BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
lembaga pendidikan, guru merupakan orang terdepan dalam memajukan dunia
pendidikan, karena gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik.
Keberhasilan anak didik banyak sekali ditentukan oleh bagaimana cara guru
mengelola proses belajar mengajar. Guru dihadapkan pada suatu tuntutan tugas
yaitu pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu keberadaan guru sangat
menentukan keberhasilan di bidang pendidikan.
Keberhasilan
pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari kerja keras dan tanggung
jawab seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik merupakan
tugas utama seorang guru, disamping tugas lain yang ditentukan oleh kepala
sekolah. Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan
umumnya dan proses belajar mengajar khususnya. Keaktifan anak dalam belajar
mengajar sangat ditentukan oleh seorang guru yang mempunyai dedikasi tinggi
sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu semangat kerja yang
tinggi dari guru-guru merupakan persyaratan yang tidak dapat diabaikan lagi
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Guru
sebagai Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban yang harus ditaati, sebagaimana
bunyi pasal 5 undang-undang No 8 tahun 1974 :
Setiap
Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran
dan tanggung jawab.
Semangat
kerja dapat mempengaruhi kerja seseorang, sebab apabila guru bersemangat dengan
pekerjaannya akan menunjukkan kemampuan kerja yang lebih baik. Purwanto
(1995:60) menyatakan bahwa semangat merupakan “Reaksi emosional dan mental dari
seseorang terhadap pekerjaannya yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pekerjaannya”.
Semangat
kerja penting dalam mendukung pelaksanaan tugas seseorang. Semangat kerja
adalah suatu kegiatan yang dikerjakan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan,
sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat dikerjakan dengan cepat dan
tepat, Purwanto (1995:60) menyatakan bahwa:
Dilihat
dari sudut administrasi pendidikan semangat kerja adalah suatu disposisi pada
orang-orang di dalam suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkah laku dan
berbuat dengan cara-cara yang produktif bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan
dari pada organisasi atau usaha pendidikan.
Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa semangat kerja guru mempengaruhi mutu lulusan
suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian semangat kerja dalam menjalankan tugas baik sebagai guru
maupun sebagai kepala sekolah perlu ditingkatkan, sehingga semua kamponen yang
ada mempunyai semangat kerja yang tinggi dalam pelaksanaan tugas dan setiap
pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan mutu pendidikan pun akan
meningkat.
Semangat
kerja yang dirasakan guru menurut Purwanto (1995: 61) dipengaruhi oleh : 1).
Adanya tingkat kehidupan yang layak, 2). Adanya kondisi-kondisi kerja yang
menyenangkan, 3). Suasana dan rasa kekeluargaan, 4). Perlakuan yang adil dari
atasan, 5). Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan
jasa-jasa yang diperbuatnya, 6). Terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran
untuk ingin berkembang, 7). Kesempatan berpartisifasi, berkomunikasi dalam
organisasi dan diikut sertakan dalam menentukan kebijakan (Policy), 8).
Kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Adapun
faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai menurut Nawawi (1987: 131)
adalah: a.) minat/ perhatian terhadap pekerjaan, b) upah / gaji, c) nilai
pekerjaan itu sendiri, d) suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan,
e) penempatan pegawai, dan f) status sosial.
Komunikasi
di sekolah merupakan salah satu faktor penentu dan mendorong guru untuk bekerja
sebaik-baiknya dan penuh semangat kerja. Sebab tanpa komunikasi di sekolah, apa
yang ada dalam diri seorang guru atau kepala sekolah tidak akan sampai pada
guru atau pewagai lainnya.
Komunikasi
di sekolah yang efektif, diduga akan berdampak pada semangat kerja bagi guru.
Mengingat begitu pentingnya peranan komunikasi di sekolah bagi peningkatan
prestasi kerja dan semangat kerja, maka masalah komunikasi dalam lembaga
pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius.
Namun
pada SD Negeri Di Kecamatan Palembayan terlihat adanya guru yang kurang
semangat kerjanya, dengan gejala masih ada guru yang kurang disiplin dalam
menjalankan tugas, guru bersikap acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan,
kurang bergairah dalam menjalankan tugas, guru sering meninggalkan sekolah pada
saat jam kerja, guru kurang menunjukan perhatiannya terhadap pelaksanaan tugas
disamping itu juga kelihatan bahwa komunikasi di sekolah yang kurang efektif
akibatnya kesan yang diterima guru kurang jelas, komunikasi lebih banyak
bersifat formal kurangnya komunikasi informal, informasi yang diterima guru
sering terlambat sehingga mempersulit dalam melaksanakan pembaharuan,
komunikasi di sekolah bersifat tertutup guru tidak berani mengungkapkan saran
yang berhubungan dengan bidang tugasnya. Hal ini merupakan fenomena kurang
lancarnya komunikasi di sekolah.
Permasalahan yang
kelihatan tersebut tidak dapat dibiarkan terus menerus karena akan berdampak
pada hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan komunikasi di
sekolah dengan semangat kerja guru sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan
Kabupaten Agam.
B. Pembatasan Masalah.
Semangat
kerja yang dirasakan oleh guru (pegawai) menurut Nawawi (1987:131) dipengaruhi
oleh : 1). Minat/perhatian terhadap pekerjaan, 2). Upah /gaji, 3). Nilai
pekerjaan itu sendiri 4). Suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan,
5). Penempatan pegawai, dan. 6). Status pegawai.
Begitu
kompleknya faktor yang mempengaruhi semangat kerja, dalam penelitian ini
penulis membatasi hanya pada faktor komunikasi. Karena faktor tersebut yang
dominan di lapangan. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: komunikasi
di sekolah sebagai variabel bebas (X) dan semangat kerja sebagai veriabel
terikat (Y).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka masalah pokok yang diteliti dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi yang berlangsung di Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Palembayan.
