05 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Pada lembaga pendidikan, guru merupakan orang terdepan dalam memajukan dunia pendidikan, karena gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik. Keberhasilan anak didik banyak sekali ditentukan oleh bagaimana cara guru mengelola proses belajar mengajar. Guru dihadapkan pada suatu tuntutan tugas yaitu pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu keberadaan guru sangat menentukan keberhasilan di bidang pendidikan.
            Keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari kerja keras dan tanggung jawab seorang guru dalam mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik merupakan tugas utama seorang guru, disamping tugas lain yang ditentukan oleh kepala sekolah. Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan umumnya dan proses belajar mengajar khususnya. Keaktifan anak dalam belajar mengajar sangat ditentukan oleh seorang guru yang mempunyai dedikasi tinggi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu semangat kerja yang tinggi dari guru-guru merupakan persyaratan yang tidak dapat diabaikan lagi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
            Guru sebagai Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban yang harus ditaati, sebagaimana bunyi pasal 5 undang-undang No 8 tahun 1974 :
Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan  kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

            Semangat kerja dapat mempengaruhi kerja seseorang, sebab apabila guru bersemangat dengan pekerjaannya akan menunjukkan kemampuan kerja yang lebih baik. Purwanto (1995:60) menyatakan bahwa semangat merupakan “Reaksi emosional dan mental dari seseorang terhadap pekerjaannya yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pekerjaannya”.
            Semangat kerja penting dalam mendukung pelaksanaan tugas seseorang. Semangat kerja adalah suatu kegiatan yang dikerjakan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat dikerjakan dengan cepat dan tepat, Purwanto (1995:60) menyatakan bahwa:
Dilihat dari sudut administrasi pendidikan semangat kerja adalah suatu disposisi pada orang-orang di dalam suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkah laku dan berbuat dengan cara-cara yang produktif bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan dari pada organisasi atau usaha pendidikan.
           
            Dari pendapat di atas jelaslah bahwa semangat kerja guru mempengaruhi mutu lulusan suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian semangat kerja  dalam menjalankan tugas baik sebagai guru maupun sebagai kepala sekolah perlu ditingkatkan, sehingga semua kamponen yang ada mempunyai semangat kerja yang tinggi dalam pelaksanaan tugas dan setiap pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan mutu pendidikan pun akan meningkat.
Semangat kerja yang dirasakan guru menurut Purwanto (1995: 61) dipengaruhi oleh : 1). Adanya tingkat kehidupan yang layak, 2). Adanya kondisi-kondisi kerja yang menyenangkan, 3). Suasana dan rasa kekeluargaan, 4). Perlakuan yang adil dari atasan, 5). Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya, 6). Terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang, 7). Kesempatan berpartisifasi, berkomunikasi dalam organisasi dan diikut sertakan dalam menentukan kebijakan (Policy), 8). Kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Adapun faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai menurut Nawawi (1987: 131) adalah: a.) minat/ perhatian terhadap pekerjaan, b) upah / gaji, c) nilai pekerjaan itu sendiri, d) suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan, e) penempatan pegawai, dan f) status sosial.
            Komunikasi di sekolah merupakan salah satu faktor penentu dan mendorong guru untuk bekerja sebaik-baiknya dan penuh semangat kerja. Sebab tanpa komunikasi di sekolah, apa yang ada dalam diri seorang guru atau kepala sekolah tidak akan sampai pada guru atau pewagai lainnya.
            Komunikasi di sekolah yang efektif, diduga akan berdampak pada semangat kerja bagi guru. Mengingat begitu pentingnya peranan komunikasi di sekolah bagi peningkatan prestasi kerja dan semangat kerja, maka masalah komunikasi dalam lembaga pendidikan perlu mendapat perhatian yang serius.
            Namun pada SD Negeri Di Kecamatan Palembayan terlihat adanya guru yang kurang semangat kerjanya, dengan gejala masih ada guru yang kurang disiplin dalam menjalankan tugas, guru bersikap acuh tak acuh terhadap tugas yang diberikan, kurang bergairah dalam menjalankan tugas, guru sering meninggalkan sekolah pada saat jam kerja, guru kurang menunjukan perhatiannya terhadap pelaksanaan tugas disamping itu juga kelihatan bahwa komunikasi di sekolah yang kurang efektif akibatnya kesan yang diterima guru kurang jelas, komunikasi lebih banyak bersifat formal kurangnya komunikasi informal, informasi yang diterima guru sering terlambat sehingga mempersulit dalam melaksanakan pembaharuan, komunikasi di sekolah bersifat tertutup guru tidak berani mengungkapkan saran yang berhubungan dengan bidang tugasnya. Hal ini merupakan fenomena kurang lancarnya komunikasi di sekolah.
Permasalahan yang kelihatan tersebut tidak dapat dibiarkan terus menerus karena akan berdampak pada hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan komunikasi di sekolah dengan semangat kerja guru sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam.

B. Pembatasan Masalah.
            Semangat kerja yang dirasakan oleh guru (pegawai) menurut Nawawi (1987:131) dipengaruhi oleh : 1). Minat/perhatian terhadap pekerjaan, 2). Upah /gaji, 3). Nilai pekerjaan itu sendiri 4). Suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan, 5). Penempatan pegawai, dan. 6). Status pegawai.
            Begitu kompleknya faktor yang mempengaruhi semangat kerja, dalam penelitian ini penulis membatasi hanya pada faktor komunikasi. Karena faktor tersebut yang dominan di lapangan. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: komunikasi di sekolah sebagai variabel bebas (X) dan semangat kerja sebagai veriabel terikat (Y).
 
