04 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang paling essensial dalam kehidupan manusia guna untuk menata serta mendorong mereka kepada pola pikir yang lebih baik dan terarah serta menjadikan mereka makhluk yang beradab dan berakhlak melalui beberapa proses. Proses pendidikan adalah suatu cara untuk mengaktualisasikan potensi yang dibawa sejak lahir, karena melalui pendidikan dapat dibentuk kepribadian seseorang.
Pendidikan adalah masalah yang paling diutamakan dalam Islam karena wahyu yang pertama diturunkan Allah adalah memerintahkan nabi Muhammad untuk membaca sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi
إقرأ بسم ربك الذى خلق   خلق الإنسان من علق إقرأ وربك الأكرم الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم )العلق 1-5)

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang telah menciptakanmu. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang mulia. Yang telah mengajarkan manusia dengan kalam. Yang telah mengajarkan manusia dengan apa-apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Al-‘Alaq: 1-5)”

Melalui perintah membaca Allah menghendaki nabi Muhammad dan umat nya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi rabbika dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.[1] Dari ayat di atas dapat dipahami salah satu cara Allah mengajar manusia adalah dengan memerintahkan manusia tersebut membaca, karena dengan membaca dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia.
Dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia tidak cukup hanya melalui membaca saja, akan tetapi dibutuhkan seorang guru yang betul-betul memahami tentang apa yang akan dibaca atau dipelajari. guru dalam penyampaian pengajaran membutuhkan cara atau metode yang tepat.
Menurut Rob Norris yang dikutip oleh Suryo Subroto, mengajar yang efektif, tergantung kepada kepribadian guru, metode yang dipilih, pola tingkah laku, dan kompetensi yang relevan.[2]
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. dengan metode mengajar diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Tugas guru adalah memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Ketepatan menggunakan metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.
Untuk menimbulkan kesenangan dan kepuasan anak didik dalam mengajar diperlukan metode dapat meningkatkan partisipasi siswa supaya mereka aktif dalam proses belajar mengajar. Moment aktivitas inilah yang dipandang sangat memiliki kualitas dalam proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa.
Salah satu metode mengajar yang dapat meningkatkan partisipasi dan keaktivan siswa dalam proses belajar mengajar adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada satu masalah yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama-sama.[3]
Metode diskusi menjadi perhatian Allah yang dituangkan dalam Al-Quran dalam mendidik dan mengajarkan manusia, metode ini bertujuan untuk lebih memantapkan pengertian dan sikap mereka dalam suatu masalah, seruan ini dalam rangka mengajak ke jalan yang benar dengan mauizah dan hikmah yang baik, sekaligus  berdiskusi dengan cara yang lebih baik pula.
Metode ini dipertegas Allah dalam surat An-Nahl Ayat 125 yang berbunyi:
أدعوا إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجدلهم التى هى احسن )النجل 125)

 Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Diskusi akan berjalan dengan baik bila dilakukan dengan persiapan yang matang dibarengi dengan pembicaraan yang berlangsung secara rasional (aqliyyah) sekaligus menghindari luapan emosi, dan lebih mementingkan pada kesimpulan rasional dari pada kepentingan egoistis pribadi peserta. Diskusi ini bila diarahkan untuk tidak mengambil suatu kesimpulan maka disebut dialog yaitu sekedar memberitahukan tentang pendirian atau sikap masing-masing tentang suatu masalah yang telah lama dirasakan sebagai suatu permasalahan. Dalam dialog tidak ada yang menang dan kalah, masing-masing berada dalam pendiriannya, setuju tentang adanya perbedaan.
Jika disimak perkembangan pemikiran yang terjadi di sebuah perguruan tinggi banyak di kalangan mahasiswa kurang memahami fungsi diskusi dalam dunia pendidikan. Mereka menganggap diskusi suatu tugas yang harus diemban serta diselesaikan guna untuk melengkapi tugas-tugas yang dipikulkan kepada mereka.
Dalam berdiskusi mahasiswa semester IV PAI sulit dalam berdiskusi terlihat banyak terjadinya ketimpangan adapun ketimpangan yang menjadi penyebabnya adalah:
1.      Mahasiswa yang ikut tampil sebagai pemakalah aktif sendiri tanpa ada perhatian yang banyak dari peserta diskusi yang lain.
2.      Mahasiswa banyak melakukan aktivitas yang lain walaupun sudah di kontrol oleh moderator
3.      Diskusi sering didominasi oleh mahasiswa tertentu.
4.      Pertanyaan yang muncul dalam diskusi sering memojokkan pemakalah.
5.      Ruangan menjadi tidak tenang, mahasiswa banyak merebut dan melakukan aktivitas lainnya, dan mahasiswa yang benar-benar memperhatikan juga terganggu oleh mahasiswa yang lain meribut.
Maka persoalan yang akan timbul adalah apa yang melatarbelakangi kurangnya aktivitas mahasiswa dalam metode diskusi, dan dampak metode diskusi terhadap dunia pendidikan. Dalam hal ini penulis memilih objek penelitian adalah mata kuliah hadits pendidikan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam suatu karya ilmiah yang berjudul “Faktor-Faktor Kurang Terlaksana Metode Diskusi dalam Mata Kuliah Hadits Pendidikan II”