2. Bagaimana semangat kerja guru di sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palembayan.
3. Apakah ada hubungan antara komunikasi di sekolah, dengan semangat kerja
guru sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palembayan.
D. Tujuan Penelitian.
Sesuai
dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komunikasi di sekolah yang terjadi di sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Palembayan,
2. Untuk mngetahui semangat kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palembayan.
3. Untuk mengetahui hubungan komunikasi di sekolah dengan semangat kerja
guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
E. Hipotesis.
Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini yaitu "terdapat hubungan yang berarti
antara komunikasi di sekolah dengan semangat kerja guru Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Palembayan".
F. Asumsi.
Penelitian
ini diangkat beradasarkan asumsi :
1. Komunikasi merupakan urat nadi kegiatan di sekolah untuk mendapat
informasi.
2. Semangat kerja guru perlu dibina dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Semangat kerja dapat dibina salah satunya
dengan mengembangkan komunikasi di sekolah yang menyenangkan
G. Kegunaan Penelitian.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi:
1. Kepala sekolah untuk dapat melakukan komunikasi di sekolah yang baik
dan efektif, serta mampu meningkatkan semangat kerja guru.
2. Guru dalam upaya meningkatkan komunikasi di sekolah sehingga mencapai
semangat kerja yang diharapkan.
3. Kepala Dinas dan Pengawas Pendidikan dalam upaya pembinaan terhadap
personil sekolah dalam hal menciptakan komunikasi di sekolah yang baik dan
efektif untuk meningkatkan semangat kerja guru yang diharapkan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1.
Semangat
Kerja.
a. Pengertian.
Semangat kerja
merupakan modal dasar yang sangat penting dimiliki seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas. Karena semangat kerja merupakan aktifitas psikologis yang
mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan lebih keras untuk mencapai
tujuan tertentu.
Semangat kerja
disebut juga dengan moril kerja dan kegairahan kerja. Antara istilah moral,
semangat dan kegairahan kerja sulit untuk mengambil batasannya. Karena antara
ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jadi semangat kerja merupakan
istilah yang dipergunkan secara luas sehingga sukar digambarkan arti
sesungguhnya.
Sehubungan
dengan semangat kerja Moekijat (1983:
138) mejelaskan sebagai berikut:
Suasana
keseluruhan yang dirasakan samar-samar oleh anggota suatu kelompok
masyarakat/organisasi, sehingga apabila orang-orang dalam suatu organisasi
merasa baik, bahagia, optimis, maka kebanyakan orang menggambarkan orang-orang
dalam organisasi tersebut mempunyai moril atau semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya jika mereka suka membantah, menyakitikan hati, kelihatan aneh, merasa
dalam kesulitan dan tidak tenang, maka keadaan mereka menggambarkan semangat
kerja yang rendah.
Selanjutnya Moekijat (1983 : 140)
mengatakan bahwa:
Dengan
adanya semangat kerja yang tinggi akan memberikan sikap-sikap positif:
kesetiaan, kegembiraan, kerjasama dan ketaatan terhadap kewajibannya atau
disiplin terhadap peraturan-peraturan.
Mempertegas
pengertian semangat kerja di atas Kighton dalam Moekijat (1974 : 201)
menjelaskan bahwa “ semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang
untuk bekerja sama dengan giat dan konsekwen dalam mengejar tujuan bersama”.
Sehubungan dengan pengertian semangat kerja, Nawawi (1987 : 122) mengemukakan
bahwa:
Suasana
batin yang mempengaruhi tujuan individu atau organisasi, suasana batin ini
terwujud dalam aktivitas-aktivitas individu pada saat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Suasana dimaksud berupa perasaan senang atau tidak senang,
bergairah atau tidak bergairah, dan bersemangat atau tidak bersemangat dalam
melakukan suatu pekerjaan.
Dalam
beberapa definisi di atas terkandung pengertian-pengertian bahwa, semangat
kerja adalah gejala psikologi baik berupa perasaan, sikap, suasana batin
seseorang pada saat individu tersebut melaksanakan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Dimana suasana tersebut dapat berupa perasaan senang dalam bekerja
untuk giat dan konsekwen dalam mencapai tujuan.
b. Ciri-ciri Semangat Kerja.
Ciri-ciri
semangat kerja dapat dilihat dari beberapa pandapat ahli. Wijaya (1995 : 71)
mengemukakan, tinggi rendahnya semangat kerja akan terlihat dari ciri-ciri
antara laian “ rasa tanggung jawab dan disiplin kerja yang tinggi, kerja sama
dan tanggung jawab kepada atasan.”
Selanjutnya
Puwanto (1995 : 61) berpendapat:
Rasa
kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, sifat-sifat dapat dipercaya dan
kesanggupan bekerja sama menjadi ciri-ciri dari semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya semangat kerja yang rendah dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut: percekcokkan yang terus menerus, kurang sanggup menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan, dan frekwensi absensi yang tinggi.
Pendapat lain
Moekijat (1985 : 194) mengemukakan: “semangat kerja rendah adalah terlalu
banyak untuk keluar, atau mereka sering datang terlambat, bahkan mungkin juga
mereka tidak bersikap sopan terhadap pimpinan”.
Pendapat-pendapat
tersebut di atas secara umum bahwa yang menjadi indikator semangat kerja adalah
rasa tanggung jawab, antusiasme terhadap tugas, disiplin dan kerjas sama dalam
menjalankan tugas.
Untuk lebih
jelasnya indikator semangat kerja tersebut selanjutnya akan dibahas
satu-persatu sebagai berikut:
1). Disiplin.
Disiplin dapat
diartikan tata terhadap peraturan atau berbuat sesuai dengan ketentuan yang
ada. Depdikbut (1990 : 650) mengartikan disiplin: “ketaatan (kepatuhan) pada
peraturan, tata tertib dan sebagainya”. Selanjutnya Nawawi (1987 : 104)
menyatakn Disiplin yaitu: “ kesediaan mematuhi secara sadar peraturan yang
berlaku dalam organisasi kerja”.