C. Rumusan Masalah
            Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah pokok yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana komunikasi yang berlangsung di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
2.      Bagaimana semangat kerja guru di sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
3.      Apakah ada hubungan antara komunikasi di sekolah, dengan semangat kerja guru  sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.

D. Tujuan Penelitian.
            Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui komunikasi di sekolah yang terjadi di sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan,
2.      Untuk mngetahui semangat kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.
3.      Untuk mengetahui hubungan komunikasi di sekolah dengan semangat kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.

E. Hipotesis.
            Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu "terdapat hubungan yang berarti antara komunikasi di sekolah dengan semangat kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan".
F. Asumsi.
            Penelitian ini diangkat beradasarkan asumsi :
1.      Komunikasi merupakan urat nadi kegiatan di sekolah untuk mendapat informasi.
2.      Semangat kerja guru perlu dibina dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
3.      Semangat kerja dapat dibina salah satunya dengan mengembangkan komunikasi di sekolah yang menyenangkan

G. Kegunaan Penelitian.
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi:
1.      Kepala sekolah untuk dapat melakukan komunikasi di sekolah yang baik dan efektif, serta mampu meningkatkan semangat kerja guru.
2.      Guru dalam upaya meningkatkan komunikasi di sekolah sehingga mencapai semangat kerja yang diharapkan.
3.      Kepala Dinas dan Pengawas Pendidikan dalam upaya pembinaan terhadap personil sekolah dalam hal menciptakan komunikasi di sekolah yang baik dan efektif untuk meningkatkan semangat kerja guru yang diharapkan.
 

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori
1.      Semangat Kerja.
a.   Pengertian.
Semangat kerja merupakan modal dasar yang sangat penting dimiliki seorang pegawai dalam melaksanakan tugas. Karena semangat kerja merupakan aktifitas psikologis yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan lebih keras untuk mencapai tujuan tertentu.
Semangat kerja disebut juga dengan moril kerja dan kegairahan kerja. Antara istilah moral, semangat dan kegairahan kerja sulit untuk mengambil batasannya. Karena antara ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jadi semangat kerja merupakan istilah yang dipergunkan secara luas sehingga sukar digambarkan arti sesungguhnya.
Sehubungan dengan semangat kerja  Moekijat (1983: 138) mejelaskan sebagai berikut:
      Suasana keseluruhan yang dirasakan samar-samar oleh anggota suatu kelompok masyarakat/organisasi, sehingga apabila orang-orang dalam suatu organisasi merasa baik, bahagia, optimis, maka kebanyakan orang menggambarkan orang-orang dalam organisasi tersebut mempunyai moril atau semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya jika mereka suka membantah, menyakitikan hati, kelihatan aneh, merasa dalam kesulitan dan tidak tenang, maka keadaan mereka menggambarkan semangat kerja yang rendah.


Selanjutnya Moekijat (1983 : 140) mengatakan bahwa:
            Dengan adanya semangat kerja yang tinggi akan memberikan sikap-sikap positif: kesetiaan, kegembiraan, kerjasama dan ketaatan terhadap kewajibannya atau disiplin terhadap peraturan-peraturan.

Mempertegas pengertian semangat kerja di atas Kighton dalam Moekijat (1974 : 201) menjelaskan bahwa “ semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekwen dalam mengejar tujuan bersama”. Sehubungan dengan pengertian semangat kerja, Nawawi (1987 : 122) mengemukakan bahwa:
Suasana batin yang mempengaruhi tujuan individu atau organisasi, suasana batin ini terwujud dalam aktivitas-aktivitas individu pada saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana dimaksud berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah, dan bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.

            Dalam beberapa definisi di atas terkandung pengertian-pengertian bahwa, semangat kerja adalah gejala psikologi baik berupa perasaan, sikap, suasana batin seseorang pada saat individu tersebut melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Dimana suasana tersebut dapat berupa perasaan senang dalam bekerja untuk giat dan konsekwen dalam mencapai tujuan.
b.   Ciri-ciri Semangat Kerja.
                  Ciri-ciri semangat kerja dapat dilihat dari beberapa pandapat ahli. Wijaya (1995 : 71) mengemukakan, tinggi rendahnya semangat kerja akan terlihat dari ciri-ciri antara laian “ rasa tanggung jawab dan disiplin kerja yang tinggi, kerja sama dan tanggung jawab kepada atasan.”
            Selanjutnya Puwanto (1995 : 61) berpendapat:
Rasa kekeluargaan, loyalitas, antusiasme, sifat-sifat dapat dipercaya dan kesanggupan bekerja sama menjadi ciri-ciri dari semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya semangat kerja yang rendah dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut: percekcokkan yang terus menerus, kurang sanggup menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan, dan frekwensi absensi yang tinggi.

