tujuan, disiplin,
perintah, pertanyaan, kebijaksanaan,
saran, serta koordinasi, pemecahan,
penyesuaian konflik dan informasi”. Untuk kelancaran tugas disekolah kepala sekolah, guru dan pegawai
lainnya perlu adanya informasi tentang pembagian tugas dengan jelas agar guru
lebih memahami tugas yang dijalankan. Pesan yang disampaikan oleh pimpinan atau
sesama bawahan adakalanya dalam bentuk
perintah, nasehat dan saran-saran.
Pesan
yang diterima oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat menunjang
kegiatan yang sedang dilakukan dalam organisasi di sekolah. Menurut Wekley (1988 : 84) “ jaringan
komunikasi yang efektif adalah jaringan yang dapat menyediakan informasi yang
akurat dan relevan untuk orang yang membutuhkan pada saat dibutuhkan”.
d. Kelancaran Arus Komunikasi
Organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik
suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan.
Komunikasi
yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Para komunikator dalam
organisasi perlu menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Informasi yang
disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan dipahami oleh komunikan tanpa
ada hambatan atau kendala yang dapat mempengaruhi isi dan pesan yang
disampaikan oleh koimunikator .
Siagian (1994: 55) menyatakan “
Suata
proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan yang
ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh
sasaran komunikasi/ penerimaan pesan dalam bentuk jiwa dan semangat yang persis
sama seperti yang diinginkan dan dimaksud oleh sumber pesan tersebut.
Sementara
itu Dahle dalam Wekley (1988 : 94) menyatakan “ penggunaan multi media untuk
meningkatkan kemungkinan bahwa suatu pesan akan diterima dan dipahami”. Pada
dasarnya komunikastorlah yang memilih saluran yang hendak di gunakannya dan dia
pulalah yang menentukan apakah saluran itu tepat dan komunikasi yang
disampaikan efektif. Demikian pula dengan komunikasi yang akan disampaikan di
sekolah tidak selalu melalui rapat, adakalanya pesan tersebut dituliskan pada
papan pengumuman agar semua anggota organisasi di sekolah memahami dengan
benar. Siagian (1994;57) mengatakan “pemilihan saluran yang tepat menjadi
sangat penting karena apakah pesan diterima secara utuh oleh penerima atau
tidak sangat tergantung pada bentuk dan saluran tersebut.
Kadang-kadang
komunikasi tidak dapat menciptakan saling pengertian antara komunikasi dan
komunikator, atau tidak terjadi komunikasi yang efektif antara pengirim dan
penerima pesan. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi, baik dari sipengirim, sipenerima atau dari pesan itu sendiri
e).
Jaringan komunikasi
Di antara orang-orang dalam
organisasi ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui
jalan tertentu yang disebut jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi dalam suatu organisasi
dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan informal. Jaringan
komunikasi formal terdiri dari komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan
komunikasi horizontal. Seperti penyampaian rapat periodik disekolah akan
lebih cocok diadakan pertemuan yang bersifat formal, kemudian diiringi juga
dengan pesan-pesan yang bersifat informal. Antara guru dengan guru lainnya
supaya pesan yang diterima semua anggota organisasi disekolah efektif. Menurut Muhammad (2000: 107-124) komunikasi kebawah menunjukan arus
pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya, dan
komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau
dari tingkat yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi. Sedangkan
komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama
tingkatannya dalam organisasi .
Wekley (1988: 77-79) menyatakan komunikasi ke bawah mengalir dari top
manajemen, melalui manajemen menengah menuju jejang manajemen ke bewah, dan
akhirnya kepada pekerja lapangan. Dan komunikasi ke atas mengalir dari bahwa ke
jenjang tertinggi dalam hirarki kekuasaan biasanya sepanjang rantai komando.
Sedangkan komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang berada dalam
jenjang yang sama dalam hakikat kekuasaan.