Sebagai
organisasi yang memiliki tujuan yang hendak dicapai tentunya memerlukan
personil yang disiplin baik dalam melaksanakan tugas rutin maupun tugas lain
yang dibebankan kepadanya. Guru yang disiplin akan selalu berusaha untuk
melaksanakan semua tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, tepat waktu dan
penuh pangabdian.
Sebagai
organisasi sekolah harus memiliki berbagai ketentuan dan peraturan yang harus
ditaati oleh semua anggotanya. Siagian (1999 : 205) mengemukakan:
Setiap
anggota organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh
anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manajemen
untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan
tersebut.
Jadi guru yang
disiplin tidak hanya melaksanakan tugasnya tetapi juga harus mentaati peraturan
dan ketentuan yang ada. Ketentuan-ketenatuan itu termasuk misalnya kode etik
guru dan norma-norma yang berlaku. Dengan disiplin yang baik dalam pelaksanaan
tugas maka tentu semua tugas yang dibebankan kepadanya terlaksana dengan baik.
Guru-guru yang disiplin akan menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya.
2).
Tanggung jawab
Menurut
Nitisemito (1986 : 11) tanggung jawab artinya bersedia menerima resiko dari
suatu pekerjaan merupakan unsur loyalitas terhadap atasan dan tanggung jawab
dapat menimbulkan gairah dan semangat kerja. Kesetiaan guru merupakan nilai
tersendiri yang pantas terus dibina dan dikembangkan agar mereka merasa
bertanggung jawab terhadap tugas yang pada gilirannya dapat meningkatkan
semangat kerja mereka.
3).
Antusiasme terhadap tugas.
Handayaningrat
(1985 : 72) mengemukakan bahwa: “ Antusiasme adalah cara meningkatkan dan
memperhatikan perhatian yang tulus ikhlas dan mengembirakan serta semangat
berkobar-kobar dalam pelaksanaan kewajiban”.
Semangat
yang tinggi dapat dilihat dari antusiasme terhadap tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Semangat kerja yang tinggi akan mendorong guru bekerja dengan tulus
ikhlas, penuh kesadaran tanpa ada rasa terpaksa dan dengan perasaan senang.
Guru yang antusias selalu ceria dan gembira dalam bekerja. Selanjutnya
keceriaan dan kegembiraan dalam pelaksanaan tugas guru tersebut akan membuat
guru tidak bosan dan jenuh dalam melaksanakan tugas rutin yang relatif banyak
dan secara langsung akan dapat mendorong siswa untuk belajar penuh gairah.
4). Kerja Sama.
Menurut Badudu (1996 : 678) “kerja
sama adalah suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama”. Pekerjaan yang
dilakukan oleh beberapa orang bila dapat dikerjakan dengan semangat hasilnya
akan cepat dan baik.
Sehubungan dengan kerja
sama ini, Rifma dan Yuskal (2002 :55) menjelaskan bahwa kerja sama berarti
bekerja bersama-sama kearah tujuan yang sama.
Jadi
jelaslah bahwa dalam suatu organisasi di sekolah perlu mengupayakan kerja sama dengan baik sehingga memungkinkan
guru dapat melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat
kerja
Banyak faktor
yang mepengaruhi semangat kerja, diantaranya faktor hubungan antara pimpinan
dengan bawahan, dan antara sesama bawahan. Apabila hubungan sesama pegawai
baik, maka semua pegawai yang ada bekerja dengan senang hati dan nampak
bergairah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya yang pada
akhirnya semangat kerja akan dirasakan.
Semangat kerja
yang dirasakan guru menurut Purwanto (1995: 61) dipengaruhi oleh : 1). Adanya
tingkat kehidupan yang layak, 2). Adanya kondisi-kondisi kerja yang
menyenangkan, 3). Suasana dan rasa kekeluargaan, 4). Perlakuan yang adil dari
atasan, 5). Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan
jasa-jasa yang diperbuatnya, 6). Terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran
untuk ingin berkembang, 7). Kesempatan berpartisifasi, berkomunikasi dalam
organisasi dan diikut sertakan dalam menentukan kebijakan (Policy), 8).
Kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Adapun faktor
yang mempengaruhi semangat kerja pegawai menurut Nawawi (1987: 131) adalah: a.)
minat/ perhatian terhadap pekerjaan, b) upah / gaji, c) nilai pekerjaan itu
sendiri, d) suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan, e) penempatan
pegawai, dan f) status sosial.
Burt dalam
Anaroga (1998 : 83) menyatakan bahwa faktor-faktor semangat kerja yaitu: a)
faktor hubungan antara keryawan, antara lain; hubungan langsung antara manajer
dengan karyawan, hubungan sosial diantara karyawan, faktor psikis dan kondisi
kerja, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja, b) faktor-faktor
individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin, c)
faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga
karyawan, rekreasi pendidikan.
Garton (1976 :
114) yang mengutip hasil temuan Nefier mengatakan bahwa ada 12 faktor yang
terkait dengan semangat kerja yaitu: 1) Pengertian dan penghargaan guru sebagai
satu individu, 2) Kepercayaan guru terhadap kompetensi profesional
administrasi, 3) Dukungan yang diterima guru dalam menanggulangi
masalah-masalah disiplin, 4). Persepsi guru dalam merumuskan kebijaksanaan yang
akan mempengaruhi mereka, 5) Perlengkapan dan fasilitas, 6) Tugas-tugas
mengajar yang setaraf dengan tingkat pendidikan, 7)Distribusi tugas-tugas
ekstra kurikuler yang adil dan pantas, 8) Latihan profesional yang
diselenggarakan melelui suatu program latihan dan jabatan, 9) jaminan kerja,
10) Distribusi bukan mengajar yang adil dan merata, 11) Kebijakan yang layak
tentang cuti, 12) Bagi yang sebanding dengan latar belakang propesi yang
dibutuhkan. Davis (1996 : 151) mengemukakan bahwa: “ Apabila komunikasi
efektif, ia dapat mendorong timbulnya prestasi yang lebih baik dan semangat
kerja”.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat dilihat bahwa banyaknya faktor yang mempengaruhi
semangat kerja yang antara lain: pekerjaan itu sendiri, hubungan antara
karyawan, jaminan finansial, penempatan pegawai, hubungan kemanusiaan, kepercayaan,
dukungan, kebijakan dan fasilitas, dan terlihat bahwa komunikasi di sekolah
merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi semangat kerja.