Pendapat lain Moekijat (1985 : 194) mengemukakan: “semangat kerja rendah adalah terlalu banyak untuk keluar, atau mereka sering datang terlambat, bahkan mungkin juga mereka tidak bersikap sopan terhadap pimpinan”.
Pendapat-pendapat tersebut di atas secara umum bahwa yang menjadi indikator semangat kerja adalah rasa tanggung jawab, antusiasme terhadap tugas, disiplin dan kerjas sama dalam menjalankan tugas.
Untuk lebih jelasnya indikator semangat kerja tersebut selanjutnya akan dibahas satu-persatu sebagai berikut:
1). Disiplin.
Disiplin dapat diartikan tata terhadap peraturan atau berbuat sesuai dengan ketentuan yang ada. Depdikbut (1990 : 650) mengartikan disiplin: “ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib dan sebagainya”. Selanjutnya Nawawi (1987 : 104) menyatakn Disiplin yaitu: “ kesediaan mematuhi secara sadar peraturan yang berlaku dalam organisasi kerja”.
Sebagai organisasi yang memiliki tujuan yang hendak dicapai tentunya memerlukan personil yang disiplin baik dalam melaksanakan tugas rutin maupun tugas lain yang dibebankan kepadanya. Guru yang disiplin akan selalu berusaha untuk melaksanakan semua tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, tepat waktu dan penuh pangabdian.
Sebagai organisasi sekolah harus memiliki berbagai ketentuan dan peraturan yang harus ditaati oleh semua anggotanya. Siagian (1999 : 205) mengemukakan:
Setiap anggota organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.