B.     Rumusan Dan Batasan Masalah

1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana keaktivan mahasiswa dalam berdiskusi dalam mata kuliah hadits pendidikan di STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukuttinggi”

2.      Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dari pembahasan ini adalah:
a.       Tahapan-tahapan pelaksanaan diskusi hadits pendidikan
b.      Bentuk-bentuk aktivitas mahasiswa dalam diskusi hadits pendidikan
c.       Faktor yang menghambat dan mendukung metode diskusi dalam perkuliahan hadits pendidikan

C.    Tujuan dan Kegunaan penelitian
Setiap melakukan penelitian tentu sudah memiliki tujuan dan kegunaan penelitian. Oleh sebab itu berikut tujuan dan kegunaan penelitian:
1.         Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui tahapan-tahapan pelaksanaan diskusi hadits pendidikan
b.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk aktivitas mahasiswa dalam diskusi hadits pendidikan
c.       Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung metode diskusi dalam perkuliahan hadits pendidikan
2.         Kegunaan Penelitian
a.       Untuk menambah pengetahuan penulis terutama tentang permasalahan yang sedang diteliti.
b.      Sebagai kontribusi pemikiran untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
c.       Untuk melengkapi tugas-tugas dan untuk mencapai gelar Sarjana pada STAIN Sjech M. Djamil Djambek Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

D.    Penjelasan Judul

Faktor-faktor               :“Hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu”[4]
Metode Diskusi     : Suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya sehingga berakibat menimbulkan pengertian dan perubahan tingkah laku murid[5]
E.     Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala keadaan.[6]
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik  dalam penelitian. Adapun populasi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah hadits pendidikan semester IV PAI.

Tabel I

Populasi

Mahasiswa Semester IV PAI
No

Mahasiswa

Jumlah Mahasiswa

1
Mahasiswa Semester IV PAI
50

Jumlah
50

b.      Sampel
Sampel, merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti, yang diambil dengan menggunakan cara tertentu.[7] Pada penelitian ini penentuan sampel terhadap mahasiswa yang mengambil mata kuliah hadits pendidikan adalah total sampling.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berarti cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis lakukan dengan cara:
a.       Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung yang dilakukan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan informasi tertentu.[8] Dalam hal ini penulis mengadakan observasi dengan melihat cara mahasiswa berdiskusi dalam mata kuliah hadits pendidikan
b.      Wawancara
Wawancara, yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya.[9] Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan mahasiswa yang mengambil mata kuliah hadits pendidikan  dan dosen mata kuliah hadits
c.        Angket
Angket, ditujukan kepada mahasiswa, berupa rangkaian pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam bentuk tertulis, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.[10] Angket diberikan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah hadits pendidikan
4.      Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, lalu diolah dengan menempuh langkah-langkah berikut:
a.       Menyelesaikan data yang telah terkumpul
b.      Mengklasifikasikan data berdasarkan permasalahan dan sub-sub masalah
c.       Tally atau mengadakan perhitungan sekaligus memasukkan ke dalam sebuah tabel
d.      Menghitung frekuensi dan persentase dari setiap item
e.       Mengadakan interpretasi dan analisa dara dengan analisa deskriptif
f.       Mengambil sebuah  kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:
0%                         : Tidak ada sama sekali
1%             25%     : Sedikit sekali
25,01%      49%     : Sebagian kecil
49,01%      50%     : Separoh
50,01%      75%     : Sebagian besar
75,01%      99%     : Pada umumnya
99,01         100%   : Seluruhnya
5.      Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa data yang terkumpul, maka penulis                menggunakan analisa data sebagai berikut:
a.       Untuk data yang bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan jawaban angket responden.
b.      Untuk data yang bersifat kualitatif, maka penulis melakukan analisa terhadap data kemudian memberikan makna dengan rumus:
P =
F
X 100%
N

Keterangan          :           P  = Persentase
F  = Frekuensi
N = Jumlah Sampel

F.     Sistematika Penulisan
Sistematika penulis ini agar lebih terarah, maka penulisan akan membagi kepada empat bab, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Pengertian diskusi, bentuk-bentuk diskusi, langkah-langkah pengunaan metode diskusi, manfaat metode diskusi,. Kebaikan dan kelemahan metode diskusi, aktivitas.
Bab III Hasil penelitian yang terdiri dari tahapan-tahapan pelaksanaan diskusi hadits pendidikan bentuk-bentuk aktivitas mahasiswa dalam diskusi hadits pendidikan, faktor yang menghambat dan mendukung metode diskusi dalam perkuliahan hadits pendidikan
BAB IV Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.



[1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan, 1981), h. 5
[2] Suryo subroTo, Proses belajar mengajar di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. Ke-1, h. 14
[3] Sardiman. N dkk Ilmu Pendidikan, ( Bandung: CV Remaja Karya 1989) h.150
[4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 273
[5] Zuhairini dkk, Metodik khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasisonal, 1993), H. 91
[6] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet. ke-3, h. 310
[7] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-9, h.104
[8] Sanafiyah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.204
[9] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), h. 27
[10] Chalid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.76

0 Comment