2. Komunikasi
a.
Pengertian
Pengertian komunikasi banyak dikemukakan oleh para
ahli sesuai dengan sudut pandang mereka. Forsdale dalam Muhammad (2002 :2)
mengatakan "komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut
aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat diartikan,
dipelihara dan diubah". Sejalan dengan pendapat di atas Davis (1991 :150)
mengatakan "Komunikasi adalah
penyampain informasi dan pengertian dari satu orang kepada orang lain".
Komunikasi merupakan suatu cara menyampaikan buah fikiran perasaan dan nilai
kepada orang lain, sehingga orang itu
dapat menerima dan memahaminya dengan baik.
Selanjutnya Kelley dalam
Muhammad (2002 :2) mengemukakan "komunikasi adalah proses individu
mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku
orang lain".
Dari beberapa pendapat
di atas jelaslah bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses atau
penyampaian informasi, gagasan, ide-ide dari seseorang kepada seseorang atau
kelompok dalam bentuk verbal atau non verbal yaitu mengubah tingkah laku si penerima pesan, baik secara pribadi maupun kelompok yang ada di dalam organisasi
tersebut
b. Komponen Komunikasi
Dalam proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam
diri seseorang dan di antara dua orang atau lebih pada organisasi, maka kelihatan bahwa ada
bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi yang terjadi yaitu
pengirim pesan, pesan, saluran, penerima pesan dan balikan. Selanjutnya akan
dibahas secara ringkas
1.
Pengirim
pesan
Pengirim pesan dalam organisasi adalah orang atau individu yang
mengirimkan pesan baik dari atasan pada bawahan, bawahan pada atasan atau
sesama bawahan. Menurut Muhammad (2002 :17) menyatakan bahwa "pesan atau
informasi akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan". Pada
setiap individu terdapat kemungkinan pesan yang tidak terbatas jumlahnya oleh
sebab itu pengirim pesan perlu memiliki dan mempertimbangkan pesan yang akan
disampaikan
2.
Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima dalam
bentuk verbal atau non verbal. Menurut Muhammad (2002 :68) mengemukakan bahwa
"pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek,
kejadian yang dihasilkan interaksi oleh
orang lain". Jadi pesan yang berkenaan dengan tugas di sekolah sangat
terkait dengan pelaksanaan tugas dan mutu pendidikan, pelayanan dan kegiatan
khusus yang berkenaan dengan kelancaran tugas
dalam mencapai tujuan tertentu.
3.
Saluran
Menurut Muhammad (2002:18) "saluran adalah : jalan yang dilalui
pesan dari sipengirim dengan sipenerima" dalam menyampaikan pesan kepada
atasan, bawahan atas sesama bawahan dapat terjadi secara langsung atau melalui
alat perantara yaitu melalui surat, radio, video, surat kabar, dan lain-lain.
Disamping itu penerima pesan juga dapat menggunakan alat indera dalam menerima
informasi. Melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, alat peraba, dan alat
pengecap pesan dapat diartikan
4.
Penerima
pesan
Penerima pesan adalah :orang yang menganalisa dan menginterprestasi isi
pesan yang diterimanya. Penerima pesan
yang baik terikat sekali dengan kelengkapan alat tubuh seseorang, sebab
penerima pesan akan terganggu apabila salah satu alat tubuh rusak, seperti
gangguan pendengaran atau penglihatan atau sebaiknya.
5.
Balikan
Aksi yang diterima dapat memberikan reaksi pada pengirim pesan sebagai
respon atau balikan dari pesan yang diterima seseorang. Komunikasi antara
anggota organisasi harus jelas agar komunikasi berjalan efektif dalam arti
bahwa pesan yang diterima harus sama dengan maksud dari pengirim pesan
c.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi kepentingannya sangat besar
dalam organisasi karena komunikasi yang
terjadi dapat membawa perubahan. Di sekolah akan terjadi tukar menukar pesan di
antara Kepala Sekolah dengan majelis guru dan pegawai lainnya. Penyampaian
suatu pesan dapat terjadi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi antara
personil sekolah terjadi berkepanjangan dan bersifat dinamis karena selalu
mengalami perubahan. Untuk lebih memahami informasi tentang kelancara tugas di
sekolah seringkali penyampaian informasi tersebut diulang, bahkan perlu setiap
guru memiliki buku notulen kelas, guna mencatat informasi penting menyangkut
kelancaran dinas guru maupun Kepala Sekolah. Muhammad (2002:68) menyatakan
"suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang
menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya". Demikian pula
di sekolah, antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan rekan kerja
lainnya perlu adanya proses komunikasi yang terarah dalam pembinaan terhadap
kerja bawahan terutama sekali informasi mengenai kepegawaian, kesiswaan,
kurikulum, pengelolaan keuangan sekolah, pemanfaatan sarana dan prasarana, dan
perlunya pengembangan hubungan sekolah dan masyarakat untuk kelancaran
pendidikan.