Jadi guru yang disiplin tidak hanya melaksanakan tugasnya tetapi juga harus mentaati peraturan dan ketentuan yang ada. Ketentuan-ketenatuan itu termasuk misalnya kode etik guru dan norma-norma yang berlaku. Dengan disiplin yang baik dalam pelaksanaan tugas maka tentu semua tugas yang dibebankan kepadanya terlaksana dengan baik. Guru-guru yang disiplin akan menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya.
2). Tanggung jawab
            Menurut Nitisemito (1986 : 11) tanggung jawab artinya bersedia menerima resiko dari suatu pekerjaan merupakan unsur loyalitas terhadap atasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan gairah dan semangat kerja. Kesetiaan guru merupakan nilai tersendiri yang pantas terus dibina dan dikembangkan agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang pada gilirannya dapat meningkatkan semangat kerja mereka.
3). Antusiasme terhadap tugas.
            Handayaningrat (1985 : 72) mengemukakan bahwa: “ Antusiasme adalah cara meningkatkan dan memperhatikan perhatian yang tulus ikhlas dan mengembirakan serta semangat berkobar-kobar dalam pelaksanaan kewajiban”.
            Semangat yang tinggi dapat dilihat dari antusiasme terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Semangat kerja yang tinggi akan mendorong guru bekerja dengan tulus ikhlas, penuh kesadaran tanpa ada rasa terpaksa dan dengan perasaan senang. Guru yang antusias selalu ceria dan gembira dalam bekerja. Selanjutnya keceriaan dan kegembiraan dalam pelaksanaan tugas guru tersebut akan membuat guru tidak bosan dan jenuh dalam melaksanakan tugas rutin yang relatif banyak dan secara langsung akan dapat mendorong siswa untuk belajar penuh gairah.
4). Kerja Sama.
            Menurut Badudu (1996 : 678) “kerja sama adalah suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama”. Pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa orang bila dapat dikerjakan dengan semangat hasilnya akan cepat dan baik.
            Sehubungan dengan kerja sama ini, Rifma dan Yuskal (2002 :55) menjelaskan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama kearah tujuan yang sama.
            Jadi jelaslah bahwa dalam suatu organisasi di sekolah perlu mengupayakan  kerja sama dengan baik sehingga memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab.
c.   Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Banyak faktor yang mepengaruhi semangat kerja, diantaranya faktor hubungan antara pimpinan dengan bawahan, dan antara sesama bawahan. Apabila hubungan sesama pegawai baik, maka semua pegawai yang ada bekerja dengan senang hati dan nampak bergairah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya yang pada akhirnya semangat kerja akan dirasakan.
Semangat kerja yang dirasakan guru menurut Purwanto (1995: 61) dipengaruhi oleh : 1). Adanya tingkat kehidupan yang layak, 2). Adanya kondisi-kondisi kerja yang menyenangkan, 3). Suasana dan rasa kekeluargaan, 4). Perlakuan yang adil dari atasan, 5). Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya, 6). Terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang, 7). Kesempatan berpartisifasi, berkomunikasi dalam organisasi dan diikut sertakan dalam menentukan kebijakan (Policy), 8). Kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Adapun faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai menurut Nawawi (1987: 131) adalah: a.) minat/ perhatian terhadap pekerjaan, b) upah / gaji, c) nilai pekerjaan itu sendiri, d) suasana kerja, komunikasi dan hubungan kemanusiaan, e) penempatan pegawai, dan f) status sosial.
Burt dalam Anaroga (1998 : 83) menyatakan bahwa faktor-faktor semangat kerja yaitu: a) faktor hubungan antara keryawan, antara lain; hubungan langsung antara manajer dengan karyawan, hubungan sosial diantara karyawan, faktor psikis dan kondisi kerja, sugesti dari teman sekerja, emosi dan situasi kerja, b) faktor-faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap, umur, jenis kelamin, c) faktor-faktor luar yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi pendidikan.
Garton (1976 : 114) yang mengutip hasil temuan Nefier mengatakan bahwa ada 12 faktor yang terkait dengan semangat kerja yaitu: 1) Pengertian dan penghargaan guru sebagai satu individu, 2) Kepercayaan guru terhadap kompetensi profesional administrasi, 3) Dukungan yang diterima guru dalam menanggulangi masalah-masalah disiplin, 4). Persepsi guru dalam merumuskan kebijaksanaan yang akan mempengaruhi mereka, 5) Perlengkapan dan fasilitas, 6) Tugas-tugas mengajar yang setaraf dengan tingkat pendidikan, 7)Distribusi tugas-tugas ekstra kurikuler yang adil dan pantas, 8) Latihan profesional yang diselenggarakan melelui suatu program latihan dan jabatan, 9) jaminan kerja, 10) Distribusi bukan mengajar yang adil dan merata, 11) Kebijakan yang layak tentang cuti, 12) Bagi yang sebanding dengan latar belakang propesi yang dibutuhkan. Davis (1996 : 151) mengemukakan bahwa: “ Apabila komunikasi efektif, ia dapat mendorong timbulnya prestasi yang lebih baik dan semangat kerja”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa banyaknya faktor yang mempengaruhi semangat kerja yang antara lain: pekerjaan itu sendiri, hubungan antara karyawan, jaminan finansial, penempatan pegawai, hubungan kemanusiaan, kepercayaan, dukungan, kebijakan dan fasilitas, dan terlihat bahwa komunikasi di sekolah merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi semangat kerja.
2.      Komunikasi
a.       Pengertian
Pengertian komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan sudut pandang mereka. Forsdale dalam Muhammad (2002 :2) mengatakan "komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat diartikan, dipelihara dan diubah". Sejalan dengan pendapat di atas Davis (1991 :150) mengatakan  "Komunikasi adalah penyampain informasi dan pengertian dari satu orang kepada orang lain". Komunikasi merupakan suatu cara menyampaikan buah fikiran perasaan dan nilai kepada orang lain, sehingga  orang itu dapat menerima dan memahaminya dengan baik.
            Selanjutnya Kelley dalam Muhammad (2002 :2) mengemukakan "komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain".
            Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses atau penyampaian informasi, gagasan, ide-ide dari seseorang kepada seseorang atau kelompok dalam bentuk verbal atau non verbal yaitu mengubah tingkah laku  si penerima pesan, baik secara pribadi  maupun kelompok yang ada di dalam organisasi tersebut 
b.      Komponen Komunikasi
Dalam proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan di antara dua orang atau lebih  pada organisasi, maka kelihatan bahwa ada bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi yang terjadi yaitu pengirim pesan, pesan, saluran, penerima pesan dan balikan. Selanjutnya akan dibahas secara ringkas
1.      Pengirim pesan
Pengirim pesan dalam organisasi adalah orang atau individu yang mengirimkan pesan baik dari atasan pada bawahan, bawahan pada atasan atau sesama bawahan. Menurut Muhammad (2002 :17) menyatakan bahwa "pesan atau informasi akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan". Pada setiap individu terdapat kemungkinan pesan yang tidak terbatas jumlahnya oleh sebab itu pengirim pesan perlu memiliki dan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan
2.      Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima dalam bentuk verbal atau non verbal. Menurut Muhammad (2002 :68) mengemukakan bahwa "pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan  interaksi oleh orang lain". Jadi pesan yang berkenaan dengan tugas di sekolah sangat terkait dengan pelaksanaan tugas dan mutu pendidikan, pelayanan dan kegiatan khusus yang berkenaan dengan kelancaran tugas  dalam  mencapai tujuan tertentu.
3.      Saluran
Menurut Muhammad (2002:18) "saluran adalah : jalan yang dilalui pesan dari sipengirim dengan sipenerima" dalam menyampaikan pesan kepada atasan, bawahan atas sesama bawahan dapat terjadi secara langsung atau melalui alat perantara yaitu melalui surat, radio, video, surat kabar, dan lain-lain. Disamping itu penerima pesan juga dapat menggunakan alat indera dalam menerima informasi. Melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, alat peraba, dan alat pengecap pesan dapat diartikan
4.      Penerima pesan
Penerima pesan adalah :orang yang menganalisa dan menginterprestasi isi pesan yang diterimanya.  Penerima pesan yang baik terikat sekali dengan kelengkapan alat tubuh seseorang, sebab penerima pesan akan terganggu apabila salah satu alat tubuh rusak, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan atau sebaiknya.
5.      Balikan
Aksi yang diterima dapat memberikan reaksi pada pengirim pesan sebagai respon atau balikan dari pesan yang diterima seseorang. Komunikasi antara anggota organisasi harus jelas agar komunikasi berjalan efektif dalam arti bahwa pesan yang diterima harus sama dengan maksud dari pengirim pesan
c.       Proses Komunikasi
Proses komunikasi kepentingannya sangat besar dalam organisasi karena  komunikasi yang terjadi dapat membawa perubahan. Di sekolah akan terjadi tukar menukar pesan di antara Kepala Sekolah dengan majelis guru dan pegawai lainnya. Penyampaian suatu pesan dapat terjadi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi antara personil sekolah terjadi berkepanjangan dan bersifat dinamis karena selalu mengalami perubahan. Untuk lebih memahami informasi tentang kelancara tugas di sekolah seringkali penyampaian informasi tersebut diulang, bahkan perlu setiap guru memiliki buku notulen kelas, guna mencatat informasi penting menyangkut kelancaran dinas guru maupun Kepala Sekolah. Muhammad (2002:68) menyatakan "suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya". Demikian pula di sekolah, antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan rekan kerja lainnya perlu adanya proses komunikasi yang terarah dalam pembinaan terhadap kerja bawahan terutama sekali informasi mengenai kepegawaian, kesiswaan, kurikulum, pengelolaan keuangan sekolah, pemanfaatan sarana dan prasarana, dan perlunya pengembangan hubungan sekolah dan masyarakat untuk kelancaran pendidikan.
            Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi yang terjadi pada organisasi di sekolah perlu ditingkatkan, karena merupakan suatu rangkaian  kegiatan yang terus-menerus dalam suatu organisasi serta dapat menimbulkan suatu perubahan.
d.   Pentingnya Komunikasi di Sekolah
            Komunikasi merupakan suatu aspek yang sangat penting di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak mungkin berjalan lancar tanpa komunikasi, apabila komunikasi di sekolah tidak ada kepala sekolah tidak dapat memberikan dan menerima masukan informasi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, para guru tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya dan di sekolah akan runtuh karena ketiadaan/ kegagalan komunikasi. Wekley (1988 : 70) mengatakan: “ komunikasi merupakan suatu proses yang fital dalam organisasi, karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kapemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan maupun konflik serta proses-proses organisasi”. Oleh karena itu komunikasi di sekolah yang efektif sebagai suatu organisasi perlu diciptakan agar terjadi interaksi yang serasi antara kepala sekolah dengan guru, dan antara sesama guru dan pegawai lainnya. Begitu juga dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah diperlukan komunikasi yang efektif agar dapat menunjang keberhasilan sekolah. Dengan  demikian diharapkan mutu pendidikan akan meningkat.
            Dengan adanya komunikasi yang efektif merupakan usaha untuk menciptakan suasana saling pengertian, melancarkan kegiatan, memangkitkan kesadaran, dan idealisme serta memotivasi untuk bekerja lebih keras lagi, sehingga mendorong semangat kerja.
e.   Jenis Pesan Yang di Komunikasikan.
            Jenis pesan yang dikomunikasikan dalam suatu di sekolah dapat dalam bentuk perintah, informasi, teguran, instruksi, pengarah, nasehat, ajuran, koordinasi, saran dan ide. Menurut Wekley (1988:78-85) jenis pesan meliputi: “pengarahan perintah-perintah, indokrinasi, inspirasi, evaluasi dan laporan, saran-saran, rekomendasi, usulan, pendapat-pendapat, keluhan-keluhan, permintaan, serta koordinasi dan pemecahan masalah”. Sementara itu Muhammad (2002:47-124) mengemukakan pesan biasanya berhubungan dengan: “pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, kebijaksanaan,  saran, serta koordinasi, pemecahan,  penyesuaian konflik dan informasi”. Untuk kelancaran tugas di sekolah kepala sekolah, guru dan pegawai lainnya perlu adanya informasi tentang pembagian tugas dengan jelas agar guru lebih memahami tugas yang dijalankan. Pesan yang disampaikan oleh pimpinan atau sesama bawahan adakalanya dalam bentuk  perintah, nasehat dan saran-saran.
            Pesan yang diterima oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan dalam organisasi di sekolah. Menurut Wekley (1988 : 84) “komunikasi yang efektif adalah jaringan yang dapat menyediakan informasi yang akurat dan relevan untuk orang yang membutuhkan pada saat dibutuhkan”.