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa jaringan komunikasi
terdiri dari komunikasi formal berupa komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan
komunikasi informal bersifat pribadi, informasi mengalir keatas kebawah atau
secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi.
f). Iklim
Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi ikut mempengaruhi tingkah laku pegawai
dalam menjalankan tugas. Iklim komunikasi yang positif tidak hanya
menguntungkan bagi organisasi tetapi juga sangat penting bagi kehidupan manusia
dalam organisasi. Apabila
guru-guru disekolah tidak memperhatikan iklim yang menguntungkan bagi semua
anggota organisasi maka akan terjadi kekacauan dan kegaduhan, isu-isu cepat
berkembang yang akhirnya menyebabkan kebosanan dalam menjalankan tugas menurut Muhammad (2000:85) menyatakan
bahwa :
Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota
organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota
yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani
berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan .
Selanjutnya
Denis dalam Muhammad (2000:86) mengemukakan bahwa : “Iklim komunikasi sebagai
kwalitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal
organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan
hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi”.
Dari
beberapa pendapat di atas maka yang menjadi persoaalan penting dalam Iklim
komunikasi organisasi adalah: sumber komunikasi dan hubungannya dalam
organisasi, penerimaan, balikan, persepsi anggota organisasi, dan rasa
persaudaraan
4. Hubungan Komunikasi Organisasi dengan semangat kerja.
Semangat
kerja yang dirasakan guru ada kaitannya dengan komunikasi yang terjadi dalam
organisasi atau lembaga pendidikan. Komunikasi yang tepat dapat meningkatkan
semangat kerja guru yang akhirnya kegairahan kerja akan dirasakan. Sebab tanpa
komunikasi yang tepat, efektif dan efisien maka salah satu akibatnya adalah
informasi tentang pembagian tugas guru tidak jelas, dan tidak dapat dilakukannya.
Sehingga semangat kerja guru rendah dan menyebabkan para guru melaksanakan
tugas asal jadi saja dan tidak memberikan semangat atas pekerjaan yang
dilakukan, sehingga dapt menurunkan produktifitas hasil yang diinginkan. Sri
(1987 : 72) mengatakan: komunikasi yang
tidak efektif atau tidak efesian
menyebabkan kerja tidak efisien juga dapat menimbulkan masalah seperti kesalah
pahaman, keputusasaan, menurunnya motivasi dan semangat kerja.
Dalam
berkomunikasi organisasi akan terjadi inteaksi antara penyampaian pesan dengan
penerima pesan, dimana penyampai pesan menyampaikan pesan-pesan baik berbentuk
tugas, pesan pemeliharaan yang mengandung kebijaksanaan dan pengaturan
organisasi yakni pesan yang mempertimbangkan sikap dan pemenuhan kebutuhan ayau
semangat kerja Muhammad (1995 : 128) mengatakan:
Komponen manusia sangat penting dalam
organisasi dan karena itu mereka menekankan pentingnya individu dan hubungan
sosial dalam kehidupan organisasi. Berbagai bentuk komunikasi organisasi
dikembangkan, baik komunikasi pada bawahan, kepada atasan, horizontal dan
informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi yang dominan dalam
organisasi memungkinkan kebutuhan manusia dalam organisasi terpenuhi.
Menurut Liliweri (1997 : 43) bahwa: “ pesan dalam proses komunikasi
yang selalu mempengaruhi manusia melalui pengertian yang diungkapkan dan
informasi yang dibagi, semangat kerja yang disumbangkan. Semua pesan itu
membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan barangkali meneguhkan perilaku
manusia.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi
organisasi berhubungan dengan semangat, sebab tanpa komunikasi, organisasi yang
efektif dan efesien, maka pesan-pesan yang disampaikan tidak akan sampai pada
sasarannya, sehingga menimbulkan ketidaktahuan tentang apa yang akan dilakukan
oleh orang yang menerima pesan sehingga menimbulkan kurangnya semangat untuk
menyelesaikan pekerjaan yang harus dilakukannya.
B. Kerangka Konseptual.
Dalam suatu organisasi tidak mungkin
berjalan lancar tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan urat nadinya organisasi.