Berdasarkan keterangan
diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjadi pada organisasi
di sekolah perlu ditingkatkan, karena merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terus-menerus dalam suatu
organisasi serta dapat menimbulkan suatu perubahan.
d. Pentingnya
Komunikasi di Sekolah
Komunikasi merupakan suatu aspek
yang sangat penting di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak mungkin berjalan
lancar tanpa komunikasi, apabila komunikasi di sekolah tidak ada kepala sekolah
tidak dapat memberikan dan menerima masukan informasi, koordinasi kerja tidak
mungkin dilakukan, para guru tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan
sekerjanya dan di sekolah akan runtuh karena ketiadaan/ kegagalan komunikasi.
Wekley (1988 : 70) mengatakan: “ komunikasi merupakan suatu proses yang fital
dalam organisasi, karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kapemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan maupun konflik serta
proses-proses organisasi”. Oleh karena itu komunikasi di sekolah yang efektif
sebagai suatu organisasi perlu diciptakan agar terjadi interaksi yang serasi
antara kepala sekolah dengan guru, dan antara sesama guru dan pegawai lainnya.
Begitu juga dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah
diperlukan komunikasi yang efektif agar dapat menunjang keberhasilan sekolah. Dengan demikian diharapkan mutu pendidikan akan
meningkat.
Dengan adanya komunikasi yang
efektif merupakan usaha untuk menciptakan suasana saling pengertian,
melancarkan kegiatan, memangkitkan kesadaran, dan idealisme serta memotivasi
untuk bekerja lebih keras lagi, sehingga mendorong semangat kerja.
e. Jenis
Pesan Yang di Komunikasikan.
Jenis pesan yang dikomunikasikan
dalam suatu di sekolah dapat dalam bentuk perintah, informasi, teguran,
instruksi, pengarah, nasehat, ajuran, koordinasi, saran dan ide. Menurut Wekley
(1988:78-85) jenis pesan meliputi: “pengarahan perintah-perintah, indokrinasi,
inspirasi, evaluasi dan laporan, saran-saran, rekomendasi, usulan,
pendapat-pendapat, keluhan-keluhan, permintaan, serta koordinasi dan pemecahan
masalah”. Sementara itu Muhammad (2002:47-124) mengemukakan pesan biasanya
berhubungan dengan: “pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan,
kebijaksanaan, saran, serta koordinasi,
pemecahan, penyesuaian konflik dan
informasi”.
Untuk kelancaran tugas di sekolah kepala sekolah, guru dan pegawai lainnya
perlu adanya informasi tentang pembagian tugas dengan jelas agar guru lebih
memahami tugas yang dijalankan. Pesan yang disampaikan oleh pimpinan atau
sesama bawahan adakalanya dalam bentuk
perintah, nasehat dan saran-saran.
Pesan yang diterima oleh guru sesuai
dengan kebutuhannya, sehingga dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan
dalam organisasi di sekolah. Menurut
Wekley (1988 : 84) “komunikasi yang efektif adalah jaringan yang dapat
menyediakan informasi yang akurat dan relevan untuk orang yang membutuhkan pada
saat dibutuhkan”.
f. Kelancaran
Arus Komunikasi di Sekolah
Dengan
adanya komunikasi yang baik suatu di sekolah kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu
pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi di sekolah semua
kegaitan belajar mengajar akan berantakan.
Komunikasi yang efektif adalah
penting bagi semua sekolah. Para komunikator di sekolah perlu menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka. Informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat
diterima dan dipahami oleh komunikan tanpa ada hambatan atau kendala yang dapat
mempengaruhi isi dan pesan yang disampaikan oleh koimunikator .
Siagian
(1994: 55) menyatakan :
Suata proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung
dengan efektif apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut
diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi/ penerimaan pesan dalam bentuk
jiwa dan semangat yang persis sama seperti yang diinginkan dan dimaksud oleh
sumber pesan tersebut.
Sementara itu Dahle dalam Wekley
(1988 : 94) menyatakan “ penggunaan multi media untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu pesan akan diterima dan dipahami”. Pada dasarnya komunikastorlah
yang memilih saluran yang hendak di gunakannya dan dia pulalah yang menentukan
apakah saluran itu tepat dan komunikasi yang disampaikan efektif. Demikian pula
dengan komunikasi yang akan disampaikan di sekolah tidak selalu melalui rapat,
adakalanya pesan tersebut dituliskan pada papan pengumuman agar semua anggota
organisasi di sekolah memahami dengan benar. Siagian (1994;57) mengatakan
“pemilihan saluran yang tepat menjadi sangat penting karena apakah pesan
diterima secara utuh oleh penerima atau tidak sangat tergantung pada bentuk dan
saluran tersebut.
Kadang-kadang komunikasi tidak dapat
menciptakan saling pengertian antara komunikasi dan komunikator, atau tidak
terjadi komunikasi yang efektif antara pengirim dan penerima pesan. Hal ini
disebabkan karena adanya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, baik dari
sipengirim, sipenerima atau dari pesan itu sendiri
g.
Jaringan komunikasi
Di
antara orang-orang dalam organisasi ini saling terjadi pertukaran pesan.
Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang disebut jaringan komunikasi.
Jaringan
komunikasi dalam suatu organisasi dapat dibedakan atas jaringan komunikasi
formal dan informal. Jaringan komunikasi formal terdiri dari komunikasi ke
bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Seperti penyampaian rapat periodik di sekolah akan
lebih cocok diadakan pertemuan yang bersifat formal, kemudian diiringi juga
dengan pesan-pesan yang bersifat informal. Antara guru dengan guru lainnya
supaya pesan yang diterima semua anggota organisasi di sekolah efektif. Menurut Muhammad (2000: 107-124)
komunikasi kebawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau
para pimpinan kepada bawahannya, dan komunikasi ke atas adalah pesan yang
mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah
ketingkat yang lebih tinggi. Sedangkan komunikasi horizontal adalah pertukaran
pesan diantara orang-orang yang sama tingkatannya dalam organisasi .