f.    Kelancaran Arus Komunikasi di Sekolah
            Dengan adanya komunikasi yang baik suatu di sekolah kegiatan belajar mengajar  dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi di sekolah semua kegaitan belajar mengajar akan berantakan.
            Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua sekolah. Para komunikator di sekolah perlu menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan dipahami oleh komunikan tanpa ada hambatan atau kendala yang dapat mempengaruhi isi dan pesan yang disampaikan oleh koimunikator .
Siagian (1994: 55) menyatakan :
            Suata proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi/ penerimaan pesan dalam bentuk jiwa dan semangat yang persis sama seperti yang diinginkan dan dimaksud oleh sumber pesan tersebut.

            Sementara itu Dahle dalam Wekley (1988 : 94) menyatakan “ penggunaan multi media untuk meningkatkan kemungkinan bahwa suatu pesan akan diterima dan dipahami”. Pada dasarnya komunikastorlah yang memilih saluran yang hendak di gunakannya dan dia pulalah yang menentukan apakah saluran itu tepat dan komunikasi yang disampaikan efektif. Demikian pula dengan komunikasi yang akan disampaikan di sekolah tidak selalu melalui rapat, adakalanya pesan tersebut dituliskan pada papan pengumuman agar semua anggota organisasi di sekolah memahami dengan benar. Siagian (1994;57) mengatakan “pemilihan saluran yang tepat menjadi sangat penting karena apakah pesan diterima secara utuh oleh penerima atau tidak sangat tergantung pada bentuk dan saluran tersebut.
            Kadang-kadang komunikasi tidak dapat menciptakan saling pengertian antara komunikasi dan komunikator, atau tidak terjadi komunikasi yang efektif antara pengirim dan penerima pesan. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, baik dari sipengirim, sipenerima atau dari pesan itu sendiri
g.   Jaringan komunikasi
                  Di antara orang-orang dalam organisasi ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang disebut jaringan komunikasi.
      Jaringan komunikasi dalam suatu organisasi dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan informal. Jaringan komunikasi formal terdiri dari komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Seperti  penyampaian rapat periodik di sekolah akan lebih cocok diadakan pertemuan yang bersifat formal, kemudian diiringi juga dengan pesan-pesan yang bersifat informal. Antara guru dengan guru lainnya supaya pesan yang diterima semua anggota organisasi di sekolah efektif. Menurut Muhammad (2000: 107-124) komunikasi kebawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya, dan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi. Sedangkan komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatannya dalam organisasi .
Wekley (1988: 77-79) menyatakan komunikasi ke bawah mengalir dari top manajemen, melalui manajemen menengah menuju jejang manajemen ke bewah, dan akhirnya kepada pekerja lapangan. Dan komunikasi ke atas mengalir dari bahwa ke jenjang tertinggi dalam hirarki kekuasaan biasanya sepanjang rantai komando. Sedangkan komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang berada dalam jenjang yang sama dalam hakikat kekuasaan.
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa jaringan komunikasi terdiri dari komunikasi formal berupa komunikasi kebawah, komunikasi  keatas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal bersifat pribadi, informasi mengalir keatas kebawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi.
h.  Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi di sekolah ikut mempengaruhi tingkah laku guru dalam menjalankan tugas. Iklim komunikasi yang positif tidak hanya menguntungkan bagi di sekolah tetapi juga sangat penting bagi kelanjutan sekolah untuk masa yang akan datang. Apabila guru-guru di sekolah tidak memperhatikan iklim yang menguntungkan bagi semua komponen yang ada di sekolah maka akan terjadi kekacauan dan kegaduhan, isu-isu cepat berkembang yang akhirnya menyebabkan kebosanan dalam menjalankan tugas menurut Muhammad (2000:85) menyatakan  bahwa :
Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan .

Selanjutnya Denis dalam Muhammad (2000:86) mengemukakan bahwa : “Iklim komunikasi sebagai kwalitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi”.
Dari beberapa pendapat di atas maka yang menjadi persoaalan penting dalam Iklim komunikasi di sekolah adalah: sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, penerimaan, balikan, persepsi anggota organisasi, dan rasa persaudaraan.

3.      Hubungan Komunikasi di Sekolah dengan  semangat kerja.
Semangat kerja yang dirasakan guru ada kaitannya dengan komunikasi yang terjadi di sekolah atau lembaga pendidikan. Komunikasi yang tepat dapat meningkatkan semangat kerja guru yang akhirnya kegairahan kerja akan dirasakan. Sebab tanpa komunikasi yang tepat, efektif dan efisien maka salah satu akibatnya adalah informasi tentang pembagian tugas guru tidak jelas, dan tidak dapat dilakukannya. Sehingga semangat kerja guru rendah dan menyebabkan para guru melaksanakan tugas asal jadi saja dan tidak memberikan semangat atas pekerjaan yang dilakukan, sehingga dapat menurunkan mutu pendidikan yang diinginkan. Sri (1987 : 72) mengatakan: “ komunikasi yang tidak efektif  atau tidak efesian menyebabkan kerja tidak efisien juga dapat menimbulkan masalah seperti kesalah pahaman, keputusasaan, menurunnya motivasi dan semangat kerja”.
Dalam berkomunikasi di sekolah akan terjadi inteaksi antara penyampaian pesan dengan penerima pesan, dimana penyampai pesan menyampaikan pesan-pesan baik berbentuk tugas, pesan pemeliharaan yang mengandung kebijaksanaan dan pengaturan organisasi yakni pesan yang mempertimbangkan sikap dan pemenuhan kebutuhan ayau semangat kerja Muhammad (1995 : 128) mengatakan:
Komponen manusia sangat penting dalam organisasi dan karena itu mereka menekankan pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Berbagai bentuk komunikasi organisasi dikembangkan, baik komunikasi pada bawahan, kepada atasan, horizontal dan informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi yang dominan dalam organisasi memungkinkan kebutuhan manusia dalam organisasi terpenuhi.

Menurut Liliweri (1997 : 43) bahwa: “ pesan dalam proses komunikasi yang selalu mempengaruhi manusia melalui pengertian yang diungkapkan dan informasi yang dibagi, semangat kerja yang disumbangkan. Semua pesan itu membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan barangkali meneguhkan perilaku manusia.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi organisasi berhubungan dengan semangat, sebab tanpa komunikasi, organisasi yang efektif dan efesien, maka pesan-pesan yang disampaikan tidak akan sampai pada sasarannya, sehingga menimbulkan ketidaktahuan tentang apa yang akan dilakukan oleh orang yang menerima pesan sehingga menimbulkan kurangnya semangat untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus dilakukannya.

B. Kerangka Konseptual.
            Dalam suatu organisasi tidak mungkin berjalan lancar tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan urat nadinya organisasi. Komunikasi yang lancar akan membuat para pegawai/ guru bekerja dengan senang hati dan bergairah melaksanakannya, sehingga dapat merasakan suatu semangat yang tinggi. Semangat kerja yang dirasakan oleh para karyawan akan berdampak terhadap produktifitas.
            Proses komunikasi kepentingan sangat besar karena dapat membawa perubahan. Perubahan itu mungkin terjadi langsung atau tidak langsung, berarti atau tidak berarti. Semuanya itu terjadi sebagai hasil dari proses komunikasi. Dilihat dari segi komunikasi perlu sekali diperhatikan jenis pesan yang disampaikan, kelancaran arus komunikasi jaringan komunikasi yang digunakan, dan iklim komunikasi untuk meningkatkan semangat kerja guru.
            Semangat kerja guru dalam masalah di atas dapat dilihat dari aspek disiplin kerja, rasa tanggung jawab, Antusiasme terhadap tugas, dan kerja sama.
            Secara sistematis hubungan komunikasi dengan semangat kerja guru, sebagai kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini


 







Gambar 1:       Kerangka Konseptual Hubungan Komunikasi di Sekolah dengan Semangat Guru

BAB III

METODE PENELITIAN


            Dalam bab ini akan di jelaskan tentang jenis penelitan, populasi, sampel, jenis data, variabel, instrumen, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.