Komunikasi yang lancar akan membuat para pegawai/ guru bekerja dengan senang
hati dan bergairah melaksanakannya, sehingga dapat merasakan suatu semangat
yang tinggi. Semangat kerja yang dirasakan oleh para karyawan akan berdampak
terhadap produktifitas.
Proses komunikasi kepentingan sangat
besar karena dapat membawa perubahan. Perubahan itu mungkin terjadi langsung
atau tidak langsung, berarti atau tidak berarti. Semuanya itu terjadi sebagai
hasil dari proses komunikasi. Dilihat dari segi komunikasi perlu sekali
diperhatikan jenis pesan yang disampaikan, kelancaran arus komunikasi jaringan
komunikasi yang digunakan, dan iklim komunikasi untuk meningkatkan semangat
kerja guru.
Semangat kerja guru dalam masalah di
atas dapat dilihat dari aspek disiplin kerja, rasa tanggung jawab, Antusiasme
terhadap tugas, dan kerja sama.
Secara sistematis hubungan
komunikasi dengan semangat kerja guru, sebagai kerangka konseptual penelitian
ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan di jelaskan
tentang jenis penelitan, populasi, sampel, jenis data, variabel,
istrumen, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini digolongkan kedalam
jenis penelitian kolerasional. Arikunto (1997:32) mengatakan bahwa penelitian
korelasi dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (x)
komunikasi organisasi dan variabel terikat (y) semangat kerja guru. Dengan
demikian penelitian ini mencoba melihat hubungan antara komunikasi organisasi
dengan semangat kerja guru di SD Negeri Kecamatan Palambayan.
B. Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua guru di SDN Lingkungan Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Olah Raga di
Kecamatan Palembayan yang berjumlah 162 orang.
2.
Sampel
Menurut Praseptya (1999:35) bahwa
sekedar untuk mengancar-ancar apabila populasinya kurang dan sama dengan 100,
maka diambil semua sebagai sampel. Jika populasinya besar dari 100 maka diambil
sebagai sampel 25%-30%.
Berdasarkan pendapat di atas yang akan diambil sebagai sampel adalah
30% dari populasi yang ada yaitu 57 orang. Dengan demikian dalam penelitian ini
menggunakan teknik "area probability sample", yaitu menurut daerah Kelompok Kerja Guru (KKG) atau
gugus yang tersedia. Sampel diambil secara acak atau secara random sampling menurut daerah
kelompok kerja guru tersebut.
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
No
|
Gugus
|
Nama sekolah
|
Populasi
|
Sampel
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
I
|
SDN 15 Baringin II
SDN 08 Baringin V
SDN 02 III Koto
Sipinang
SDN 16 III Koto
Sipinang
SDN 22 III Koto
Sipinang
SDN 24 III Koto
Sipinang
|
5
7
2
2
2
4
|
|
|
|
|
|
22
|
7
|
|
7
8
9
10
|
II
|
SDN 10 Baringin IV
SDN 14 Baringin III
SDN 36 Baringin IV
SDN 43 Baringin III
|
3
3
4
4
|
|
|
|
|
|
14
|
5
|
|
11
12
13
14
15
16
17
|
III
|
SDN 01 Pasar
Palembayan
SDN 03 III Koto
Sei. Puar
SDN 06 Bamban
SDN 18 Bamban
SDN 33 III Koto
Sei. Puar
SDN 42 Bamban
SDN 40 Piladang
|
8
2
3
4
6
2
3
|
|
|
|
|
|
25
|
8
|
|
1819
20
|
IV
|
SDN 02 Palembayan
SDN 17 Ladang
Makmur
SDN 23 Ladang
Makmur
|
6
4
4
|
|
|
|
|
|
14
|
5
|
|
21
22
23
24
25
26
27
28
|
V
|
SDN 09 Gumarang
SDN 04 Tantaman
SDN 19 Silungkang
SDN 20 Gumarang