Wekley (1988: 77-79) menyatakan
komunikasi ke bawah mengalir dari top manajemen, melalui manajemen menengah
menuju jejang manajemen ke bewah, dan akhirnya kepada pekerja lapangan. Dan
komunikasi ke atas mengalir dari bahwa ke jenjang tertinggi dalam hirarki
kekuasaan biasanya sepanjang rantai komando. Sedangkan komunikasi horizontal
terjadi antara orang-orang yang berada dalam jenjang yang sama dalam hakikat
kekuasaan.
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah
bahwa jaringan komunikasi terdiri dari komunikasi formal berupa komunikasi
kebawah, komunikasi keatas, dan
komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal bersifat pribadi,
informasi mengalir keatas kebawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan
hubungan posisi.
h. Iklim
Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi di sekolah ikut
mempengaruhi tingkah laku guru dalam menjalankan tugas. Iklim komunikasi yang
positif tidak hanya menguntungkan bagi di sekolah tetapi juga sangat penting
bagi kelanjutan sekolah untuk masa yang akan datang. Apabila guru-guru di
sekolah tidak memperhatikan iklim yang menguntungkan bagi semua komponen yang
ada di sekolah maka akan terjadi kekacauan dan kegaduhan, isu-isu cepat
berkembang yang akhirnya menyebabkan kebosanan dalam menjalankan tugas menurut
Muhammad (2000:85) menyatakan bahwa :
Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan
mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah
tamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota
tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan .
Selanjutnya Denis dalam Muhammad (2000:86)
mengemukakan bahwa : “Iklim komunikasi sebagai kwalitas pengalaman yang
bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup
persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian
yang terjadi di dalam organisasi”.
Dari beberapa pendapat di atas maka yang menjadi
persoaalan penting dalam Iklim komunikasi di sekolah adalah: sumber komunikasi
dan hubungannya dalam organisasi, penerimaan, balikan, persepsi anggota
organisasi, dan rasa persaudaraan.
3.
Hubungan Komunikasi di Sekolah dengan semangat kerja.
Semangat kerja yang dirasakan guru ada kaitannya
dengan komunikasi yang terjadi di sekolah atau lembaga pendidikan. Komunikasi
yang tepat dapat meningkatkan semangat kerja guru yang akhirnya kegairahan
kerja akan dirasakan. Sebab tanpa komunikasi yang tepat, efektif dan efisien
maka salah satu akibatnya adalah informasi tentang pembagian tugas guru tidak jelas,
dan tidak dapat dilakukannya. Sehingga semangat kerja guru rendah dan
menyebabkan para guru melaksanakan tugas asal jadi saja dan tidak memberikan
semangat atas pekerjaan yang dilakukan, sehingga dapat menurunkan mutu
pendidikan yang diinginkan. Sri (1987 : 72) mengatakan: “ komunikasi yang tidak
efektif atau tidak efesian menyebabkan
kerja tidak efisien juga dapat menimbulkan masalah seperti kesalah pahaman,
keputusasaan, menurunnya motivasi dan semangat kerja”.
Dalam berkomunikasi di
sekolah akan terjadi inteaksi antara penyampaian pesan dengan penerima pesan,
dimana penyampai pesan menyampaikan pesan-pesan baik berbentuk tugas, pesan
pemeliharaan yang mengandung kebijaksanaan dan pengaturan organisasi yakni
pesan yang mempertimbangkan sikap dan pemenuhan kebutuhan ayau semangat kerja
Muhammad (1995 : 128) mengatakan:
Komponen
manusia sangat penting dalam organisasi dan karena itu mereka menekankan
pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Berbagai
bentuk komunikasi organisasi dikembangkan, baik komunikasi pada bawahan, kepada
atasan, horizontal dan informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi yang
dominan dalam organisasi memungkinkan kebutuhan manusia dalam organisasi
terpenuhi.
Menurut Liliweri (1997 : 43) bahwa: “
pesan dalam proses komunikasi yang selalu mempengaruhi manusia melalui
pengertian yang diungkapkan dan informasi yang dibagi, semangat kerja yang
disumbangkan. Semua pesan itu membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan
barangkali meneguhkan perilaku manusia.
Dari beberapa pendapat di
atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi organisasi berhubungan
dengan semangat, sebab tanpa komunikasi, organisasi yang efektif dan efesien,
maka pesan-pesan yang disampaikan tidak akan sampai pada sasarannya, sehingga
menimbulkan ketidaktahuan tentang apa yang akan dilakukan oleh orang yang
menerima pesan sehingga menimbulkan kurangnya semangat untuk menyelesaikan
pekerjaan yang harus dilakukannya.
B. Kerangka Konseptual.
Dalam suatu organisasi
tidak mungkin berjalan lancar tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan urat
nadinya organisasi. Komunikasi yang lancar akan membuat para pegawai/ guru
bekerja dengan senang hati dan bergairah melaksanakannya, sehingga dapat
merasakan suatu semangat yang tinggi. Semangat kerja yang dirasakan oleh para
karyawan akan berdampak terhadap produktifitas.
Proses komunikasi
kepentingan sangat besar karena dapat membawa perubahan. Perubahan itu mungkin
terjadi langsung atau tidak langsung, berarti atau tidak berarti. Semuanya itu terjadi
sebagai hasil dari proses komunikasi. Dilihat dari segi komunikasi perlu sekali
diperhatikan jenis pesan yang disampaikan, kelancaran arus komunikasi jaringan
komunikasi yang digunakan, dan iklim komunikasi untuk meningkatkan semangat
kerja guru.
Semangat kerja guru
dalam masalah di atas dapat dilihat dari aspek disiplin kerja, rasa tanggung
jawab, Antusiasme terhadap tugas, dan kerja sama.