A.    Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini digolongkan kedalam jenis penelitian kolerasional. Arikunto (1997:32) mengatakan bahwa penelitian korelasi dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (x) komunikasi organisasi dan variabel terikat (y) semangat kerja guru. Dengan demikian penelitian ini mencoba melihat hubungan antara komunikasi organisasi dengan semangat kerja guru di SD Negeri Kecamatan Palambayan.

B. Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di SDN di Kecamatan Palembayan yang berjumlah 162 orang.
2.      Sampel
Menurut Praseptya (1999:35) bahwa sekedar untuk mengancar-ancar apabila populasinya kurang dan sama dengan 100, maka diambil semua sebagai sampel. Jika populasinya besar dari 100 maka diambil sebagai sampel 25%-30%.
Berdasarkan pendapat di atas yang akan diambil sebagai sampel adalah 30% dari populasi yang ada yaitu 57 orang. Dengan demikian dalam penelitian ini menggunakan teknik area probability sample, yaitu menurut daerah Kelompok Kerja Guru (KKG) atau gugus yang tersedia. Sampel diambil secara random sampling menurut daerah kelompok kerja guru tersebut. Dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
No
Gugus
Nama sekolah
Populasi
Sampel
Keterangan
1
2
3
4
5
6
I
SDN 15 Baringin II
SDN 08 Baringin V
SDN 02 III Koto Sipinang
SDN 16 III Koto Sipinang
SDN 22 III Koto Sipinang
SDN 24 III Koto Sipinang

5
7
2
2
2
4





22
7

7
8
9
10

II
SDN 10 Baringin IV
SDN 14 Baringin III
SDN 36 Baringin IV
SDN 43 Baringin III
3
3
4
4





14
5

11
12
13
14
15
16
17
III
SDN 01 Pasar Palembayan
SDN 03 III Koto Sei. Puar
SDN 06 Bamban
SDN 18  Bamban
SDN 33 III Koto Sei. Puar
SDN 42 Bamban
SDN 40 Piladang
8
2
3
4
6
2
3






25
8

1819
20
IV
SDN 02 Palembayan
SDN 17 Ladang Makmur
SDN 23 Ladang Makmur
6
4
4





14
5



21
22
23
24
25
26
27
28
V
SDN 09 Gumarang
SDN 04 Tantaman
SDN 19 Silungkang
SDN 20 Gumarang
SDN 28 Tantaman
SDN 34 Silungkang
SDN 37 Gumarang
SDN 31 Gumarang
4
5
4
5
4
5
5
5






37
12

29
30
31
VI
SDN 32 Kayu Pasak
SDN 21 Kayu Pasak
SDN 26 Kayu Pasak
5
3
3





11
4

32
33
34
35
36
37
VII
SDN 38 Kayu Pasak
SDN 05 Kayu Pasak
SDN 07 Koto Alam
SDN 25 Koto Alam
SDN 35 Koto Alam
SDN 41 Koto Alam
5
4
5
2
3
2






22
7

38
39
40
41
VIII
SDN 12 Tapian Kandis
SDN 13 Tapian Kandis
SDN 27 Tapian Kandis
SDN 39 Tapian Kandis
8
3
8
3





28
9


Jumlah
162
57


C. Jenis Data
            Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif  diperoleh langsung dari responden mengenai komunikasi di sekolah dan semangat kerja guru di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palembayan.

D. Variabel Penelitian
            Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :
1.      Variabel  bebas (X) yaitu komunikasi di sekolah dengan indikatornya adalah :
a.       Jenis pesan yang dikomunikasikan
b.      Kelancaran Arus komunikasi
c.       Jaringan komunikasi
d.      Iklim Komunikasi
2.      Variabel terikat (Y) yaitu semangat kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Palembayan dengan indikatornya : Disiplin, tanggung jawab, Antusiasme terhadap tugas dan kerja sama

E. Instrumen Penelitian
1.      Alat pengumpul data
Sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka alat yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah angket, Angket bertujuan untuk memperoleh data primer berupa data, fakta, informasi dan keterangan lainnya yang diperoleh untuk menguji hipotesis. (Arikunto: 1992)
2.      Penyusunan angket
Angket penelitian ini disusun berdasarkan prosedur  sebagai berikut :
a.       Menentukan Variabel dan Sub Variabel
b.      Menentukan Indikator dari Sub Variabel yang dijadikan pedoman dalam menyusun butir instrumen
c.       Membuat kisi-kisi angket
d.      Menkonsultasikan dnegan dosen pembimbing
e.       setelah melalui konsultasi beberapa kali dengan dosen pembimbing, dan perbaikan seperlunya, instrumen diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
f.       Melakukan uji coba anngket.
Angket diuji cobakan kepada sepuluh orang guru di luar dari sampel .
g.      Untuk mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi tata jenjang, Nawawi (1992: 188)
rxy =  1 –
6åD2
N (N2-1

Menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus Alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (1997 : 106 )
R I I  =    n          -     1- å Q 2
            n-1                 Q1 2       


Hasil perhitungan validitas dengan menggunakan  rumus korelasi tata jenjang di peroleh Rho xy = 0.97 dan tabel dengan N = 10 pada taraf kepercayaan 0,05 = 0,632 karena rhasil > rtabel, maka dengan demikian instrumen sudah valid. Sedangkan hasil reliabilitas dengan cara menggunakan rumus alpha diperoleh rn = 0.845 dan r tabel dengan Nabi Muhammad Saw = 10 pada taraf kepercayaan 0,05 = 0632.  Apabila hasil uji coba memperlihatkan rhasil > rtebel maka instrumen penelitian tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi, akan tetapi bila rhasil < rtebel maka instrumen penelitian perlu di refisi
h.      Menyusun instrumen lengkap untuk mengumpulkan data.
i.        Melaksanakan pengumpulan data.