SDN 28 Tantaman
SDN 34 Silungkang
SDN 37 Gumarang
SDN 31 Gumarang
|
4
5
4
5
4
5
5
5
|
|
|
|
|
|
37
|
12
|
|
29
30
31
|
VI
|
SDN 32 Kayu Pasak
SDN 21 Kayu Pasak
SDN 26 Kayu Pasak
|
5
3
3
|
|
|
|
|
|
11
|
4
|
|
32
33
34
35
36
37
|
VII
|
SDN 38 Kayu Pasak
SDN 05 Kayu Pasak
SDN 07 Koto Alam
SDN 25 Koto Alam
SDN 35 Koto Alam
SDN 41 Koto Alam
|
5
4
5
2
3
2
|
|
|
|
|
|
22
|
7
|
|
38
39
40
41
|
VIII
|
SDN 12 Tapian
Kandis
SDN 13 Tapian
Kandis
SDN 27 Tapian
Kandis
SDN 39 Tapian
Kandis
|
8
3
8
3
|
|
|
|
|
|
28
|
9
|
|
|
Jumlah
|
162
|
57
|
|
C. Jenis
Data
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif diperoleh langsung dari
responden mengenai komunikasi organisasi dan semangat kerja guru di Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
D. Variabel
Penelitian
Penelitian
ini terdiri dari dua variabel, yaitu :
1.
Variabel bebas (x) yaitu komunikasi organisasi dengan
indikatornya adalah :
a.
Jenis pesan yang dikomunikasikan
b.
Kelancaran Arus komunikasi
c.
Jaringan komunikasi
d.
Iklim Komunikasi
2.
Variabel terikat (Y) yaitu
semangat kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Palembayan dengan indikatornya :
Disiplin, tanggung jawab, Antusiasme terhadap tugas dan kerja sama
E.
Instrumen Penelitian
1.
Alat pengumpul data
Sesuai dengan data yang diperlukan
dalam penelitian ini, maka alat yang penulis gunakan dalam pengumpulan data
adalah angket, yaitu angket tertutup. Angket bertujuan untuk memperoleh data
primer berupa data, fakta, informasi dan keterangan lainnya yang diperoleh
untuk menguji hipotesis. (Arikunto: 1992)
2.
Penyusunan angket
Angket penelitian ini disusun
berdasarkan prosedur sebagai berikut :
a.
Menentukan Variabel dan Sub
Variabel
b.
Menentukan Indikator dari Sub
Variabel yang dijadikan pedoman dalam menyusun butir instrumen
c.
Membuat kisi-kisi angket
d.
Menkonsultasikan dnegan dosen
pembimbing
e.
setelah melalui konsultasi
beberapa kali dengan dosen pembimbing, dan perbaikan seperlunya, instrumen
diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
f.
Melakukan uji coba anngket.
Angket
diuji cobakan kepada sepuluh orang guru di luar dari sampel
g.
Menganalisis hasil uji coba untuk
mengetahui reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Arikunto (1997 )
R I I =
n - 1- å Q 2
n-1 Q1 2
Untuk
mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi tata
jenjang, Nawawi (1992: 188)
rxy = 1 –
|
6åD2
|
N (N2-1
|
h.
Menyusun instrumen lengkap untuk
mengumpulkan data.
i.
Melaksanakan pengumpulan data.
F. Prosedur
Pengumpulan Data
Angket
diberikan kepada sampel penelitian ini, diawali dengan memberikan keterangan
bahwa informasi atau data yang diberikan tidak akan mempengaruhi tugas dan
jabatannya dalam melaksanakan tugas dan dijamin kerahasiaannya.
Pengumpulan data dilakukan dengan
dua kali datang pada masing-masing gugus. Pertama menyerahkan angket dan kedua
mengambil kembali angket yang bersangkutan. Waktu pengumpulan lebih kurang 15
hari, yaitu dari tanggal 10 2005 s/d 25 Januari 2005.
G. Analisis
Data
Proses analisis data hasil penelitian dilakukan sebagai berikut:
1.
Pemberian skor
Setiap item angket yang disebarkan, disediakan empat alternatif
jawaban, yaitu:
a.