Secara sistematis
hubungan komunikasi dengan semangat kerja guru, sebagai kerangka konseptual
penelitian ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan di
jelaskan tentang jenis penelitan, populasi, sampel, jenis data, variabel, instrumen, prosedur
pengumpulan data serta teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian
ini digolongkan kedalam jenis penelitian kolerasional. Arikunto (1997:32)
mengatakan bahwa penelitian korelasi dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu
variabel bebas (x) komunikasi organisasi dan variabel terikat (y) semangat
kerja guru. Dengan demikian penelitian ini mencoba melihat hubungan antara
komunikasi organisasi dengan semangat kerja guru di SD Negeri Kecamatan
Palambayan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua guru di SDN di Kecamatan Palembayan yang
berjumlah 162 orang.
2. Sampel
Menurut
Praseptya (1999:35) bahwa sekedar untuk mengancar-ancar apabila populasinya
kurang dan sama dengan 100, maka diambil semua sebagai sampel. Jika populasinya
besar dari 100 maka diambil sebagai sampel 25%-30%.
Berdasarkan pendapat di atas yang akan diambil
sebagai sampel adalah 30% dari populasi yang ada yaitu 57 orang. Dengan
demikian dalam penelitian ini menggunakan teknik area probability sample, yaitu menurut daerah Kelompok Kerja Guru (KKG)
atau gugus yang tersedia. Sampel
diambil secara random sampling menurut daerah kelompok kerja guru tersebut.
Dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
No
|
Gugus
|
Nama sekolah
|
Populasi
|
Sampel
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
|
I
|
SDN 15 Baringin II
SDN 08 Baringin V
SDN 02 III Koto Sipinang
SDN 16 III Koto Sipinang
SDN 22 III Koto Sipinang
SDN 24 III Koto Sipinang
|
5
7
2
2
2
4
|
|
|
|
|
|
22
|
7
|
|
7
8
9
10
|
II
|
SDN 10 Baringin IV
SDN 14 Baringin III
SDN 36 Baringin IV
SDN 43 Baringin III
|
3
3
4
4
|
|
|
|
|
|
14
|
5
|
|
11
12
13
14
15
16
17
|
III
|
SDN 01 Pasar Palembayan
SDN 03 III Koto Sei. Puar
SDN 06 Bamban
SDN 18 Bamban
SDN 33 III Koto Sei. Puar
SDN 42 Bamban
SDN 40 Piladang
|
8
2
3
4
6
2
3
|
|
|
|
|
|
25
|
8
|
|
1819
20
|
IV
|
SDN 02 Palembayan
SDN 17 Ladang Makmur
SDN 23 Ladang Makmur
|
6
4
4
|
|
|
|
|
|
14
|
5
|
|
21
22
23
24
25
26
27
28
|
V
|
SDN 09 Gumarang
SDN 04 Tantaman
SDN 19 Silungkang
SDN 20 Gumarang
SDN 28 Tantaman
SDN 34 Silungkang
SDN 37 Gumarang
SDN 31 Gumarang
|
4
5
4
5
4
5
5
5
|
|
|
|
|
|
37
|
12
|
|
29
30
31
|
VI
|
SDN 32 Kayu Pasak
SDN 21 Kayu Pasak
SDN 26 Kayu Pasak
|
5
3
3
|
|
|
|
|
|
11
|
4
|
|
32
33
34
35
36
37
|
VII
|
SDN 38 Kayu Pasak
SDN 05 Kayu Pasak
SDN 07 Koto Alam
SDN 25 Koto Alam
SDN 35 Koto Alam
SDN 41 Koto Alam
|
5
4
5
2
3
2
|
|
|
|
|
|
22
|
7
|
|
38
39
40
41
|
VIII
|
SDN 12 Tapian Kandis
SDN 13 Tapian Kandis
SDN 27 Tapian Kandis
SDN 39 Tapian Kandis
|
8
3
8
3
|
|
|
|
|
|
28
|
9
|
|
|
Jumlah
|
162
|
57
|
|
C. Jenis Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif diperoleh langsung dari
responden mengenai komunikasi di sekolah dan semangat kerja guru di Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
D. Variabel Penelitian
Penelitian
ini terdiri dari dua variabel, yaitu :
1. Variabel
bebas (X) yaitu komunikasi di sekolah dengan indikatornya adalah :
a.
Jenis
pesan yang dikomunikasikan
b.
Kelancaran
Arus komunikasi
c.
Jaringan
komunikasi
d.
Iklim
Komunikasi
2. Variabel terikat (Y) yaitu semangat kerja
guru di SD Negeri di Kecamatan Palembayan dengan indikatornya : Disiplin,
tanggung jawab, Antusiasme terhadap tugas dan kerja sama
E. Instrumen Penelitian
1. Alat pengumpul data
Sesuai dengan
data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka alat yang penulis gunakan dalam
pengumpulan data adalah angket, Angket bertujuan untuk memperoleh data primer
berupa data, fakta, informasi dan keterangan lainnya yang diperoleh untuk
menguji hipotesis. (Arikunto: 1992)
2. Penyusunan angket
Angket
penelitian ini disusun berdasarkan prosedur
sebagai berikut :
a.
Menentukan
Variabel dan Sub Variabel
b.
Menentukan
Indikator dari Sub Variabel yang dijadikan pedoman dalam menyusun butir
instrumen
c.
Membuat
kisi-kisi angket
d.
Menkonsultasikan
dnegan dosen pembimbing
e.
setelah
melalui konsultasi beberapa kali dengan dosen pembimbing, dan perbaikan
seperlunya, instrumen diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitasnya.
f.
Melakukan
uji coba anngket.
Angket diuji cobakan kepada sepuluh orang guru di luar dari sampel .
g.