F. Prosedur Pengumpulan Data
            Angket diberikan kepada sampel penelitian ini, diawali dengan memberikan keterangan bahwa informasi atau data yang diberikan tidak akan mempengaruhi tugas dan jabatannya dalam melaksanakan tugas dan dijamin kerahasiaannya.
            Pengumpulan data dilakukan dengan dua kali datang pada masing-masing gugus. Pertama menyerahkan angket dan kedua mengambil kembali angket yang bersangkutan. Waktu pengumpulan lebih kurang 15 hari, yaitu dari tanggal 10 2005 s/d 25 Januari 2005.

G. Analisis Data
Proses analisis data hasil penelitian dilakukan sebagai berikut:
1.      Pemberian skor
Setiap item angket yang disebarkan, disediakan empat alternatif jawaban, yaitu:
a.       Untuk pernyataan positif : SL = Selalu dengan bobot 5, SR = Sering  dengan bobot 4, KD = Kadang-kadang dengan bobot 3, JR = jarang dengan bobot 3, TP = tidak pernah dengan bobot 1.
b.      Untuk pernyataan Negatif : SL = Selalu dengan bobot 1, SR = Sering  dengan bobot 2, KD = Kadang-kadang dengan bobot 3, JR = jarang dengan bobot 4, TP = tidak pernah dengan bobot 5.
2.      Pengolahan data
a.       Data yang telah diskor, dimasukkan ke dalam distribusi frekwensi skor variabel x dan y. Kemudian dicari skor rata-rata (Mean), Median, Modus dan Standar Deviasi (SD) untuk mendapatkan gambaran dari kedua variabel tersebut. Data diolah menggunakan komputer dengan program exel
b.      Menentukan gambaran secara kualiatif hasil penelitian untuk masing-masing variabel (Komunikasi di sekolah dan Semangat Kerja Guru) dengan membandingkan skor mean masing-masing variable dengan skor ideal x 100% dan menggunakan kualifikasi menurut Thoha (1996:29) sebagai berikut :
Kualifikasi                  Presentase
Sangat baik                 91     -    100
Baik                            81     -    90
Cukup                         71     -    80
Kurang                        61     -    70
Sangat Kurang                    <   60

3.      Melakukan uji normalitas terhadap data yang telah diskor dengan rumus Chi Kuadrat (χ2) yang dikemukan oleh Sudjana, dkk (2000 :124) yaitu:
χ 2 = (Q ­1-E1)2
            E1
Keterangan :
χ 2 = Chi Kuadrat
Q1 = Frekuensi
E1  = Frekuensi yang diharapkan

4.      Menghitung koofesien korelasi  variabel X dengan variabel Y untuk mengetahui hubungannya dengan menggunakan rumus korelasi product Momeant, Arikunto (1998 : 256)
r xy = γ åc¡-(åc) (åg)                        .
        {Nåc2 - (åc)2} {Någ2}- (åg)2}          

Keterangan
r = koofesien korelasi
n = Jumlah subjek yang di teliti
x =Jumlah skor untuk variabel x
y = Jumlah Skor untuk variabel y
5.      Menghitung keberartian koofisien  korelasi dengan menggunakan rumus t seperti yang dikemukan oleh Sudjana (1996 : 146) sebagai berikut.
t = r √ n – 2    .
     √ 1- (r)2

Keterangan :
t = Angka hasil pengujian
r = korelasi variabel x dengan variabel y
n =  Jumlah sampel
            Suatu koofisien korelasi dipandang signifikan kalau harga t hasil penghitungannya sama atau lebih besar dari harga kritis pada tabel distribusi t.

Kisi-kisi Indikator tentang Hubungan Komunikasi di sekolah dengan Semangat Kerja Guru di Sekolah Dasar.

Variabel
Indikator
Sub Indikator
Item
Komunikasi organisasi
Jenis pesan yang dikomunikasikan
-          Petunjuk
-          Saran
-          Laporan
1 – 7
8 – 11
12 – 13

Kelancaran arus komunikasi
-          Cepat
-          Tepat
-          Jelas
14 – 15
16 – 17
18 – 19

Jaringan komunikasi
-          Formal
-          Informal
20 – 22
23 – 24

Iklim komunikasi
-          Menghargai
-          Persaudaraan

25 – 28
29 – 30
Semangat kerja guru
Displin
-          Tepat waktu
-          Bekerja sesuai prosedur
1 – 6
7 – 9

Tanggung jawab
-          Rela berkorban
-          Tidak melemparkan kesalahan
-          Berani menanggung resiko
10 – 11

12 – 13


14 – 15

Antusiasme terhadap tugas
-          Bersemangat
-          Pantang menyerah
-          Senang hati
16 – 17
18 – 21

22 – 23

Kerja sama
-          Suka membantu
-          Partisipasi
24 – 27

28 – 30


                                                                       



0 Comment