Untuk pernyataan positif : SL =
Selalu dengan bobot 5, SR = Sering dengan
bobot 4, KD = Kadang-kadang dengan bobot 3, JR = jarang dengan bobot 3, TP =
tidak pernah dengan bobot 1.
b.
Untuk pernyataan Negatif : SL =
Selalu dengan bobot 1, SR = Sering
dengan bobot 2, KD = Kadang-kadang dengan bobot 3, JR = jarang dengan
bobot 4, TP = tidak pernah dengan bobot 5.
2. Pengolahan data
a.
Data yang telah diskor, dimasukkan
ke dalam distribusi frekwensi skor variabel x dan y. Kemudian dicari skor
rata-rata (Mean), Median, Modus dan Standar Deviasi (SD) untuk mendapatkan
gambaran dari kedua variabel tersebut. Data diolah menggunakan komputer dengan
program exel
b.
Menentukan gambaran secara
kualiatif hasil penelitian untuk masing-masing variabel (Komunikasi Oraganisasi
dan Semangat Kerja Guru) dan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Kategori
: Mean
Sangat baik 4,6 - 5
Baik 3,6 - 4,5
Cukup 2,6 - 3,5
Kurang 1,6 - 2,5
Sangat Kurang 1 - 1,5
3. Melakukan uji normalitas terhadap data yang telah diskor dengan rumus
Chi Kuadrat (X2) yang dikemukan oleh Sudjana, dkk (2000 :124) yaitu:
X2 = (Q 1-E1)2
E1
Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
Q1 = Frekuensi
E1 = Frekuensi yang diharapkan
4. Menghitung koofesien korelasi
variabel X dengan variabel Y untuk mengetahui hubungannya dengan
menggunakan rumus korelasi product Momeant, Arikunto (1998 : 256)
r xy = γ åc¡-(åc) (åg) .
√{Nåc2 - (åc)2} {Någ2}- (åg)2}
Keterangan
r = koofesien korelasi
n = Jumlah subjek yang di teliti
x =Jumlah skor untuk variabel x
y = Jumlah Skor untuk variabel y
5. Menghitung keberartian koofisien
korelasi dengan menggunakan rumus t seperti yang dikemukan oleh
Sudjana (1996 : 146) sebagai berikut.
t = r √ n – 2
.
√ 1- (r)2
Keterangan :
t = Angka hasil pengujian
r = korelasi
variabel x dengan variabel y
n =
Jumlah sampel
Suatu koofisien korelasi dipandang
signifikan kalau harga t hasil penghitungannya sama atau lebih besar
dari harga kritis pada tabel distribusi t.
Kisi-kisi Indikator tentang Hubungan
Komunikasi Organisasi dengan Semangat Kerja Guru di Sekolah Dasar.
Variabel
|
Indikator
|
Sub
Indikator
|
Item
|
Komunikasi organisasi
|
Jenis pesan yang
dikomunikasikan
|
-
Petunjuk
-
Saran
-
Laporan
|
1 – 7
8 – 11
12 – 13
|
|
Kelancaran arus komunikasi
|
-
Cepat
-
Tepat
-
Jelas
|
14 – 15
16 – 17
18 – 19
|
|
Jaringan komunikasi
|
-
Formal
-
Informal
|
20 – 22
23 – 24
|
|
Iklim komunikasi
|
-
Menghargai
-
Persaudaraan
|
25 – 28
29 – 30
|
Semangat kerja guru
|
Displin
|
-
Tepat waktu
-
Bekerja sesuai prosedur
|
1 – 6
7 – 9
|
|
Tanggung jawab
|
-
Rela berkorban
-
Tidak melemparkan kesalahan
-
Berani menanggung resiko
|
10 – 11
12 – 13
14 – 15
|
|
Antusiasme terhadap tugas
|
-
Bersemangat
-
Pantang menyerah
-
Senang hati
|
16 – 17
18 – 21
22 – 23
|
|
Kerja sama
|
-
Suka membantu
-
Partisipasi
|
24 – 27
28 – 30
|
0 Comment