Untuk
mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi tata
jenjang, Nawawi (1992: 188)
rxy = 1 –
|
6åD2
|
N (N2-1
|
Menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk mengetahui
reliabilitas digunakan rumus Alpha yang
dikemukakan oleh Arikunto (1997 : 106 )
R I I
= n - 1- å Q 2
n-1 Q1 2
Hasil perhitungan validitas dengan
menggunakan rumus korelasi tata jenjang
di peroleh Rho xy = 0.97 dan tabel dengan N = 10 pada taraf kepercayaan 0,05 =
0,632 karena rhasil > rtabel, maka dengan demikian
instrumen sudah valid. Sedangkan hasil reliabilitas dengan cara menggunakan
rumus alpha diperoleh rn = 0.845 dan r tabel dengan Nabi Muhammad
Saw = 10 pada taraf kepercayaan 0,05 = 0632.
Apabila hasil uji coba memperlihatkan rhasil > rtebel
maka instrumen penelitian tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi, akan
tetapi bila rhasil < rtebel maka instrumen penelitian
perlu di refisi
h.
Menyusun
instrumen lengkap untuk mengumpulkan data.
i.
Melaksanakan
pengumpulan
data.
F. Prosedur Pengumpulan
Data
Angket
diberikan kepada sampel penelitian ini, diawali dengan memberikan keterangan
bahwa informasi atau data yang diberikan tidak akan mempengaruhi tugas dan
jabatannya dalam melaksanakan tugas dan dijamin kerahasiaannya.
Pengumpulan data
dilakukan dengan dua kali datang pada masing-masing gugus. Pertama menyerahkan
angket dan kedua mengambil kembali angket yang bersangkutan. Waktu pengumpulan
lebih kurang 15 hari, yaitu dari tanggal 10 2005 s/d 25 Januari 2005.
G. Analisis Data
Proses analisis data hasil penelitian dilakukan
sebagai berikut:
1.
Pemberian
skor
Setiap item angket yang disebarkan, disediakan
empat alternatif jawaban, yaitu:
a.
Untuk
pernyataan positif : SL = Selalu dengan bobot 5, SR = Sering dengan bobot 4, KD = Kadang-kadang dengan
bobot 3, JR = jarang dengan bobot 3, TP = tidak pernah dengan bobot 1.
b.
Untuk
pernyataan Negatif : SL = Selalu dengan bobot 1, SR = Sering dengan bobot 2, KD = Kadang-kadang dengan
bobot 3, JR = jarang dengan bobot 4, TP = tidak pernah dengan bobot 5.
2.
Pengolahan
data
a.
Data
yang telah diskor, dimasukkan ke dalam distribusi frekwensi skor variabel x dan
y. Kemudian dicari skor rata-rata (Mean), Median, Modus dan Standar Deviasi
(SD) untuk mendapatkan gambaran dari kedua variabel tersebut. Data diolah
menggunakan komputer dengan program exel
b. Menentukan gambaran secara kualiatif
hasil penelitian untuk masing-masing variabel (Komunikasi di sekolah dan
Semangat Kerja Guru) dengan membandingkan skor mean masing-masing variable
dengan skor ideal x 100% dan menggunakan kualifikasi menurut Thoha (1996:29)
sebagai berikut :
Kualifikasi Presentase
Sangat baik 91 - 100
Baik 81 - 90
Cukup 71 - 80
Kurang 61 - 70
Sangat Kurang < 60
3.
Melakukan
uji normalitas terhadap data yang telah diskor dengan rumus Chi Kuadrat (χ2) yang dikemukan oleh Sudjana, dkk (2000
:124) yaitu:
χ 2 = (Q 1-E1)2
E1
Keterangan :
χ 2 = Chi Kuadrat
Q1 = Frekuensi
E1 =
Frekuensi yang diharapkan
4.
Menghitung
koofesien korelasi variabel X dengan
variabel Y untuk mengetahui hubungannya dengan menggunakan rumus korelasi
product Momeant, Arikunto (1998 : 256)
r xy = γ åc¡-(åc) (åg) .
√{Nåc2 - (åc)2} {Någ2}- (åg)2}
Keterangan
r = koofesien
korelasi
n = Jumlah
subjek yang di teliti
x =Jumlah
skor untuk variabel x
y = Jumlah
Skor untuk variabel y
5.
Menghitung
keberartian koofisien korelasi dengan
menggunakan rumus t seperti yang
dikemukan oleh Sudjana (1996 : 146) sebagai berikut.
t = r √ n – 2 .
√ 1- (r)2
Keterangan :
t = Angka
hasil pengujian
r = korelasi variabel x dengan
variabel y
n = Jumlah sampel
Suatu koofisien korelasi
dipandang signifikan kalau harga t hasil
penghitungannya sama atau lebih besar dari harga kritis pada tabel distribusi t.
Kisi-kisi Indikator tentang Hubungan Komunikasi
di sekolah dengan Semangat Kerja Guru di Sekolah Dasar.
Variabel
|
Indikator
|
Sub Indikator
|
Item
|
Komunikasi
organisasi
|
Jenis
pesan yang dikomunikasikan
|
-
Petunjuk
-
Saran
-
Laporan
|
1 – 7
8 – 11
12 – 13
|
|
Kelancaran
arus komunikasi
|
-
Cepat
-
Tepat
-
Jelas
|
14 – 15
16 – 17
18 – 19
|
|
Jaringan
komunikasi
|
-
Formal
-
Informal
|
20 – 22
23 – 24
|
|
Iklim
komunikasi
|
-
Menghargai
-
Persaudaraan
|
25 – 28
29 – 30
|
Semangat
kerja guru
|
Displin
|
-
Tepat waktu
-
Bekerja sesuai prosedur
|
1 – 6
7 – 9
|
|
Tanggung
jawab
|
-
Rela berkorban
-
Tidak melemparkan kesalahan
-
Berani menanggung resiko
|
10 – 11
12 – 13
14 – 15
|
|
Antusiasme
terhadap tugas
|
-
Bersemangat
-
Pantang menyerah
-
Senang hati
|
16 – 17
18 – 21
22 – 23
|
|
Kerja
sama
|
-
Suka membantu
-
Partisipasi
|
24 – 27
28 – 30
|
0 Comment